Bab I
Pagi itu langkah kaki seorang gadis dengan rambut panjang hitam pekat dan dikepang penuh semangat menuju sekolah. Ini adalah hari pertama Nana duduk di bangku SMU.
Senyum yang manispun selalu menghiasi wajahnya ketika bertegur sapah dengan siswa/i lainnya serta guru ketika tiba di sekolah.
"Nana...! Teriakan seseorang dan Nana sudah sangat hafal siapa itu.
"Adelin, kamu mengagetkanku", Ungkap Nana sambil tersenyum dan menggandeng tangan Adelin.
"Nana , aku senang sekali kita satu sekolah lagi dan satu kelas juga.
"Iya sahabatku", aku juga sangat senang.
Kedua.gadis itupun melanjutkan cengkrama mereka sambil menuju kelas yang akan mereka tempati, karena didepan pintu kelas sudah terpampang nama-nama siswa dan wali kelasnya. Dengan cepat mereka berdua memilih tempat dan meletakkan tas dan langsung menuju lapangan sekolah untuk apel bersama.
Tiba-tiba pada saat Nana dan Adelin mengambil barisan terjadi hal yang sangat mengejutkan. Seorang senior mulai memerintahkan mereka berbaris tetapi agak kasar. Dan membuat keduanya tidak nyaman. Mereka berduapun hanya merunduk dan tidak mau kena masalah, walaupun wajah Nana sudah memerah karena marah.
Upacara dan penyambutan siswa barupun sudah dilaksanakan, semua siswa masuk ke kelas masing-masing dan mulai ada kegiatan disana. Nana dan Adelin sangat senang karena di kelas memilik teman-teman sangat ramah dan sopan. Mereka lebih cepat beradaptasi. Merekapun telah bertemu secara langsung dengan wali kelas yaitu Ibu Windy Laksana, seorang guru dengan perawakan sangat lembut jugakeibuan. Kelas 10A tempat siswa dengan nilai terbaik ketika seleksi masuk. Itulah kelas Nana.
"Akhirnya pulang juga", Ucap Nana sambil tersenyum kepada Adelin.
"Nana, ayo kita mampir dulu ke toko buku, setelah itu barulah kita pulang". Bagaiman?" dengan wajah memohon.
"Maafkan aku Adelin, aku harus segera pulang bantu ibu jualan, nanti kita cari waktu lagi untuk mampir ke toko buku. ucap Nana.
"Baiklah sahabatku sayang". ucap Adeline.
Kedua gadis itupun langsung mengambil arah pulang. Nana menaiki Angkutan umum sedangkan Adelin di jemput supir pribadi, karena Adelin adalah putri dari keluarga Manopo yang memiliki pengaruh di kota itu.
Dalam perjalanan pulang, diangkutan umum, ada seorang penumpang yang tampak lesu dan agak sesak. Melihat itupun Nana mencoba mendekati ibu tersebut.
"Mohon maaf Tante, apakah sedang sakit? Saya melihat tante sesak dan pucat." ucap Nana khawatir.
"Iya, saya mungkin kelelahan saat bekerja." ucap Ny. Dorkas.
"Maaf tante, saya punya air mineral yang belum diminum." sambil memberikan kepada Ny. Dorkas dan tersenyum.
"(anak ini begitu cantik dan sopan, juga sangat sederhana)." suara hati Ny. Dorkas
Diapun mengamati gadis itu dan melihat lokasi sekolah di lengan kanannya, terpampang Pelita Kasih sama dengan sekolah Sadrakh anaknya.
"Siapa namamu?. tanya Ny. Dorkas.
"Nama saya Nana tante." dengan tersenyum sehingga menampilkam lesung pipinya di bagian kiri dan belahan tegas dibagian dagu.
"Apakah kamu bersekolah di SMU Pelita Kasih?" sambil menatap Nana.
"Benar ibu, ini hari pertama saya sekolah, saya kelas 10." ucap Nana dengan bahagia.
"Oh.., anak saya juga sekolah disitu duduk di kelas 11. Dia juga ketua OSIS." sambil melirik Nana.
"(Nana menanggapinya dengan tersenyum dan tanpa suara)."
"Terima kasih gadis baik" ucap Ny. Dorkas.
Angkutan Umumpun berhenti, Nana sudah sampai, diapun berpamitan kepada Ny. Dorkas. Nana turun dari angkutan umum tepat di depan kedai jualan makanan mamanya.
Rasa penasaranpun bertambah karena Ny. Dorkas melihat seorang perempuan yang usianya tidak jauh darinya bahkan mungkin sebaya, menyambut Nana dengan pelukan.
"(Kenapa sepertinya aku kenal." Suara dalam hatinya).
Tiba-tiba bunyi suara telpon miliknya memecah keheningan itu.
"Ma.. Ma....," suara dari panggilan telepon yang penuh kecemasan.
"Iya Nathan." sahut Ny. Dorkas.
Nana yang baru turun dari angkutan umum, langsung disambut Mama Lana dengan pelukan hangat.
"Nana sayang, ayo masuk dan ganti seragamnya." ucap mamanya. Lana Wowor adalah nama dari mama Nana.
Nanapun menggangguk, mengikuti apa yang mamanya katakan. Karena Nana dan adiknya adalah anak yang sangat patuh.
Tiba-tiba Nana bagitu kaget karena melihat papanya, sedang tidur tetapi dibagian tangan dan kakinya ada perban luka yang besar, terlihat parah. Kesedihan Nanapun tak tertahan, dia cepat-cepat mengganti pakaiannya dan langsung menuju ke kedai dibagian depan rumah, untuk mendapatkan jawaban dari ibunya, tentang apa yang terjadi pada ayahnya.
Mama Lanapun langsung menjelaskan, papanya mengalami kecelakaan kerja dan semuanya sudah ditanggulangi oleh perusahaan tempat ayahnya bekerja.
"Jangan takut sayang, papa orang yang sangat kuat, dia tidak akan mengalami hal yang buruk." ucap mama Lana , menenangkan anak gadisnya itu.
"Tapi ma, papa akan sulit bergerak karena kaki dan tangannya." ucap Nana dengam wajah sendu.
"Biarkan mama yang menjadi tangan dan..."
" Nana juga Joshua yang menjadi kaki papa." sambil berpelukan , menambah suasana haru mama dan anak itu.
"Ayo ma, Nana bantu menyiapkan 500 nasi kotak pesanan kemarin." Sambil tersenyum dan penuh semangat.
Anak gadis dan mamanyapun dengan penuh semangat, bekerja dan menyiapkan pesanan nasi kotak, karena sebentar lagi akan dijemput oleh pelanggan. Pesana yang begitu banyak, sehingga kedai tidak menyiapakan jualan secara personal. Karena fokus di pesanan ini.
Sambil mendengar instrument Rohani, Nana dan mama Lana semakin semangat bekerja, menyiapkan setiap takaran di nasi kotak, selain itu juga menyiapkan kue Brudel 8 (delalan) bola. Secara bergantian di masukkan ke Oven dan siap diproses.Pada saat panggangan terakhir, pelanggan yang memesan nasi kotak dan kue Brudel tersebut tiba di kedai.
Nampaklah seorang wanita dengan dandanan yang berwibawa penuh pesona meskipun sudah berambut putih, justru sosoknya semakin berkharisma.
"Shalom, selamat siang... Lana." Sahut wanita itu.
"Damai dihati , selamat siang ibu, maaf mama lagi melihat pesanan kue. Saya anaknya Nana." Sambil melipat kedua tangan didepan dada.
Ibu paruh bayah itupun menatap dengan seksama dan terlintas didalam pikirannya.
"(Anak yang sangat cantik dan sopan, dia sangat mirip dengan Karolin sahabatku dulu)."
"Hallo gadis cantik, panggil saja Oma Hada."
"Baik Oma Hada, ada yang bisa Nana bantu?" sambil tersenyum. Ucap Nana dengan sopan.
"(Anak ini, aku saja terpesona melihatnya, apalagi kaum Adam. Sambil tersenyum )
"Katakan saja kepada Lana, Oma Hada datang." ucap Oma Hada.
Nanapun mempersilahkan Oma Hada duduk dan bergegas memanggil mamanya, karena tidak mau membiarkan Oma Hada menunggu.
"Tante, maafkan Lana tadi di belakang, kuenya sudah siap."
"Kau ini, terlalu senggan denganku, bukankah aku dan ibumu adalah sahabat, bahkan kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri."ucap Oma Hada.
Nanapun segera mengepak semua pesanan dan bersiap menggangkat ke mobil, tetapi Oma Hada memberi kode dengan tangan, tidak perlu.
Masuklah sosok yang begitu tampan , dengan postur tubuh yang tinggi, berkulit putih, rambut hitam yang teratur rapi dan alis tebal, serta ada dua lesung pipi yang memukau namun memiliki tatapan mata yang angkuh.
"Selamat siang." Oma mana yang akan ku angkat?" ucap Belsazar yang adalah cucu dari Oma Hada.
"Ambil tuch, yang dekat Nana." ucap Oma Hada sambil tersenyum kecil, seakan disengaja.
Nana hanya terdiam karena begitu kaget melihat, sosok pria yang tampan namun cool. Jujur memang agak terpesona, tapi dia cepat mengendalikan tatapannya dan berdiri agak jauh. Pria ganteng itu, menuju kearahnya untuk mengambil pesanan itu. Kemudian diikuti dua ajudan juga dengan tubuh yang kekar.
"Baiklah Lana, terima kasih yach, aku pasti kembali lagi." ucap Oma Hada.
"Baik tante, Lana siap untuk pesanan berikutnya."
"Maksudku, ingin mengajak Nana jalan-jalan denganku, karena aku tidak ada teman, selain itu aku bisa menjemput langsung Nana di sekolahnya."
"Oma Hada tahu Nana sekolah dimana?" ucap Nana penuh rasa heran dan wajah kikuk.
Oma Hada hanya tersenyum dan berjalan keluar kedai, menuju mobil mewah dan ada satu mobil juga di belakang, didalamnya ada 4 (empat) ajudan lengkap dengan setelan jas dan kacamata hitam.
Dalam lamunan Ny. Dokaspun tersadar dengan bunyi telepon genggamnya.
"Ma, aku pulang." suara yang lembut dari seorang pria yang bernama Nathan Andes.
"Nathan, kamu ini selalu memberikan kejutan, siapa yang menjemputmu?" Mama hanya naik angkutan umum. Ucap kesal Ny. Dorkas.
"Mama posisinya dimana? Biar ku jemput."Oma sudah mengirimkan mobil ke bandara.
"Tidak sayang, mama lagi asik keliling dengan angkutan umum, mengingat kenangan mama waktu itu." ucap Ny. Dorkas dengan nada lembut tidak ketus lagi.
Nathanpun terdiam karena dia tahu kehidupan mamanua yang dulu, hanya orang biasa saja. Setelah menikah dengan ayah Nathan dan Sadrakh barulah kehidupan Ny. Dorkas menjadi lebih baik, karena ayah dari mereka berdua adalah anak dari pengusaha terkenal kota Manado.
"Ma, walaupun kehidupan mama dulu tidak semewah sekarang, tapi Nathan senang dan menghormati sikap mama yang memiliki prinsip, tulus, penyayang, mama juga sangat cantik." ucap Nathan menggoda ibunya.
"Nathan, kamu mulai menggoda mama yach?sekarang kamu langsung ke rumah sakit atau pulang ke rumah ?"
"Aku pulang dulu ma, nanti malam saja ke rumah sakit, sekalian juga mau bikin rapat dadakan dengan para dokter dan administrasi di rumah sakit. Karena ada beberapa keluhan yang masuk, pada saat saya di Tiongkok kemarin."
Ny. Dorkaspun mengiyakan setelah melepas rindu dengan anak sulungnya, walaupun tidak bertemu langsung.
Nathanpun langsung masuk ke mobil mewah yang sudah disiapkan . Nathan adalah cucu tertua dari Oma Hada. Posisi Nathan ada pemilik semua Rumah Sakit Harapan Kasih yang ada di Indonesia.
Dalam perjalanan pulang, Nathan membuka tab miliknya, dan mulai menulis puisi. Nathan adalah cucu Oma Hada yang paling lembut dan selalu sangat mementingkan orang lain. Karena karakternya ini, sehingga Oma Hada memberi kuasa penuh kepadanya untuk mengurus bisnis khusus Rumah Sakit, Nathan Juga seorang dokter ahli jantung , lulusan Amerika dengan pencapaian nilai terbaik.
Jari-jaripun mulai menari-nari diatas layar tab dengan penuh makna.
...Rindu...
...By: N.A...
Dalam keheningan ruang hampa
hentakkan jantung malu berdetak keras
alunan nada keraguan mengiring darah
entah melaju atau berhenti
Pupil tak kuasa terbuka
nafas bak gelombang tanpa arah
beribu pertanya berbaris bagaikan tangga
berlari menggapai tak ketemu penghujung
Diam menanti dalam syahdu
harapan hati menjadi hitam
peperangan otak kiri dan kanan
menambah kegaduan nadi berdetak
Hey kau yang ada disana
kucari jantung hatiku
tapi tak ku temui dia
Tetap berdiri gagah walau rapuh
melawan waktu yang terus berputar
Begitu selesai menulis puisinya, Nathanpun langsung menutup matanya, terus membayangkan apakah gadis dalam gambaran puisinya itu benar-benar ada.
Berbagai pertanyaan dan hatinyapun masih penasaran dengan sosok itu. Dan tanpa disadari diapun tertidur.
-‐----------------------------------------------------------------------------
Ditempat lain ada yang asik bermain basket dengan clubnya, dan persiapan lomba antar sekolah.
Sadrakh Andes adik dari Nathan dan sepupu dari Belsazar. Berbagai sorakan mulai memenuhi ruang basket, walaupun baru latihan tetapi banyak siswa yang menyaksikannya, apalagi kaum Hawa yang sangat ngefans dengan sosok ini.
Maklumlah Sadrakh adalah seorang pria yang ganteng, bertubuh tinggi , berkulit putih, rambut Coklat , bermata hijau. Sadrakh adalah satu-satunya cucu dari Oma Hada yang memiliki kemiripan 100% dengan Opa mereka , yang memiliki kewarganegaraan Belanda. Dia merupakan cucu termuda, calon pemilik bisnis hotel yang merupakan salah satu bisnis keluarga Andes.
"Sadrakh." sahutan Priska, sambil membawa air mineral dan handuk. Dia mengambilnya dan berterima kasih kepada Pris, lalu berjalan menuju pintu keluar ruangan, untuk ke tempat parkir.1 Disana sudah ada mobil jemputan dan beberapa pengawal yang menunggu.
Pris mengejar Sadrakh dengan harapan bisa pulang bersama, tapi ditolak Sadrakj dengan alasan kakaknya pulang, dan semua anggota keluarga akan berkumpul.
Sadrakh langsung masuk ke mobil dan menuju pulang. Sementara Pris masih memandang mobil itu, sampai keluar dari sekolah.
Pris adalah sahabat Sadrakh dari kecil, memiliki paras yang cantik, kulit yang putih, mata berwarna coklat dan rambut panjang bergelombang berwarna coklat.
Kebetulan orangtua mereka juga rekan bisnis, dan selalu bersekolah ditempat yang sama. Bahkan Pris telah menaruh hati pada Sadrakh, tapi selalu dianggap sebagai teman biasa saja.
Pris selalu berpikir, sampai kapan Sadrakh akan mengerti dengan isi hatinya. Selalu mencari waktu untuk menyatakan isi hatinya, tetapi tetap saja tidak bisa karena selalu belum ada kesempatan.
"(Sadrakh, kapan kau akan mengerti perasaanku?" suara dalam hati Pris yang lirih)"
Prispun berjalan menuju mobil, tetapi tiba-tiba dia merasakan sesak didada dan agak pusing dan....
Prakkkk!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!