NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Tuan Mafia

Bab 1

Bruk

"Awww"

Dua orang berpakaian hitam melemparkan seorang gadis cantik berbadan mungil itu sampai tersungkur, keduanya lalu menunduk hormat pada sang iblis berwujud manusia itu.

Gadis cantik itu mengedipkan kedua matanya beberapa kali, sampai dia tersadar, namun naas dia sama sekali tidak bisa kabur, siapa sebenarnya orang yang menculiknya dan apa motif nya?.

"Maafkan kami Tuan, karena baru bisa menangkap seseorang yang anda minta, dan gadis inilah yang telah menabrak nona Kiara " pria kepala botak itu menunduk hormat, sang Tuan masih belum menjawab ataupun menoleh.

Sedangkan gadis yang menjadi tersangka itu langsung melebarkan matanya, "kamu jangan gila menuduh orang sembarangan, aku tidak menabrak siapapun, mobil saja tidak punya, bagaimana mau nabrak orang" Gadis cantik itu berteriak dengan kencang, menatap punggung pria yang tengah membelakanginya.

Jessie Christabel, gadis cantik bermata biru itu dituduh sebagai pembunuh tunangan dari ketua mafia kejam yang tidak pernah pandang bulu, bahkan hukum pun tidak mampu untuk mengadilinya. Aaron Barnard

Pria tampan yang sejak tadi membelakanginya menoleh kearah Jessie, tatapan mata keduanya bertemu, "Tuan, entahlah anda siapa, saya tidak begitu mengenal anda, namun saya bersumpah tidak pernah menabrak siapapun, kemarin saya hanya menemukan seorang gadis yang terkapar di jalan, saya hanya menolongnya saja" Jessie berkata seakan tidak ada takutnya, hal itu membuat Aaron menarik sudut bibirnya.

"Kamu!! apa kamu tidak tahu siapa aku hmm?" Bentak Aaron dengan tatapan mata yang tajam, membuat Jessie kaget.

"Astaga Tuan, jangan main tebak-tebakan, saya benar-benar tidak tahu siapa anda, dan sudah saya katakan, saya tidak menabrak siapapun, saya hanya menolongnya saja" ucapnya membuat Aaron emosi, berani sekali gadis kecil itu bicara lantang kearahnya. Jessie memberontak ketika Aaron mencengkram erat rahangnya.

"Kamu pikir, kamu ini siapa berani bicara lantang kepadaku? Hah?" Ucap Gabriel membuat Jessie menggeleng pelan, rahangnya benar-benar sakit.

"Tuan tolong maafkan saya" lirih Jessie

"Diam lah nona Tuan Aaron bisa kapan saja membunuh anda" ucap salah satu anak buah kesayangan Aaron

Mendengar nama Aaron, gadis mungil itu langsung membulatkan matanya, "Aaron Barnard ?" gumamnya pria kejam yang tidak pernah menerima kata maaf jika ada yang berani menyinggungnya.

Aaron memandangi Jessie dari atas hingga bawah, lalu berdiri tegak dengan rahang dengan tatapan tajam, Jessie bisa melihat dengan jelas sekarang, pria yang sering dibicarakan oleh orang-orang tentang kekejamannya itu.

"Kamu sudah mengenalku sekarang? Perempuan sialan?" Aaron tersenyum yang terlihat begitu mengerikan.

"Lepaskan saya Tuan, saya akan bertanggung jawab jika memang saya salah, tolong lepaskan ini sangat sakit"

Aaron menyeringai, saat ini tepat dihadapannya adalah seorang gadis kecil yang baru usia sekitar dua puluh tahun, tetapi sudah berani melakukan pembunuhan terhadap tunangannya, membuat Aaron tidak merasa kasihan ataupun iba, Aaron sendiri sudah berjanji akan membalaskan semua kesakitan yang dirasakan oleh tunangannya, dengan menyiksa gadis kecil di hadapannya ini.

"Dengan cara apa kamu ingin tanggung jawab?"

"Saya akan melakukan apa saja, asalkan jangan memenjarakan saya" Jessie mengiba berkata dengan gugup, nyalinya semakin redup ketika melihat sorot mata Aaron yang menghunus jantungnya.

Aaron menyeringai "Aku ingin nyawamu, jadi bertanggung jawablah dengan nyawamu gadis sialan" Desisnya

Jessie tidak mengerti apa maksud Aaron "Apa maksud anda Tuan?" Bibir mungilnya bergetar, tubuhnya semakin lemas.

"Apa kamu tidak bisa mendengar ucapanku?, aku menginginkan nyawamu sebagai bentuk tanggung jawabmu atas kematian tunangan ku" Menatap tajam. kemarahannya siap meledak.

Aaron mundur satu langkah mengamati Jessie dengan seringai penuh arti yang membuat gadis itu memundurkan langkahnya.

Semakin gadis itu ketakutan semakin menyenangkan bagi Aaron, inilah yang Aaron suka, ditakuti oleh lawannya.

"Kamu akan merasakan apa itu kehidupan di neraka dari ciptaan seorang Aaron Barnard!" Desisnya semakin menunjukan kekuasaannya.

"Tidak Tuan, tolong ampuni saya, kasihani saya, saya hanya seorang yatim piatu yang sudah tidak memiliki apapun di dunia ini, saya mohon Tuan Aaron" Jessie bersimpuh dihadapan Aaron, dia memohon ampun entah kesalahan apa yang dia perbuat, namun Jessie berani bersumpah demi apapun dia tidak pernah menabrak tunangan orang terkejam di negara ini.

Aaron memberi isyarat kepada dua pengawal untuk menarik Jessie agar berdiri, dengan cengkraman keras dua pengawal itu membuat Jessie berdiri.

"Kamu telah membunuh calon istriku, bahkan rekaman CCTV di jalan sekitar sudah menunjukkan semuanya, apa kamu paham gadis kecil?" Dengan tidak ada perasaan iba ataupun kasihan, Jessie adalah seorang perempuan dengan keras menamparnya sampai mengeluarkan cairan merah.

"Saya berjanji Tuan, saya akan menuruti semua perintah anda, asalkan jangan menyiksa saya ataupun memasukan saya ke penjara, saya sudah cukup menderita, hanya menunggu waktu saja" Air matanya lolos begitu saja, dia benar-benar merasakan ketakutan.

Hanya seorang yatim piatu, Jessie tidak bisa membayangkan bagaimana nanti nasibnya didalam penjara, apa lagi dengan kasusnya yang baginya sangat berat, dengan tuduhan pembunuhan sudah pasti akan di hukum mati.

Aaron menyuruh dua pengawal untuk membawa Jessie keruang bawah tanah, dia tidak perduli dengan tangisan Jessie, dengan sigap dua pengawal itupun menyeret tubuh lemah Jessie.

"Ampuni saya Tuan Aaron, saya benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun, saya hanya menolong saja Tuan" Teriak Jessie tubuhnya yang diseret oleh dua orang pengawal.

"Ikat dia diruang bawah tanah, aku akan memberinya hukuman agar dia tahu dengan siapa mencari masalah" Tangannya mengepal erat dengan sorot mata tajam.

"Tolong Tuan, ampuni saya, saya siap melakukan apapun, maafkan saya" Teriakannya begitu memilukan namun tidak membuat hati seorang Aaron Barnard terenyuh sama sekali, teriakan Jessie adalah kesenangan baginya.

"Perketat penjagaan, jangan sampai dia kabur, dan satu lagi jangan memberinya minum ataupun makan, apa kalian mengerti?"

"Siap Tuan" Jawab mereka serempak.

"Arnold!!" Serunya memanggil orang kepercayaannya.

"Saya Tuan" menundukkan kepalanya.

"Apa semuanya sudah siap?"

"Sudah Tuan, lalu bagaimana Tuan, apakah kita akan mengadakan upacara untuk pemakaman nona Kiara?" Arnold berkata dengan hati-hati agar tidak memancing kembali emosi Aaron.

"Siapkan semuanya, dan perketat penjagaan, jangan sampai di manfaatkan oleh musuh"

"Siap Tuan" Arnold kembali menunduk.

Aaron berjalan keluar dan berjalan kearah ruang kerjanya, ruangan yang tidak begitu terang namum membuatnya nyaman, Aaron menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk yang tersedia di ruangannya, memijat pangkal hidungnya, dia tidak pernah gagal dalam hal apapun, dua bisnisnya berjalan dengan lancar, di dunia bawah dia tidak pernah terkalahkan, bahkan di bisnis atas juga dia di kenal sebagai CEO tanpa ampun.

Tetapi satu kelalaiannya yang membiarkan Kiara keluar sendiri tanpa pengawal, sampai membuatnya mati sangat mengenaskan.

"Gadis sialan, aku akan membuat mu menderita"

Bersambung.

Bab 2

Aaron mencengkram gelas yang berada di tangannya sampai pecah, tidak perduli jika tangannya terluka dan mengeluarkan darah.

"Kamu tidak akan pernah bisa lolos dari neraka seorang Aaron Barnard, bersiaplah setelah pemakaman Kiara, giliran mu gadis sialan yang akan mendapatkan pemakaman" Gumamnya dengan tangan mengepal kuat.

Tok

Tok

"Masuk Arnold!!" Serunya.

Setelah mendapatkan perintah, Arnold pun masuk dengan kepala menunduk, matanya melirik tangan Aaron yang terluka namun dia tidak berani untuk bertanya.

"Apa kamu datang keruangan ku hanya untuk diam Arnold?" suara dingin bagaikan anak panah yang menusuk di jantungnya.

"Ah, maafkan saya Tuan, semua yang Anda inginkan sudah siap, besok pagi anda bisa melakukan pemakaman, apakah saya harus mengundang rekan bisnis anda Tuan?"

"Jika kamu tidak mengundang mereka, untuk apa aku mengadakan upacara kematian? namun sebelum itu perketat penjagaan mansion" ucapnya. dengan cepat Arnold mengangguk paham dengan perintah Tuannya.

"Adakan pemeriksaan setiap tamu yang datang, jangan biarkan satupun membuat onar"

"Baik Tuan" Arnold.

"Arnold, hukuman apa yang pantas untuk gadis kecil itu selain kematian?" tanyanya dengan memandangi foto mendiang kekasihnya yang tersenyum begitu manis.

Arnold tidak tahu hukuman apa yang pantas , namun dia sendiri tidak tega melihat gadis lugu seperti Jessie harus mendapatkan siksaan dari Aaron, karena kebenarannya belum jelas menurutnya.

"Mohon maaf Tuan, lebih biak anda yang memutuskannya" Jawab Arnold.

Aaron manggut-manggut "Kalau begitu siksa dia sekarang, aku akan pergi keluar sebentar dan tengah malam aku akan kembali, buat dia merasakan apa yang Kiara rasakan, apa kamu paham Arnold?"

"Ya, saya paham Tuan, jika perlu saya akan langsung membunuhnya" jawab Arnold.

"Jangan, aku yang akan membuatnya perlahan mati, kamu hanya perlu menyiksanya saja" Arnold hanya mengangguk.

**

Seperti yang sudah di rencanakan, para tamu undangan pun datang, tidak terlalu banyak hanya beberapa ketua klan yang Aaron kenal dan di anggapnya sebagai sahabat.

"Selamat jalan Kiara, istirahatlah dengan tenang aku akan membalaskan rasa sakit mu" Ucapnya, Aaron menatap wajah cantik sang tunangan di dalam peti yang belum tertutup.

Ucapan demi ucapan untuk menguatkan Aaron mereka sampaikan dengan tulus, Kiara adalah perempuan yang baik, tidak pernah melakukan hal yang membuat Aaron marah, hanya saja malam itu menjadi keteledoran baginya, sampai pergi tanpa pengawal.

Setelah acara pemakaman selesai, Aaron berdiam diri didalam ruang kerjanya, dia tidak ingin di ganggu oleh siapa pun, dan ketika malam barulah Aaron mendatangi tempat dimana seseorang yang telah membunuh Kiara.

Sedangkan diruang bawah tanah yang terasa dingin dan lembab itu membuat Jessie meringkuk, kenapa nasibnya seperti ini, entah dosa apa yang pernah Jessie lakukan dimasa lalu sampai dia mendapatkan balasan neraka ciptaan manusia.

Tap

Tap

Terdengar langkah kaki mendekat, jantungnya berdetak kencang, baru saja ingin memejamkan matanya, kepalanya terasa sangat pusing.

"Selamat malam Tuan" sapa para pengawal mereka membungkuk hormat, lalu membukakan pintu besi yang didalamnya sudah ada Jessie.

"Anda ingin membunuh saya Tuan?" tanya Jessie, dia sudah didudukan di atas kursi dengan tangan di ikat ke belakang.

"Tentu saja, memangnya kamu pikir, aku akan menjadikanmu pajangan?" jawab Aaron yang berdiri tegak menatap lurus.

"Apa anda tega Tuan, membunuh gadis yatim piatu seperti saya?" Iba nya, Jessie masih ingin hidup dengan sisa waktu yang dia punya.

Aaron menarik sudut bibirnya "Kenapa kamu mengiba seperti itu? Hatiku tidak akan bergerak, jangan bilang kamu takut kematian? padahal kamu seorang membunuh" Desisnya.

Terdengar helaan lemah nafas Jessie "Sudah saya katakan Tuan, saya tidak melakukannya, kenapa anda tidak percaya" ujarnya dengan mata buram, wajahnya terlihat pucat.

Aaron sejenak memperhatikan wajah Jessie, gadis itu seperti sedang menahan sesuatu, apakah lapar? tentu saja karena Aaron tidak memberinya makan, tapi sepertinya bukan itu.

"Saya yakin anda masih memiliki hati nurani Tuan"

"Ya, kamu benar, tetapi itu hanya berlaku kepada binatang peliharaan ku saja, jika untukmu aku adalah iblis, dan jangan lupa siapa aku" jawabnya menyeringai, namun Aaron tidak mengalihkan pandangannya dia menatap wajah pucat Jessie dengan perasaan aneh.

"Tuan, jika memang anda ingin membunuhku silahkan lakukan, lagi pula hidup pun saya sudah tidak memiliki apa-apa" Jessie berkata seolah menantang Aaron.

"Kamu menantang ku? baiklah akan aku kabulkan, bersiaplah untuk menemui ajalnya" Aaron tersenyum miring melihat bagaimana raut wajah Jessie, antara takut dan seperti menahan sakit.

Jessie memejamkan matanya, dia sudah pasrah dengan hidupnya, jika memang harus berakhir dia tidak akan menolaknya. baginya percuma memohon ampun kepada pria yang tidak memiliki belas kasih dan seperti memiliki kepribadian ganda.

Aaron tidak akan membunuh Jessie sekarang, dia harus membuat Jessie menderita terlebih dulu, tangan Aaron yang terdapat senjata mengarah tepat di dada Jessie, dia siap membuat perempuan itu ketakutan.

Tidak ada reaksi apapun dari Jessie selain matanya yang terpejam, namun beberapa detik Aaron menurunkan senjata nya, keningnya berkerut, dia menatap aneh ke arah Jessie, tiba-tiba darah segar keluar dari hidung Jessie.

"Sialan" Gumamnya lalu dia melangkah mendekat, menaikkan dagu Jessie agar melihat kearahnya, namun perempuan itu tidak juga membuka matanya.

"Bangunlah, Hay apa kamu tuli?" Serunya namun tidak ada jawaban apapun.

Tubuh Jessie terasa dingin, Aaron bisa merasakannya "Apa dia mati?" ucapnya, kedua pengawal langsung membuka ikatan tangan Jessie.

Bruk

Tubuh mungil nan kurus itu pun terjatuh ke lantai. "Sialan, kenapa dia harus mati sekarang, aku belum melakukan apapun" Kesalnya.

"Tuan, Nona ini belum mati, sepertinya hanya pingsan" Ucap salah satu pengawal yang baru saja memeriksa denyut nadi Jessie.

Aaron terdiam beberapa detik lalu "Arnold!!" Teriak nya.

Dengan secepat kilat Arnold sudah berada di samping nya "Astaga, Nona" Arnold reflek dengan kekagetannya.

"Siapkan kamar di Paviliun, aku akan membawa perempuan pembunuh ini, dan jangan lupa telpon Edwin untuk segera datang" Titahnya, Arnold mengangguk patuh, lalu berlari kearah paviliun untuk meminta maid menyediakan satu kamar. lalu menghubungi Dokter Edwin.

"Semoga nona kecil itu baik-baik saja, aku yakin bukan dia pembunuhnya" Gumamnya.

Sedangkan Aaron mengangkat tubuh mungil Jessie, "Menyusahkan, hanya kamu tawanan yang mendapatkan perlakuan spesial sebelum aku membunuhmu" gerutunya, menatap wajah cantik yang terlihat begitu polos dan lugu, sangat tidak terduga dibalik kepolosannya ternyata memiliki jiwa pembunuh.

"Tuan, kamar sudah siap" Ucap Arnold ketika melihat Aaron masuk pintu utama.

"Dimana Ara?" tanyanya.

"Saya disini Tuan" jawab perempuan cantik dengan menggunakan seragam pelayan.

"Ikut denganku dan urus dia, jangan sampai Edwin menghakimiku, aku tidak mau di tuduh menyiksa gadis dibawah umur" Ucapnya, Arnold dan Ara saling melirik, Tuannya memang tidak pernah sadar diri.

Bersambung.

Bab 3

Ara sudah kebersihan tubuh lemah Jessie, dan mengganti pakaian Jessie dengan piyama miliknya, mengoleskan salep pada setiap luka di tubuh mungil nan kurus itu. sesekali Ara meringis membayangkan betapa perihnya luka itu jika nanti terkena air.

Setelah itu seorang dokter muda datang dan segera memeriksa keadaan Jessie, "Astaga apa yang dilakukan pria kejam itu padamu" Gumamnya.

"Bagaimana keadaanya?" Tanya Aaron yang sudah berdiri di belakang Dokter Edwin yang tidak lain adalah sahabatnya.

"Masih bernyawa" Jawabnya santai.

Aaron berdecak kesal "Aku tahu jika dia masih bernyawa, yang aku tanyakan bagaimana keadaannya?"

"Apa yang kamu lakukan pada gadis kecil ini Aaron? tubuhnya banyak luka, kamu tega menyiksanya? kesalahan apa yang dia lakukan?" Tanya Dokter Edwin dengan raut wajah iba.

"Aku memanggilmu untuk melakukan tugas, yaitu memeriksa keadaannya, bukan malah banyak bertanya, kamu sudah hampir seperti wartawan yang sedang mewawancarai ku, katakan saja bagaimana keadaannya, dan berhentilah bertanya hal yang tidak penting" Ujar Aaron menatap nyalang sahabatnya.

Dokter Edwin hanya menggeleng pelan melihat bagaimana tanggapan sahabatnya, "Dia hanya demam" Jawabnya singkat.

Aaron mengerutkan keningnya "Hanya itu? yang benar saja?"

"Kamu bertanya dan aku menjawab hasil dari pemeriksaan ku, dan itu hasilnya, kenapa kamu seperti meragukan hasilnya, kamu terlihat sangat ingin mendapatkan jawaban lain" Kesal Dokter Edwin.

"Jangan membuatku marah Ed, aku membutuhkan jawaban yang benar, jika hanya demam tidak mungkin sampai mengeluarkan darah dari hidungnya, bahkan sampai pingsan"

Dokter Edwin menarik nafas dalam-dalam, "Jika ingin tahu jawabnya, lebih baik bawa dia ke rumah sakit, agar aku bisa melakukan pemeriksaan dengan benar" Jawabnya, dia menduga jika gadis kecil yang tengah terbaring itu memiliki riwayat penyakit yang serius.

"Apa kamu gila? dia tawanan ku dan kamu memintaku untuk membawanya ke rumah sakit? sejak kapan tawanan menjadi spesial? lagi pula aku sedang menanti kematiannya" Kesal Aaron.

"Gadis yang malang, tidak perlu menyiksanya jika kamu sudah menanti kematiannya, dan jangan memanggil Dokter manapun untuk mengobatinya" ucap Dokter Edwin melihat kearah Jessie.

"Sudah cukup! Kamu boleh pergi!" Usir Aaron, Dokter Edwin pun pasrah dan akhirnya pergi.

***

Keesokan harinya, Jessie mulai tersadar, dia mengedarkan pandangannya, ruangan yang berbeda bukan lagi di ruang bawah tanah, dipenjara juga bukan. atau dirinya sudah berpindah alam?, Jessie menggeleng pelan. Badannya terasa sangat sakit ketika dia bergerak pelan.

"Apa aku sudah mati?" Gumamnya dia melihat ada sosok menyeramkan di sofa panjang yang sedang menatapnya penuh dengan kebencian.

"Apa aku masuk surga? dan itu adalah sosok pengeran yang akan menemaniku? tetapi kenapa wajahnya jelek?" Lagi-lagi dia bergumam.

"Mulutmu sangat lancang gadis kecil, apa kamu ingin merasakan bagaimana mulut kecil itu terbuka lebar?"

Jessie yang belum sepenuhnya sadar dia masih mencerna ucapan Aaron. detik berikutnya mata Jessie melebar, Astaga dia adalah pria kejam yang ingin membunuhnya

"Tuan, anda tidak jadi membunuh saya?" Tanyanya dengan tatapan wajah polos dan kedua mata yang mengedip lucu.

"Jaga pandanganmu, aku tahu, jika diriku memang tampan"

Jessie meringis, selain kejam ternyata juga narsis "Anda jangan salah paham dulu Tuan, saya hanya tidak sengaja melihat anda" Jawab Jessie, kepalanya menunduk.

"Perempuan pembunuh memang tidak ada bedanya dengan perempuan murahan" Aaron mengubah posisinya menjadi duduk dengan tegak menatap Jessie dengan tajam.

"Maaf Tuan saya bukan perempuan murahan, teta!!" Bantahnya.

Aaron bertepuk tangan memberi apresiasi dengan keberanian Jessie yang selalu menjawabnya, jika orang lain mungkin mereka sudah bungkam sejak kemarin.

"Kamu selalu menantang ku" Kekehnya, dia berjalan mendekat ke arah Jessie yang sedang gugup dan takut. Aaron menelisik tubuh Jessie.

"Bangun" Titahnya, Jessie yang takut pun menurut dengan perlahan bangun lalu turun dari ranjangnya, dia berdiri tepat didepan Aaron.

Tanpa aba-aba tangan kekar itu dengan kasar menarik pinggang ramping Jessie, membuat perempuan itu memejamkan matanya karena luka ditubuhnya tertekan oleh tangan Aaron.

"Jangan menjadi perempuan pembangkang, jika kamu masih ingin hidup maka lakukan semua perintahku" Bisiknya.

"Maaf Tuan, anda bukan orang tua saya yang bisa mengatur hidup saya, dan anda tidak memiliki hak apapun.. "

"Sudah aku katakan Jessie, jangan membangkang, kamu tidak punya pilihan, hidup mendekam di penjara dengan hukuman seumur hidup atau menjadi budak sekaligus pemuas nafsuku" Aaron berkata dengan wajah datar.

Tubuh Jessie menegang, pilihan tidak masuk akal yang Aaron berikan, semuanya tidak ada yang menguntungkan baginya.

"Tuan, itu bukan pilihan tetapi paksaan"

Jessie semakin merapatkan mulutnya agar pria itu tidak memiliki celah, namun otak licik Aaron selalu bekerja dengan baik. Tangannya perlahan turun ke bawah menyibak piyama yang di gunakan Jessie dalam sekali sentakan saja tangan pria itu menerobos masuk ke dalam benda segitiga yang menutupi bagian inti Jessie.

"Seperti ini bukan yang kamu inginkan?" Jessie hanya bisa meneteskan air matanya. memberontak pun tenaganya sudah habis.

"Tuan, tolong jangan lakukan itu padaku" isaknya.

"Tetapi aku ingin kamu memilih pilihan yang kedua, menjadi pemuas nafsuku" Bisiknya menggigit telinga Jessie lalu perlahan mengecup leher jenjang Jessie, dan satu tangannya masih bermain di bagian inti Jessie dengan liar.

"Aku bahkan belum memasuki mu tapi kamu sudah basah" Ucap Aaron yang merasakan kepemilikan Jessie sudah basah akibat ulahnya.

Ini pertama kalinya bagi Jessie, tidak heran jika perempuan yang tidak memiliki pengalaman apapun itu memberikan respon yang begitu cepat.

"Tolong hentikan Tuan" Jessie berusaha mendorong kuat dada Aaron, namun suara tertahan Jessie justru semakin membangkitkan gairah Aaron.

"Kamu berkata berhenti tapi tubuhmu menikmati nya Sialan"

Mata Jessie membulat sempurna ketika Aaron menurunkan celana panjang yang dia pakai, tubuhnya bergetar dengan hebat ketika ada sesuatu yang berdiri tegak di balik boxer ketat.

"Kamu siap baby?" Suara Aaron terdengar serak menahan sesuatu yang tidak lagi bisa dia tahan, jika bisa berkata jujur ini adalah pertama kalinya juga bagi Aaron, dia bisa di bilang ketua Mafia paling anti bermain sex bebas, bahkan Kiara yang sudah menjadi tunangannya hanya memberinya kecupan saja.

Aaron sendiri bingung kenapa hanya melihat tubuh Jessie saja dia sudah ingin merasakan yang namanya kenikmatan, gairahnya mendadak bangkit seperti orang yang sedang kelaparan.

"Tuan, saya mohon jangan" Air mata Jessie terus mengalir.

Namun Aaron sama sekali tidak mendengarnya, "Tuan, tolong.. Ahhh" Sial Jessie ingin merobek mulutnya sendiri yang tiba-tiba mengeluarkan suara laknat.

"Apa kamu siap Baby" Aaron tersenyum miring, mulut Jessie terus menolak tetapi tubuhnya merespon dengan baik.

"Tuan.. "

"Ya, Baby, sebut namaku" Jawabnya yang sudah mengangkat sebelah kaki Jessie, sebentar lagi dia akan merasakan nikmatnya bercinta, entah lupa atau tidak Aaron seakan melupakan dendamnya kepada Jessie.

namun belum sempat Aaron melakukannya suara ketukan pintu membuatnya menggeram kesal.

tok

tok

"Tuan, di luar ada orang tua Nona Kiara" seru Arnold.

Aaron mendengus dia menatap Jessie yang seperti bernafas lega "Sekarang kamu bisa lolos, tapi tidak untuk hari berikutnya"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!