"Kirana Dewi Perabu." dia adalah seorang gadis miskin, yang berasal dari pelosok desa, yang di jodohkan dengan " Saputra Adi Wijaya." Kirana, atau yang biasa disapa dengan Kiran, dia seorang gadis yatim karena orang tua kiran tega membuangnya, kiran dibuang dipembuangan sampah, di desa kecil.
Kiran dipungut oleh pak jayadi. pak jayadi adalah orang miskin yang banyak hutang.
pak jayadi sendiri hanya seorang pemulung, saat itu pak jayadi menemukan kiran karna sedang mengumpulkan botol bekas air mineral.
saat sedang mencari barang atau botol bekas, pak jayadi mendengar tangisan kiran bayi, kiran bayi ditaruh dalam kardus, tanpa pikir panjang pak jayadi membawa melihat isi kardus yang berisi kiran bayi,
tidak mau berpikir panjang pak jayadi langsung membawa kardus berisi kiran bayi ke gerobak yang biasa di kenakan untuk mencari barang bekas, didalam kardus ternyata sudah lengkap pakaian bayi, serta secarik kertas yang tertulis nama lengkap kiran, dan sebuah kalung di leher kiran.
awalnya istri pak jayadi yang bernama bu tari, menolak dengan keras saat pak jayadi berkata ingin merawat kiran bayi, karna untuk makan saja mereka sangat susah, tapi pak jayadi tetap memaksa, karna kasihan pada kiran kecil,
bu tari tidak pernah menyayangi kiran atau baik pada kiran, bu tari mengganggap kiran hanya sebagai beban. walaupun tidak berlaku kasar secara fisik, sering kali bu tari mengatai kiran dengan anak haram, karna orang tua kiran tidak mau mengurusnya, bu tari mengganggap kiran adalah anak hasil hubungan zina.
kiran yang sudah tau jika dia bukan anak kandung dari bu tari, karna bu tari selalu mengingatkan dari kecil, bahkan kiran sudah terbiasa saat bu tari menghinanya dengan sebutan anak haram.
pak jayadi dan bu tari sendiri mereka tidak memiliki anak, di usia pernikahan mereka yang sudah memasuki 3 Tahun lebih pernikahan.
Sedangkan Saputra Adi Wijaya, yang biasa di sapa dengan Putra, dia adalah suami kiran.
dia terpaksa menikah dengan kiran, karna dijodohkan dengan kakeknya. putra sama sekali belum pernah menyentuh kiran dari pertama kali mereka menikah hingga sudah akan memasuki 1 tahun pernikahan mereka.
Putra memiliki kekasih walaupun sudah menikah dengan kiran, karna alasan itu pula putra sangat membenci kiran, karna kiran mau menerima tawaran dari kakeknya.
Ayah putra yang bernama "Perayoga Wijaya." dan Mamah putra yang bernama "Mayang Wijaya." bu mayang tidak pernah merestui pernikahan putra dan kiran.
karna kakek putra mengancam, jika berani menyakiti kiran, suaminya tidak akan mendapat warisan sepeser pun. Mau tidak mau bu mayang pura pura baik dengan kiran.
Kiran menerima di jodohkan dengan Saputra Adi Wijaya, karna tidak enak menolak kakek putra, beliau orang baik, kakek putra yang bernama " Abdul Perakoso Wijaya." kakek abdul membantu melunasi hutang orang tua kiran, dan memberikan mahar 500juta.
mendengar nominal itu dan kiran akan dinikahkan, bu tari tentu sangat senang. bahkan bu tari memaksa kiran yang awalnya menolak.
baru memasuki setengah tahun pernikahannya kakek abdul menghembuskan nafas terakirnya dirumah sakit, karna penyakit jantungnya kambuh, saat putra membawa dan mengenalkan kekasihnya.
hari pertama kepergian kakek abdul bu mayang dan putra masih diam, seolah menganggap kiran tidak ada, tapi setelah hampir satu minggu kepergiannya, sifat asli mereka sudah keluar.
.
" kiraaan.." teriak bu mayang. kiran yang sedang memasak langsung berlari tergopoh menemui bu mayang.
" iya mah ada apa.?"
" cih sudah saya ingatkan jangan panggil saya mamah, saya tidak pernah menganggap kamu sebagai menantu saya, panggil saya nyonya."
" maaf nyonya, ada apa nyonya panggil saya.?"
" besok temen arisan saya akan datang, jadi kamu harus masak yang banyak. ini uangnya !". bu mayang melempar lembaran uang mera kelantai.
" baik nyonya." kiran memungut uang yang di jatuhkan bu mayang dilantai
bu mayang setelah menyampaikan niatnya langsung melenggang pergi meninggalkan kiran.
" Ya Allah beri hamba petunjuk untuk semua ini." gumam kiran sambil memasukan uang ke dalam sakunya. kiran sudah sangat tersiksa karna setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, pembantu yang tadinya bekerja disana, bu mayang pecat semua. sampai akhirnya hanya kiran yang mengerjakan semua sendiri.
akan tetapi jika kiran keluar dari rumah itu kiran bingung akan kemana, karna kiran tidak memiliki uang banyak, hanya uang yang tidak seberapa yang pak jayadi kasih untuk kiran saat kiran akan pergi,
pak jayadi memiliki firasat yang kuat apa yang akan terjadi kedepannya tidak akan baik, karna saat datang melihat calon yang akan menjadi istri kiran hanya diam, dan menatap kiran jijik, hingga pak jayadi memberi uang diam-diam pada kiran, uang itu untuk berjaga-jaga jika kiran sedang dalam keadaan terdesak nanti bisa kiran gunakan..
kiran melanjutkan masaknya sampai selsai, kiran langsung menyusun di meja makan, hingga tak terasa sore pun tiba, kiran menyiapkan air hangat untuk suaminya.
dan tak lama terdengar suara mobil sang suami yang baru pulang bekerja, kiran menyambut kedatangan suami dengan senyum manisnya, walaupun kiran dari desa pelosok bahkan kumuh, akan tetapi kecantikan alami kiran sangat terpancar dengan lesung dipipi kirinya menambah daya cantik tersendiri.
" udah aku siapin air hangat mas, mau dibuatin teh atau kopi." ucap kiran masih menampilkan senyum ramahnya.
" tidak usah, sebentar lagai aku akan keluar lagi, aku mau makan diluar bareng desi."
setelah mengucapkan kalimat itu putra langsung memasuki kamar dan pergi mandi, karna akan segera pergi dengan kekasihnya yang bernama sekar.
" sepertinya tidak akan lama lagi aku akan diusir dari sini, Ya Allah aku harus kemana lagi, sedangkan untuk cari pekerjaan disini butuh ijazah yang tinggi." gumam kiran dalam hati.
kiran melihat jam ternyata sudah jam pukul 5 lebih, kiran cepat-cepat mengambil air Wudhu untuk melaksanakan Shalat Ashar.
putra setelah kepergian kakek abdul, mengusir kiran dari kamarnya, kini kiran menempati kamar pembantu yang berada di dekat dapur.
setelah selsai melaksanakan Sholat Ashar, kiran berdoa meminta sang pecipta memberi jalan keluar untuk semua masalah yang sedang dia hadapi saat ini.
Pak jayadi selalu mengajarkan kiran kebaikan, karna pak jayadi mengatakan semiskin-miskinnya kita, jangan sampai kita juga miskin ilmu agama dan kebaikan.
terasa perut sudah lapar kiran menuju dapur, karna bu mayang sekarang melarang kiran untuk makan di meja makan, kiran selalu menyisihkan makanan saat sudah selsai masak, karna takut dia tidak kebagian seperti saat itu..
sedangkan di meja makan sudah ada bu mayang dan pak yoga.
" yah apa gak sebaiknya kita suruh putra ceraikan kiran.?"
" ayah terserah putra saja mah." jawab pak yoga acuh. bu mayang berdecih mendengar suaminya yang tidak pernah mau mendukungnya.
Namun berbeda dengan bu mayang pak yoga, memilih tidak mau ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya.
Bersambung...
" Ayah kenapa sih sepertinya setuju dengan kiran." tanya bu mayang.
" papah sebelum meninggal, menyampaikan sesuatu pada ayah, jika kiran bukanlah anak orang sembarangan, sebelum melanjutkan kata-katanya papah sudah meninggal dulu."
" bukan anak orang sembarangan gimana maksud ayah." tanya bu mayang alisnya terangkat sebelah.
" ayah juga gak tahu." jawab pak yoga sambil mengedikkan bahunya.
" paling itu cuma kata-kata khayalan dari orang yang lagi sekarat yah jangan dianggap serius, kita kan lihat sendiri bagaimana kondisi keluarga kiran saat itu." ucap bu mayang. Mengingat seperti apa ruamh kiran yang ada didesa.
" sudah lah yah jangan dibahas, pokoknya mamah tetap akan minta putra segera ceraikan kiran." pak yoga diam tidak menanggapi..
sedangkan kiran yang mendengar obrolan mereka jadi khawatir akan nasip hidupnya nanti.
kiran kembali mengingat saat pertama kali bertemu kakek abdul.
.
saat itu kakek abdul sedang berencana untuk membuat sebuah rumah yang nyaman didesa, agar masa tuanya tenang tidak seperti di kota yang penuh dengan kebisingan dan keramaian kendaraan.
pak abdul berjalan kaki dengan di temani supir dan bodi guardnya, pak abdul terus menyusuri desa, sampai langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis yang sedang duduk menangis di pinggir persawahan padi yang luas..
kakek abdul mendekat dan dia terkejut melihat wajah kiran yang sangat mirip seseorang, tak mau banyak pikir kakek abdul berkata.
" kamu anaknya " Anggun Maharani dan Laksmana Perabu." mendengar suara seseorang kiran pun mendongak, tambah rasa terkejutnya kakek abdul saat melihat kalung liontin yang di pakai kiran.
kiran buru-buru menghapus air matanya, dan langsung berdiri saat melihat ketiga orang itu. kiran merasa takut.
" ma-maaf kakek siapa." tanya kiran dengan nada takut, karna kiran melihat bodi guard kakek abdul yang berbadan tinggi besar dengan tato naga ditangannya.
" apa kakek mambuat kamu takut." kiran tidak menjawab melainkan melirik pada bodi guard kakek abdul.
kakek abdul yang paham dan menyuruh bodi guard dan supirnya sedikit menjauh, agar kiran tidak takut, karna kakek abdul ingin sedikit mengobrol dengan kiran karna dia penasaran dengan kiran.
" kamu belum jawab pertanyaan kakek tadi." ucap kakek abdul lagi setelah kedua bawahannya sudah menjauh.
" aku nggak kenal dengan orang yang kakek maksud tadi." jawab kiran sambil menatap sawah.
" siapa nama kamu nak." tanya kakek abdul.
" kirana kek." jawab kiran mencium punggung tangan kakek abdul, karna pak jayadi mengajarkan untuk sopan pada orang yang lebih tua.
Sedangkan kakek abdul tersenyum melihat kiran mencium punggung tangannya..
" kalau nama lengkap kamu, apa kakek boleh tahu.?" tanya kakek abdul lagi.
" Kirana Dewi Perabu kek, dan orang tua saya bernama pak jayadi dan bu tari." jawab kiran dengan senyum ramahnya.
" boleh kakek bertemu dengan mereka." kiran kaget mendengar permintaan kakek abdul.
" mau apa kek, kita hanya orang miskin, untuk menjamu kakek pasti mereka tidak punya banyak makan di rumah." jawab kiran dengan sedikit gurauan.
" tidak apa nak, kakek hanya ingin memastikan sesuatu." ucap kakek abdul membuat kiran mengernyit penasaran.
" sesuatu apa kek.?" tanya kiran penasaran.
" nanti kamu juga akan tahu." jawab kakek abdul.
" ya sudah ayo kek."
kiran penasaran apa yang akan disampaikan oleh kakek abdul pada kedua orang tuannya.
mereka berdua menaiki mobil agar cepat sampai rumah, kiran sempat menolak karna merasa badannya kotor untuk menaiki mobil kakek abdul, tapi kakek abdul menakuti kiran, jika tidak naik bodi guardnya akan memaksa, dan benar kiran langsung bergidik membayangkan dan akhirnya kiran mau menaiki mobil kakek abdul..
Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai gubug reot milik pak jayadi.
" Assalamualaikum pak." salam kiran saat melihat pak jayadi yang sedang duduk di kursi buatan tangannya.
" Waalaikumsalam, kamu sama siapa nak." tanya pak jayadi melihat kakek abdul yang disamping kiran.
" perkenalkan saya Abdul Wijaya." ucap kakek abdul yang mengerti tatapan dari pak jayadi. Dia langsung memperkenalkan dirinya.
" sepertinya bapak bukan orang sini." tanya pak jayadi, dengan tatapan menyelidik.
" bukan saya kesini untuk mencari tanah untuk di bangun rumah, kebetulan saya melihat nak kiran di persawahan, bisa saya masuk, saya akan menanyakan sesuatu."
pak jayadi langsung memiliki firasat jika orang yang datang ada kaitannya dengan kiran. dia pun menyuruh kiran membuatkan teh untuk kakek abdul, dan menyuruh kakek abdul masuk..
" jadi saya kesini hanya ingin memastikan sesuatu terkait kiran, karna saya merasa kiran sangat mirip dengan teman saya, dan kalung yang kiran pakai itu sebagai tanda keluarga mereka, karna setiap anggota keluarga akan di buatkan kalung liontin khusus seperti itu.. apa kiran benar anak kandung anda.?."
pak jayadi awalnya kaget dengan pertanyaan dari kakek abdul, tapi sepertinya pak jayadi harus jujur, dan akhirnya pak jayadi menceritakan semua pada kakek abdul.
" sebelumnya saya minta maaf, bukan maksud saya akan memisahkan kalian, tapi saya juga kasihan dengan orang tua nak kiran yang selama 15tahun ini sudah mencari keberadaannya." ucap kakek abdul.
Namun sebelum pak jayadi menjawab, sudah terdengar suara cempreng bu tari.
" bawa aja anak pembawa si*l itu pergi dari sini." bu tari baru tiba dari warung yang mendengar ucapan kakek abdul langsung menyela obrolan mereka.
" bu jaga sopan santun ibu di depan tamu." pak jayadi menegur istrinya.
" memang seperti itukan nyatanya." gerutu bu tari.
" maaf pak jika istri saya tidak sopan." ucap pak jayadi meminta maaf pada kakek abdul.
" tidak apa-apa." jawab kakek abdul dengan senyuman dan anggukan kepala.
tidak lama kiran keluar, dengan membawa dua teh manis hangat,
" silahkan kek diminum, maaf gak ada camilannya." ucap kiran sambil menaruh secangkir teh didepan kakek abdul.
" ini saja sudah cukup nak." jawab kakek abdul dengan senyumnya.
" kiran kakek akan bawa kamu ke kota, kakek akan temukan kamu dengan orang tua kandungmu." ucap kakek abdul setelah meminum teh dari kiran. Sedangkan kiran kaget mendengarnya.
" apa mereka masih menginginkan saya untuk kembali kek, setelah mereka tega membuang saya." jawab kiran raut mukanya berubah sedih.
" mereka mencarimu selama 15tahun nak." kakek abdul mengelus rambut kiran, karna posisi kiran masih berlutut setelah menghidangkan teh untuk kakek abdul..
" tapi kenapa mereka tega membuang ku kek." tanya kiran. pak jayadi dan bu tari juga penasaran.
" kamu tidak dibuang dengan orang tua kamu, kamu di buang dengan pembantu keluarga kamu, karna pada saat itu keluarga kamu diserang musuh bisnis papah kamu, ternyata pembantu yang bekerja dengan keluarga kamu adalah salah satu mata-mata dari mereka, dan saat papah dan mamah mu lengah, pembantu itu berhasil membawa kamu pergi dari rumah, dan membuang mu, pembantu itu juga sudah di bunuh oleh orang yang menyuruh membuang mu, agar kebusukannya tidak di ketahui papah kamu." jelas kakek abdul panjang lebar.
" tapi kalau kiran kembali kesana apa akan baik-baik saja.?" tanya pak jayadi setelah mendengar cerita kakek abdul merasa khawatir dengan kiran.
" tidak akan, musuh mereka sekarang tidak akan berani berhadapan dengan keluarga besar seperti mereka." jawab kakek abdul meyakinkan pak jayadi.
" aku mau ketemu mereka kek, tapi kalau mereka tidak menerimaku, kakek antar aku kesini lagi ya." ucap kiran yang sangat ingin melihat wajah kedua orang tua kandungnya. kakek abdul mengangguk.
karna hari semakin sore kakek abdul memutuskan untuk kembali ke kota, dan menghubungi keluarga Perabu. namun perkataan kakek abdul tidak dianggap serius oleh mereka, karna keluarga Wijaya dianggap musuh oleh papah kiran.
tapi kakek abdul mempunyai ide untuk menikahkan kiran dengan cucunya putra.
akhirnya setelah memutuskan. untuk sementara kakek abdul akan menampung kiran sampai keluarga kiran percaya.
Bersambung...
Di sebuah rumah bak istana Tuan Perabu menambah pasukan untuk mencari keberadaan putrinya, karna ada seseorang yang mengirim foto yang sangat mirip dengan istrinya saat muda dulu, bahkan juga foto itu melihatkan kaling liontin simbol dari keluarganya.
" Cepat kalian berangkat sekarang, dan cari sampai paling pelosok desa itu." perintah pak perabu dengan suara menggelegar.
mereka semua serempak membubarkan diri dan langsung menuju desa yang sudah disebutkan pak perabu. bahkan pak perabu meminta100 orang tambahan untuk mencari putrinya.
" semoga dewi cepat ketemu ya pah." ucap bu anggun sambil memeluk suaminya.
" iya mah kita berdoa saja, agar secepatnya putri kita cepat ketemu."
" apa papah yakin orang yang mengirim foto itu bisa dipercaya.?"
" papah yakin mah, karna wajah anak itu sangat mirip mamah waktu muda, bahkan dia mengenakan kalung liontin simbol keluarga kita."
" mamah sudah sangat merindukan putri kita pah."
" mamah sabar ya sebentar lagi orang papah pasti akan menemukannya." pak perabu terus meyakinkan istrinya, dan pak perabu menuntun bu anggun agar duduk disofa.
" pah besok anterin mamah ke pasar ya." ucap bu anggun setelah mereka duduk disofa
" kenapa kepasar mah, biasanya juga di supermarket kalau mau belanja.?"
" gak tau pah, tiba-tiba mamah pingin belanja di pasar."
" ya udah besok papah anterin."
obrolan mereka berlanjut dengan foto yang dikirim oleh orang yang misterius.
Setelah lama mereka mengobrol. mereka berdua memutuskan untuk tidur, karna rasa lelah yang sudah menggelayuti tubuh mereka.
pak perabu dan bu anggun tidak memiliki anak lagi setelah melahirkan kiran, bu anggun dinyatakan mempunyai penyakit kista oleh dokter, mau tak mau bu anggun menjalankan operasi dan menyebabkan dia tidak bisa hamil lagi..
.
Lama kiran melamun sampai terdengar suara yang mengagetkannya..
" dipanggil dari tadi ternyata enak-enakan disini." ucap bu mayang dengan nada cemprengnya.
kiran mengelus dada karna terkejut mendengar suara bu mayang.
" ada apa lagi nyonya." tanya kiran dengan ramahnya.
" kami dipanggil putra saya tidak dengar, sana keluar temui dia." ucap bu mayang, kiran langsung melangkah setelah mengangguk.
dengan langkah berat kiran melangkah menuju depan, kiran kaget ternyata disana sudah ada kekasih suaminya.
mereka bukan sekedar mengobrol melainkan mereka sedang bercumbu, dan suaminya meremas gunung kembar perempuan itu, tanpa memperdulikan sekitarnya, sampai pakaian perempuan yang bersama suaminya terlihat berantakan.
bukan merasa cemburu, melainkan kiran merasa jijik dengan apa yang sedang dia lihat saat ini.
" jadi kamu memanggil ku datang, hanya untuk memamerkan perbuatan bejad kamu dengan perempuan itu mas." ucap kiran menghentikan kegiatan suaminya saat tangan suaminya akan masuk ke ujung dress mini yang di kenakan perempuan itu.
tanpa merasa berdosa dan bersalah mereka membenarkan posisi duduk mereka menghadap ke arah suara kiran.
" Sudah jangan banyak drama, duduk aku ingin mengatakan sesuatu." ucap putra suami kiran, sedangkan kiran hanya berdiri tidak mengikuti perkataan putra. dan itu membuat putra kesal, kemudian putra menghampiri kiran dan kembali berkata.
" Kirana Dewi Perabu, aku talak kamu, sekarang kamu bukan lagi istriku."
bagaikan disambar petir dimalam yang penuh dengan bintang, kiran kaget,
memang kiran akan menduga semua ini akan terjadi, tapi dia tidak berpikir akan secepat ini.
" dan kartu ini ada uang seratus juta, anggap saja itu uang nafkah yang selama ini tidak aku berikan, besok aku akan mengurus perceraian kita." lanjut putra menyerahkan kartu ATM pada kiran.
setelah menyerahkan kartu atm yang berisi uang seratus juta, putra kembali mendekat ke arah kekasihnya.
" kamu jangan pergi malam ini, besok saja setelah kamu selsai masak untuk temen arisan saya." bu mayang tiba-tiba berucap setelah mendengar putranya mengucap talak pada kiran, bu mayang bukan main senangnya.
kiran tidak menjawab melainkan melenggang pergi meninggalkan mereka. kiran memasuki kamar dengan diiringin air mata yang terus mengalir.
" Ya Allah aku harus kemana nanti, sedangkan orang yang membawa ku kesini sudah pergi meninggalkan ku, sedangkan aku dikota ini tidak mengenal satupun orang kecuali mereka." kiran terus menangis meratapi nasipnya.
sampai malam semakin larut, akhirnya kiran tertidur setelah lelah dengan tangisannya.
pagi hari kiran bangun seperti biasa setelah menjalankan Sholat Subuh, tapi kali ini kiran tidak mau memasak untuk mereka, kiran memutuskan tidur kembali.
tak lebih 1jam kiran tertidur, suara gedoran pintu kamar membangunkannya, kiran sudah bisa menebak siapa yang datang.
dengan malas kiran turun dari kasur kecilnya, dan membuka pintu.
" lama amat sih kamu buka pintunya." kiran yang melihat bu mayang yang mengomel pun malas menanggapi.
" ada apa, nyonya besar yang mulia." ucap kiran sedikit geram dengan kebiasaan bu mayang.
" kenapa kamu tidak buat sarapan, suami sama anak saya mau berangkat cepat kamu buatkan mereka makanan.?" bu mayang memerintah kiran.
" itukan suami dan anak nyonya, anggap saja saya tamu numpang tidur sehari lagi disini, jadi saya tidak diwajibkan untuk melakukan tugas rumah tangga.!" jawab kiran yang sekarang berani, tidak seperti kemarin yang hanya diam saat di suruh ini itu.
" ayolah kiran, sekali ini lagi saja.?" ucap bu mayang memohon.
" tidak, tugas saya sudah selsai untuk itu, hanya tinggal menyelsaikan memasak untuk teman arisan nyonya dan setelah itu saya akan langsung keluar dari rumah ini."
setelah mengatakan itu kiran masuk, dan mengunci kamar, tidak perduli dengan teriakan bu mayang.
kiran memutuskan untuk mandi dan akan segera pergi ke pasar, untuk belanja bahan masakan, yang akan disajikan untuk teman arisan bu laras.
" kiran si*lan berani sekali anak itu sekarang." bu mayang menggerutu sambil terus berjalan menuju meja makan.
" mana mah kirannya, apa dia sedang masak.?" tanya putra.
" dia gak mau masak." jawab bu mayang dengan nada kesalnya.
" loh kok bisa mah, kan itu sudah tugasnya.?" ucap putra dengan pDnya.
" iya dia bilang sekarang itu bukan tugasnya, dia hanya mau memasak untuk temen arisan mamah nanti, dan akan langsung pergi dari sini setelah selsai." jawab bu mayang, membuat pak yoga kaget mendengar jika kiran akan pergi.
" kenapa kiran akan pergi.?" tanya pak yoga dengan mata menyelidik mereka.
" ya karna yoga sudah menalaknya, dan yoga akan segera menceraikannya." jawab bu mayang acuh, sambil memainkan kukunya yang baru kemaren diwarnai.
" APA. kenapa kamu tidak bicarakan ini dulu dengan ayah putra. apa kamu sudah tidak menganggap ayah ini sebagai ayah mu." ucap pak yoga menggebrak meja makan karna marah kepada putra.
pak yoga sudah mengetahui dari orang yang dia bayar untuk mencari informasi keluarga kiran, dan betapa mengejutkan, ternyata orang suruhan pak yoga mengatakan jika kiran adalah anak yang selama ini keluarga Perabu cari,
" kenapa ayah sangat marah.?" tanya putra tidak mengerti.
" dasar anak b*doh, kau akan menyesal nanti, kau sudah membuang berlian, dan kau malah memungut batu jalanan."
setelah mengatakan hal tersebut pak yoga memutuskan untuk menemui kiran dikamarnya.
tokk..
tokk..
tokk..
kiran yang mendengar ketukan pintu yang pelan penasaran dengan orang yang datang.
" tuan.. maaf tuan saya tidak memasak hari ini." ucap kiran menundukkan kepala, karna yang datang adalah ayah mertuanya, dan baru pertama pak yoga datang langsung ke kamarnya.
" jangan panggil tuan, panggil aku ayah seperti putra, soal kamu tidak masak, ayah bisa makan di luar nanti." jawab pak yoga ramah.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!