Alexa baru saja menyelesaikan bimbingan belajar bersama guru privatnya beberapa menit yang lalu. Melihat kearah jam digital yang menunjukkan pukul 19.05 sepertinya sudah cukup waktu yang Ia habiskan untuk beristirahat Ia harus segera bersiap-siap. Melangkahkan kaki keluar dari ruang belajarnya berjalan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri melakukan ritual mandinya seperti biasa. Alexa menatap pantulan dirinya dicermin memastikan penampilannya, Ia hanya tak ingin mendapatkan komentar pedas dari sang Mama sesimpel terkait apa yang Ia kenakan ataupun riasan wajah yang menutupinya. Alexa mengenakan setelan tweed dipadukan dengan high heels serta aksesoris perhiasan. Keluar dari walk in closet turun kelantai bawah, melihat anggota keluarganya yang sudah siap menghadiri pesta.
"Pilihan yang bagus tidak mengecewakan" puji Alana Mamanya.
Disebuah hotel bintang lima didaerah Jakarta Selatan tepatnya dilantai paling atas adalah tempat acara diselenggarakan, yang dihadiri oleh bintang ternama para pengusaha, pejabat konglomerat serta profesi lainnya. Alexa berada didepan stan berisi berbagai macam jenis makanan penutup, Ia menaruh satu persatu dessert tersebut keatas piring yang Ia bawa. Sebuah tepukan pada pundaknya menghentikan kegiatannya, Mamahnya datang merebut cupcake digenggamannya dan menaruh piringnya diatas meja.
"Makanan manis bisa nambah berat badan" ucap Alana sambil tersenyum menarik lengan Alexa pergi membawanya kearah kumpulan wanita sosialita yang ada disana.
"Ini lho Alexa anak perempuanku" ujar Alana memperkenalkan Alexa pada teman-temannya.
"Oh ini toh yang namanya Alexa, yaampun cantik sekali, tinggi, langsing persis Mamanya waktu muda" puji salah satu teman Mamanya yang tak Ia kenali.
"Makasih Tante" ucap Alexa sambil tersenyum.
"Bisa dong kamu jadi model seperti Mamamu dulu" komentar teman Mamanya yang lain, berhasil membuat wajah Alana Mamanya, berubah menjadi datar untuk seperkian detik sebelum Ia menarik senyumnya kembali.
"Alexa akan ngelanjutin usahaku jadi desainer atau punya brand skincare makeup sendiri"
"Oh ya berarti kuliah nanti kamu ambil jurusan tata busana atau kecantikan?" tanya teman Mamanya yang lain.
"Emm...iya tante" jawab Alexa dengan senyum yang dipaksakan.
Sebuah fakta yang baru diketahui Alexa hari ini, kalau Mamanya dulu merupakan seorang model. Seharusnya Ia sudah tak heran lagi, mengingat bahwa Mamanya juga mantan artis, yang kini sudah pensiun dari dunia entertain tapi tetap saja fakta tersebut masih mengejutkannya.
Mobil yang Mereka tumpangi berhenti didepan sebuah restoran mewah, Papa dan Kakanya sudah turun terlebih dahulu, tersisa dua orang didalam mobil Alexa dan Mamanya. Alana berbalik menghadap Alexa yang duduk dibelakang tangannya terulur menyentuh wajah Alexa.
"Tolong jaga sikap kamu didalam, jangan makan terlalu banyak kayanya kamu gendutan" ucap Alana sebelum keluar menyusul yang lain.
Makan malam hari ini berbeda dengan yang biasanya bertambah satu keluarga yang ikut bergabung dengan malam kali ini, sepasang suami istri dan seorang anak lelaki yang Ia perkirakan seumuran dengan Axel kakaknya.
"Perusahaan gimana Dave?" tanya Alex Papanya membuka percakapan.
"Syukur lancar seperti biasa sekarang lagi ngurusin proyek terbaru disurabaya" jawab Dave.
"Kalau resto dan toko rotimu gimana sekarang Fanny?" tanya Alana pada sahabatnya itu.
"Baik juga Alana, karyawan aku yang pegang kendali aku cuman datang memantau kesana sesekali" jawab Tiffany.
"Drrrk"
Alexa bangkit dari kursi pamit izin ke toilet meninggalkan kumpulan orang yang ada diruang privat tersebut. Membuka bilik toilet yang terletak paling ujung, selama makan malam tadi Ia terus teringat akan perkataan Mamanya saat dimobil. Alexa dengan sengaja memasukkan jari telunjuknya kedalam mulut, membuatnya memuntahkan isi cairan perutnya kedalam toilet. Alexa terduduk lemas diatas closet dengan kepala yang bersender dibilik toilet. Membasuh tangan diwastafel dari sini Alexa bisa melihat pantulan dirinya dari dalam cermin dengan sorot yang sulit dijelaskan.
Baru beberapa langkah Ia keluar dari toilet kepalanya terasa pusing membuatnya jatuh terduduk dilantai. Sepasang kaki berhenti dihadapannya membuatnya mendongak keatas, tatapan keduanya bertemu tanpa sadar setetes air mata berhasil lolos keluar dari kelopak mata Alexa. Orang dihadapannya anak lelaki dari teman orang tuanya itu entah siapa namanya membungkuk mengulurkan tangan.
"Lo gapapa?"
"Gapapa Gue bisa sendiri"
Sadar akan tingkah bodohnya Alexa menyeka air mata dipipinya. Spontan Ia langsung bangkit berdiri, berjalan pelan dengan tangan yang sesekali memegangi kepala.
"Kalian pasti udah lupa sama Om dan Tante, terakhir ketemu dulu waktu Alexa baru belajar jalan, kalau Axel masih balita empat tahun kalau gasalah" ucap Dave.
"Iya sekarang pas ketemu malah buat pangling.. tinggi, ganteng sama cantik lagi" tambah Fanny.
"Om sama tante bisa aja" jawab Axel kakaknya sedangkan Alexa hanya tersenyum menanggapi.
"Oh iya tante baru tau lho kalau kalian ternyata satu sekolah juga sama Elio" ucap Fanny menambahkan
Percakapan mengalir sekitar setengah jam sebelum Mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Kini Alexa sudah sampai didalam rumah, baru selangkah kakinya berada diunggakan tangga aktivitasnya terinterupsi oleh perkataan Mamanya.
"Jangan lupa hapus make up sebelum tidur nanti wajahmu jerawatan" ucap Alana yang tengah duduk disofa ruang tamu.
“Iya Ma” ujar Alexa.
Melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti Alexa menghela napas kasar, tentu saja Alexa akan lakukan tanpa perlu Mamanya peringatkan, kejadian yang terjadi sepanjang malam ini membuat moodnya makin memburuk pikir Alexa.
Acara seperti inilah yang paling Elio hindari pertemuan kalangan atas yang isi obrolan pembahasannya tidak jauh dari urusan pekerjaaan, bisnis, perusahaan dan sebagainya. Orang menghadiri acara seperti ini untuk menambah relasi berkenalan dengan kolega atau memperkenalkan penerus didepan publik. Kalau saja bukan atas permintaan kedua orang tuanya Ia tidak akan sudi untuk beramah tamah mengobrol dengan rekan kerja Ayah dan Bundanya mereka tidak benar-benar tulus beberapa diantaranya bermuka dua dan mempunyai maksud tersembunyi.
Tapi ada satu hal yang berhasil menarik perhatiannya, tanpa sadar kedua bola matanya terus membawanya untuk menatap kearah seorang perempuan yang terlihat antusias diantara jejeran hidangan makanan penutup, sebelum Ia dihampiri oleh seorang wanita yang terlihat seperti Ibunya menariknya kearah kumpulan wanita disana bagaimana ekspresi perempuan tersebut yang berusaha untuk terus tersenyum dihadapan sang ibu dan teman-teman ibunya.
"Menarik" pikir Elio tanpa sadar menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis.
Entah kebetulan atau apa perempuan yang sedari tadi Ia perhatikan itu kini duduk dihadapannya makan malam bersama kedua orang tuanya dan kedua orang tua perempuan itu juga anak lelaki yang Ia rasa pernah melihatnya entah dimana. Perempuan yang Ia ketahui bernama Alexa itu bangkit dari duduknya pamit izin ke toilet, segera setelah perempuan itu pergi Elio melakukan hal yang sama meminta izin pamit ke toilet. Toilet perempuan yang pintunya sedikit terbuka membuat isi didalamnya terlihat, hanya satu bilik yang pintunya tertutup meskipun jarak yang cukup jauh dari tempatnya berdiri samar-samar Ia mendengar suara perempuan sedang muntah.
"Tapi apa iya itu Alexa" pikirnya sebelum masuk kedalam toilet khusus pria disebelahnya.
Keluar dari toilet Elio mendapati Alexa yang tengah berjalan sembari memegangi kepalanya sebelum jatuh terduduk dilantai. Elio membawa langkahnya mendekat, hanya untuk sekedar mengecek keadaan perempuan itu. Alexa mendongak sadar akan kehadirannya tatapan keduanya bertemu tapi..
"Dia nangis?" batin Elio bingung akan reaksi Alexa.
"Lo gapapa?" Elio membungkukkan badan mengulurkan tangan berniat membantu.
"Gapapa Gue bisa sendiri" tolak Alexa menyeka air mata dipipi dan langsung bangkit berdiri berjalan pelan dengan tangan yang sesekali memegangi kepala.
Elio berjalan dibelakangnya mengawasi pergerakan Alexa berjaga-jaga seandainya keadaan perempuan tersebut memburuk.
Perpustakaan merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi murid di GIS atau yang biasa dikenal dengan Garuda International School. Elio termasuk kedalam salah satu siswa yang terkadang mengunjungi tempat tersebut, akan tapi berbeda dari yang lain, Ia tidak datang untuk membaca ataupun meminjam buku, tidak juga untuk mengerjakan tugas didepan komputer yang berjejer disana. Dirinya hanya datang sesekali untuk tidur, bukan apa suasana perpustakaan yang tenang, bean bag yang begitu empuk membuatnya nyaman berlama-lama ditempat itu. Setidaknya begitulah rencananya hari ini tidak sampai netranya menatap sosok perempuan dengan rambut panjang bergelombang, perempuan itu yang kemarin Ia temui, ya benar Alexa ternyata satu sekolah dengannya.
Gadis itu membawa langkahnya mengelilingi rak buku mencari buku yang akan Ia pakai sebagai referensi untuk tugasnya. Buku yang Alexa cari akhirnya ketemu tapi berada dirak paling atas, sial tingginya yang tidak seberapa membuatnya kesulitan untuk meraih buku tersebut. Alexa berjinjit untuk meraih buku tapi hanya berhasil menyentuh ujungnya, Ia lalu mencoba loncat dan berhasil mendapatkan buku tapi bukan hanya satu melainkan tiga buku, dua diantaranya jatuh menimpa kepalanya. Hal tersebut berhasil memantik tawa kecil keluar dari Elio. Jarak keduanya yang cukup jauh membuat Elio bisa dengan leluasa mengamati setiap pergerakan Alexa.
"Aduh, ini siapa si yang punya ide ngebuat rak buku lima tingkat" gerutu Alexa dengan bibir cemberut sembari menaruh asal dua buku yang jatuh tadi pada rak buku.
Alexa membawa buku itu ke salah satu meja yang ada disana, membuka tablet dan pulpennya, memakai kacamata anti radiasi miliknya, barulah Ia memulai aktivitas belajarnya dengan serius, jam pelajarannya sedang kosong, Ia harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Sejam sudah berjalan Alexa belajar tanpa sadar Ia terlelap diatas meja dengan kepala menghadap menyamping.
Elio yang sedari tadi memperhatikan tanpa sadar kakinya menuntun langkahnya untuk menghampiri gadis itu. Menarik bangku ikut duduk disampingnya ikut membaringkan kepala menatap kearah Alexa, jarak mereka cukup dekat sikut keduanya hampir bersentuhan.
"Lucu" ucap Elio tanpa sadar melihat gadis didepannya.
Kacamata yang bertengger diatas kepala Alexa jari yang masih menggenggam pulpen elektronik, dan napas lembutnya yang teratur.
Bel istirahat makan siang yang berdering membuat tidur Alexa terusik, Alexa membuka kedua matanya bertanya-tanya apakah Ia sedang bermimpi kenapa lelaki yang Ia temui tadi malam ada dihadapannya. Mengedipkan matanya berkali-kali Ia tidak salah lihat itu benar dia lelaki tadi malam yang ada diresto. Elio yang
tidak sempat pergi dan Alexa yang terbangun Ia mencoba untuk menyapa gadis itu.
"Hai..em Gue mau coba ngasih tau Lo bentar lagi bel jadi.." ucap Elio kesulitan merangkai kata bingung ingin mengatakan apa.
"Oh..makasih" Alexa merapikan barang bawaannya.
"Gue duluan" ucap Alexa sebelum pergi meninggalkan Elio diperpustakaan.
Entah sudah berapa kali semesta kembali mempertemukan Elio dengan Alexa. Seperti saat ini Elio ditempat parkir menatap dari jauh disebelah sana Alexa seperti tengah menunggu sesuatu. Setengah jam berlalu gadis itu terlihat sedang menelpon disebrang raut wajahnya ditekuk Ia mematikan panggilannya terlihat mengotak atik benda persegi tersebut. Elio memutuskan untuk datang menghampiri.
"Butuh tumpangan?" tawar Elio berhenti didepan Alexa mengendarai motor besarnya.
Alexa memutuskan untuk menerima tawaran Elio, setelah dipikir akan memakan waktu memesan taxi, ditambah Ia sudah telat datang ke tempat lesnya. Elio mengulurkan tangan berniat membantu alexa naik keatas motornya yang lumayan tinggi, tapi seperti tidak perlu melihat bagaimana gadis itu sudah duduk diboncengan, niatnya juga keduluan untuk membuka pijakan kaki dibelakang.
"Ayo jalan" ajak Alexa.
Oke Elio jangan terlalu mengkhawatirkan yang tidak perlu mungkin gadis itu tidak membutuhkan bantuannya pikir Elio.
Hujan yang turun secara tiba-tiba dipertengahan jalan membuat Elio memutuskan untuk berhenti meneduh dideretan ruko yang kosong.
Mengecek keadaan perempuan yang berdiri disebelahnya, Ia sih aman mengenakan jaket dan helm jadi hanya celananya yang sedikit kebasahan.
"Oh shit" umpat Elio dalam batin.
Bagaimana tidak Alexa kebasahan rambutnya sedikit lepek tapi bukan itu poin utamanya kemeja putihnya yang basah membuatnya transparan memperlihatkan pakaian dalam perempuan itu. Hitam...cokelat... Elio mencoba mengenyahkan pikiran yang bersarang dengan menatap kearah lain. Elio melepaskan jaketnya langsung menyampirkan jaketnya dipundak Alexa.
"Eh gaperlu.." belum sempat Alexa menyelesaikan kalimatnya Elio memotong.
"Pakai emm..itu kelihatan" ucap Elio masih dengan menatap kearah yang berlawanan.
"Hah?..makasih Gue pinjem ya"
Alexa tenggelam dalam jaket kebesaran milik Elio, tubuhnya yang mungil membuat jaket milik Elio menutupi hingga seperempat dari roknya, bahkan jari tangannya ikut tertutup jaket.
Sudah tiga puluh menit waktu berjalan hujan tidak kunjung berhenti.
"Hujan kaya gini biasanya awet masih mau nunggu disini atau..?" Elio menjeda kalimatnya sengaja memancing tanggapan.
"Kalau nunggu kayanya bisa makin lama, lesnya juga ga akan keburu pulang aja" Alexa menanggapi setelah menimbang.
Elio menyerahkan helm digenggamannya pada Alexa.
"Pakai, pandangan Gue kabur kalau pakai helm" Elio beralibi agar Alexa tidak menolak.
Motor yang mereka tumpangi berhenti didepan gerbang besar kediaman Wijaya. Alexa turun dari motor berwarna hitam tersebut.
"Oh iya jaket.." belum sempat membuka kaitan helm berniat mengembalikan omongannya dipotong.
"Gue duluan" Elio menancapkan gas pergi dari sana.
Elio memang sengaja agar Alexa memakai helm dan jaketnya karna dia masih kehujanan dari gerbang hingga pintu rumah pikir Elio.
Elena menekan tombol intercom digerbang yang terhubung membuat gerbang terbuka otomatis. Masuk kedalam rumah pelayan datang tergopoh-gopoh kearahnya dengan handuk ditangan.
"Yaampun non kok basah kuyup gini"
"Makasih Bi, yang lain mana?" Alexa menerima handuk yang dibawakan.
"Tuan Nyonya masih dikantor kalau Den Axel gatau"
"Kak Axel kerja kelompok, Alexa ke atas ya Bi" pamit Alexa berjalan kekamarnya.
Alexa selesai mandi dan berganti pakaian melihat kearah keranjang pakaian kotor disana ada jaket dan helm milik Elio membawanya ikut turun kebawah.
"Yaampun non biar bibi yang bersihin"
"Gapapa Bi lagian cuman sedikit" ucap Alexa sebelum masuk keruang laundry.
Setelah membersihkan dan mengeringkan helm milik elio. Ia memasukkan jaket dan deterjen bayi yang biasa Ia gunakan kedalam mesin cuci. Kulit Alexa tergolong sedikit sensitif sehingga Ia menggunakan produk bayi untuk perawatan kulitnya termasuk parfum non alkohol, karena jika tidak Ia akan mengalami gatal kemerahan.
Elio baru saja selesai makan malam dengan kedua orang tuanya kini mereka sedang bersantai diruang keluarga menonton televisi dengan Ayah dan Bundanya yang tengah bermesraan disofa sebelahnya.
"Bunda udah lama temenan sama om Alex tante Alana?" Celetuk Elio tiba-tiba.
"Kalau sama Alana udah dari SMA kenapa emangnya?" Jawab Fanny menghentikan kegiatan menyuapi anggur ke sang suami.
"Tadi El ketemu Alexa" ungkap Elio bercerita.
"Oh ketemu Axel juga ga? dia seangkatan sama kamu" tanya Fanny.
Menghiraukan pertanyaan sang Bunda Ia balik bertanya.
"Ayah..Bunda ga akan jodohin Aku sama Alexa kan?" todong Elio dengan raut wajah serius.
"Dih kamu pikir ini jaman siti nurbayah !"
Fanny heran dengan kelakuan putra semata wayangnya itu padahal dia yang sering nonton drakor kenapa malah anaknya yang kebawa picisan seperti ini.
"Kenapa kamu mau dijodohin?" tanya Dave dengan menaikturunkan alis bermaksud meledek sang putra.
"A..apaansih..nggaa udaah El kekamar" sanggah Elio mencium kedua pipi Bundanya sebelum berbalik kearah kamarnya.
"Susu cokelatnya jangan lupa diminum" ujar Fanny.
"Iyaa"
Saat ini Alexa tengah berada dikantin untuk makan siang dijam istirahat bersama temannya Ghea. Alexa memesan roti lapis sedangkan temannya memesan ayam katsu. Dari jarak beberapa meter netranya menangkap sosok Elio bersama dengan teman-temannya. Ghea mengikuti arah pandang temannya itu.
"Kenapa Lo kenal sama mereka?" tanya Ghea.
"Salah satunya, Lo juga kenal sama mereka?" ucap Alexa.
"Satu sekolah juga kenal kali sama mereka, Gue kenal doang.. interaksi? belum pernah" ujar Alexa.
"Kenapa banyak yang kenal mereka?" Alexa heran dengan perkataan temannya itu.
"Lo gatau?.. nih ya dengerin!..yang disebelah kiri namanya Calvin dia itu pinter banget berkali-kali menangin OSN.. ya walaupun pinteran kakak Lo, samping Calvin dia Bryan ni anak agak beda langganan bk sering bolos telat masuk banyak pokoknya, yang sebelah kanan namanya Hiro dia playboy cap badak sering gonta-ganti cewe tapi ga pernah dipacarin, nah kalau yang ditengah dia Elio kebanggan GIS dia sering menangin lomba dibidang olahraga" jelas Ghea panjang lebar.
"Ohh.. gitu mereka kelas berapa?" tanya Alexa pada akhirnya.
"Mereka seangkatan Axel Kakak Lo" Ghea geram dengan temannya yang satu ini segitu ngga tahunya kah dia.
"Hah yang ini seriusan Gue baru tau" ucap Alexa.
Bel masuk berbunyi tanda pergantian jam pelajaran beberapa siswa terlihat meninggalkan kan kantin menuju kelas masing-masing.
Alexa baru saja menyelesaikan lesnya Ia keluar untuk berjalan kearah minimarket terdekat dari sini disudut gang Ia melihat sekumpulan sepeda motor. Terlihat dua orang memegang seseorang dan membawanya masuk kedalam disusul teman-temannya yang lain. Bunyi benturan terdengar diam-diam Ia berjalan kearah mereka bersembunyi didekat kumpulan kardus tak terpakai. Dari sini Alexa bisa melihat pergerakan dan mendengar percakapan mereka.
"Hahhaha.. mana temen-temen Lo?" ucap salah satu pria yang ada disana.
"Lo apa-apaan ga terima kalah taruhan lagi?" Tunggu Alexa seperti mengenalnya tapi siapa sosoknya ga kelihatan terhalang dua pria yang memeganginya.
Pria yang ditahan itu menyikut salah satu yang memeganginya dan menendang salah seorang yang lain. Memukul membabi buta dua yang lain hingga semuanya jatuh kesakitan perkelahian pun tak terelakkan. Alexa menghitung total lima orang yang dilawannya. Pria itu menghadap kearah Alexa tunggu Ia hampir melihat dengan jelas sekarang. Salah satu diantaranya bangkit membawa balok kayu berniat melayangkan kearah kepalanya tapi meleset sehingga mengenai punggung.
Tersadar akan posisinya yang hanya diam menonton Alexa mengambil tindakan memutar suara sirine polisi melalui ponselnya berhasil membuat kelima orang yang berada disana berlari tertatih-tatih membawa motor masing-masing dan pergi meninggalkan seorang pria yang duduk tergeletak.
Alexa menghampiri pria tersebut bermaksud membantu membawanya pergi dari sana. Tatapan keduanya bertemu terlihat sorot menahan sakit dinetranya tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Fakta kalau Elio adalah sosok yang daritadi Ia merasa kenali.
Disinilah keduanya berada dibangku depan minimarket. Alexa membawa Elio kemari, memang itu tujuannya dari awal berniat membeli snack tapi tidak jadi Ia malah membeli obat merah dkk. Tentu saja Ia sekarang tengah mengobati Elio, duduk berhadapan dengan jarak dekat terpisah satu meja diantara keduanya.
"Sssh" ringis Elio.
"Sebentar dikit lagi" ucap Alexa sambil kembali mengompres kapas dipelipis Elio yang lebam.
"Nah udah sekarang tinggal bibir Lo" ucap Alexa sambil menuangkan cairan keatas cotton bud menempelkannya disudut bibir Elio yang sobek.
"Ga..us.." belum sempat Elio menjawab Alexa kembali memotong.
"Bentar doang kok" bantah Alexa.
Tunggu Ia teringat punggung Elio yang sempat terkena balok kayu.
"Kak coba lo balik badan" titah Alexa malas berdebat Elio segera mengikuti arahannya.
"Kak lepas baju Lo" perintah Alexa.
"Ga..per.."
"Baju lo basah kena darah" untuk yang kesekian kalinya Alexa memotong perkataan Elio.
Elio melepas kaos yang dikenakannya. Alexa menatap punggung Elio ikut meringis ngilu melihat luka ditubuh Elio, memang tidak dalam, sebagian besar lebam keunguan disertai goresan dengan bercak darah mengering diatasnya.
Setelah selesai mengobati seluruh luka yang ada dibadan Elio Ia memberikan sebuah kaos warna putih berlogo minimarket yang baru saja Ia beli. Menyuruh agar Elio mengenakannya.
Kini ada satu fakta yang Ia ketahui tentang Elio, ternyata selain memiliki tubuh tinggi Elio juga memiliki tubuh yang bisa dibilang seksi. Bagaimana tidak Ia baru menyadari kalau Elio mempunyai bahu yang lebar otot yang menonjol dan last but not least roti sobek, ada delapan seingatnya. Sial pikirannya jadi berkeliaran.
"Kak makanya Lo jangan ikutan geng motor kaya gitu" Alexa memberi nasehat yang justru malah membuat Elio bingung.
"Siapa yang ikutan geng motor?" Heran Elio.
"Ya Lo lah Kak terus anggota Lo yang lain mana? pada dimarkas?" Alexa menodong Elio dengan pertanyaan yang makin membuatnya tak mengerti.
"Lo lagi ngomongin apa si? Gue bukan anggota geng motor, gapunya markas atau apalah itu" bantah Elio.
"Lah terus mereka tadi pada pakai moge, Lo sama temen-temen Lo disekolah juga"
"Bukan berarti kita anggota geng motor kan"
"Iya..gu.." telefon Alexa yang bergetar menginterupsi keduanya.
"Kayanya Gue harus pulang.. Lo mau ditelfonin Om Dave atau Tante Fanny?" tawar Alexa.
"Gausah Gue pulang sama temen..oh ya jangan laporin kejadian hari ini sama mereka" ujar Elio.
"Oke Gue pulang, jangan lupa periksain ke dokter" ucap Alexa sebelum masuk kedalam mobil jemputannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!