“Tino....oi....Tino,”
“Ugh,” seorang pemuda yang di panggil Tino mulai mengerang, dia membuka matanya tapi dia merasakan ada sesuatu yang menindihnya sampai dia merasa sesak dan tidak bisa bangun dari ranjang, dia mencoba berteriak namun suaranya seperti terjepit di tenggorokannya,
“A..apa ini...ke..kenapa gue....gue ga bisa ngomong,” ujar Tino dalam hati.
“Hehe akhirnya bangun juga,”
Tino melirik ke atasnya, dia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang gadis cantik berpakaian seragam sma putih abu abu sedang duduk di atas tubuhnya, dia langsung ketakutan karena gadis cantik itu bukanlah manusia dan dia mengenal gadis itu karena gadis itu adalah teman sekelas nya,
“A...Amel ? lo....ha...hantu ?” ujarnya perlahan.
“Yup...sori jangan takut dan jangan teriak, gue hantu Amelia dan gue butuh bantuan lo,” ujar hantu Amelia.
“Ke..kenapa lo jadi hantu ?” tanya Tino.
“Gue hantu dari masa depan, 50 hari dari sekarang, gue akan meninggal tapi gue lupa apa sebabnya, tolong bantu gue mencegah kematian gue,” jawab Amelia.
“Hah....ke..kenapa gue ?” tanya Tino.
“Hmm kenapa ya, ga tau juga, tapi ketika gue jadi hantu, yang gue inget cuman lo, karena dua adik lo yang selalu duduk di pundak lo hehe,” jawab Amelia.
******
Begitulah awalnya, nama gue Tino Adrian, gue berumur 17 tahun sekarang dan kelas 11 sma, gue bukan indigo atau apalah sebutannya, gue biasa saja, kehidupan dan kemampuan gue juga biasa saja dan gue bukan anak yang bisa melihat aneh aneh dan gaib, tidak ada yang menonjol dan istimewa dari diri gue. Nah masalahnya di sini, gue punya dua adik kembar, semua bermula ketika nyokap merid lagi setelah di tinggal sama bokap yang meninggal ketika usia gue baru lima tahun akibat kelelahan bekerja. Sejak itu, nyokap berjuang mati matian untuk menghidupi gue dan tidak jarang juga dia sakit. Gue yang melihat nyokap seperti itu, punya cita cita untuk menjadi seorang dokter dengan tujuan kalau nyokap sakit, gue yang akan menyembuhkan dia.
Ketika gue berusia 12 tahun, nyokap bertemu dengan seorang pria yang menurut nyokap adalah teman masa kecil nya di desa, setelah bersama selama setahun, mereka memutuskan menikah. Bokap tiri gue sangat sayang ama gue, namun ketika dia membawa gue dan nyokap ke rumah nya, gue kaget karena bokap tiri gue menggandeng dua orang gadis kecil yang kira kira usianya baru lima tahun dan lucu. Langsung saja terlontar pertanyaan dari mulut gue, “wah aku punya adik kembar ya,” tapi begitu mendengar ucapan gue, nyokap dan bokap tiri gue langsung menatap gue dengan wajah bingung.
Setelah itu, barulah gue tahu kalau bokap tiri gue sebenarnya seorang duda yang di tinggal meninggal oleh istrinya yang sedang hamil besar karena kecelakaan lalu lintas. Di hasil usg terakhir, sang istri ternyata mengandung bayi kembar yang belum di ketahui kelaminnya. Bokap tiri gue langsung memeluk gue dan mengatakan terima kasih, saat itu gue belum tahu apa maksudnya, tapi akhirnya gue mengerti, karena dua adik gue tidak lagi berpengangan tangan dengan bokap gue, melainkan duduk di kedua pundak gue dan selalu ikut gue kemana saja. Jadi bokap tiri gue terlepas dari beban dan rasa bersalah karena membiarkan istrinya meninggal waktu itu.
Kedua adik kembar gue tidak pernah lepas dari gue, mereka selalu mengikuti gue sampe ke sekolah bahkan kalau ke toilet sekalipun, walau gue tahu mereka hantu, tapi karena mereka lucu akhirnya gue diamkan saja, bahkan gue memberi nama mereka, karena menurut bokap mereka harusnya lahir di bulan Mei dua tahun lalu, akhirnya gue memberi nama mereka Mei dan May, keduanya terlihat senang dan memeluk lengan gue. Kalau kata paranormal sih gue ketempelan hantu atau di gandrungi hantu, tapi gue ga merasa begitu terhadap dua adik kecil gue yang lucu ini.
Walau pundak gue terasa berat karena mereka duduk di sana, gue berusaha memperkuat tubuh gue agar mereka tidak terasa berat di pundak gue, akhirnya gue jadi besar dan tinggi walau sedikit kurus. Kehidupan gue biasa saja, hanya saja kadang adik kembar gue suka menunjukkan jalan sama gue ketika gue di luar rumah atau sekolah dan ketika gue melewati jalan yang di tunjukkan oleh salah satu dari mereka ada saja orang atau bahkan kucing yang perlu di tolong dan biasanya gue menolong mereka dengan suka rela.
Kehidupan gue lancar lancar saja, sampai gue masuk ke sekolah sma baru gue, ketika duduk di kelas, tiba tiba saja ada seorang gadis cantik duduk di sebelah gue, dia tidak bicara apa apa tapi matanya menatap ke arah gue dan kedua pundak gue.
“Mereka siapa ?” tanya sang gadis.
“Siapa ?” tanya gue.
“Itu yang di pundak lo,” balas sang gadis.
“Ade kembar gue, kenapa ?” tanya gue lagi.
“Lucu, namanya ?” tanya sang gadis.
“Mei dan May,” jawab gue.
“Nama gue Amelia, gue anak indigo dan gue detektif, mau gue bantu lepasin mereka dari lo ?” tanya Amel.
“Jangan coba coba,” ujar gue geram.
“Ya udah kalo gitu,” balas Amelia sambil pergi begitu saja.
Sejak itu, Amelia tidak pernah lagi bicara sama gue dan selalu menatap dingin gue kalau berpapasan. Selain karena dia berbeda kelas, gue juga menghindari dia yang selalu menatap tajam ke arah dua pundak gue seakan akan mengincar kedua adik gue. Enam bulan kemudian, di sekolah gue ada sebuah kasus pembunuhan, seorang guru di temukan tewas di dalam gudang tempat penyimpanan alat alat olah raga oleh beberapa orang tim basket yang ingin mengambil bola basket di dalam gudang. Sekolah gue sempat heboh karena kasus itu sampai viral di beberapa sosial media.
Kondisi guru itu terlihat seperti gantung diri dan ada sepucuk surat yang menyatakan kalau sang guru bunuh diri karena stress. Semua orang termasuk gue berpikiran sama dan tidak mempermasalahkan nya lagi, tapi tiba tiba Amelia maju ke depan dan mengatakan, “ini pembunuhan,” tentu saja tidak ada yang menanggapinya, tapi dia menunjukkan bukti bukti seperti mulutnya yang berbusa dan berbau almond, tidak ada kursi bekas pijakan yang biasa di gunakan sebelum gantung diri, bekas ikatan di kedua pergelangan tangan juga kakinya dan beberapa hal lainnya sampai polisi yang berada di lokasi percaya.
Setelah mendengar ucapan Amelia, tiba tiba salah satu dari adik kembar ku yang bernama May, menepuk nepuk kepala ku dan meminta ku menoleh ke belakang Amelia, langsung saja aku jatuh terduduk tidak bergerak dengan mata membulat dan mulut ternganga karena aku melihat arwah guru yang gantung diri dengan wujud mengerikan dan sangat jelek berada di belakang Amelia. Mendengar gue terjatuh, Amelia sempat menoleh melihat ke arah gue dan tersenyum, setelah itu dia langsung memecahkan kasus pembunuhannya, ternyata pelaku nya adalah seorang siswi kelas 12 yang menjadi korban pemerkosaan selama berbulan bulan oleh sang guru.
Sebelum sang guru di gantung, dia sudah tewas terlebih dulu menggunakan racun calium sianida yang di dapat dari pabrik kimia tempat ayah sang siswi bekerja. Rupanya sang siswi meniru kasus pembunuhan di cafe yang saat itu sedang ramai di perbincangkan. Tentu saja, saat itu gue mengetahui kehebatan Amelia walau sejak dia menegur gue di kelas waktu itu, gue sama sekali tidak pernah bicara sama dia. Ketika naik kelas ke kelas 11, gue sekelas dengan Amelia dan kebetulan dia duduk di depan gue, tapi gue dan dia sama sekali tidak pernah bicara kecuali ada perlu saja. Dan sekarang, Amelia tiba tiba muncul di rumah gue dalam wujud hantu dan menindih gue di atas tempat tidur.
******
Kembali ke saat kini, Tino meminta Amelia melepaskannya dan akhirnya Amelia melayang di udara, Tino duduk di ranjangnya, dia melihat ke atas dan Amelia sedang bermain main dengan Mei juga May dengan riang,
“Oi...sebenernya ada apa sih ?” tanya Tino.
“Tolong bantu gue, gue ga inget apa apa ketika gue jadi hantu, gue liat lo jalan keluar dari gerbang sekolah dan dua adik lo ini manggil gue, tiba tiba gue malah kembali ke masa lalu sebelum semua terjadi,” jawab Amel.
“Lah kok bisa ? (menoleh melihat Mei dan May) ulah kalian ya ?” tanya Tino.
Mei dan May tidak menjawab tapi mereka mengangguk dan langsung mendekap kedua lengan Tino seakan akan mengatakan kalau Tino harus menolong Amelia. Hantu Amelia melayang ke hadapan wajah Tino dan wajahnya terlihat memohon sampai memelas kepada Tino,
“Trus sekarang gue musti apa ?” tanya Tino.
“Besok di sekolah, tolong ajak ngomong gue, tolong akrab sama gue di kelas, gue ga punya temen tau, kali aja kalo ada lo, gue ga jadi mati,” jawab Amelia.
“Gue gitu ? kan lo detektif hebat, masa sih lo ga ada temen ?” tanya Tino.
“Hehe gue sebenernya susah bergaul, gue seneng mengamati orang tapi kalau untuk berteman dengan orang itu entah kenapa gue ga bisa,” jawab Amelia.
“Lah ini lo ngobrol ama gue, biasanya kalo di kelas kan lo cuek,” ujar Tino.
“Iya...tolong ya Tin, kalau gue ga jadi mati 50 hari lagi, gue jadi pacar lo deh hehe,” ujar Amelia.
“Hah...lo gila, ntar lo mau ngilangin dua adik gue lagi, gue ga mau,” ujar Tino.
“Enggak kok, sekarang gue malah makasih ama Mei dan May, kalau ga ada mereka pasti gue cuman gentayangan di sekolah,” ujar Amelia.
“Ya udah, keliatannya dua ade gue juga mau nolong lo,” balas Tino sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sambil melihat Mei dan May yang terlihat memelas pada dirinya.
“Hehehe sip, makasih ya chayang, lo jadi pacar gue kan ?” tanya Amelia.
“Soal itu ntar dulu, kalo di kelas lo selalu judes ama gue,” jawab Tino.
“Hehe sori, waktu itu gue risih ama dua adik lo, tapi sekarang udah enggak, beneran, lagian gue bingung gimana caranya ngomong ama cowo,” balas Amelia.
“Eh ntar dulu, kalau lo hantu dari masa depan, trus berarti gue ketemu ama Amelia yang judes lagi kan besok di sekolah,” ujar Tino.
“Nah itu makanya gue minta tolong, tolong taklukkan gue yang sekarang dan jaga gue sampai 50 hari ke depan, gue cantik kan, masa sih lo ga naksir gue, lagian gue berani jamin, diri gue yang masih hidup bakal takluk ama lo dalam satu hari,” ujar Amelia dengan penuh percaya diri.
“Hah...enak aja lo ngomong, ini bukan masalah naksir apa ga, lagian mana mungkin takluk dalam satu hari, ada ada aja lo,” ujar Tino.
“Hehe tenang aja, lo pasti bisa, bener kan Mei, May hehe,” ujar Amelia sambil merangkul Mei dan May di depan Tino dan bercanda dengan mereka.
Tino terdiam, dia hanya menatap Amelia yang sedang bersenang senang di depannya bersama Mei dan May sambil melayang kemana mana,
“Rasanya mau muntah, gue yang biasa biasa aja kayak gini di suruh deketin gadis cantik yang seorang detektif dan pengen banget ngusir adik kembar gue,” ujar Tino dalam hati.
Keesokan harinya, Tino berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, dia menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya, kemudian dia menoleh ke belakang,
“Oi lo ikut juga ke sekolah ?” tanya Tino.
“Tentu saja, gue harus ngawasin lo,” jawab Amelia.
“Tapi ntar kalau diri lo yang di sini ngeliat lo gimana ?” tanya Tino.
“Ga bakal, saat ini yang bisa liat gue cuman lo,” jawab Amelia.
“Kok bisa gitu ?” tanya Tino.
“Bukannya gue udah bilang, dua adik lo membantu gue membawa gue ke masa lalu, jadi yang bisa liat gue hanya lo dan dua adik lo yang membawa gue kesini, gue sekarang masih hidup dan belum jadi hantu, jadi gue yang sebagai hantu belum ada di masa sekarang, makanya gue minta tolong lo untuk mencegah gue jadi hantu,” ujar Amelia.
“Gue ga ngerti tapi ya udalah, sekarang gue masuk,” ujar Tino.
Tino melangkah masuk, tapi kemudian dia langsung kaget karena banyak siswa dan siswi yang berjalan bersamanya menoleh melihat dirinya dengan tatapan aneh dan iba,
“Kasian ya ngomong sendiri,” ujar seorang siswi berbisik ke sebelahnya.
“Hus, ntar kedengeran di timpuk lo,” ujar seorang siswi sebelahnya.
“Hik, sekarang gue di sangka orang gila, ampun deh,” ujar Tino dalam hati sambil melangkah masuk ke dalam gedung sekolah.
Tino berjalan lemas menuju ke kelasnya walau pundaknya terasa ringan karena Mei dan May di gandeng oleh hantu Amelia yang melayang layang di belakang Tino. Ketika sampai di kelas dan hendak masuk, Tino melihat Amelia yang masih hidup sudah duduk di kursinya sambil membaca buku. Wajah Amelia terlihat datar dan tanpa ekspresi, Tino menoleh melihat hantu Amelia yang melayang di belakangnya yang terlihat ceria dan tersenyum ketika melihat dirinya,
“Kenapa sifat hantunya beda banget ya sama versi hidupnya ?” tanya Tino dalam hati.
Setelah itu, Tino melangkah masuk, dia langsung duduk di meja nya yang berada di belakang Amelia. Ketika Tino duduk, Amelia sempat menoleh sebentar kemudian dia menoleh lagi dan meneruskan membaca bukunya. Tino mengambil smartphonenya dan mengetikkan sesuatu di notenya, kemudian dia memperlihatkan tulisannya kepada hantu Amelia yang melayang layang di belakangnya.
“Hehe biarin aja, gue tahu diri gue sendiri kok, ga biasanya gue nengok kalau ada yang dateng..santai santai..lo bisa taklukkan gue hehe,” ujar hantu Amelia.
“Grrr lo kira gampang kale,” balas Tino tanpa smartphone.
“Gampang gampang, beneran gue ga bohong, makanya pede dong,” balas hantu Amelia.
“Lagian kok sifat lo beda banget sih, waktu hidup kayaknya lo ga pernah senyum, udah jadi hantu malah ceria gitu, aneh,” ujar Tino tanpa sadar.
Tiba tiba, “grek,” terdengar suara kursi bergeser, Amelia yang duduk di depan Tino berdiri kemudian dia kembali duduk namun berbalik dan menghadap Tino,
“Lo ngomong sama siapa ?” tanya Amelia dengan tatapan yang dingin dan wajah tanpa ekspresi.
“Oh..eh...um...gue lagi nelpon...iya bener, gue lagi telepon,” ujar Tino mengangkat smartphone nya.
“Oh ok, sori ganggu,” ujar Amelia.
Dia berdiri lagi dan memutar kursinya kemudian dia kembali duduk menghadap ke depan dan kembali meneruskan membaca bukunya. Tino menghela nafas, kemudian dia melirik melihat hantu Amelia yang terlihat tertawa terbahak bahak bersama Mei dan May menertawakan dirinya. Tak lama kemudian bel berbunyi dan pelajaran di mulai, Tino terus mengawasi Amelia yang duduk di depannya dari belakang, sesekali dia menoleh melihat hantu Amelia yang melayang layang di sekitarnya,
“Dia beneran meninggal 50 hari lagi ya, gimana cara gue mencegahnya, gara gara apa ? apa dia terlibat kasus yang aneh atau apa,” ujar Tino dalam hati sambil menatap punggung Amelia yang tertutup oleh rambut hitamnya yang panjang.
Sepanjang pelajaran, Tino yang tidak bisa berkonsentrasi, dia terus menulis di buku tulisnya mengurutkan kejadian dan kasus yang sudah di pecahkan oleh Amelia sebelumnya ketika mereka masih di kelas 10. Ada tiga kasus besar yang di pecahkan oleh Amelia, pertama pembunuhan seorang guru, kedua pembulian yang berujung kepada kematian seorang siswa dan terakhir pembunuh berantai yang menyamar menjadi petugas kebersihan sekolah yang kasusnya sudah di bekukan.
“Untuk kasus pembulian, seinget gue tiga orang pelaku udah di tangkap dan kalau pun udah bebas mereka tidak mungkin kembali ke sekolah karena sudah di keluarkan dari sekolah, trus pembunuh berantai yang ngumpet sebagai petugas kebersihan itu juga udah di tangkap dan rencananya akan di eksekusi, jadi kalau ada yang dendam sama Amelia dan pada akhirnya membunuhnya, gue rasa ga mungkin,” gumam Tino di pikirannya.
Selagi Tino berpikir, tiba tiba Mei dan May duduk di meja Tino dan menunjuk ke arah buku yang di tulisnya,
“Ada apa ?” tanya Tino kepada keduanya.
Mei memegang tangan Tino dan menggerakkannya untuk menulis sesuatu di buku, Tino melihat tangannya bergerak sendiri dan menuliskan sesuatu di buku, isi tulisannya adalah, “kita lihat kak Amel di sekolah,”
“Hmm iya juga, dia bilang semalem katanya dia ngeliat kalian di sekolah, berarti kemungkinan besar dia meninggal di sekolah ini,” tanya Tino berbisik.
Mei dan May mengangguk, kemudian mereka melayang lagi dan bergandengan dengan hantu Amelia yang mengangkat kedua pundaknya karena dia tidak ingat apa apa. Tino berpikir keras sambil sedikit menunduk dan meletakkan tangan di dagu, dia menuliskan 50 hari lagi di sekolah Amelia akan meninggal tanpa dia sadari. Hantu Amelia melayang dan membaca tulisan Tino, dia juga terlihat ikut berpikir namun habis itu dia langsung memegang kepalanya dan terlihat kesakitan, Tino melihat Mei dan May berusaha menenangkan hantu Amelia kemudian hantu Amelia kembali ceria seperti biasanya,
“Sori, gue sama sekali ga bisa inget apa yang terjadi,” ujar hantu Amelia.
Tino mengangguk, dia mengacungkan ibu jarinya dan menulis “tenang saja, kita pecahkan sama sama,” tapi tiba tiba Tino merasakan ada seseorang sedang melihat dirinya, ketika dia melihat ke depan, dia melihat Amelia yang duduk di depannya sedang menoleh melihat buku yang di tulisnya. Dengan reflek Tino menutup bukunya, Amelia langsung menatap wajah Tino dengan tajam sampai membuat Tino salah tingkah,
“Um....ada apa ya ? jangan madep kesini, ntar kalau keliatan bu Frida gimana ?” tanya Tino.
“Oh pelajaran sudah berakhir sekarang istirahat, boleh lihat ?” tanya Amelia menjulurkan tangannya mengambil buku Tino yang terpaksa memberikannya.
“Mau ngapain, cuman oret oretan aja, ga ada yang penting hehe,” ujar Tino.
“Hmm....dia meninggal 50 hari lagi di sekolah, lo bisa lihat masa depan ? apa gara gara pengaruh dua adik lo itu ?” tanya Amelia.
“Um...gue lagi nulis cerita...iya bener, gue mau jadi novelis hahaha,” ujar Tino berusaha mengelak.
“Tapi ada tiga kasus yang gue pecahkan waktu kelas sepuluh ?” tanya Amelia.
“Oh itu buat referensi aja, ga ada maksud apa apa,” jawab Tino.
“Ok kalau begitu,” balas Amelia ketus sambil berdiri dan mengembalikan buku nya.
Amelia pergi meninggalkan Tino berjalan keluar kelas, Tino menarik nafas panjang dan menghembuskannya,
“Oi cepetan susul gue,” ujar hantu Amelia.
“Apa sih ?” tanya Tino.
“Cepetan, gue biasanya kalo makan di belakang sekolah sendirian, paling ga lo temenin gue hari ini, cepet,” ujar hantu Amelia.
“Loh emang kenapa ?” tanya Tino.
“Gue ngerasa ada sesuatu hari ini, awal segalanya dan penyebab kenapa gue meninggal,” jawab hantu Amelia.
Mei dan May melompat ke meja dan keduanya terlihat memegang tangan Tino kemudian menariknya, Tino yang mengerti maksud kedua adik kembar nya, berdiri dan melangkah keluar kelas menyusul Amelia yang sudah keluar terlebih dahulu.
Tino mengintip dari balik dinding ke arah taman belakang, di belakang sekolah ada sebuah taman yang indah dan sepi, di tengah taman ada sebuah gazebo yang di sediakan untuk siapapun yang mau duduk di sana, namun biasanya kosong karena jarang ada murid yang main ke taman belakang. Tino melihat Amelia duduk sendirian di belakang sambil makan roti dan membaca buku dengan santai,
“Oi kenapa di sini, deketin gue dong,” ujar hantu Amelia.
“Gimana coba, tau tau gue nongol gitu aja ? ntar kalau di jutekin gimana,” ujar Tino.
“Enggak deh, percaya dong ama gue, gue jamin gue yang masih idup itu klepek klepek kalo lo deketin,” ujar hantu Amelia.
“Duh...kalau sampe gue di jutekin, awas lo ya,” balas Tino.
Namun ketika Tino bersiap melangkah keluar, tiba tiba dia mengurungkan niatnya karena melihat ada dua gadis cantik mendekati Amelia, salah satu gadis cantik yang berambut ikal dan di ikat satu di belakang sedang berbicara kepada Amelia dan terlihat agak kasar sampai menarik buku Amelia agar Amelia melihat dirinya, dia juga mendorong tubuh Amelia dan seorang gadis cantik lainnya yang berambut di kuncir dua menyiramkan sesuatu kepada Amelia.
“Huh Erika dan Nadia...ngapain mereka ? mereka membuli lo ?” tanya Tino.
“Hmm entah, tapi emang gue akrab ama mereka ? seinget gue enggak deh,” jawab hantu Amelia.
“Yang gue tahu nih ya, semejak lo nyelesaikan kasus guru itu, mereka kayaknya benci ama lo dan sering ngomongin lo, gue tau karena gue sekelas mereka dulu,” ujar Tino.
“Hmm gitu ya, gue lupa, ya kalau mereka membuli gue, cepetan dong tolong gue, entah kenapa hari ini gue ngerasa ada hal penting yang membuat gue terbunuh 50 hari kemudian, mungkin ini,” ujar hantu Amelia.
“Huuh...ya udah, tapi gue ga bawa makanan,” ujar Tino.
“Ga usah khawatir, gue biasanya bawa dua roti, gue selalu berprinsip kalau dia mau temenin gue, gue akan kasih satu roti gue ke dia hehe,” balas hantu Amelia.
“Lo ngarang nih, gue yakin,” ujar Tino.
“Udeh sih cepet, tolongin gue,” balas hantu Amelia.
Tino berjalan keluar dari balik dinding dan menghampiri Amelia yang sedang duduk di gazebo dan terlihat seperti di rundung oleh Erika dan Nadia. Ketika Tino mendekat, Amelia menoleh melihat Tino yang masuk ke dalam gazebo,
“Mel, ini air lo ketinggalan, trus ada apa ya ini ?” tanya Tino.
“Lo Tino kan, mau ngapain lo ?” tanya Nadia.
“Enggak, air si Amel ketinggalan di kelas, gue anterin, lo berdua ngapain ? buli si Amel ?” tanya Tino.
“Diem lo, (menoleh melihat Nadia) dah yu Nad, kita jalan,” ujar Erika menarik Nadia.
Keduanya langsung pergi, Tino menoleh melihat Amelia menunduk melihat bukunya yang sedikit sobek, seragam kemeja putihnya juga terlihat basah sepertinya Erika menyiram baju Amelia.
“Thanks Tin,” ujar Amelia.
“Loh lo tau nama gue ?” tanya Tino.
“Ya tau lah, lo kan duduk di belakang gue, tapi rasanya gue ga bawa botol air minum deh,” ujar Amelia.
“Oh ini botol air gue haha, sori kebetulan gue lewat dan gue liat dua orang itu lagi ngebuli lo,” ujar Tino.
“Mereka selalu gitu, biarin aja,” ujar Amelia tenang sambil mengelap bajunya.
Karena melihat pakaian dalam Amelia yang tembus akibat seragam putihnya yang basah, Tino memalingkan wajahnya,
“Dah ya, gue mau beli makanan dulu,” ujar Tino berbalik.
“Tap,” tiba tiba pergelangan tangan Tino di pegang, Tino berbalik melihat Amelia yang memegang pergelangan tangannya.
“Ga usah beli, lo duduk sini aja, gue bawa dua roti,” ujar Amelia.
“Oh...gitu,” ujar Tino.
Tino melihat Amelia mendekap dirinya sendiri karena seragamnya basah, akhirnya Tino melepas sweaternya dan memakaikannya kepada Amelia, kemudian dia duduk di sebrang Amelia dan minum dari botolnya, Amelia membuka tasnya dan mengambil roti dari dalam tasnya, dia memberikan rotinya kepada Tino,
“Tuh bener kan apa kata gue,” ujar hantu Amelia berbisik kepada Tino.
“Berisik lo,” balas Tino.
“Eh...apa ?” tanya Amelia.
“Ah...enggak hahaha,” jawab Tino sambil melirik hantu Amelia yang tertawa terbahak bahak bersama Mei dan May.
“Ngomong ngomong lo anak indigo juga ya, lo bisa lihat hantu ?” tanya Amelia.
“Enggak, gue bukan indigo,” jawab Tino.
“Trus dua gadis kecil yang biasa di pundak lo ?” tanya Amelia.
“Oh mereka kan adik adik gue, gue udah pernah jelasin ama lo kan,” jawab Tino.
“Emang sih, tapi apa lo ga keberatan, bukannya mereka berat ?” tanya Amelia.
“Enggak tuh, gue udah terbiasa, lagian mereka lucu,” jawab Tino.
“Lo aneh ya, waktu di gudang itu, pas liat gue, lo jatuh kan karena liat arwah guru mesum itu ?” tanya Amelia.
“Um...iya sih, tapi cuman sekali itu aja kok gue liat yang aneh aneh,” jawab Tino.
“Hmm pasti pengaruh dua adik lo itu, siapa namanya ? Mei ama May ya ?” tanya Amelia.
“Wah lo masih inget ya ?” tanya Tino.
“Jelaslah gue inget karena gue perhatiin lo, lagian cuman lo di sekolah kita yang aneh, penyediri, ga punya temen dan seneng di templokin hantu,” jawab Amelia.
“Ok makasih atas keterus terangannya,” balas Tino.
“Sori, gue juga ga punya temen jadi kadang gue kalau ngomong ceplas ceplos,” balas Amelia.
“Ga masalah, trus tadi Erika dan Nadia mau apa kesini ?” tanya Tino.
“Pelaku pembunuhan guru mesum itu kakak temen mereka yang bernama Bella dan mereka menyalahkan gue karena temen mereka si Bella itu sekarang stress dan jarang masuk sekolah,” jawab Amelia.
“Hmm ? stress kenapa ? kan yang di tangkep kakak nya ?” tanya Tino.
“Kakaknya yang membunuh guru itu katanya akrab ama Bella sampai membuat Bella stress berat,” jawab Amelia.
“Jadi begitu, trus Erika dan Nadia membuli lo karena lo menangkap kakak nya si Bella ?” tanya Tino.
“Iya, mereka ga seneng melihat gue menuduh kakaknya karena seharusnya gue diem aja dan menjadikan kematian si guru mesum itu sebagai bunuh diri karena mereka juga pada dasarnya dendam kepada guru mesum itu dan keduanya juga akrab sama kakak nya Bella, ya sori aja, gue ga bisa,” jawab Amelia.
“Hmm kalau di pikir pikir, waktu masuk ke sma, Erika, Nadia dan Bella selalu barengan karena katanya temen dari smp, tapi kira kira tiga atau empat bulan setelahnya Bella jarang ada di kelas waktu istirahat dan kalau pulang selalu belakangan, gue sekelas mereka soalnya,” ujar Tino.
“Ya itu ulah si guru mesum yang mengancam Bella akan menyebarkan foto telanjang kakak nya dan terus menggaulinya setiap hari selama hampir tiga bulan sampai kakak nya yang di kelas 12 akhirnya mengetahui nya karena Bella hamil dan keguguran, kemudian mereka merancang pembunuhan itu,” jawab Amelia.
“Loh berarti Bella terlibat ?” tanya Tino.
“Benar, Bella dan kakak nya yang membunuhnya, mereka memancing guru itu ke gudang dan mengatakan kalau Bella siap melayani dia setelah menghilang selama satu bulan lebih, tentu saja guru mesum itu datang dan lengah, kemudian kakak Bella langsung menyergapnya dari belakang dan menyetrumnya menggunakan taser sampai pingsan ketika dia masuk, setelah itu mereka mengikat sang guru dan meminumkan kalium sianida ke mulutnya, setelah itu mereka menggantung sang guru dan melepaskan ikatannya agar nampak seperti bunuh diri, mereka juga menuliskan pesan terakhir sang guru agar di anggap bunuh diri. Sekilas nampak sempurna dan bisa di kerjakan satu orang, tapi coba aja pikir baik baik, seorang gadis sekurus kakak nya Bella menggotong guru gemuk itu ke atas lalu menggantung nya sendirian, dia tidak akan kuat dan ga akan bisa, kecuali ada yang membantunya dan melakukannya berdua bersama sama,” jawab Amelia.
“Trus si Erika dan Nadia tau ?” tanya Tino.
“Mereka ga tau kalau Bella juga pelaku dan korban utama nya, makanya mereka menganggap Bella stress karena kakaknya di tangkap karena mereka tahu Bella akrab dengan kakak perempuan nya dan menyalahkan gue yang ikut campur,” jawab Amelia.
“Trus kenapa lo ga laporin si Bella ?” tanya Tino.
“Denger kan ketika gue tunjuk siapa pelakunya, kakak si Bella langsung mengakui semuanya dan mengatakan kalau dia di perkosa oleh guru itu selama hampir empat bulan sampai hamil, itu artinya dia mau menanggung semuanya tanpa melibatkan adiknya, gue ga bisa ngomong apa apa ketika tahu maksudnya,” jawab Amelia.
“Hmm bener juga ya, seharusnya Erika dan Nadia ga boleh buli lo, secara lo udah nolong temen mereka,” gumam Tino.
“Tapi gue berterima kasih karena lo udah nolong gue,” ujar Amelia.
“Sama sama, gue kebetulan lewat aja,” balas Tino.
“Bohong, ga mungkin lo lewat sini, lo malah ga pernah keluar kelas kok,” ujar Amelia.
“Hmm ? kok lo tau gue ga pernah keluar kelas ?” tanya Tino.
“Jelas tau lah, pasti dua adik lo itu kan yang nunjukkin kalau gue butuh bantuan ? bener ?” tanya Amelia.
“Haaah..iya iya bener, udahlah ga usah di bahas, jadi malu gue,” jawab Tino mencoba berkilah.
“Hehe jangan bohong ya di depan gue, ga bakal mempan,” ujar Amelia tersenyum.
Tino terkesiap sebab baru pertama kalinya dia melihat senyum Amelia yang terlihat lepas tanpa di buat buat di hadapan nya dan terlihat manis. Tiba tiba hantu Amelia mendekatkan wajahnya ke telinga Tino,
“Dah gue bilang kan, gue itu dia, jadi gue tahu perasaan dia hehe,” ujarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!