Sekolah Istana:Diari Cinta Rahsia
Bab 1:Awal Di Sekolah Elit
Bab 1: Awal di Sekolah Elit
Sofea,seorang gadis dari keluarga sederhana, dapet kesempatan besar buat belajar di sekolah elit, Sekolah Putera, berkat prestasinya. Di sekolah ini, rata-rata murid berasal dari keluarga kaya, punya gengsi tinggi, dan jarang mau campur dengan “orang luar.” Sofea ngerasa asing dan sering kali dapat pandangan sinis dari murid lain. Dia bertemu dengan Zayn, cowok paling populer di sekolah, yang awalnya merendahkan dia. Namun, Jessi,sahabat baiknya, selalu memberi dukungan. Sementara itu, Zack-teman dekat Zayn—nggak suka sama kehadiran Sofea.
Sofea masuk ke Sekolah Putera dengan wajah sedikit gugup. Pandangannya menyapu ruangan lobi sekolah yang penuh dengan murid-murid berpakaian seragam rapi dan berkelas. Beberapa dari mereka bisik-bisik sambil melihat Sofea.
Murid lain
“Eh, itu kan anak biasiswa yang baru masuk ya?”
“Iya, katanya dari sekolah biasa. Kok bisa masuk sini, ya?”
Sofea ngerasa nggak nyaman tapi mencoba tetap tegar dan berjalan ke arah ruang kelasnya.
Pertemuan Pertama dengan Zayn dan Zack
Sofea akhirnya sampai di ruang kelas dan memilih duduk di kursi belakang, mencoba menghindar dari perhatian. Tiba-tiba, Zayn dan Zack masuk dengan gaya santai, ngobrol dan bercanda. Mereka langsung jadi pusat perhatian di kelas.
Zayn
Bro, liat deh, ada murid baru. Kayaknya… beda vibe banget ya.
Zack
Iya, nggak salah liat sih. Ini kan sekolah eksklusif, bro.
Zayn
Lo serius mau belajar di sini? Tempat ini tuh… ya, nggak gampang buat semua orang.
Sofea
Kenapa? Gue dapet kesempatan buat belajar di sini karena gue bisa, bukan karena gue nyari gampangnya.
Zayn mendengus, nggak percaya Sofea bisa jawab dengan tenang.
Di kantin, Sofea ketemu sama Jessi,temannya yang baru, yang langsung cocok dan asyik buat diajak cerita.
Jessi
Sof, lo tau nggak, berapa banyak anak yang pengen banget masuk sini? Lo harus bangga banget bisa sampai sini, jangan hirauin omongan orang lain.
Sofea
Iya sih, tapi kadang gue mikir… worth it nggak ya, Jess? Orang-orang di sini kayaknya nggak welcome banget sama gue.
Jessi
Sof,please deh. Lo tuh pinter, gigih, dan lebih dari cukup buat ada di sini. Jangan dengerin mereka. Gue yakin lo bisa.
Setelah kelas selesai, Zayn dan Zack lagi ngobrol di lorong sekolah. Danial masih nggak suka sama Sofea dan coba ngomporin Zayn biar nggak deketin cewek itu.
Zack
Bro, gue nggak ngerti kenapa sekolah ngasih anak biasiswa kayak dia masuk sini. Lo liat aja kan, beda banget sama kita.
Zayn
Yah, mungkin dia pinter aja. Lagian kenapa lo ribet banget mikirin dia?
Zack
Justru karena dia beda, bro. Gue nggak suka ada orang yang nggak ‘se-level’ ikut campur sama kita. Lo jangan sampe tertarik sama orang kayak gitu ya, sayang banget.
Zayn tertawa kecil, merasa Zack terlalu berlebihan. Tapi, dalam hati dia mulai penasaran sama Sofea yang bisa menjawab dia dengan tenang tadi.
Bab 2: Ujian Kesabaran
Sofea lagi serius belajar di perpustakaan. Dia merasa nyaman di sini karena nggak ada yang ganggu, dan dia bisa fokus. Tiba-tiba, Zayn dan Zack masuk sambil bercanda, lalu melihat Sofea duduk sendirian.
Zack
Eh, bro, itu dia tuh, anak biasiswa yang katanya pinter banget
Zayn
Ya, terus kenapa? Emang lo mau ganggu dia lagi?
Zack
Bro, come on, lo nggak penasaran apa? Anak biasiswa kayak dia tuh kayak nggak pantas aja di sini. Buktikan kalau dia nggak cocok ada di sekolah ini
Awalnya, Zayn hanya senyum geli dan nggak ambil serius, tapi akhirnya ikut Zack buat jahilin Sofea.
Zayn dan Zack menghampiri meja Sofea.Sofea yang sedang serius baca buku nggak menyadari kehadiran mereka di belakangnya.
Zack
sambil berbisik ke Zayn “Nih, liat, bro, kita bikin dia sadar kalau dia tuh beda.”
Zayn tiba-tiba menarik ujung hijab Sofea dengan pelan, tapi cukup buat bikin Sofea kaget dan berhenti baca. Dia langsung narik hijabnya dengan cepat dan menatap mereka.
Jessi
Kalian ngapain sih? Ini udah keterlaluan.
Zayn
Relax lah, cuma bercanda. Kenapa lo terlalu serius?
Sofea
kalian mungkin bercanda, tapi buat gue ini penghinaan. Gue nggak minta hormat kalian, tapi please hargain gue.
Ekspresi Zayn berubah sedikit bingung, merasa ada sesuatu yang beda di tatapan Sofea
Setelah kejadian itu, Zayn ngerasa aneh. Dia kepikiran tatapan tajam Sofea dan cara dia ngomong dengan berani, seolah nggak takut sama sekali sama mereka. Di lorong sekolah, Zayn berbincang dengan Zack.
Zack
Bro, lo liat nggak tadi ekspresi dia? Kocak banget kan? Cewek biasiswa itu nggak ngerti kali dia tuh di mana
Zayn
Yaa… tapi, nggak tau ya. Kadang gue mikir, apa kita yang salah juga?
Namun, dalam hati Zayn, ada sedikit perasaan bersalah dan penasaran dengan Sofea.
Sofea menemui Jessi di taman sekolah untuk menceritakan kejadian yang baru saja dia alami dengan Zayn dan Zack
Sofea
Mereka tuh udah keterlaluan banget, Jess. Tadi mereka narik ujung hijab gue, lo bisa bayangin nggak? Gue rasa mereka tuh nggak pernah tau gimana rasanya dihina.
Jessi
Gue tau, Sof, pasti sakit banget rasanya. Tapi lo udah ngadepin mereka dengan baik. Lo kuat banget, gue bangga sama lo.
Sofea
Thanks, Jess. Kalau bukan karena lo yang selalu support gue, mungkin gue udah give up.
Di rumah, Zayn duduk termenung di meja belajarnya. Tanpa dia sadari, tatapan tajam dan kata-kata Sofea terngiang di pikirannya.
Zayn
(Dalam hati): “Kenapa gue jadi kepikiran sih? Itu cuma cewek biasiswa, tapi… dia nggak takut sama sekali. Dia punya sesuatu yang beda.”
Bab 3: Ancaman
Sofea sedang berjalan terburu-buru di lorong sekolah, membawa buku-bukunya yang cukup berat. Tiba-tiba, tanpa sengaja, dia menginjak kaki Zayn yang sedang berdiri di dekat locker-nya.
Sofea
Oh, maaf banget! Gue nggak sengaja.
Zayn
Lo pikir maaf aja cukup, ya? Ini sekolah gue, bukan tempat lo yang sembarangan jalan kayak gini.
Sofea
Gue udah bilang minta maaf, dan gue nggak ada maksud buat ngeganggu. Lo mau apa lagi?
Zayn
Oke, kalau lo mau main kayak gini, gue akan kasih liat apa yang bisa gue lakuin. Lo akan ngerasain sendiri.
Sofea menatap Zayn dengan bingung dan sedikit khawatir, tapi mencoba menutupi rasa takutnya.
Setelah kelas selesai, Sofea menuju locker-nya untuk mengambil buku. Saat dia membuka pintu locker, dia menemukan sebuah kartu biru-hitam dengan tulisan singkat di atasnya.
Tulisan di kartu:
“Selamat datang di Sekolah Putera. Persiapkan dirimu, karena mulai sekarang, semua orang akan tau siapa lo sebenarnya.”
Sofea merasakan dadanya berdebar. Dia tahu ini ancaman dari Zayn. Sekolah elit ini memang punya tradisi yang nggak resmi; kartu biru-hitam adalah tanda bahwa seseorang telah di-bully secara diam-diam oleh murid-murid lain. Sofea ngerasa sendirian, tapi dia mencoba tetap tegar.
Sofea mencoba menghubungi Jessi buat cerita soal ancaman yang dia terima, tapi Jessi nggak bisa masuk sekolah hari itu karena sakit. Mereka bicara lewat telepon.
Sofea
Jess,gue dapet kartu biru-hitam di locker gue. Lo tau kan artinya? Mereka nggak bakal berhenti sampe gue… sampe gue ninggalin sekolah ini.
Jessi
suaranya lemah di telepon “Ya ampun, Sof… gue bener-bener nggak bisa bantu hari ini, gue lagi sakit. Tapi lo kuat, ya? Jangan kasih mereka lihat lo takut.”
Jessi terus memberi semangat, tapi Sofea tahu bahwa tanpa Lina di sisinya, dia harus menghadapi semuanya sendirian hari ini.
Murid lain
Dia tuh anak biasiswa yang dapat kartu biru-hitam, kan? Berani banget, ya, masuk ke sekolah ini.
Murid lain
Iya, dia pikir dia siapa sih? Cuma numpang di sini doang.
Zack
Tuh kan, bro, gue bilang juga apa. Dia akhirnya mulai ‘nge-drop’. Anak biasiswa kayak dia nggak akan bertahan lama di sini.
Zayn
Ya… mungkin. Tapi kadang gue mikir, cewek itu nggak gampang menyerah. Dia tetep bertahan.
Zack
Lo jangan kepikiran dia, Zayn. Cuma buang waktu aja.
Setelah seharian dijahili dan dihina, Sofea merasa kelelahan, tapi dia mencoba tetap tegar. Saat dia pulang, dia teringat kata-kata Jessi yang selalu mendukungnya. Dalam hati, dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia nggak akan membiarkan orang-orang ini menghancurkan impiannya.
Sofea
(Dalam hati): “Gue datang ke sini bukan buat kalah. Mereka boleh coba hancurin gue, tapi gue nggak akan mundur.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!