Waktu ... sebenarnya apa itu waktu? apakah ia bisa dilihat atau tidak?. Apakah waktu bisa diputar kembali? tentu saja tidak, karena para ilmuwan menyatakan bahwa "waktu" itu relatif. Ia tidak bisa diputar balik sebagai memutar balik jarum jam, namun waktu akan terus berjalan ke depan baik dengan cepat ataupun lambat. Jadi waktu tidak bisa diputar balik, namun bisa dibengkokkan layaknya sebuah karet yang putus.
Karena itulah berhati-hatilah dalam hidup karena "waktu" itu relatif. Jaga hidupmu dari hal-hal yang tidak kau inginkan, karena jika kau salah melangkah, maka waktu akan berjalan sesuai langkah yang kau jalani. Itu mungkin bisa membawamu kepada hal yang buruk.
Namun kurasa setelah melewati suatu hal yang mengejutkanku ... aku tidak percaya lagi pada "waktu". Semua hal itu dimulai sejak malam yang kuharap adalah malam terindah bagiku.
Malam hari yang indah dengan bulan yang bersinar akibat refleksi cahaya matahari dan bintang-bintang yang bersinar yang jaraknya ribuan tahun cahaya. Akan kujalani malam ini dengan penuh warna, karena malam ini aku akan bertemu dengan seorang wanita cantik yang kucintai sejak lama. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya, karena kami sudah cukup lama tidak bertemu.
Kami berjanjian untuk bertemu di sebuah restoran mewah, untuk makan malam pertama kami dan juga kepulanganku. Sebelum datang ke restoran itu, aku pergi ke toko bunga untuk membeli sekuntum bunga mawar merah yang cantik nan harum. Jantungku berdebar-debar dengan hebat, padahal aku tidak pernah merasa gugup seperti ini sebelumnya. Oh tuhan ... inikah yang disebut dengan cinta!.
Tak lama setelah itu, aku segera datang. Kulihat dari kaca jendela restoran mewah, seorang wanita cantik dengan gaun merahnya yang cantik dan seksi sedang melamun menunggu kedatanganku. Perlahan-lahan aku menghampirinya dari belakang dengan diam-diam, berharap dia terkejut dengan kedatanganku dan juga sekuntum bunga mawar yang indah ini.
Aku menepuk pundaknya yang lembut dan putih itu, dan saat dia menoleh, aku menyodorkan bunga mawar yang kubawa tepat di depan wajahnya. Dia kemudian menatapku dengan tatapan yang berbinar-binar dan tersenyum manis dengan lebar. Kemudian kami menghabiskan waktu dengan banyak bicara sampai larut malam.
Hingga akhirnya dia mengajakku keluar restoran dengan tiba-tiba dan menarik tanganku dengan lembut. Kami pergi ke sebuah gang gelap dan sepi yang ada di balik restoran itu. Aku mulai berpikir hal aneh dan mesum yang akan terjadi di sini di antara kami.
Tapi sejak kapan dia menjadi orang yang liar seperti ini haha, dasar Lasiana ... sepertinya sejak aku meninggalkannya selama 3 tahun ke luar negeri, kau sudah bukan lagi seorang Lasiana yang pemalu dan penakut seperti dulu ya. Kalau kau ingin melakukan hal-hal mesum disini, maka baiklah aku akan melayaninya dengan sepenuh hati jika itu memang maumu.
"Demand ... sudah berakhir." Ucapnya dengan nada suara yang dingin.
Aku yang mendengar kata-katanya barusan, membuatku bingung, "Lasiana? apa maksudmu?" ucapku dengan heran, dan aku ... merasakan ada kejanggalan disini.
Dia sama sekali tidak menoleh ke arahku sejak keluar dari restoran tadi. Padahal sebelumnya, saat di dalam restoran dia selalu menatap wajahku dengan tersenyum manis seperti Lasiana yang kukenal. Tapi saat ini dia sama sekali tidak menghadap ke arahku, dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku.
Kemudian ... tiba-tiba saja tanpa kusadari ada seseorang yang datang dari belakang dan menancapkan sebuah pisau dapur tepat di bagian dadaku. Keadaan disini semakin membingungkan dan kepalaku sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Apa? apa yang terjadi sebenarnya, ada apa ini?!.
Apa ... apa maksud dari semua ini? Lasiana yang tiba-tiba berubah menjadi orang yang sama sekali tidak kukenal ... kemudian seseorang dari belakang menusukku dengan pisau dapur. Keadaan macam apa ini sebenarnya? aku sama sekali tak mengerti.
Perasaan sakit macam apa yang sedang kurasakan saat ini ... sakit yang diakibatkan oleh sebuah pisau yang menancap di dadaku ... atau sakit yang diakibatkan oleh Lasiana.
"Lasiana? hei ... kenapa?" ucapku dengan suara yang lemah karena hampir kehilangan kesadaranku.
Lasiana sama sekali tidak menghiraukan perkataanku dan dia pergi meninggalkanku berjalan ke depan. Tanganku yang lemas mencoba untuk meraihnya, pandangan ku menjadi buram bahkan kakiku seperti mati rasa. Aku benar-benar seperti orang lumpuh saat itu.
Kemudian seseorang datang dari depan, sepertinya seorang pria. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena pandanganku yang mulai rusak, tapi yang kulihat sepertinya Lasiana datang menghampiri pria itu, dan pria itu merangkulnya sambil tersenyum lebar ke arahku. Aku merasa kesal, dan emosiku meledak-ledak.
Siapa? siapa kau!? siapa kau berani menyentuh Lasiana-ku! hatiku berteriak seperti itu sebelum akhirnya aku benar-benar tersungkur jatuh di atas tanah dengan penuh darah yang keluar dari tubuhku yang berlubang. Saat itu juga ... aku menghembuskan nafas terakhir ku di tempat itu dalam keadaan yang menyakitkan.
Sejak dulu ... takdir baik selalu tidak berpihak padaku ... aku selalu menemukan hal-hal yang tidak kusukai, mau bagaimanapun juga aku melangkah dijalan yang kurasa sudah benar sekalipun ... pasti selalu akan ada lubang di jalan itu. Tapi aku tidak pernah menyangka kalau semua langkah yang kujalani waktu demi waktu akan membawaku kepada jurang yang tak berdasar. Ini adalah karma atas semua hal yang pernah kulakukan di masa lalu.
Dasar ... sialan! tidak berguna! waktu hidupku sama sekali tidak berguna! Ilmuwan sialan ... kenapa kau menyatakan bahwa "waktu" itu relatif! sialan!. Kepercayaan ku kepada bahwa "waktu" adalah relatif semakin pudar karena besarnya harapan pada diriku untuk memutar kembali waktu.
Tapi meskipun waktu bisa diputar kembali, dengan cara apa aku bisa memutar waktu disaat tubuhku sudah mati. Sementara dari film-film fiksi ilmiah yang pernah kulihat, mereka membutuhkan sebuah alat seperti mesin waktu untuk memutar balik waktu.
"Demand."
Siapa? siapa itu? siapa yang memanggil namaku ... sepertinya aku hanya bermimpi ... tapi bagaimana bisa aku bermimpi padahal aku sudah mati!. Argh! sebenarnya bagaimana kehidupan setelah kematian itu, aku baru saja merasakannya tapi kenapa tidak seperti yang orang-orang katakan bahwa akan ada surga dan neraka yang harus kutemui.
Tapi di sini aku hanya melihat kehampaan dan warna hitam. Namun aku melihat sebuah cahaya yang bersinar terang di suatu tempat yang gelap gulita ini. Hatiku tergerak untuk melangkah ke arah cahaya itu ... haruskah aku melangkah? bagaimana jika akhirnya aku akan terjatuh kembali. Ah ... aku kan sudah mati, siapa peduli aku akan terjatuh lagi atau tidak.
Setelah mencapai cahaya yang bersinar itu ... aku melihat seseorang yang memakai topeng ,berkulit putih, dan memiliki sayap yang lebar. Ternyata sinar itu datang dari tubuhnya, sepertinya makhluk itu menatap ke arahku, dan sepertinya suara yang memanggil namaku berasal darinya.
"Demand ... apakah kau memilih mati atau hidup kembali ke masa SMA," ucap makhluk itu padaku yang membuatku terkejut dengan pernyataan yang dia katakan.
Apakah itu mungkin? untuk hidup kembali menjadi seorang anak SMA ... itu artinya ... waktu berputar kembali ke masa lalu. Bukankah "waktu" itu relatif? bahkan para ilmuwan yang mengatakannya. Apakah dia adalah sosok tuhan? atau dewa yang menjaga planet ini?. Jika iya maka seluruh hukum fisika di dunia manusia tidak akan berlaku.
"Apakah ada pilihan lain?" ucapku yang tanpa sadar bersikap seenaknya.
"Demand ... apakah kau memilih mati atau hidup kembali ke masa SMA," ucapnya yang mengulang perkataannya dengan sama persis, bahkan suaranya sama persis tidak berubah sedikitpun.
"Hah? kalau begitu ... apa yang terjadi jika aku memilih untuk mati?" ucapku.
"Demand ... apakah kau memilih mati atau hidup kembali ke masa SMA," ucapnya yang lagi-lagi mengulang perkataan yang sama.
Apa!? aku terkejut dan merasa aneh dengan makhluk tersebut. Sebenarnya dia makhluk macam apa? dia bahkan lebih mirip seperti sebuah robot yang sudah diprogramkan. Tapi ... sepertinya aku harus memilih salah satu dari kedua hal yang ia tawarkan.
"Baiklah ... kalau begitu aku memilih untuk hidup kembali!" ucapku dengan penuh percaya diri karena menurutku ini adalah pilihan yang tepat.
Pada akhirnya aku harus menentukan kemana aku harus melangkah lagi, bahkan setelah kematian ku. Dari pada mati dan tidak memiliki tujuan hidup kemana aku harus melangkah ... lebih baik aku memilih untuk hidup.
"Tunggu sebentar, apakah ingatanku dari kehidupanku sebelumnya tetap ada?" ucapku.
"Dalam hitungan satu sampai tiga kau akan hidup kembali. Satu ... dua ..." ucapnya yang lagi-lagi tidak menjawab pertanyaanku.
"Hei tunggu dulu! setidaknya jawablah pertanyaanku!" ucapku dengan berteriak kepadanya.
Argh! sial! sepertinya dia tidak mau mendengarkan perkataanku. Benar-benar seperti sebuah robot yang telah di program yang hanya akan melakukan apa saja sesuai data-data yang diprogramkan. Tapi jika aku hidup kembali tanpa membawa ingatanku dimasa kini, ku harap aku tidak akan salah melangkah.
"Tiga." Ucapnya yang kemudian seluruh ruangan yang gelap tadi mulai bersinar karena pancaran cahaya dari tubuh makhluk itu semakin kuat. Semakin terang dan terlalu terang, sialan mataku sakit sepertinya aku akan menjadi orang buta!.
Kringggg! Kringggg!
Tiba-tiba saja suara jam alarm menyala dan membuatku terbangun. Jendela kamarku terbuka lebar dan membuat cahaya matahari masuk menyinari kamarku. Kemudian aku beranjak dari tempat tidurku dan bertengger di jendela sambil melihat sekitar.
"Eh ... tunggu sebentar?!" Ucapku yang masih dalam keadaan setengah sadar. Aku segera berlari ke arah cermin yang ada di meja belajarku, meja belajarnya benar-benar berantakan ... dekorasi kamarnya juga berantakan. Persis sekali seperti orang yang ku kenal, yaitu diriku.
Saat aku melihat ke cermin, aku benar-benar terkejut, "Tidak mungkin! 'waktu' tidaklah relatif!" teriakku untuk pertama kalinya kata-kata yang ku ucapkan setelah mengulang waktu kembali. Aku benar-benar kembali ke masa SMA dimana wajahku masih sangat tampan, walaupun saat dewasa jauh lebih tampan. Ini ... adalah awal yang baru ...
Aku masih tidak bisa menyangka apa yang terjadi padaku saat ini. Hal ini benar-benar di luar dugaanku, bahkan hal ini seharusnya tidak mungkin terjadi. Gilaaa! karena aku kembali ke masa mudaku, aku menjadi sangat bersemangat sekali!. Bahkan aku lebih semangat daripada sebelumnya, karena aku sudah selesai bersiap-siap pada jam 6 pagi.
Padahal biasanya aku selalu telat berangkat sekolah karena selalu bangun kesiangan. Tapi kali ini rasanya berbeda, karena aku yang dulu menjadi dewasa dengan membawa seluruh ingatanku di masa lalu. Aku benar-benar merasa berbeda sekali, dan untuk kehidupanku kali ini pasti akan terasa menarik.
"Mau kemana kau pagi-pagi sekali?" ucap seseorang yang sedang duduk di teras rumahku, ia adalah kakekku.
Sejak dahulu, aku tidak memiliki orang tua dan tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatku. Karena itulah aku selalu berangkat telat dan juga sering berkelahi di sekolah, tapi meskipun begitu aku adalah murid yang pintar loh. Hanya kakekku saja yang menemani masa kecilku dan dia orang yang sangat baik. Tapi seharusnya aku tidak bersikap begitu meskipun aku hanya memiliki kakek seorang.
Namun ... karena aku kembali ke masa lalu, tentunya aku tahu apa yang akan terjadi pada kakek ke depannya. Saat ini, dengan dekorasi kamarku yang berantakan, aku yakin saat ini aku masih kelas 2 SMA. Kakek ... akan meninggal saat aku kelas 3 SMA di akhir semester satu. Kakek meninggal karena ... penyakit yang ia sembunyikan dariku.
Saat itu aku menangis tersedu-sedu di tengah derasnya hujan di hari kematian kakek, tepatnya saat aku merangkul batu nisan kakek. Aku menangis dengan kencang dan menyesali semua perbuatanku pada kakek. Karena sejak dulu aku selalu memperlakukan kakek dengan buruk. Aku selalu tidak mendengarkan perkataan kakek, tidak menuruti permintaannya, tidak membantu disaat dia selalu merasa kesulitan.
Padahal kakek orang yang baik, saat itu yang membuatku membencinya adalah hal umum seorang anak kepada orang tua mereka. Yaitu tidak suka diperintah, kakek selalu memarahiku setiap kali aku pulang dengan keadaan lembam karena habis berkelahi.
Tapi karena saat ini aku kembali ke masa SMA, dengan ingatanku yang kembali sepenuhnya. Mulai sekarang aku akan memperlakukan kakek dengan baik. Meskipun aku sudah tahu kalau kakek tidak akan hidup lebih lama lagi, setidaknya untuk 1 tahun terakhir menjelang kematian kakek, aku bisa memperlakukan kakek dengan baik.
"Tentu saja berangkat ke sekolah ... kakek." Ucapku yang membuat kakek berdiam diri. Wajahnya terlihat terkejut, aku tahu apa perasaan kakek saat ini. Karena sudah lama sekali aku tidak memanggilnya dengan sebutan "kakek", ia pasti terkejut saat aku bilang begitu.
"Nak ... hari ini kamu pasti sedang sakit," ucap kakek yang membuatku sedikit kesal. Padahal sudah dengan susah payah aku mengatakan kata "kakek" kepadanya, tapi dia malah membuatku malu.
"Sudahlah, aku akan segera berangkat," ucapku yang tidak mempedulikan perkataannya dan segera melangkah maju.
"Nak tapi ini hari Minggu." Ucap kakek yang membuatku membatu seketika.
Karena saking semangatnya diriku setelah kembali hidup dari kematianku. Aku jadi lupa untuk melihat hari apa sekarang, hal ini benar-benar mempermalukan diriku sendiri. Alhasil aku kembali lagi ke kamar dan mengganti pakaianku kembali.
Kemudian kakek memanggilku ke meja makan untuk makan bersama. Biasanya jika aku diajak makan bersama pada hari libur, aku selalu menolaknya, dan menunggu kakek selesai makan. Kalau di hari biasa, aku biasanya membungkus makanan di meja makan kemudian, aku membawanya dan dijadikan bekal untuk kumakan di sekolah nanti.
Tapi kali ini kakek ... mari kita makan bersama.
"Kepalamu tidak panas, dan wajahmu tidak pucat," ucap kakekku yang terus memperhatikanku tanpa celah, ini benar-benar membuatku merasa tidak nyaman. Mungkin karena aku tidak terbiasa dengan situasi seperti ini sebelumnya.
"Aku bukan anak kecil kek, ayo makan makanannya." Ucapku yang membuat kakekku tersenyum lega.
Melihat senyumannya saat ini membuatku merasakan dua hal. Yang pertama aku merasa senang dan lega kalau hubungan cucu dan kakeknya kembali menjadi normal. Lalu yang kedua ... aku merasa sakit karena aku sudah tahu kapan kematian kakek. Perasaan ini benar-benar campur aduk dan membuatku bingung.
Setelah selesai makan, aku kembali ke kamarku sementara biasanya kalau tidak salah, di pagi hari seperti ini kakek mengurus kebun kecilnya yang ada di belakang rumah sebelum akhirnya pergi berangkat kerja. Aku langsung terbangun dari kasurku dan segera pergi keluar untuk menemui kakek yang sedang berada di kebun mengurusi tanaman tomat dan cabai.
"Apakah semua tanaman ini sudah diberi pupuk?" ucapku pada kakek dengan tiba-tiba dan mengejutkannya dengan kedatanganku.
"Demand ... ayo kita pergi ke dokter," ucap kakek yang benar-benar membuatku mengerutkan dahiku karena merasa sedikit kesal.
"Astaga kakek! ayolah jangan membuatku merasa kesal, padahal aku sudah berusaha untuk berubah menjadi cucu yang baik." Ucapku yang kemudian tiba-tiba kakek berdiam dan segera memegang kedua pipiku.
Wajahnya ... wajah kakek ... kenapa? kenapa dia terlihat seperti itu?. Dia menunjukkan wajah khawatir padaku, apakah kakek masih benar-benar berpikir kalau aku sakit!?. Ya, memang benar, jika seorang anak yang dahulunya sangat nakal lalu di kemudian hari ia berubah 180 derajat, itu pasti akan membuat orang terdekatnya merasa aneh dan akan bertanya-tanya apa yang terjadi padanya.
Tapi saat ini kakek baru saja mengusap mataku dengan kedua jempolnya. Apa ini!? kenapa wajahku basah? apakah itu karena tangan kakek yang baru saja menyiram tanaman?. Tidak ... air yang ada di wajahku bukan dari kakek... tapi itu adalah air mataku. Tapi sejak kapan? tanpa sadar apakah aku mengeluarkan air mataku?.
"Nak... kenapa kamu menangis?" ucap kakek dengan wajah khawatirnya.
Entah kenapa saat ditanya seperti itu, hatiku mulai terasa sakit. Padahal aku seorang anak yang kuat dan dingin dahulunya, tapi ... saat ini aku benar-benar menjadi orang yang lemah. Rasanya aku ingin mengeluarkan segalanya, tapi aku benar-benar tidak sanggup. Jadi aku hanya bisa menahannya dan tersenyum kepada kakek.
"Tidak apa-apa kakek... sepertinya mataku baru saja kelilipan sesuatu tadi." Ucapku sambil menurunkan tangan kakek.
Kemudian setelah itu kami sama sekali tidak membicarakan apapun dan hanya mengurus kebun kecil ini bersama. Menyiramnya, menyemai, memberi pupuk bersama. Lalu kemudian tiba-tiba aku kepikiran untuk menanam bawang merah di lahan kosong di sebelah tanaman tomat.
Aku segera pergi dan kembali dengan membawa beberapa bawang merah yang terlihat bagus untuk ditanam yang ku ambil dari dapur. Aku masih sibuk mengurusi kebun sementara kakek sudah membereskan peralatan kebun dan bersiap-siap untuk pergi bekerja.
"Nak ... terima kasih banyak." Ucap kakek kepadaku sebelum akhirnya kakek pergi berangkat untuk bekerja.
Kakek bekerja sebagai Helper di suatu pabrik yang tidak cukup besar. Helper adalah pekerjaan kakek di sana, dia bekerja keras seperti memotong besi, mengangkat besi dan sebagainya. Gaji yang diterima kakek lumayan untuk hidup kami berdua, bahkan kami hidup lebih dari cukup hanya dengan mengandalkan pekerjaan kakek.
Sepertinya aku masih lama mengurusi kebun karena aku harus memotong rumput yang menggangu dan harus mengurusi tanah keras yang mengering. Yah, ini lebih baik dari pada diriku yang dulu di saat libur tiba, biasanya aku pergi untuk berkelahi atau hanya tidur di rumah. Benar-benar kehidupanku yang buruk, haha.
"Demand! apa kau sedang di rumah?" teriak seseorang dari depan rumah.
Suaranya benar-benar terdengar sangat familier sekali, aku sudah lama sekali tidak mendengar suara orang ini. Ya, dia adalah sahabatku sekaligus rekan bertarungku, dia adalah Miller. Aku berteriak dari kebun dan menyuruhnya menghampiriku yang sedang sibuk mengurusi tanaman.
"Tumben sekali kau mengurusi hal seperti ini?" ucapnya yang melihatku dengan heran.
"Ya, seperti inilah aku sekarang," ucapku yang membuat Miller berpikir.
"Apa maksudmu ... kau akan berubah dan menjalani kehidupan yang baru?" ucapnya kepadaku.
"Ya ... kalau begitu cepat bantu aku mencabut rumput-rumputnya." Ucapku sambil melemparkan sarung tangan untuknya.
Tapi setelah itu ... Miller tidak merespon sama sekali, bahkan dia tidak menangkap sarung tangan yang kuberikan dan membiarkannya terjatuh ke tanah. Miller, menunjukkan wajah ketidaksukaannya padaku, dia benar-benar terlihat tidak suka padaku.
"Ada apa?" ucapku sambil terus menatap wajahnya, sebelumnya dia sama sekali tidak pernah bereaksi seperti itu padaku. Bahkan dia selalu menuruti semua permintaanku tanpa pernah menolaknya.
"Apa maksudmu kau akan menjalani kehidupan yang normal dan menjadi orang baik?" ucap Miller dengan wajahnya yang dingin.
"Tentu saja, memangnya kenapa?" ucapku yang merasa dia terasa agak berbeda hari ini.
"Sepertinya bukan hanya aku saja ya ... Demand." Ucapnya yang membuatku langsung berpikir ke satu hal.
Aku benar-benar sangat terkejut sekali mendengar ucapannya barusan, aku l
angsung berdiri dan menghadap ke arahnya. Apa yang baru saja ia katakan itu terdengar seperti kalau bukan hanya aku saja yang kembali ke masa lalu. Apakah itu artinya! Miller juga kembali ke masa lalu dengan membawa ingatannya yang sebelumnya!?. Hal ini membuatku bertanya-tanya, bahwa bukan hanya akulah yang kembali ke masa lalu.
Miller ia adalah seorang anak laki-laki yatim-piatu juga sama sepertiku. Miller tinggal bersama dengan paman dan bibinya, namun ia tidak mendapatkan perlakuan baik dari kedua orang tua angkat yang mengasuhnya saat ini. Paman dan bibinya memiliki sifat yang sangat buruk kepada Miller. Mereka memperlakukan Miller seperti pembantu di rumahnya, namun anak tunggal dari kedua orang tuanya memiliki sifat yang sangat baik.
Ia selalu membantu Miller saat mengatasi masalah ataupun kesulitannya. Dahulu ... Miller adalah seorang anak lemah dan penakut, dia sangat suram sekali. Pertama kali aku melihatnya dia benar-benar seperti seorang pecundang yang tidak bisa mengubah dirinya. Aku berpikir kalau dia sebentar lagi akan hancur tak berdaya, namun ternyata dia memang anak yang mengejutkan. Sehingga membuatku tidak pernah berpikir lagi, dan sejak saat itulah aku mengajaknya untuk berteman.
Namun ... saat ini ... lagi-lagi Miller membuatku terkejut dengan perkataannya. Wajahnya yang dingin itu menatap wajahku tanpa ragu, dibalik sifatnya yang benar-benar berbeda ini dia terlihat sangat kecewa padaku.
"Miller ... kau ..." ucapku yang kemudian Miller segera memotong pembicaraanku yang belum sempat ku selesaikan.
"Aku tidak tahu apakah hanya aku dan kau saja atau ada orang lain. Jika ada, semoga orang itu adalah orang asing yang tidak mengenal kita," ucap Miller yang membuatku semakin berpikir dan kebingungan.
"Kau juga kembali ke masa lalu!" ucapku sambil menepuk pundaknya sambil tersenyum lebar, karena di masa depan aku sudah lama tidak melihatnya. Kalau tidak salah saat itu kami berpisah dalam keadaan yang tidak baik, tapi kali ini aku ingin membuat dia mengerti.
"Lepaskan aku ... aku masih tidak bisa menerima kebaikan seseorang," ucap Miller yang memalingkan wajahnya dihadapanku.
"Huft ... kau masih saja seperti itu ya. Sebelumnya aku ingin bertemu denganmu saat itu dan ingin membicarakan permasalahan kita di masa depan, tapi aku malah mati dengan tragis. Aku benar-benar minta maaf," ucapku dengan penuh penyesalan karena mengakhiri hubungan persahabatan kita.
Miller terdiam sejenak, dan berkata, "Kau tidak perlu berpikir seperti itu dan jangan meminta maaf kepada seseorang yang membunuhmu." Ucapnya yang lagi-lagi aku dibuatnya terkejut dan seketika emosiku tak terkendali. Aku langsung mencekik Miller dan dengan cepat Miller melepaskan diri.
Lalu kami memulai pertarungan, aku benar-benar sangat marah padanya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau sahabat baikku ternyata adalah orang yang membunuhku di masa depan. Miller, aku benar-benar kecewa padamu, rasa kecewaku melebihi rasa kecewamu yang tak berdasar itu.
Buagh ... buagh ... aku melayangkan tinjuku dengan brutal seperti binatang buas, Miller juga mengerahkan kemampuan yang ia miliki. Pertarungan ini benar-benar luar biasa, kami berdua tidak goyah meskipun saling melukai satu sama lain. Namun pertarungan ini berakhir hingga Miller menunjukkan celahnya, dan aku segera memanfaatkan itu.
Buagh! Miller terpental dan tersungkur setelah menerima teknik uppercut milikku. Aku berjalan menghampiri dirinya dan hendak menghajarnya kembali sampai dia cacat atau bahkan mati. Sensasi ini ... aku sudah lama tidak merasakannya, sensasi yang telah ku lupakan semenjak aku berubah untuk menjadi orang yang baik setelah kematian kakek.
"Setelah itu ... aku bunuh diri," ucap Miller yang membuatku mengurungkan niatku untuk menghajarnya.
"Apa maksudmu?" ucapku yang masih kesal dan amarahku masih menggebu-gebu.
"Aku benar-benar menyesal dan juga aku terpaksa melakukannya meskipun aku juga sangat masih membencimu saat itu. Tapi begitu aku melakukannya, aku benar-benar tidak tega ... jadi ... aku bunuh diri seperti seorang pecundang." Ucap Miller yang tersenyum seakan-akan dia sedang menderita dan menangis.
Sejak dahulu ... aku memang selalu tidak peka dengan perasaan orang lain, karena itulah yang membuat hubungan persahabatanku dengan Miller berakhir. Aku memang payah jika harus memahami perasaan seseorang, karena aku hanya maniak bertarung.
Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku sedang berusaha mengontrol amarah dan pikiranku saat ini yang benar-benar berantakan. Padahal belum ada sehari waktu kematianku dan aku masih dihantui dengan rasa penasaran saat itu, lalu hari ini Miller sahabat baikku datang dan mengaku bahwa dialah yang membunuhku. Hal itu benar-benar tidak bisa membuatku berpikir jernih sekarang.
Aku harus fokus terhadap perubahan sifat burukku. Walaupun aku masih sangat kesal dan marah dengan Miller, tapi aku mencoba untuk menjadi orang yang bisa paham situasi. Aku membantunya berdiri dan berjalan ke dalam rumahku untuk membicarakan hal yang serius.
"Aku butuh penjelasan darimu, sekarang!" ucapku yang masih kesal dengan mata yang melotot.
Kemudian Miller segera menceritakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Mungkin ini adalah kisah yang panjang dan cukup membosankan untuk di dengar. Tapi inilah hal yang membuatku harus mengalami tragedi seperti ini. Semua ini di mulai dari satu hari yang menyakitkan dalam hidupku, hari yang benar-benar tidak bisa ku lupakan. Yaitu hari kematian kakek.
Jauh sebelum itu cerita ini di mulai dari saat aku menempati posisi pentolan di sekolahku. Aku adalah anak yang ditakuti oleh siswa manapun bahkan siswa dari sekolah lain. Aku benar-benar siswa yang paling nakal dahulu, hingga suatu saat aku kepikiran untuk menciptakan sebuah grup yang terdiri lebih dari sepuluh orang.
Aku yang biasanya bergerak sendirian untuk menghajar orang-orang kini bergerak dengan kelompok. Ku kira grup ini akan suram karena terdiri dari orang-orang kuat yang pernah ku kalahkan, tapi nyatanya tidak. Kami malah menjadi semakin dekat dan akrab dalam waktu yang cukup cepat.
Kemudian kami melakukan banyak hal seperti menghabisi satu sekolah hanya dengan jumlah grup yang hanya terdiri dari puluhan orang. Tentunya kami adalah orang-orang yang kuat dan tak terkalahkan, sampai-sampai kamu menjadi sekelompok ancaman warga sekitar pada takut jika melihat siswa dengan menggunakan seragam dari sekolah kami karena rumornya yang sudah buruk sekali.
Sampai suatu saat seharusnya aku tidak pernah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Aku ... membunuh seseorang untuk pertama kalinya dalam hidupku, dan saat itu aku benar-benar merasa puas dan mendapatkan kesenangan setelah merenggut nyawa seseorang.
Kejadian itu seharusnya tidak pernah dilihat oleh orang lain. Namun saat itu ada seseorang yang melihat kejadian itu, yaitu kakekku. Kakek segera datang dan menghampiriku yang sedang berlumuran darah, darah dari orang yang ku bunuh dengan nafsuku sendiri.
"Astaga nak! apa yang kau lakukan!" teriak kakekku dengan wajahnya yang kecewa bercampur dengan kesal.
"Dialah kau, ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu!" ucapku dengan wajah dingin dan kebencian terhadap kakekku.
Lalu tiba-tiba saja kakekku menampar wajahku dengan cukup keras. Saat itu aku benar-benar orang yang sensitif ... aku sangat kesal, amarah sudah tidak bisa ku kendalikan, aku benar-benar marah pada kakek. Aku segera menghajar kakekku dan membuatnya babap belur, kemudian setelahnya aku membiarkan kakekku yang tergeletak pingsan di sana sendirian.
Aku pulang ke rumah dalam keadaan lapar, aku pergi ke meja makan dan tidak ada makanan di atas meja. Jadi aku pergi tidur dan bangun di pagi hari untuk mengecek apakah sudah ada makanan di meja. Tapi makanan masih belum tersedia juga, emosiku yang tidak stabil kembali meledak, aku mengacak-acak rumah sampai berantakan hingga aku memecahkan kaca jendela karena kesal.
Akal dan pikiranku benar-benar sudah rusak saat itu. Aku benar-benar sudah tidak berprilaku layaknya seorang manusia normal. Seperti binatang buas yang dapat meledakkan emosinya kapan saja. Satu, dua, bahkan sudah seminggu lebih kakek tidak pulang, selama itu aku sudah pergi dari rumah dan berkumpul bersama anggota kelompokku.
Kami mencuri untuk kebutuhan pokok kami, tidak hanya mencuri bahkan kami sampai memukuli warga-warga sekitar dan merampok hartanya. Sampai suatu saat aku bosan berkeliaran terus dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku melihat ada seseorang yang berdiri di teras rumahku, ia terlihat seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.
Aku segera menghampirinya dan berniat untuk menghajarnya, "Akhirnya kau sudah pulang nak, kakekmu ..." ucapnya yang membuatku mengurungkan niatku untuk menghajarnya di depan rumahku. Begitu mendengar kata, "kakek" dari orang itu, aku terdiam sejenak dan mendengarkan perkataannya.
Dia sudah menunggu kedatanganku begitu lama sampai bolak-balik ke rumahku berhari-hari untuk memberi kabar tentang kakek. Dia mengatakan kalau selama kepergianku dari rumah, kakek sedang di rawat di rumah sakit saat itu. Hingga akhirnya hari ini dia mengatakan kalau kakek baru saja meninggal.
Saat itu ... yang pertama kali kupikirkan adalah ... tidak ada. Pikiranku benar-benar kosong dan tidak tahu harus berbuat apa setelah menerima kabar seperti itu. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya berkata, "Lalu, aku harus berbuat apa?" ucapku dengan wajah tanpa dosa.
"Dasar bocah iblis kau! anak yang tidak tahu diri! kalau saja aku jadi kakekmu aku tidak pernah mau menerima kedatanganmu dan membiarkanmu mati di luar sana karena tidak ada yang mengurusi! padahal selama ini kakekmu menahan penyakitnya yang luar biasa demi cucunya, tapi kau malah bersikap seperti ini di hari kematiannya! benar-benar mengecewakan!" ucap orang itu sambil marah-marah kepadaku bahkan memukul wajahku dengan sangat keras.
Tapi saat itu ... bukannya marah seperti biasa, aku malah terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Pikiran dan hatiku benar-benar kosong saat itu, layaknya seseorang yang baru sadar dari tidurnya yang panjang dan tidak tahu apapun. Tapi yang ku tahu saat itu ... aku merasa ada yang aneh pada diriku, karena saat ini aku begitu tenang dan tidak bisa marah kepada orang ini.
"Apa maksudmu? jadi kakek bukan meninggal karena ku pukuli, tetapi karena sebuah penyakit penyakit?" ucapku dengan wajah heran karena aku sama sekali tidak tahu kalau kakek memiliki riwayat penyakit.
"Seharusnya kakekmu saat ini masih hidup dan bisa menjalani kehidupannya tanpa rasa sakit dan tanpa menanggung beban dari anak sepertimu!. Kalau saja bukan karena kematian orang tuamu yang meninggalkan begitu banyak hutang, kakek bisa menggunakan uang yang sudah dikumpulkannya selama ini untuk biaya operasi dan pengobatan untuk penyakitnya!. Tapi sayangnya uang itu malah digunakan untuk membayar utang orang tuamu dan harus mengurusimu yang masih kecil!" ucap orang itu yang banyak berbicara.
Tapi pikiranku benar-benar hening saat ini. Sementara orang itu terus berbicara, "Dia menggunakan sisa uangnya untuk menyekolahkanmu dan membiayai kebutuhan hidupmu! kau benar-benar anak yang mengecewakan!" ucap orang itu yang lagi-lagi aku masih berdiam diri.
Kemudian dengan tiba-tiba saja orang itu menyeretku dengan kasar. Aku hanya diam saja dan tidak memberikan respon, aku benar-benar membatu saat itu karena pikiranku yang kosong. Kemudian rintik-rintik air dari langit mulai berjatuhan memasahi kulitku.
Ternyata orang itu menyeretku sampai ke sebuah pemakaman, terlihat banyak orang yang baru saja pulang dari pemakaman. Sepertinya orang-orang itu baru saja berziarah. Aku terus di seret hingga akhirnya tubuhku di angkat dan di lempar ke suatu tempat, kemudian orang itu pergi meninggalkanku di tengah hujan yang mulai menderas.
Karena hujan, tanahnya jadi becek dan berlumpur, tubuhku penuh dengan lumpur sekarang. Kemudian saat aku mengangkat kepalaku, dan melihat ke depan, aku melihat sebuah batu nisan yang bertuliskan, "Talisman Eguere" nama itu ... adalah nama kakekku.
Kemudian perasaan aneh yang tidak bisa ku pahami semakin terasa. Aku sama sekali tidak pernah merasa sakit seperti ini sebelumnya, sakit ini berasal dari bagian dadaku. Aku membuka bajuku untuk melihat dadaku yang terasa sakit itu, namun dadaku terlihat baik-baik saja dan sama sekali tidak terluka.
Tapi rasa sakitnya mulai semakin terasa, dan pikiran tentang kakek menghantui pikiranku. Berbagi ingatanku tentang kakek mulai bermunculan di otakku sembari hatiku merasa sakit yang luar biasa. Aku tidak mengerti perasaan apa ini!? apa yang terjadi pada diriku? apakah seseorang melakukan sihir padaku!.
Lalu perkataan orang itu mulai memasuki pikiranku, perkataan mengenai kakek yang seharusnya bisa hidup sehat tapi uangnya malah digunakan untuk membayar hutang kedua orang tuaku dan membiayai kelangsungan hidupku.
Aku mulai tersadar, mengapa dadaku yang terasa sakit ini tidak terluka, itu karena aku merasakan penderitaan. Mengapa pikiranku memaksaku untuk mengenang kakekku selama hidup, itu karena penyesalan ku. Aku ... benar-benar seorang anak sekaligus cucu yang buruk, bahkan orang terburuk di dunia ini!.
"Kakek! akhirnya aku sadar! kakek! jangan tinggalkan aku! maafkan aku kakek! aku mohon kembalilah kek! kakek aku takut hidup sendirian! kakek tolong katakan bahwa ini hanya mimpi!"
Penyesalan dan rasa sakit yang tidak mungkin bisa ku hindarkan. Walaupun waktu sudah berputar kembali
sekalipun, rasa penyesalan dan rasa sakit di hari itu, benar-benar masih membekas begitu dalam dihatiku. Aku benar-benar hancur saat itu, benar-benar hancur dan berantakan.
Tapi ... cerita masa lalu ini masih belum berakhir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!