NovelToon NovelToon

Dewa Pujangga

Kakek Misterius

Krosak!! Krosak!!

Suara gemericik pepohonan kecil dan daun kering ditengah hutan terkena oleh tubuh dan kaki Rangga yang berlari cukup kencang ditengah hutan. Suasana gelap tidak dihiraukan olehnya. Ia sendiri tak tahu kenapa dia tiba tiba saja sudah berada di tengah hutan yang cukup lebat itu dan suara kakek misterius itu terus mengikutinya

" Hahahha, mau kemana kamu anak muda..!! Aku bukan berniat mencelakai mu anak muda. " Suara dari kakek tua yang tidak terlihat wujudnya terdengar kembali, seperti menggema dengan berpindah pindah tempat, Rangga semakin terlihat panik dan terus berlari sekencang kencangnya.

" Cakra alam dekap tanpa gelabah dan gundah menggenggam daksa, beku dan kaku, bersama pekat malam, titisan ku titisan syair berdarah."

Seiring kidung syair itu terucap dari suara kakek misterius yang belum juga menampakkan wujudnya, seketika itu juga tubuh Rangga seperti kaku tidak bisa bergerak. Kaku seperti patung.

" Jangan takut anak muda, aku tidak akan menyakiti dirimu, aku akan selalu mendampingi mu kemana pun pergi, dimana pun kamu berada, Hahahaha." suara itu seperti mempunyai kekuatan yang dahsyat, menggaung merebak kesunyian.

" Siapa..!!! Apa kamu sejenis siluman atau dedemit? " Tubuh tanpa bisa bergerak itu hanya mampu bersuara, bahkan suara itu cukup terdengar keras, karena terdorong oleh rasa panik.

" Hahahaha... " Kakek itu tertawa kembali.

Suara tertawa itu seperti hilang menjauh, tiba tiba saja sebias cahaya yang datang dari kegelapan melesat masuk ke tubuh Rangga. Sejurus dengan itu...

" Arrgghhh...!!! "

Rangga terbangun dari tidurnya, dengan nafas yang terengah engah, ada banyak peluh yang menempel di dahi dan tubuhnya.

" Astaga! ternyata aku hanya mimpi.. " Rangga mengusap sedikit peluh yang membasahi dahinya.

" Tapi kenapa rasanya seperti nyata? " Rangga bergumam setelah beberapa detik terbangun, dengan perlahan dia bangkit kemudian duduk disisi tempat tidur.

" Pertanda apa ini? hah!! " Belum usai dengan segala keanehan yang tercipta dalam mimpinya malam ini, Rangga dikejutkan dengan sesuatu hal.

" Kenapa tubuhku terasa ringan sekali? " Rangga terheran dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.

" Siapa sebenarnya kakek itu? " Dalam keadaan masih terduduk ditepi tempat tidur, Lalu Rangga meraih gelas dimeja kecil disisi tempat tidurnya, meneguk air sampai tersisa sedikit saja di gelas itu.

" Ga... !!Rangga... !! kenapa kamu teriak teriak sayang? " Suara seorang wanita dibalik pintu terdengar sedikit panik, tidak lama pintu itu kamar Rangga terbuka.

" Kamu kenapa? " Wanita itu langsung memburu Rangga, terlihat dari raut wajahnya penuh kecemasan, Rangga masih terduduk di sisi tempat tidurnya. Setelah wanita itu duduk disamping tempat tidur, lalu mengusap lembut rambut Rangga.

" Aku tidak apa apa mah, tadi Rangga hanya mimpi buruk. " Jawab Rangga, ternyata wanita itu adalah ibu dari Rangga.

" Mah, aku bukan anak kecil lagi, aku sudah gede mah, aku ini laki laki pasti bisa menjaga diri.  " Ucap Rangga kembali. Kadang suka merasa sedikit risih, ibunya selalu memperlakukannya seperti anak kecil.

" Kamu anak satu satunya mamah, mamah cuma khawatir kalau kamu kenapa kenapa? " Rangga masih terdiam, pikirannya masih mengarah ke mimpinya tadi. Ibu Rangga itu bernama Shopia. ayah Rangga adalah seorang pekerja diluar negri, yaitu di Amerika, posisi jabatan yang dipegang terbilang cukup tinggi, sebagai kepala bagian produksi.

Ini kenapa kertas kertas masih berantakan seperti ini? " Ucap shopia kembali, matanya menjalar kearah kertas yang berserakan di atas meja yang tidak jauh dari tempat tidur Rangga, berada disisi meja kecil dimana tempat menaruh gelas tadi.

" Aku nggak apa apa mah. Lihat kan aku baik baik saja. " Rangga menujukan kedua bisepnya. Dia pun merasa sangat terkejut dengan perubahan kedua bisep di lengannya.

" Sebentar, lengan kamu kenapa jadi berotot seperti ini? " Shopia merasa heran dengan perubahan tubuh Rangga.

Tentunya bukan shopia saja yang merasa heran, Rangga sendiri heran dengan perubahan tubuhnya itu, lalu menyingkap dengan cepat baju tidurnya, ingin memastikan apa otot perutnya juga ikut berubah.

" Hah! " Rangga terkejut setelah melihat otot perutnya yang berubah sixpack, menyerupai roti kasur itu.

" Hah! " Shopia pun ikut terkejut, melihat perubahan tubuh Rangga, karena sedikit banyaknya tahu kondisi tubuh anaknya itu.

" Aku juga heran mah. " Dengan berucap seperti itu, pikirannya kembali ke mimpinya tadi, apa ini ada kaitannya dengan mimpi dirinya dikejar kejar oleh kakek misterius, disamping sebelumnya tubuhnya terasa ringan.

" Kamu nggak lagi mengkonsumsi suplemen kan? " Ucap Shopia dengan sorot mata cemas. karena jika itu benar, mengkonsumsi seperti itu sangat berbahaya.

" Nggak mah, itu tadi aku mi... " Rangga tidak meneruskan ucapannya, ibunya tidak akan percaya dengan cerita yang terdengar mustahil.

" Kenapa Rangga! Kok nggak diterusin ngomongnya? " Pandangan shopia tetap mengarah lekat pada Rangga.

" Tapi aku nggak mengkonsumsi seperti yang mamah bilang tadi, aku juga nggak ngerti mah? " Rangga bingung harus bercerita yang sebenarnya atau dirinya tetap berada dalam kebingungan untuk menjawab.

" Ya sudah, kalau begitu mamah tinggal dulu. Kalau kamu ada apa apa panggil mamah ya. " Ucap shopia, melihat Rangga yang tengah kebingungan untuk menjawab, dia pun memilih untuk meninggalkan kamar Rangga dengan tatapan yang penuh kasih sayang, kemudian dia melangkah keluar kamar Rangga.

" Iya mah. " Terlihat shopia keluar dari kamar Rangga, setelah dia menutup pintu, dengan cepat Rangga berdiri untuk menuju ke kamar mandi, seraya berjalan ke kamar mandi Rangga menanggal kan semua pakaian yang melekat dibadannya. Disamping memang sedikit basah karena keringat.

Dikamar mandi Rangga memperhatikan seluruh tubuhnya, semua ototnya terlihat membentuk, walau tidak terlalu besar, tapi sangat kekar dan keras. Bahkan dibagian inti tubuhnya mengalami perubahan.

" Wajahku juga terasa lebih halus dan bersih. " Rangga mengusap wajahnya didepan cermin, wajah yang memang sudah terlahir tampan, sekarang semakin terlihat sangat tampan. Di padu dengan otot otot ditubuhnya yang keras dan kekar itu.

" Kamu jangan heran anak muda, aku sudah berada dalam tubuhmu, julukan mu sekarang adalah Dewa Pujangga. Semua perubahan ditubuh mu, efek ilmu yang meresap ditubuhmu, yang ku alirkan. Kamu adalah generasi penerusku yang mempunyai bakat membuat syair dan puisi.  "

" Kakek!! Apa kakek yang berada di mimpiku tadi? " Rangga melihat keseluruhan ruangan kamar mandi namun tidak mendapatkan wujud kakek misterius itu.

" Benar, bakatmu yang suka membuat syair dan puisi, dari itu aku sangat tertarik padamu, dimana setiap syair yang kamu tulis dan lantunkan bagai mantra sakti yang tidak terkalahkan, pergunakan itu dengan baik dan bijak, ada juga syair yang aku wariskan padamu, kamu tak perlu menghapalkannya, karena semua sudah menyatu dalam tubuhmu. Kamu akan melantukan syair itu secara otomatis sesuai yang kamu kehendaki. " Suara dari kakek misterius yang belum menampakan wujud menggema kembali diseluruh ruangan kamar mandi.

" Apa itu benar kek! Kenapa aku nggak bisa melihat wujudmu kek? " Seraya rangga berucap seluruh matanya terarah keseluruhan ruangan kamar mandi, berharap bisa melihat wujud kakek misterius itu, walau ada rasa takut, tapi itu tak sebanding dengan rasa penasaran dirinya.

" Belum waktunya anak muda, nanti ada saatnya aku menampakan wujudku dihadapan kamu anak muda. Satu lagi setiap syair yang kamu tulis akan membangkitkan birahi siapa saja wanita yang membacanya sesuai keinginanmu tentunya, juga saat kamu melantunkan syair itu pada wanita yang kamu tuju, rasa itu memuncak tak bisa terelakan, kidung syair itu sudah menyerap ditubuh mu, hati hati dalam mempergunakannya anak muda. Hahahaha." Dari gaya bahasa kakek misterius itu, menandakan kalau kakek itu berasal dari jaman kerjaan dulu.

Setelah kakek misterius berucap seperti itu, tidak terdengar lagi suaranya, dia langsung melangkah keluar kamar mandi, menghampiri lemari baju untuk mengenakan pakaian yang baru.

Dia menghampiri meja belajarnya yang terlihat berantakan, setelah merapihkan dia lalu melirik jam dinding.

" Masih jam setengah 2. " Gumamnya.

Lalu dia melangkah menuju tempat tidur, hanya sekejap mata terpejam Rangga sudah tertidur pulas.

Pagi sekitar pukul 9 Dikampus Citra Buana.

Rangga terlihat berlari memasuki koridor kampus, gara gara semalam tertidur pulas, Rangga pagi ini bangun sedikit kesiangan, sedangkan hari ini ada kelas tepat di jam 9 pagi.

Telat tiga menit, bisa masuk nggak ya. Ucap Rangga dalam hati, melirik jam tangannya, setelah berada di depan lift menuju ruang kelas dilantai 5.

Hal yang berbeda dari hari hari sebelumnya adalah sesampainya masuk kedalam kampus, hampir semua mata tertuju kearahnya, tidak itu laki laki maupun perempuan, apa lagi setiap mata perempuan yang melihat Rangga, seperti terpikat olehnya. Rangga tahu akan hal itu. Tapi hal itu tidak dihiraukan olehnya, disamping hari ini dirinya sedikit telat masuk kelas.

Rangga terlihat sangat tampan pagi ini, setelah bermimpi semalam, bertemu dengan kakek misterius, dengan model gaya rambut seperti biasa, rambut yang diikat ala kadarnya, sementara dibagian depan rambutnya dibiarkan terurai jatuh sampai dibawah dagunya. layaknya artis artis korea. Mengenakan kemeja putih yang dibagian sisi kanan masuk kedalam celana jeans yang dikenakannya, disisi kirinya dibiarkan keluar, beberapa kancing kemeja bagian atas dibiarkan sedikit terbuka.

Setelah lift terbuka Rangga langsung memencet tombol lantai yang dituju, lalu menekan tombol untuk menutup dengan cepat lift tersebut, sampai lift terbuka dilantai 5, Rangga dengan berlari menuju kelasnya.

Telat 5 menit mudah mudah lagi baik hati dosen killer itu. Rangga berucap dalam hatinya. Setelah didepan pintu kelas rangga langsung masuk.

" Selamat Pagi pak. " Sapa Rangga, dosen yang di anggap paling killer itu langsung menoleh kearah pintu. Tanpa ekspresi datar dan terasa kaku.

" Kenapa kamu terlambat Rangga? " Rangga cukup terkejut dengan ada pertanyaan dari dosen killer itu, biasanya tanpa ada pertanyaan satu patah kata pun, dosen itu langsung mengusir mahasiswa yang telat.

" Maaf pak, saya kesiangan. "

" Besok jangan sampai kesiangan lagi saat pelajaran saya Rangga, sekarang juga kamu segera menuju tempat duduk mu. "

Bukan hanya Rangga yang merasa heran, pastinya semua mahasiswa yang berada dikelas itu memandang dengan penuh keheranan, karena tidak seperti biasa dosen killer itu menyuruh duduk kepada mahasiswa yang telat.

Tapi sejurus dengan keheranan mereka, ada rasa terhipnotis hari ini melihat penampilan Rangga, bukan saja dari kaum wanita tapi juga dengan laki laki dikelasnya.

Aku seperti mempunyai daya pikat yang luar biasa. Wah keren juga ini, Selain diberikan gelar sebagai Dewa Pujangga oleh kakek misterius, aku punya daya pikat yang luar biasa, Rangga berucap dihatinya tanpa memperdulikan semua mata memandang kearahnya. Lalu mengeluarkan beberapa buku dan laptop dari tasnya.

Selingkuh

Sementara itu dikoridor kampus yang tampak sepi.

Cup.

" Aku sudah tidak tahan lagi Liana, ayolah. " Satu tangan Adrian sudah berada diantara pinggang Liana, satu tangannya lagi bergerak hendak menurunkan resleting celananya. Mata Liana langsung terbelalak seketika itu juga.

" Kamu sudah gila! Ini kampus Ian! " Ucap Liana menarik tubuhnya dari dekapan Adrian, tapi Adrian sudah dirasuki nafsu bejatnya. Tidak memperdulikan tempat dan situasi.

Keduanya pun melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, apa lagi dengan beraninya kedua melakukan perbuatan mesum diarea kampus.

Karena mereka tentunya sudah lupa jika sekarang ini mereka tengah berada dikampus, semua tertutup oleh nafsu yang sudah tidak tertahankan, segala kemungkinan akan perbuatannya bisa diketahui oleh dosen, security ataupun mahasiswa lainnya bisa saja melintas dikoridor kampus itu.

Koridor tersebut memang terbilang cukup sepi, disamping berada dilantai paling atas yaitu lantai 8 gedung kampus, dilantai itu hanya terdapat aula yang cukup luas, yang pastinya ramai jika sedang terdapat sebuah acara di aula itu, tapi sesuatu hal mungkin bisa saja terjadi.

Dan benar saja disaat keduanya sudah dalam setengah telanjang, tiba tiba saja mereka dikejutkan dengan suara yang terdengar lirih memanggil nama Berliana.

" Liana? " Sontak saja keduanya langsung merasa terkejut dan seketika itu menghentikan aksinya, dengan cepat keduanya lalu menoleh kearah suara laki laki itu.

" Rangga!! " Berliana buru buru membenahi pakaiannya yang sudah setengah telanjang, merasa sangat panik, jika apa yang dilakukannya itu bisa diketahui oleh Rangga yang tak lain dia adalah pacarnya sendiri.

Hanya Adrian yang terlihat santai, sedikit meludah sembarangan kearah samping, tidak ada rasa bersalah sedikit pun, kemudian hendak pergi begitu saja meninggalkan Berliana yang terlihat kalut menghampiri Rangga.

" Mau kemana lo Adrian!? " Rangga berusaha bersikap tenang, walau gejolak hatinya sangat kacau melihat kejadian yang baru saja dilihatnya.

Setelah berkata seperti itu, Rangga pun menyerukan kidung syair.

" Cakra alam dekap tanpa gelabah dan gundah menggenggam daksa, beku dan kaku, bersama pekat malam, titisan ku titisan syair berdarah. "

Bersama dengan kidung itu diucapkan oleh Rangga, baik Adrian mau pun Berliana kaku seketika seperti patung, tanpa bisa bergerak sedikit pun.

" Apa yang lo lakuin !! kenapa gw gk bisa gerak.! " Ucap Adrian bersuara terdengar begitu panik. Posisi saat tengah membelakangi Rangga, karena tadi adrian mau pergi menjauh begitu saja.

" Bajingan! sudah berbuat mesum, sekarang mau pergi begitu saja? " Matanya kali ini menatap Berliana yang tak mampu bergerak sedikit pun seperti halnya Adrian, hanya matanya yang bergulir ke kanan dan ke kiri, dengan cepat, menandakan kepanikan yang luar biasa.

" Aku minta maaf Rangga, ini tidak seperti yang kamu lihat. " Kata kata klasik yang sering terdengar karena ketahuan berselingkuh terucap dari mulut berlian begitu saja. Seperti tidak ada kata kata lain untuk menyangkal perselingkuhan mereka.

" Pantas saja tadi ada hawa yang sangat kuat untuk menyuruhku ketempat ini, ternyata aku menemukan kalian berbuat mesum, kalau kamu sudah tidak mencintaiku, bilang Berliana! Kamu bukan saja selingkuh dari aku, tapi mengotori dirimu sendiri sampai berbuat mesum di kampus, seperti tidak ada tempat lain! " Walau ada emosi yang meledak ledak di dirinya, tapi Rangga masih mampu mengendalikan diri, dihati kecil Rangga tidak ingin kejadian ini sampai terdengar sampai keseluruh kampus atau dirinya membuat sebuah kegaduhan.

" Aku tidak menyukai seorang laki laki yang selalu buat puisi, syair, Aku... "

" Sukanya yang bisa melecehkan kamu seperti tadi, iyaa! " Berliana belum selesai dengan ucapannya sudah dipotong oleh Rangga.

Berliana terdiam.

" Jawab Berliana!! " Air mata Rangga perlahan keluar dan menetes dikedua pipinya. Ada rasa sakit yang tak mampu digambar melalui kata kata.

Berliana masih terdiam, kepalanya mulai tertunduk.

" Kalau kamu mau seperti itu, aku pun bisa melakukan hal itu Berliana!! bahkan tanpa aku menyentuhmu, aku bisa melakukannya! " Ucap Rangga dengan nafas yang terlihat turun naik karena menahan emosinya. terlintas di otaknya ingin mengetahui kehebatan ilmu yang diberikan kakek misterius itu. Mungkin ini saatnya untuk sedikit menjajal ilmu dari kakek misterius itu.

Berliana mendongak dengan cepat, menatap Rangga tak mengerti dengan apa yang diucapkannya.

" Dan kamu Adrian! kamu akan melihat apa yang aku bisa perbuat kepada pacarku, eee, sebentar, aku ralat ucapanku ini, kamu bisa lihat apa yang aku bisa lakukan kepada mantan kekasihku ini. " Setelah berucap seperti itu Rangga merentangkan satu tangan kedepan dengan seluruh jari jemarinya terbuka lebar

" Bena daksa. !! " Kemudian setelah berucap dua kidung syair itu, tangan yang diposisikan terentang kedepan ditariknya mundur perlahan, seiring gerakan itu, tubuh Adrian memutar dengan sendirinya, kini posisi Adrian sudah menghadap kearah Rangga dan juga Berliana.

Melihat kalau Rangga yang sekarang mempunyai kekuatan yang luar bisa, Adrian semakin terlihat panik, ingin berusaha melarikan diri namun tubuhnya tidak mampu bergerak sama sekali, diam seperti patung, akan tetapi mulut masih mampu berbicara.

" Apa yang akan lo lakuin Rangga? gw mohon maafin gw... gw ngaku salah, gw...." Ucapan Adrian terdengar kalut penuh ketakutan, hingga tidak meneruskan ucapannya.

" Tenang saja Adrian, gw akan pertontonkan pertunjukan yang sangat menarik buat pria mesum seperti lo! " Rangga memotong ucapan Adrian, matanya menatap tajam kearahnya. Bagaimana pun tidak dapat dipungkiri hatinya sangat terbakar, melihat dia dengan penuh nafsu mencumbui Berliana.

" Tolong maafkan aku Rangga! tolong lepaskan aku, aku minta maaf Rangga! " Ucap Berliana bernada memelas.

" Bukan ini yang kamu inginkan dariku, Liana? " Kali ini Rangga menatap tajam kearah Berliana, lalu setelah itu Rangga menyuarakan kidung syair.

" Bhama menyeruak masuk tanpa risih, masuki atma tanpa menjeda, diam bersemayam menggenggam buntara, tunduk memekik seperti janadarna. "

Seiring ucapan syair yang keluar dari mulut Rangga, Tubuh Berliana seketika tiba tiba merasakan ada desiran aneh, seperti ada rangsangan yang sangat kuat menyentuh tubuhnya, namun dirinya tak mampu bergerak sama sekali, hanya lenguhan yang terdengar dari bibir Berliana.

Sementara Rangga menutup tabir diantar dua ujung koridor, supaya tidak ada orang yang bisa memasuki area koridor kampus dimana mereka berada, Rangga ingin memberi sedikit pelajaran untuk Berliana juga Adrian.

Rangga lalu menghampiri Berliana dan menepuk pundaknya, seketika itu juga Berliana sudah dapat bergerak kembali, tapi dirinya sudah sangat terbakar hebat oleh rangsangan yang dirinya sendiri tidak mengetahui dari mana datangnya.

Rangga lalu mundur beberapa langkah menjauh dari Berliana, yang terlihat nafasnya semakin memburu, seperti ada yang mendorong tubuh Berliana, dia pun mundur beberapa langkah sampai terhenti karena tersandar di dinding tembok.

Karena merasakan ada hawa rangsangan yang sangat kuat, tangannya mulai bergerak meraba tubuhnya sendiri, hingga membuka kancing kemeja sendiri.

" Ah, kenapa ini begitu nikmat sekali? " Ucapan itu begitu saja keluar dari bibir Berliana, seraya terus bergerak meraba tubuhnya sendiri.

Dengan terus menerus Rangga tak menghentikan ilmunya, sudah 4 kali Berliana mengalami orgasme begitu hebatnya. Melihat hal itu akan tetapi bagi Rangga tidak sedikit pun terangsang, dirinya sudah dibentengi supaya semua yang terlihat olehnya seperti tontonan biasa.

Sebaliknya terlihat Adrian yang menyaksikan Berliana seperti itu, terlihat sangat bernafsu, dapat terlihat dari sorot mata dan nafasnya yang kian memburu, tapi dirinya tak mampu bergerak sama sekali.

Terlihat Berliana melepaskan kemejanya dan membuangnya begitu saja.

" Sudah cukup anak muda! " Tiba tiba saja terdengar oleh telinga Rangga, kakek misterius itu membisikan di telinganya.

Lalu tanpa dipelajari sebelumnya oleh Rangga, setelah ada ucapan dari kakek misterius itu, satu tangan Rangga diacungkan keatas, setelah telapak tangannya sudah berada diatas, diputar putarnya, lalu dijatuhkan dengan cepat.

Seiring jatuhnya tangan Rangga ke posisi semula, Adrian yang terlihat kaku, kemudian terkulai dengan lemas hingga jatuh terduduk, begitu juga dengan Berliana dirinya terkulai lemas, dirinya seperti sedikit kebingungan dalam kondisi sudah setengah telanjang itu, dengan perlahan mengenakan kembali pakaiannya, nafasnya masih terengah engah, namun birahi melanda tubuhnya sudah mereda dengan seketika.

" Liana, antara aku dan kamu sudah tidak punya hubungan apa apa lagi, terima kasih atas rasa sakit yang kamu berikan, aku pamit tanpa dendam sedikit pun, semoga kamu bahagia Liana, tanpa aku. " Rangga menatap nanar kearah Berliana yang sedang mengenakan pakaiannya kembali, ada perasaan iba yang hinggap dihatinya, melihat Berliana ia perlakukan seperti itu, tapi rasa sakit itu lebih besar dari rasa ibanya.

" Rangga... !! Rangga.. !! tunggu Rangga. !! Aku minta maaf Rangga! " Berliana berusaha mengejar Rangga setelah mengenakan kembali pakaiannya, meninggalkan Ardian yang masih terkulai lemas, tapi Rangga terus berjalan, sampai Berliana kehilangan jejaknya.

Menuntut Balas?

Setelah Rangga berada didalam kamarnya, dia langsung membanting tubuhnya ketempat tidur, dengan sepatu masih melekat dikakinya. Bayangan Berliana dicumbui dikampus tadi terlintas kembali dipikirannya. Dengan cepat dia bangkit dari tempat tidur, lalu duduk disisi tempat tidur, kedua tangannya memegang kedua sisi kepalanya, rambut yang sedikit panjang ditariknya kebelakang, mencoba untuk mengusir bayangan Berliana bercumbu dengan Adrian tadi.

" Aku punya salah apa sama kamu Liana? " Rangga berkata lirih, sekilas lalu menoleh kearah meja belajarnya, kemudian bangkit dari sisi tempat tidur, kakinya melangkah gontai menuju meja belajarnya itu.

Setelah duduk Rangga membuka sebuah buku bersampul hitam terbuat dari kulit, banyak tulisan mengenai Berliana, kecintaan terhadap Berliana tertuang semua dibuku itu.

Hubungannya yang hampir satu tahun itu harus kandas begitu saja, dengan menyaksikannya sendiri bagaimana Berliana dicumbui dikoridor kampus tadi, mungkin kalau dia tidak merasakan hawa yang kuat untuk ketempat itu, mungkin Berliana dan Adrian sudah melakukan lebih dari itu.

Sedikit ada perasaan iba dihatinya, melihat Berliana tadi diperlakukan oleh dirinya seperti itu. Bagaimana pun rasa cinta pada Berliana tak bisa surut begitu saja.

" Aku minta maaf Liana, tak seharusnya aku melakukan hal itu sama kamu, walau kamu sudah melukai perasaanku. " Rangga kembali berucap lirih, jari jemari mengetuk ngetuk buku hariannya.

" Ternyata benar ucapan kakek misterius itu, kidung syair yang tak pernah ku pelajari sebelumnya, secara spontan keluar dari mulut ini, mampu membuat wanita mencapai orgasme tanpa ku sentuh sedikit pun. " Ucap Rangga kembali, kedua tangannya sedikit diulurkan kedepan, melihat kedua tangannya yang sekarang terlihat kekar dan keras.

" Pergunakan hal itu hanya untuk memberi pelajaran saja anak muda, jangan sampai kamu melampaui batas, karena kalau tadi tidak sempat ku peringatkan, wanita itu akan mati secara perlahan, karena selalu mengeluarkan cairan dalam tubuhnya. " Tiba tiba saja kembali terdengar suara kakek misterius itu, dimana sampai saat ini belum menampakan wujudnya.

" Kakek? " Gumam Rangga, matanya menyapu ke setiap sudut ruangan.

Rangga masih menunggu ucapan dari kakek misterius itu kembali, namun suaranya tidak terdengar lagi. Buku yang tengah dipegang olehnya kemudian dibuang begitu saja ketempat sampah.

" Aku sudah memaafkan kamu Liana, namun tidak untuk menerimamu kembali, karena aku tidak mungkin menerima wanita yang sudah disentuh orang lain, sakit rasanya hati ini Liana. "

Tok... tok.. tok..

Rangga sedikit terkejut dengan suara ketokan pintunya, dia pun langsung menoleh kearah pintu.

" Rangga.. dibawah ada Berliana sudah menunggu, temuin sana! Sayang... " Kepala shopia menyembul dari balik pintu, tangannya masih memegang handle pintu.

" Tolong suruh pulang saja dia mah, aku lagi letih sekali hari ini. " Rangga mencoba menyembunyikan apa yang sudah terjadi dengan Berliana, rasanya tidak elok jika diceritakan ke orangtuanya soal kelakuan Berliana tadi dikampus.

" Jangan begitu sayang, ayo kamu temuin dia atau mamah suruh langsung keatas saja? " Shopia masih bersih kukuh untuk Rangga menemui Berliana.

Hufff, Rangga mengeluarkan kasar udara dari mulutnya.

Saat shopia membalikkan badannya dimana berencana untuk memanggil Berliana, ternyata Berliana sudah berada di belakangnya, memasang muka melas didepan Shopia.

" Maaf tante.. "

" Kamu masuk saja gih, Rangga ada dikamar. " Shopia yang belum mengetahui apa yang terjadi langsung menyuruh Berliana masuk, setelah melangkah menuruni tangga.

" Terima kasih Tante. " Shopia hanya menoleh seraya tersenyum mengangguk.

Terdengar ucapan antara ibunya dan Berliana oleh Rangga yang berada di dalam kamar.

Baru saja Rangga hendak berdiri, Berliana langsung memburu Rangga dan memeluk Rangga dengan erat.

" Tolong lepaskan Liana? Kalau tidak aku akan membuatmu tersiksa seperti tadi. " Mendengar ucapan Rangga seperti itu, Berliana melepaskan pelukannya lalu sedikit menjauh dari Rangga.

Yang terpikir oleh Rangga, Berliana akan takut dengan ucapannya itu, lalu pergi dari kamarnya, tapi ternyata setelah melepaskan pelukannya dan menjauh darinya. Berliana melepaskan kancing kemeja satu persatu, dengan bergaya eksotis menghampiri Rangga kembali.

" Aku sama sekali tidak keberatan dengan kamu memperlakukan ku seperti tadi. Aku hanya ingin kamu memaafkan aku, itu saja. "

" Stop Liana...! Jangan sampai aku berbuat kasar sama kamu. " Tangan Rangga mengarah kedepan berliana, namun apa yang terjadi setelah tangan Rangga mengarah kedepan, tubuh Berliana terjungkal kebelakangan, untungnya saat terjungkal tubuh Berliana menimpa sofa yang berada dikamar itu. Jadi tidak ada cidera parah ditubuhnya. Hanya saja terlihat sangat shock.

Hah!

Rangga sedikit terkejut, karena tidak ada niat untuk mencelakai Berliana, hanya menyuruhnya untuk berhenti.

" Kamu! " Berliana menunjuk kearah Rangga lalu pergi berlalu dari kamar Rangga.

" Maafkan aku Liana. " Kata kata yang seharusnya bukan terucap dari mulutnya, karena tidak ada salah sedikit pun darinya, mengalun pelan begitu saja dari mulutnya.

Selama berpacaran dengan Berliana, Rangga tidak sedikit berbuat kasar padanya, bahkan Berliana diperlakukan dengan sangat baik, kadang Rangga suka memberikan sebuah kejutan, membuat puisi lalu diselipkan diantara buket bunga.

Rangga berpikir Berliana akan suka diperlakukan seperti itu, tapi ternyata apa yang dipikirkan dan lakukannya itu salah, Berliana sama sekali tidak menyukai diperlakukan seperti itu dan itu sangat jelas terdengar dari mulutnya saat dikampus tadi.

Rangga Kembali duduk, merapatkan kedua telapak tangannya, lalu diletakan didepan mulutnya dengan kedua sikut tertopang dikedua paha. Lamunannya menerawang kembali dimana dia berusaha membuat Berliana bahagia.

Jika kamu tidak suka diperlakukan seperti itu, kenapa kamu tidak pernah bilang, kamu memilih berselingkuh, dari pada berbicara jujur padaku, ucap Rangga dalam batinnya, pandangan tertuju kearah pintu dimana Berliana berlalu pergi melalui pintu itu.

" Rangga, kenapa Berliana pulang begitu saja? sampai tidak berpamitan sama mamah. " Shopia menghampiri anaknya, dari tatapannya sangat ingin tahu apa yang sudah terjadi dengan mereka.

" Berliana berselingkuh mah. " Akhirnya Rangga bercerita jujur.

" Selingkuh? Kamu melihatnya sendiri atau kata orang lain? " Tanya shopia, yang kini sudah duduk disamping rangga.

" Aku menyaksikannya sendiri mah! itu rasanya sakit sekali, dari itu aku tidak ingin kembali lagi sama dia, tapi aku sudah memaafkan kesalahannya itu kok mah. " Rangga hanya mengutarakan kalau Berliana selingkuh saja, untuk menceritakan soal dia berbuat mesum dikampus, Rangga tak ingin mengatakan hal itu. Bagaimana pun Rangga tidak ingin membuka aib orang lain, apa lagi itu adalah bekas pacarnya sendiri, wanita yang masih dicintai oleh Rangga.

" Oh begitu, mamah mengerti kalau begitu, kalau kamu tidak bercerita, mana mamah tahu soal itu. " Ucap shopia seraya mengelus elus pundak Rangga.

" Sabar ya, wanita sangat banyak didunia ini, kamu jangan berlarut larut dalam kesedihan hanya karena patah hati, itu tandanya juga kalau dia bukan wanita yang baik buat kamu. " Shopia kembali berkata seraya tersenyum dengan lembut, berusaha memberi kekuatan pada anaknya itu.

" Iya mah. " Rangga pun menyunggingkan senyum terus perlahan mengangguk.

" Mamah tinggal ya? "

" Iya mah, makasih ya. "

" Sama sama sayang. "

Sementara itu didalam mobil yang dikendarai Berliana, dia menatap arah jalanan didepannya, wajah penuh dendam, mata hatinya sudah gelap, padahal kesalahan itu berasal dari dirinya sendiri.

" Suatu saat aku akan balas kamu Rangga! " Ucap Berliana seraya memukul pelan setir mobil, tatapannya tajam mengarah kedepan. Dihatinya bertekad akan berguru ke suatu tempat untuk membalas dendam pada Rangga.

Jangan hanya karena kamu punya kesaktian saat ini, kamu memperlakukan kasar seperti tadi, sialan kamu Rangga! laki laki kutu buku!! Norak! " Umpat Berliana dalam hatinya.

Satu bulan kemudian..

" Rangga..! " Rangga menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Terlihat Berry salah satu teman kampus menghampiri. Saat mereka sudah berdekatan keduanya melakukan sebuah tos.

" Lo udah denger berita tentang Berliana? " Tanya berry.

Rangga hanya menggeleng.

" Ini lo mau kemana? " Tanya Berry kembali, tangannya menunjuk kearah Rangga, saru tangannya lagi merogoh kantong celananya.

" Kantin. "

" Ya udah gw akan ceritain nanti dikantin, kebetulan memang lagi laper nih. " Ucap Berry seraya merangkul pundak Rangga untuk mengajaknya ke kantin.

Sejujurnya Rangga tidak ingin mendengar cerita tentang Berliana lagi, selama dua Minggu ini Liana menghilang dari kampus, menurut keterangan yang beredar Berliana memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih untuk hidup dikampung neneknya, di desa Wonosari malang, jaraknya cukup jauh dari desa susukan, kisaran 872 km jarak tempuhnya.

" Jadi gini Ga, menurut kabar terbaru, Berliana pergi ke gunung untuk mencari guru, iya tepatnya gunung itu berada di dekat desa Wonosari, gunung apa ya namanya? Oh, gw inget sekarang nama gunung itu Arjuna. "

" Lo kata siapa? " Pertanyaan yang terucap dari mulut Rangga terdengar bernada malas.

" Si Adrian anak fakultas teknik, dia cerita soal itu ke si Beno, dari Beno nyampe deh berita ke gw, bang.. ! " Berry memanggil pelayan kantin untuk menghampiri dirinya setelah sedikit bercerita.

" Lalu apa hubungannya dengan gw Berry? gw udah putus sebulan yang lalu. Jadi ya gw sama dia sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. " Ucap Rangga berkata bernada sedikit acuh menanggapi cerita Berry itu. Iya, Rangga sudah bisa melupakan Berliana saat ini.

" Yang gw dengar dari Adrian. Nah gw ceritain ke lo nih, karena bagaimana pun lo mantannya dia kan? "

" Adrian apa Beno? "

" Iyaaa, Beno dari Adrian, ah sama ajalah. "

" Iya mas? " Pelayan kantin sudah berada dihadapan Rangga dan Berry pun sedikit membungkuk sopan.

" Sebentar, Ga! lo pesen apa? "

" Gw pesen gado gado sama es jeruk mas. " Ucap Rangga yang melempar pertanyaan dari Berry ke pelayan kantin.

" Oke. Mas pesenan samain aja ya, saya juga pesenan gado gado sama es jeruk. " Kata Beno pada pelayan kantin.

" Baik mas. " Lalu pelayan kantin itu berlalu dari hadapan mereka.

" Nah, menurut info lagi, kalau Berliana ke Gunung sendoro itu, ingin menuntut balas sama Lo katanya. " Setelah pelayan kantin berlalu, Berry kembali meneruskan ceritanya.

" Hah! Apa!? " Rangga terkejut mendengar cerita dari Berry seperti itu.

Apa tidak cukup dengan aku diam selama ini, atas perbuat kamu Berliana? kamu merasa seolah olah paling tersakiti dan ingin membalas dendam padaku, lucu sekali Berliana, Rangga berucap dalam hatinya.

" Yeh kenapa jadi bengong. " Ucap Berry yang melihat Rangga yang tadi sempat terkejut, sekarang terlihat melamun.

" Ya sudah biar ajalah, suka suka dia. Pastinya gw tahu dia sudah ngarang cerita ke orang orang kalau gw udah berbuat kasar sama dia. " Rangga menyandarkan punggungnya ke bangku kantin berjenis kayu itu, melipat kedua lengan didepan dadanya.

" Memang apa yang sebenarnya terjadi sih Ga? "

" Suatu saat lo akan tahu sebenarnya apa yang terjadi, saat ini gw lagi malas cerita. "

" Permisi. " Pesenan mereka pun datang, pelayan kantin meletakan pesenan mereka di meja.

" Ada tambahan lagi mas? " Tanya pelayan kantin itu masih berdiri dihadapan mereka, setelah meletakan pesanan.

" Cukup mas, makasih ya. " Ucap Berry.

" Kalau begitu saya tinggal ya mas. "

" Eh jangan dong, aku lagi sayang sayangnya kok ditinggal... " Beno menirukan gaya wanita, pelayan kantin sedikit mengerutkan keningnya.

" Apa sih? hahaha.. " Rangga yang merasa lucu dengan ucapan Berry dia pun tertawa lebar.

" Hahaha.. ngga kok mas, just kidding, silahkan dilanjut ya. " Ujar Beno pun akhirnya tertawa terbahak.

Setelah berhenti tertawa Rangga meraih sendok dan garpu, ketika sedang mengaduk gado gado, Rangga bersuara dalam hatinya.

Jangan buat seekor kucing yang terlihat lucu berubah menjadi seekor singa lapar Liana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!