"Caaa...!!!" Teriak sang adik.
"Caaa...!!!"
"Cacaaa...!!!"
sampai tiga kali sang adik berteriak. Namun tak ada satupun jawaban yang terdengar.
"Lo udah tuli ya?!" seru Nara murka. Ia berjalan menghampiri Caca yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan.
"Ngapain Lo panggil gue?" tanya Caca dengan santainya.
"Setrikain baju gue sekarang, gue mau pergi" perintah Nara.
"Lo punya dua tangan yang Masih berfungsi kan!?"
"Lo setrika sendiri, gua males" jawab Caca cuek.
Nara murka mendengernya " Oh.. Udah berani ngelawan ya sekarang!"
Tanpa aba-aba Nara menampar pipi Caca.
Plakkk...
"Aakkhh... Lo apa-apaan sih Nar!"
"Jangan coba-coba berani ngelawan gue, Lo itu harus selalu nurut dengan perintah gue!" jawab Nara sambil tersenyum senang.
"Ada apa sih ini kenapa pagi-pagi udah pada ribut" Tanya Maya ibu dari keduanya.
"Ini loh ma kak Caca, Nara minta tolong buat setrikain baju Nara karena aku mau pergi. Tapi kak Caca malah marah-marah terus nampar pipi Nara hikss..hikss" Nara memutar balikan fakta.
"Kamu kenapa sih Ca!?" tanya sang mama.
"Gak harus pakai kekerasan kan bisa, kalian ini saudara loh"
Caca berdecak sebal melihatnya, selalu saja seperti ini. Ia akan selalu disalahkan jika berhadapan dengan manusia ular seperti Nara.
Caca Achantika Queenzy dan Nara Ayu anggara adalah dua saudara tiri. Maya Santika ibu dari Caca menikah dengan Delon Anggara ayah dari Nara.
"Bukan Caca yang nampar Nara mah, tapi dia yang..."
Belum sempat Caca menjelaskan, Nara kembali berseru.
"Udah gak papa kok mah, mungkin kak Caca lagi cape makanya tadi gak sengaja nampar Nara" ucap Nara dengan wajah polos yang dibuat-buat.
"sudah-sudah, ayo kita sarapan" Ajak sang mama.
"Baik ma" jawab keduanya.
*
*
Angin sepoi-sepoi berhembus, menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai begitu indah. Wajah cantiknya yang imut, hidung yang mancung dan bibir pink alami yang tidak terlalu tipis. Kecantikan alami yang ia miliki mampu membuat siapapun jatuh terperosok kedalam pesonanya.
Gadis dengan nama lengkap CACA ACHANTIKA QUEENZY itu mendongak, menatap taburan bintang yang membentang luas menghiasi langit malam yang indah.
Ia menatap bintang yang paling bersinar terang diantara yang lainnya.
Caca tersenyum "ayah.. Caca kangen" ucap Caca lirih.
Cinta pertamanya telah pergi, kejadian 2 tahun lalu mengambil paksa cinta pertamanya. BRAM SANJAYA ayah dari Caca yang meninggal akibat kecelakaan tragis yang menimpanya.
Dulu Caca mempunyai keluarga yang Cemara, tapi semuanya berubah semenjak kepergian sang ayah. Kini semuanya terasa berat untuk Caca jalani, Ia bertahan disini hanya demi sang mama.
"Sayang kenapa malam-malam diluar, dingin loh disini" Maya menghampiri Caca yang sedang duduk di taman mansion.
"Lagi cari angin aja ma" jawab Caca sekenanya.
"Caca lagi ada masalah? Coba cerita sama mama sini".
"Gak ada mah, Caca baik-baik aja".
"Terus kenapa mukanya sedih gitu"
"Caca lagi kangen sama ayah, Kira-kira ayah kangen Caca gak ya ma?" tanya Caca sembari menatap sang mama.
Maya tertegun mendengarnya, lalu ia tersenyum seraya mengusap kepala Caca dengan sayangnya.
"Ayah lagi liatin Caca dadi atas sana, Caca gak boleh sedih lagi. Kan sekarang udah ada papa Delon dan juga Nara"
Caca tersenyum kecut mendengarnya. Tanpa sepengetahuan sang mama Caca kerap kali mendapat perlakuan buruk dari ayah dan juga saudara tirinya, bahkan tak segan kekerasan fisik pun sering ia terima.
"Kalian ngapain disitu" suara Delon memecah keheningan yang tercipta.
"Ayo masuk ke dalam hari sudah larut"
"ayo sayang kita masuk" ajak Maya pada Caca.
Caca merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur empuk miliknya.
"Andai aja papa gak ninggalin Caca sama Mama di dunia ini, pasti kehidupan caca bakalan tetap baik-baik aja" ia menatap foto yang terpajang di dinding kamarnya.
Foto yang menampilkan keluarga Cemara yang tengah tersenyum bahagia.
*
*
"Loh mama mau kemana kok udah rapih banget, bawa-bawa koper segala" pagi-pagi Caca di kagetkan dengan sang mama yang sudah rapih sepertinya hendak pergi.
"Ini Ca mama mau nemenin papa kamu dinas diluar kota, kamu sementara dirumah dulu sama Nara gak papa kan?"
"Maaf mama lupa buat ngasih tau kamu semalem" ucap Maya penuh sesal.
Caca menghela Nafas lelah "Iya ma, gak papa".
"Mama tenang aja, Nara pasti jagain Kak Caca kok dirumah" Ucap Nara mencari muka.
"Iya sayang" Maya mengelus kepala Nara dengan sayang.
Caca menatap Nara, Nara yang melihat itu tersenyum pada Caca. Ntah ada arti apa dibalik senyuman itu.
Mereka berjalan mengantarkan kedua orang tuanya kedepan mansion.
"Kalian baik-baik ya dirumah, mama sama papa pergi dulu" pamit sang mama.
"Iya ma" jawab keduanya.
"Mama hati hati ya, kabarin Caca kalo udah sampe" Caca memeluk sang mama.
"Iya sayang".
Setelah kepergian kedua orangtuanya, terdengar sebuah suara yang memecah keheningan.
"Heh Lo!" tunjuk Nara pada Caca.
"Buatin gue jus jeruk dong, sama sekalian cemilan nya"
"Gue bukan babu, Lo ambil sendiri punya kaki punya tangan jangan belaga kaya orang lumpuh" sarkas Caca.
Caca berlalu masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Nara yang tengah mencak-mencak tak lupa ia mengunci pintunya.
"LO BENER-BENER YA, AWAS AJA LO CA" Teriak Nara emosi.
Caca memejamkan mata "huftt, selamat menjalani hari-hari yang akan penuh drama Caca"
"sabar-sabar deh gue serumah sama Mak lampir ".
Nara Ayu Anggara gadis playing victim, Arrogan dan juga sombong. Ia juga termasuk salah satu orang yang suka bertindak bullying terhadap murid-murid di sekolahnya. Nara anak dari pasangan Delon Anggara dan triyas ayu anggara, ia merupakan anak broken home ayah dan ibunya bercerai sejak ia berusia 16tahun, ia ditinggal ibunya yang entah kemana perginya sekarang.
*
*
waktu terasa begitu cepat berlalu, pancaran fajar di pagi hari mengawali aktivitas seorang gadis cantik yang tengah bersiap pergi ke sekolah.
Gadis berusia 18tahun itu bergegas turun menuju kelantai bawah.
"Kok tumben sepi, kemana nih si Lampir" gumam Caca celingukan mencari Nara.
Tanpa memperdulikan keberadaan Nara yang ntah dimana, ia bergegas keluar menuju garasi mobilnya.
"Hallo bubu Mommy comeback" sapa Caca riang pada mobil kesayangannya. Mobil sport berwarna pink yang sudah di modifikasi sedemikian rupa ini merupakan mobil kesayangan Caca, mobil pertama pemberian almarhum ayah tercintanya.
Ia bergegas menarik pedal gas mobilnya menuju Sekolahnya Alexander's High School.
mobilnya melaju memasuki gerbang sekolah AHS, ia melihat ketiga sahabatnya sudah menunggunya di parkiran sekolah.
bersambung...
Semoga kalian suka ya sama cerita author❤️
Dua hari sudah berlalu...
Saat ini Caca sedang bersantai di ruang keluarga sembari menonton film kartun kepala botak kesayangannya, sesekali ia tertawa cekikikan melihat tayangan yang tampil di televisi.
Jam masih menunjukkan pukul 3 sore. Hari ini kedua orangtua nya akan pulang dari luar kota, kemungkinan akan sampai dimansion pukul 5 sore nanti.
Selama dua hari ini pula Nara tak pernah pulang ke mansion, Caca pun tak tau dimana keberadaan adik tirinya itu.
Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki berjalan memasuki mansion, Caca menoleh guna melihat siapa yang datang.
Nampaklah Nara berjalan santai memasuki mansion sembari menenteng beberapa paperbag dari brand-brand ternama. Nara pulang dengan pakaian yang sangat terbuka, menampilkan belahan dadanya serta lekuk tubuhnya.
"Habis ngejalang dimana Lo?" tanya Caca sambil bersedekap dada.
"Bukan urusan Lo" jawab Nara ketus.
"Dua hari gak pulang, pulang-pulang udah jadi jalang upss". Caca menutup mulutnya seolah berlagak sedang keceplosan.
"Bacot!!" Sentak Nara.
Brakk..
Nara menutup pintu kamarnya dengan kencang, Caca mengedikkan bahunya acuh.
Beberapa jam kemudian...
Ting...Tong...
Bel mansion berbunyi, seorang pelayan berlari tergopoh-gopoh membukakan pintu mansion.
"Tuan, Nyonya" Sapa pelayan itu.
"Anak-anak dimana bi?" Tanya maya.
"Non Caca sama non Nara ada di kamarnya nyonya"Jawab pelayan itu sopan.
"Yaudah bibi tolong bawa masuk barang-barang didepan ya, saya mau bersih-bersih dulu".
"Baik nya". Pelayan itu bergegas pergi.
Setelah membersihkan diri, Maya kembali turun guna menemui anak-anaknya.
"Bi Caca sama Nara belum keluar kamar ya" Tanya Maya pada bi Surti salah satu pelayan di mansion Anggara.
"Belum nyonya, apa mau saya panggilkan?" tanya bi Surti.
"Boleh deh bi, tolong panggilin mereka ya suruh ke ruang keluarga sekarang" ucap Maya.
"Baik nyonya" bi Surti bergegas menuju kamar Caca dan Nara.
Caca berjalan menghampiri kedua orangtuanya.
"Mamaa" Caca memasukkan tubuhnya pada pelukan hangat sang mama.
"Caca kangen banget deh sama mama" ucap Caca manja.
"Iya sayang, mama juga kangen bangett sama princess mama ini" Maya mengecup kening putrinya.
Caca beralih menatap papa tirinya yang duduk bersebelahan dengan sang mama. Wajah Delon terlihat sangat masam, seperti banyak sekali beban pikiran yang sedang menganggunya.
"Sini sayang duduk" Maya menepuk sofa di sebelahnya.
"Nara mana sayang" tanya maya.
"Gak tau ma, kata bibi sih dipanggil-panggil gak nyahut, pintunya juga dikunci" jawab Caca.
"Biarkan saja, mungkin dia sedang tidur". Sela Delon.
"Ada yang mau papa bicarakan sama kamu" Delon kembali bersuara. Ia menatap Caca, seolah ada hal penting yang ingin ia sampaikan.
Caca menatap sang mama, Maya yang menyadari kebingungan putrinya pun menjelaskan.
"Jadi gini sayang, perusahaan papa kamu sekarang lagi collapse bahkan terancam bangkrut. Kemarin papa dan mama pergi untuk mengurusi permasalahan ini, tapi kita belum menemukan solusi lain" jelas Maya hati-hati.
Caca mendengarkan penjelasan mamanya dengan seksama.
"Papa gak mau bertele-tele, satu-satunya caranya yang bisa bantu perusahaan papa itu cuma kamu" Ujar Delon.
"Maksut papa apa?" Tanya Caca bingung.
"Rekan bisnis papa mau membantu menyuntikkan dana ke perusahaan tapi dengan syarat kamu harus menikah dengan putra tunggal mereka" jelas Deon panjang lebar.
"APA MENIKAH!?" Tanya Caca syok.
"Ya. Dan kamu tidak punya pilihan lain selain menerima, papa tidak terima penolakan apapun" Jawab Delon tegas tak menerima bantahan.
"Papa minta tolong sama kamu, tolong kamu bantu papa untuk kali ini, kamu harapan papa satu-satunya".
"Caca gak mau pa!! Caca masih sekolah Caca gamau nikah muda apalagi dengan cara perjodohan konyol kaya gini" bentak Caca dengan emosi.
"Ma Caca gak mau" Caca beralih menatap sang mama, memohon pada sang mama berharap mendapat pertolongan.
Maya hanya terdiam, ia sendiripun bingung harus bagaimana, karena memang satu-satunya cara untuk mempertahankan perusahaan suaminya hanyalah ini.
"MAU ATAUPUN TIDAK KAMU HARUS TETAP MENERIMA PERJODOHAN INI" bentak Delon.
"Kenapa gak Nara aja, dia anak kesayangan papa kan!?"
"Kenapa harus Caca!?" Teriak Caca, bahkan air matanya sudah mengalir deras di pipi mulusnya.
"Sayang, anak rekan bisnis papa sudah sepakat menerima perjodohan ini, asalkan kamu yang menikah dengan dia bukan Nara" Maya mencoba menjelaskan kepada putrinya.
"Siapkan diri kamu, besok malam kalian akan melangsungkan pertunangan" ucap Delon sebelum berlalu pergi meninggalkan sepasang ibu dan anak itu.
"Ma tolong bantu bicara sama papa, Caca gak mau nikah". Caca memohon pada sang mama.
"Sayang mama udah bicara sama papa sebelumnya, tapi memang ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan, mama mohon sama kamu ya tolong kali ini saja kamu bantu papa kamu, demi mama sayang" Maya memeluk putrinya dengan erat, ia pun tak kuasa menahan air matanya.
*
*
Caca termenung di balkon kamarnya, tatapan matanya terlihat kosong. Usaha yang dilakukannya untuk menolak perjodohan ini hanya berakhir sia-sia.
"Takdir kenapa sebercanda ini ya sama hidup gue" gumam Caca tersenyum getir.
Di tempat lain, tepatnya mansion keluarga Smith..
"Son papa dapat kabar jika gadismu mau menerima perjodohan ini, Ah lebih tepatnya terpaksa" ledek seorang pria paruh baya yang tak lain adalah tuan Smith.
"Hmm" gumam putranya.
Tuan Smith mendengus kesal mendengar jawaban sang anak.
"Sean beritahu tuan Delon sekarang jika Xanders sudah tidak menginginkan perjodohan ini lagi, batalkan pertunangan besok malam" titah tuan Smith pada orang kepercayaannya.
Xanders menatap tajam sang Daddy.
"Sekali saja kau lakukan perintah dari Pak tua ini, kupatahkan kepalamu Sean" Suara dingin Xanders terdengar.
Sean meneguk ludahnya gugup.
"Cih sok jaim sekali" celetuk tuan Smith.
XANDERS JULIANO SMITH merupakan anak tunggal dari pasangan ALEXANDER SMITH dan RERE LATUSIA SMITH.
XANDERS JULIANO SMITH, lelaki berparas tampan, pemilik tubuh atletis berbentuk roti sobek, tinggi badan mencapai 175cm, hidung mancung di sertai rahang tegasnya yang kokoh. Sangat Sempurna itulah satu kata yang pas untuk julukan seorang Xanders.
Ia adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan raksasa yang kesuksesannya mencapai angka nomor 1 di asia yaitu Smith company.
Xanders bahkan sudah menjabat sebagai CEO muda di usianya yang masih 18 tahun.
Siapa yang tidak kagum dengan Sosok Xanders? Lelaki idaman sejuta umat ini.
Ganteng? Banget!
Tajir? Jangan ditanya!
Posisi? Ceo muda coyy!!
kurang apalagi kan? Gak ada kurangnya kalo kata author mah hehe.
Hanya saja Xanders merupakan lelaki dingin yang tak tersentuh, tetapi dibalik sikap dinginnya siapa sangka jika Xanders sudah mencintai satu gadis dihatinya.
Bersambung
Waktu terasa begitu cepat berlalu...
Malam ini adalah malam pertunangan Xanders dan Caca. Caca menatap pantulan dirinya melalui cermin dikamarnya.
Air matanya kembali luruh, ia tersenyum getir.
"Ayah Caca harus apa sekarang, Caca gak mau nikah muda hiks...hiks..hiks"
Pintu kamar terbuka menampilkan Nara yang tengah tersenyum mengejek menatapnya.
"Uuuu.. yang mau nikah sama aki-aki kok nangis sih" ejek Nara.
Caca menghapus air matanya, ia menatap datar Nara yang berdiri di hadapannya.
"Caca, Caca takdir hidup Lo emang se menyedihkan ini ya"
"Bokap Lo udah mati, terus sekarang Lo mau dinikahin paksa sama aki-aki kasian banget sih Lo" Nara menertawakan Caca dengan puas.
"Caca ayo keluar, calon suami kamu udah dateng" ucapan Maya mampu mengalihkan perhatian keduanya.
"Nara gandeng tangan kakaknya" perintah Maya.
"Iya ma, ayo kak" Nara dengan sok akrabnya mengapit lengan Caca.
Di ruang tamu mansion Anggara sudah terdapat dua keluarga penting yang sedang menanti kehadiran seorang gadis yang akan melangsungkan acara pertunangannya.
Setibanya diruang tamu, Caca semakin menundukkan pandangannya. Ia tak mampu melihat kenyataan yang akan dihadapinya nanti.
Sementara Nara, perlahan senyumnya luntur tergantikan dengan rasa kaget yang luar biasa. Ia syok melihat seorang Xanders Juliano Smith ada diantara orang-orang penting tersebut.
Xanders duduk dengan tegap penuh wibawa dan jangan lupakan ciri khas wajah datarnya.
Nara berfikir jika Xanders adalah salah satu tamu undangan papanya. Ia langsung tersenyum centil ke arah Xanders.
"Tuan dan nyonya Smith maaf karena sudah membuat anda menunggu lama" ujar Maya dengan ramahnya.
"Ah tidak apa-apa nyonya Maya" balas Rere tak kalah ramah.
Maya menuntun Caca untuk duduk di salah satu sofa tepat dihadapan Xanders.
"Baik kita mulai saja acara pertunangan ini" suara berat tuan Smith terdengar tegas.
Caca memilin jari tangannya dengan gugup, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia berusaha mengusir rasa tak nyaman yang hinggap di hatinya.
"baik tuan kita mulai saja acaranya" sahut Delon.
"Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwasanya malam ini kita akan melangsungkan pertunangan antara Xanders dan Caca" ujar tuan Smith dengan tegas.
"APAA" seruan Nara mengalihkan perhatian semua orang yang ada disana, terkecuali Xanders.
Tanpa sadar tatapan mereka bertemu, netra kecoklatan milik caca bertemu dengan netra gelap yang juga tengah memandangnya dengan lekat.
Sepersekian detik mereka saling menatap sebelum pada akhirnya Caca tersadar, lalu ia segera mengalihkan pandangannya.
"Ada apa Nara?" tanya Delon.
"Pa ini maksutnya apa? Kok Caca tunangan sama Xanders" tanya Nara tak sabaran.
"Memangnya kenapa, Xanders sendiri yang menginginkan pertunangan ini" jawab Delon, ia menatap bingung ke arah putri kandungnya.
"Ya gak bisa gitu dong pa, Nara gak setuju kalau Caca tunangan sama Xanders" teriak Nara tanpa tahu malunya.
Delon bangkit dari duduknya lalu ia menarik Nara pergi dari hadapan mereka semua.
"Maaf ya tuan, nyonya mohon tunggu sebentar" ujar Maya tersenyum malu.
"Ah ya tidak apa-apa" Rere tersenyum tipis.
Sedangkan di kamar Nara sedang terjadi keributan antara papa dan anak itu.
"Pa kenapa Caca yang tunangan sama Xanders, harusnya Nara pa bukan Caca!" Teriak Caca emosi.
"Diam kamu Nara!"
"Perusahaan papa terancam bangkrut, satu-satunya orang yang bisa membantu papa dalam permasalahan ini hanya Caca. Xanders akan menyuntikkan dana ke perusahaan papa jika Caca mau bertunangan dengannya" jelas Delon panjang lebar.
"Tapi Nara suka sama Xanders Pa, harusnya papa jodohin aku sama Xanders. Aku yang anak kandung papa bukan Caca".
"Kali ini saja, tolong kamu mengerti kondisi papa. Papa melakukan ini semua juga demi kebaikan kita".
"Biarkan Caca menikah dengan Xanders, nanti setelah perusahaan papa normal kembali kamu boleh merebut Xanders dari Caca" Delon pergi meninggalkan Nara, tak lupa ia mengunci pintu kamar Nara, takut jika Nara akan mengacaukan acaranya.
"Maaf tuan, mari bisa kita lanjut" ucap Delon setelah kembali bergabung bersama mereka.
"Caca Achantika Queenzy apakah kau mau menerima perjodohan ini" tanya tuan smith pada Caca.
Caca gugup setengah mati, namun sebuah usapan lembut terasa hangat ditangannya. Ia menolah mendapati sang mama yang tengah tersenyum kearahnya.
Caca menghela nafas panjang, ia menjawab dengan tegas "Ya. Saya mau".
"Kau Xanders apakah kau menerima perjodohan ini" tanya tuan Smith pada putranya.
"Ya" Xanders menjawab dengan mantap.
Akhirnya acara pertunangan itupun berjalan dengan lancar. Setelah melangsungkan makan malam bersama, mereka berbincang-bincang ringan.
"Ma pa, tuan nyonya Caca permisi mau kedepan sebentar" pamit Caca, mereka mengangguk sebagai jawaban.
*
*
Caca duduk dibangku panjang yang berada ditaman mansion, ia tak mempedulikan hawa dingin yang menusuk kulitnya.
Hembusan napas panjang Caca keluarkan. Dunia ini kenapa begitu kejam padanya ia mempunyai ayah tiri juga adik tiri yang kerap sekali berlaku buruk padanya dan juga kekerasan fisik yang sering ia terima. Caca bahkan tak tahu alasan mereka bersikap seperti itu padanya.
"Gua harus seneng apa sedih ya sekarang, ya ganteng sih emang tapi kalo nanti dia jahat terus kasar sama gue gimana" monolog Caca pada dirinya sendiri.
Caca berharap pada Tuhan semoga suaminya nanti mau menerimanya dengan baik. Sudah cukup bagi Caca untuk melanjutkan kehidupan pahit yang selama ini ia alami.
Sebuah suara tapak kaki terdengar berjalan mendekat kearahnya. Tubuh Caca menegang, namun ia tak berani menoleh kebelakang.
"Kenapa di luar?" Tanya suara bariton yang membuat jantung Caca berdesir kala mendengarnya.
"G-gue cuma lagi cari angin aja" jawab Caca gugup.
"Aku bukan gue" tekan pria itu.
"Kita gak seakrab itu buat panggil aku kamu" Caca mendongak menatap lelaki jangkung yang kini sudah berada di hadapannya.
Xanders mengikis jarak diantara keduanya. Ya lelaki yang kini ada dihadapan Caca adalah Xanders.
"L-lo mau apa!?"
"Jangan deket-deket" ucap Caca penuh peringatan.
"Kenapa hmm" suara lembut Xanders menyapa indera pendengaran Caca.
"Jangan takut Acha" ujar Xanders dengan lembut.
DEG...
Caca terpaku mendengar suara lembut serta panggilan yang baru pertama kali ia dengar untuknya.
Caca tertegun, ia memandang Xanders dengan mulut terbuka. Gadis ini begitu menggemaskan dimata Xanders.
Xanders terkekeh melihatnya "kenapa lucu banget hmm".
"Nama gue CACA not ACHA" tekan Caca garang sembari berkacak pinggang.
"Itu panggilan spesial dari aku"
"Oh, atau kamu mau dipanggil sayang" canda Xanders.
Sial, Caca salting. Pipinya bersemu merah layaknya kepiting rebus.
"Apasih Lo, gak usah sok akrab deh" Ketus Caca, ia berusaha menutupi rasa salah tingkahnya.
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!