NovelToon NovelToon

Prince Ashfey

Pemuda Putus Asa

“KLEIN ASHFEY!!!”

Dalam sebuah bangunan megah yang mirip istana sekaligus benteng, raungan keras seorang pria menggema.

Pemilik suara itu, seorang pria tampan berambut hitam legam dengan mata seperti amber yang memakai pakaian layaknya bangsawan berjalan menaiki tangga dengan ekspresi muram.

Setelah menaiki tangga, dia segera bergegas ke arah sebuah ruangan lalu mendorong pintu dengan keras sampai terbuka.

Ketika pintu terbuka, terlihat sebuah kamar luas yang indah dan tertata rapi.

Di atas ranjang, tampak seorang remaja tampan berambut hitam berusia kira-kira 15 tahun berbaring malas sambil memejamkan mata.

“Bukankah aku sudah mengatakannya berkali-kali, Bocah! Hari ini kamu akan berangkat ke Dawn Star Academy, jadi kenapa kamu belum bersiap-siap? Bahkan tidak mau bangun!” teriak pria itu melihat putranya yang enggan bangun dari ranjangnya.

Mendengar teriakan pria itu, remaja tersebut membuka matanya, menunjukkan sepasang mata berbeda warna. Warna amber dan lavender yang kemudian menatap sayu ke arah ayahnya.

“Kurang-lebih sembilan tahun yang lalu.”

“Lebih tepatnya pada bulan september ketika dedaunan mulai menguning dan berguguran, setelah makan malam malam ketika angin berembus cukup kencang.”

“Saat itu juga kamu berjanji kepada ku jika mau menerima pendidikan kerajaan (les privat), aku akan bebas melakukan sesuatu setelah dewasa. Tepatnya di usia 15 tahun.”

“Jangan lupakan janji mu, King!”

Suara remaja yang belum sepenuhnya dewasa, tetapi begitu tenang dan penuh percaya diri menggema dalam ruangan.

Sama seperti yang remaja itu katakan, pria di depannya sekaligus ayahnya, Norman Ashfey adalah seorang Raja.

Mendengar perkataan remaja itu, Norman seperti mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu.

“Sembilan tahun yang lalu,” gumamnya pelan sebelum tertegun sejenak.

“Dasar Bocah tengik, jika otak mu sangat bagus, gunakan saja untuk mempelajari hal-hal penting! Jangan gunakan untuk mengingat dan mengembangkan berbagai hal berantakan semacam itu!”

Urat nadi di dahi Norman tampak menonjol, dan wajahnya sedikit merah karena marah. Dia menatap ke arah putra sulungnya dengan ekspresi marah sekaligus perasaan mati rasa.

Remaja itu jelas memiliki penampilan tampan sepertinya, bahkan memiliki bakat seperti dia dan istrinya. Akan tetapi, pria itu benar-benar tidak tahu dari mana sifat malas dan penuh keengganan itu diturunkan.

Alasannya sebenarnya sederhana-

Remaja itu, Klein Ashfey adalah seorang reinkarnator.

Setelah belajar wajib dan bekerja keras sampai wisuda dengan nilai tinggi, lalu bekerja di perusahaan besar tetapi mendapatkan posisi kurang menguntungkan karena tidak memiliki latar belakang, dan akhirnya dipaksa bekerja lembur setiap hari yang meski bergaji tinggi tetapi juga membuatnya mengalami kematian mendadak-

Klein hanya ingin bermalas-malasan di kehidupan ini!

Apa? Terlahir sebagai pangeran dalam keluarga kerajaan harmonis? Memiliki bakat luar biasa?

Jadi, haruskah menjadi pahlawan atau raja yang menaklukkan segalanya?

Omong kosong apa!

Berbagai faktor sebelumnya jelas membuatnya bisa hidup lebih nyaman dan bermalas-malasan di kehidupan ini!

Tentu saja, dia tetap mempelajari berbagai hal yang perlu dipelajari, berolahraga secukupnya, dan berlatih secukupnya.

Intinya, berbagai hal dilakukan sesuai dengan standar, dan gunakan sisanya untuk bersantai.

Klein merasa dirinya memang malas, tetapi tidak bodoh.

Kurangnya pengetahuan menyebabkan mudah ditipu, kurangnya olahraga membuat fisik lemah dan mudah sakit, kurangnya latihan membuatnya lemah dan mudah terbunuh di dunia yang kacau ini.

Jadi bermalas-malasan memang boleh, tetapi beberapa faktor juga harus diperhitungkan sehingga memenuhi standar kehidupan yang nyaman serta damai.

Merasakan tatapan ayahnya yang dipenuhi kobaran api kemarahan seolah akan membakarnya kapan saja, Klein akhirnya duduk di ranjangnya lalu pura-pura batuk.

“Uh, bukankah Dawn Star Academy terlalu jauh? Itu berada di wilayah netral antara tiga kerajaan besar dan lima kerajaan kecil, kan? Bagaimana kalau masuk akademi lokal saja?” bujuk Klein.

“Lihat dirimu. Banyak bangsawan di kerajaan berkata kalau kamu tidak berguna, malas, dan lemah. Meski sebagai ayah aku tahu kalau kamu sebenarnya kuat, tetapi bisakah kamu memanfaatkan bakat dan otak mu dengan baik? Sebagai pangeran tertua dan calon Raja, kamu membuat rakyat kerajaan ini khawatir.” Norman menghela napas panjang.

“Tidak masalah! Aku tidak ingin jadi Raja, biarkan Evan yang melakukannya! Kita bisa mendidiknya dengan baik!” Klein menepuk dadanya dengan ekspresi penuh percaya diri.

Evan Ashfey adalah adik Klein, tiga tahun lebih muda darinya. Meski dianggap berbakat, tetapi bakatnya masih berada di bawah kakaknya.

Meski begitu, berbeda dengan Klein, Evan adalah sosok yang baik, pekerja keras, dan patuh. Benar-benar tipikal pangeran sebenarnya.

“Astaga. Kamu-“ Norman menutupi wajahnya, dan sekali lagi menghela napas. “Kamu benar-benar putus asa.”

Norman benar-benar bingung harus berkata apa.

Sejak kapan posisi Raja dari sebuah kerajaan besar dan juga kuat tidak berharga? Jelas banyak pangeran di kerajaan kecil menggunakan berbagai cara, sampai-sampai membunuh saudara-saudaranya untuk mendapatkan tempat ini.

Sedangkan putranya, Klein memperlakukan status mulia ini seperti kentang panas.

Tidak nyaman dipegang, jadi buang saja.

Itu benar-benar membuat hati Norman agak mati rasa.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Norman tampak lebih tenang. Dia menatap ke arah Klein lalu membuka mulutnya.

“Kamu akan berangkat setelah makan siang. Karena tahu semua akan menjadi seperti ini, aku telah mempersiapkan segala keperluan yang kamu butuhkan. Luna, Theodore, Valerie, pilih satu pengikut mu untuk pergi bersama mu.”

Mata Klein langsung terbelalak, menatap ke arah ayahnya dengan ekspresi tidak percaya.

“T-Tidak mungkin. Kamu benar-benar tidak bermain sesuai etika bela diri, King! Selain itu, jelas-jelas akademi memperbolehkan untuk membawa tiga servant, kenapa hanya satu?” ucapnya enggan.

“Jaga perkataan mu, Bocah!” ucap Norman disusul dengan ayunan tinju penuh kasih sayang.

Bang!

Sesaat kemudian, Klein memegangi kepalanya dengan ekspresi enggan.

“Maksimal membawa tiga servant, dan ada yang tidak membawanya sama sekali. Sudah beruntung aku memperbolehkan kamu membawa satu,” tambah Norman yang melihat Klein tampak enggan.

“Kalau begitu Luna,” ucap Klein.

“Bukan Theodore? Bukankah dia serba-bisa, bukan hanya bisa mengurus kehidupan sehari-hari, tetapi juga mahir dalam pertempuran?” tanya Norman dengan penuh keheranan.

“Tentu saja aku tidak ingin melihat lelaki yang melayani kehidupan sehari-hari, aku jelas lelaki normal! Selain itu, masakan Luna sangat enak dan sangat pandai mengurus berbagai kebutuhan harian,” balas Klein tegas.

‘Bukankah itu yang terakhir? Kamu hanya ingin makan enak dan bermalas-malasan, bukan?’

Norman memutar matanya, tidak ingin mempedulikan kata-kata putranya yang membuat emosi naik-turun.

Berhadapan dengan bocah itu, dia takut tiba-tiba mati karena marah kapan saja.

“Kalau begitu persiapkan dirimu.”

Setelah mengatakan itu, Norman pergi meninggalkan ruangan.

Beberapa jam kemudian, beberapa orang berkumpul di depan istana.

Norman berdiri dengan tenang. Di sampingnya, ada dua orang.

Salah satunya adalah seorang wanita cantik seperti peri, memiliki rambut berwarna platinum kebiruan panjang dengan mata berwarna lavender. Dia adalah istri Norman, Claudia Ashfey.

Sementara itu, ada juga bocah berusia 12 tahun berambut hitam dan bermata layaknya amber. Penampilannya agak mirip dengan Norman, dan dia adalah adik Klein, Evan Ashfey.

Sementara itu, ada juga seorang gadis remaja cantik berambut perak panjang dengan iris mata berwarna hijau cerah. Gadis itu memiliki sosok menawan, dan ekspresi lembut.

Dia adalah servant Klein, Luna Edellia.

“Tolong rawat Klein dengan baik, Luna. Akan tetapi jangan memanjakannya,” ucap Norman.

“Saya akan menjaga Master Klein dengan baik, Yang Mulia!” Luna mengangguk tegas, tetapi wajahnya yang polos agak kurang meyakinkan.

“Ya, ya, Luna pasti akan menjaga ku dengan baik,” ucap Klein dengan nada malas sambil mengelus kepala Luna.

“Hehe~”

Dielus kepalanya oleh Klein, Luna tersenyum. Melihat gadis yang tampak begitu naif itu, Norman hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Berhenti mengelus kepala Luna, Klein menghampiri adiknya lalu menepuk bahunya dengan ekspresi serius.

“Aku akan pergi ke Dawn Star Academy untuk belajar, Evan. Aku pasti akan mengajarkan semuanya pada mu dan menjadikan kamu Raja yang baik. Jadi, setelah kamu menjadi Raja, kamu harus merawat Kakak (aku) dengan baik dan biarkan kakak pensiun dini!” ucap Klein serius.

“Aku tidak akan mengecewakan mu, Kak!” Evan mengangguk serius.

BANG!

Tinju penuh cinta langsung mengenai kepala Klein, disusul dengan suara teriakan tidak puas Norman.

“Berhenti mencuci otak adik mu dengan hal-hal berantakan seperti itu!” teriaknya.

“Tapi, Ayahanda, Kakak-“

“Cukup!”

Norman langsung menyela ucapan Evan. Dia jelas mengetahui seberapa percaya Evan pada Klein, bahkan mengagumi bocah nakal itu lebih dari dirinya sendiri.

Padahal dia adalah ayahnya, juga Raja yang bermartabat!

Melihat interaksi antara suami dan kedua putranya, Claudia tersenyum lembut. Dia menatap putra sulungnya lalu berkata, “Bersenang-senanglah di sana, Klein. Jaga dirimu dengan baik.”

Mendengar perkataan ibunya dan merasakan tatapan penuh kasih sayang keluarganya, tatapan mata Klein sedikit mengelak.

“Aku sudah dewasa dan aku tahu itu.”

Klein langsung membelakangi keluarganya dan berjalan menuju kereta kuda.

Sebelum masuk ke gerbong kereta, dia menstabilkan emosinya lalu menoleh ke arah keluarganya sambil tersenyum.

“Kalau begitu aku berangkat, kalian juga harus menjaga diri baik-baik.”

Setelah mengatakan itu, Klein memasuki gerbong kereta disusul oleh Luna yang membungkuk sopan ke arah Raja, Ratu, dan Pangeran kedua sebelum memasuki gerbong.

Melihat kereta kuda berangkat dan perlahan menjauh, Norman tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Sampai bertemu lagi, Nak. Semoga kamu bisa bersenang-senang.”

>> Bersambung.

Membuka Lembaran Baru

Tepat 197 tahun yang lalu, sebuah badai kosmik ganas merubah dunia sehingga mendatangkan malapetaka. Seluruh peradaban manusia, alat dan teknologi kehilangan fungsinya, makhluk hidup mulai bermutasi, dan beberapa makhluk asing mendarat di blue star (bumi).

Dalam masa kekacauan itu, manusia jatuh ke bagian bawah rantai makanan. Sebagian besar manusia mati karena virus lalu menjadi zombie, atau dimangsa berbagai makhluk bermutasi atau makhluk asing. Akan tetapi, mereka tidak berputus asa.

Selain binatang dan tumbuhan, manusia juga mengalami evolusi. Manusia membangkitkan kekuatan mereka, dan dianggap sebagai Awakener.

Ada dua jenis Awakener, yang pertama dan memiliki jumlah paling banyak adalah Warrior. Setiap manusia bisa menjadi Warrior (Pejuang) dengan melatih energi dan memperkuat tubuh mereka sehingga dapat mencapai kekuatan yang setara dengan ‘mutation beast’ atau bahkan melebihinya.

Selain Warrior, ada yang lebih spesial di antara mereka. Jumlah Awakener tersebut mungkin hanya 0,01% dari jumlah populasi atau bahkan di bawahnya.

Mereka disebut Mage (Penyihir).

Mage dapat mengendalikan energi misterius dalam tubuh mereka yang disebut mana, lalu merubahnya menjadi berbagai macam sihir baik itu sihir elemental, penyembuhan, bahkan sihir kehidupan sehari-hari.

Tidak ada batasan Mage bisa mempelajari sihir elemen apa atau jenis sihir apa, batasan mereka hanya bakat dan jumlah mana.

Meski demikian, Mage adalah eksistensi yang sangat spesial di antara umat manusia.

Umat manusia kemudian mulai membuat tempat berlindung, melakukan ekspansi besar-besaran dengan ‘membersihkan’ wilayah di sekitarnya lalu memulai peradaban baru.

Berbagai kerajaan mulai terbentuk, dan umat manusia kembali ke jalur yang benar dalam perkembangan. .

Tampaknya seperti zaman kerajaan, tetapi juga ada beberapa hal cukup modern, dan ada juga sihir.

Bisa dibilang, karena apocalypse, pohon teknologi dunia ini benar-benar bengkok

‘Yah, begitulah kira-kira latar belakang dunia ini.’

Di dalam gerbong kereta, Klein menopang dagu sambil menatap ke luar jendela dengan ekspresi bosan.

Tempat yang sekarang Klein tuju adalah Dawn Star Academy.

Sebuah akademi yang berada di tempat perlindungan (kota) netral di antara tiga kerajaan besar dan lima kerajaan kecil. Diperuntukkan bagi calon pelajar berusia 15 tahun, khususnya para bangsawan.

Walau disebutkan sebagai akademi untuk melatih murid-muridnya, pada kenyataannya, tempat ini sebenarnya digunakan bagi para bangsawan muda untuk mengenal lebih banyak orang, membangun hubungan, dan hal-hal semacam itu.

Singkatnya, itu adalah tempat yang sebenarnya tidak ingin Klein kunjungi.

Dia menukarkan peluang untuk menjadi Raja kepada adiknya, lalu menjalani kehidupan santai, pensiun dini, dan menikmati hari-hari tanpa beban, bukankah itu harum (nikmat)?

Omong-omong, Keluarga Ashfey adalah keluarga Kerajaan Black Sun, tempat yang dulunya merupakan salah satu tempat berlindung terbesar bagi umat manusia lalu dikembangkan sebagai kerajaan dimana wilayah terus-menerus diperluas.

Kerajaan Black Sun merupakan salah satu kerajaan terkuat di dunia. Tentu saja, wilayahnya tidak sebesar beberapa negara besar sebelum apocalypse, tetapi sudah mencakup wilayah beberapa negara sedang.

Sebagai Pangeran dari Kerajaan Black Sun, tentu saja Klein mendapatkan pendidikan yang sangat baik sejak dini.

Walau begitu, dia sendiri belum pergi ke luar batas wilayah kerajaan-kerajaan manusia, tempat dimana alam liar yang sebenarnya berada. Bisa dibilang, surga bagi mutated beast dan makhluk-makhluk mengerikan lainnya.

Omong-omong, Klein sendiri tidak memiliki rencana untuk pergi ke tempat kacau dimana bahkan burung tidak mau buang kotoran (antah berantah).

Bukankah tinggal di sini nyaman? Kenapa harus main-main dan membuang nyawa dengan bodohnya?

Tentu saja, itu adalah pikiran yang Klein pendam sangat dalam dan tidak akan pernah dia ungkapkan.

Jika ayahnya tahu, pemuda itu pasti akan dipukuli setengah mati. Lagipula, leluhurnya adalah salah satu ‘pahlawan’ dan harapan umat manusia.

Lambang keluarga Ashfey adalah seekor phoenix yang mencengkeram matahari dengan kedua kakinya.

Nama Ashfey berasal dari dua kata, Ash yang berarti abu dan Fey yang berarti peri. Peri abu, sang phoenix abadi yang terus terlahir dari abunya sendiri.

Ini juga berarti semangat perjuangan umat manusia yang akan terus bangkit bahkan jika terus jatuh, hancur, dan menjadi abu. Terus-menerus berjuang dari generasi ke generasi tanpa henti melawan dunia kacau ini sampai manusia memperoleh pijakannya.

Selain itu, Keluarga Ashfey merupakan salah satu dari Tujuh Keluarga Besar yang telah ada sejak zaman baru, satu dari Tiga Keluarga Terkuat. Sebuah keluarga yang memiliki ciri khusus dimana setiap keturunannya adalah Mage berbakat dengan kapasitas mana luar biasa. Setiap keturunan memiliki sihir api dan penyembuhan luar biasa, sekaligus memiliki sihir khusus tergantung kepribadiannya.

Tujuh Keluarga Besar sendiri adalah keluarga dengan keturunan khusus. Berbeda dengan anggota keluarga lain dimana Mage sangat jarang muncul dan perlu berbagai macam persiapan untuk meningkatkan kemungkinan keturunan untuk menjadi Mage, tujuh keluarga tersebut selalu menghasilkan keturunan Mage.

Syaratnya juga sederhana, pasangan yang dinikahi harus seorang Mage, dan kemungkinan keturunannya menjadi Mage adalah 100%.

Jadi, bahkan tanpa System yang begitu kuat sehingga membuat iri, Klein merasa kalau latar belakang keluarganya adalah salah satu dari dua ‘cheat’ miliknya.

Sedangkan ‘cheat’ utamanya bukanlah System, melainkan pemahaman luar biasa.

“Anu, apakah anda baik-baik saja, Master?”

Suara gadis yang begitu lembut terdengar, membangunkan Klein dari lamunannya.

Melihat ke arah Luna yang tampak cemas, dia tersenyum santai.

“Aku baik-baik saja. Ada yang salah, Luna?” tanya pemuda itu.

“T-tidak apa-apa, Master. T-Tapi saya sedikit penasaran.”

Luna memainkan kedua jari telunjuknya, lalu melirik ke arah Klein dengan ekspresi gugup.

“Kenapa anda memilih saya, Master? Bukankah Theo dan Eri lebih berguna? M-Mereka kuat dan-“

“Tentu saja aku memilih mu. Lagipula, kamu servant (pelayan/pengikut) pertama ku,” balas Klein dengan ekspresi serius.

Melihat ekspresi serius Klein, Luna langsung menundukkan kepalanya dengan rona merah di pipinya.

Jika Norman ada di sini, dia pasti sudah memutar matanya dan memberi putranya pukulan penuh cinta tepat di kepalanya.

Apanya yang servant pertama? Bukankah kamu berkata memilihnya karena dia naif, penurut, jago memasak, dan cukup memanjakan mu?

“Tentu saja, Luna tidak kalah berbakat dibandingkan Theo dan Eri,” tambah Klein dengan senyum lembut di wajahnya.

“Hehe~” Luna tersenyum dengan wajah malu-malu, perasaan senang karena dipuji Klein terlihat jelas dari gerak-gerik dan wajahnya.

Melihat Luna yang tampak imut dan pemalu, Klein mencubit dagu dengan ekspresi serius. Saat itu juga, sebuah pemikiran muncul dalam kepalanya.

‘Melihat tingkah laku Luna, jangan bilang, sebenarnya aku berbakat menjadi B-jingan yang suka mempermainkan hati perempuan?’

Mata Klein terbelalak tidak percaya. Akan tetapi, lamunan singkat tersebut langsung terhenti ketika suara seorang lelaki tua terdengar dari depan gerbong kereta.

“Kita sudah memasuki kota dan akan segera sampai ke tempat tujuan, Pangeran.”

Mendengar itu, Klein pura-pura batuk lalu membalas, “Dimengerti. Terima kasih atas kerja keras mu, Walter.”

Setelah melakukan perjalanan dalam waktu panjang, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan.

Ketika pintu dibuka, Klein turun dan melihat berbagai bangunan megah dengan gaya arsitektur kuno penuh keindahan, khususnya apa yang terlihat di depannya.

Dawn Star Academy!

Menghirup napas dalam-dalam, sudut bibir pemuda itu terangkat.

‘Begitu. Jadi, di sinilah aku akan membuka lembaran baru dalam hidup-'

“Akhirnya kamu datang, My Rival!”

Suara muda, penuh semangat dan gairah langsung menyela pemikiran batin Klein serta membuatnya tertegun di tempatnya.

Mendengar suara yang tidak asing, pemuda itu menoleh ke arah sumber suara dengan gerakan kaku.

>> Bersambung.

Teman Lama

Menoleh ke sumber suara dengan ekspresi kaku, Klein melihat dua pemuda berusia kira-kira sama dengan dirinya.

Salah satunya adalah sosok pemuda yang terlihat tampan, berkulit putih dan bermata biru bak safir. Rambut lancip di kepalanya agak berantakan, berwarna merah menyala dan tampak begitu mencolok.

Orang itu menunjuk ke arah Klein dengan senyum penuh percaya diri dan ekspresi penuh semangat.

“Kamu?” Klein memiringkan kepalanya, tampak ragu.

“Berhenti berpura-pura tidak mengenalku, Klein! Ini aku, Arthur!” teriak pemuda itu sambil menunjuk Klein.

“Arthur?” Klein bergumam sambil mencubit dagu, lalu matanya langsung terbelalak. “Arthur Gravent?”

“Hahaha! Akhirnya kamu mengingatnya, My Rival!” ucapnya sambil mengacungkan jempol.

“Ada apa dengan kepala mu? Ah, maksudku, rambut mu?” ucap Klein ragu.

Sama seperti Keluarga Ashfey, Keluarga Gravent adalah satu dari Tujuh Keluarga Besar dan keturunannya juga Mage. Akan tetapi, keluarga tersebut dianggap berada di posisi paling bawah karena cadangan energi sihir (mana) mereka yang terbilang rata-rata, bahkan sering kali di bawah rata-rata.

Walau begitu, Keluarga Gravent masih sangat kuat karena terus-menerus menghasilkan Mage kuat dari generasi ke generasi. Terlebih lagi, mereka juga menggabungkan sihir dengan ilmu pedang khas Keluarga Gravent, membuat mereka menjadi satu-satunya Close Combat Mage di antara Tujuh Keluarga Besar.

Walau tidak seperti Keluarga Ashfey atau beberapa keluarga lain yang memiliki ciri khas dalam penampilan, Klein mengingat jelas kalau rambut Arthur berwarna pirang keemasan.

Di dunia ini, setelah berbagai mutasi, memang banyak jenis warna rambut alami, tetapi Klein jelas tidak akan salah mengingat.

“Kamu jelas tidak ada hubungannya dengan Keluarga Flamel, jadi, kamu mewarnai rambut mu?” tanya Klein ragu.

“Bukankah warna merah menggambarkan semangat juang, masa muda, dan gairah? Bukankah itu cocok untuk ku?” Arthur mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, tampak bangga.

Burung-burung berkumpul dengan bulu yang sama. Mungkin kalimat itu cocok dengan hubungan Klein dan Arthur.

Biasanya, orang-orang yang cenderung agak mirip atau memiliki kesamaan memilih untuk berkumpul. Misalnya, para pemabuk yang suka berkumpul di pub, para bangsawan yang lebih menyukai sejenisnya (sesama bangsawan), dan sebagainya.

Di antara para bangsawan, Klein dianggap eksistensi yang agak aneh dan menyimpang, begitu pula Arthur.

Berbeda dengan kebanyakan bangsawan yang dididik untuk tenang, kalem, dan bersikap elegan, Arthur adalah pemuda bersemangat yang suka bertarung. Bisa dibilang, otaknya dipenuhi otot.

Selain itu, sama seperti Keluarga Ashfey, enam keluarga lain dari Tujuh Keluarga Besar adalah penguasa kerajaan. Ya, bisa dibilang tujuh keluarga tersebut adalah Keluarga Kerajaan.

Hanya saja, dimana pun, pasti akan ada eksistensi ‘unik’ yang sedikit berbeda di antara gerombolan tersebut.

“Terserah saja,” ucap Klein sambil menutup wajahnya dengan ekspresi sakit kepala.

“Karena kita sudah bertemu, mari kita berduel, My Rival!” ucap Arthur penuh semangat.

Sebelum Arthur melanjutkan, Klein langsung mengangkat tangan dan memberi isyarat agar orang itu diam.

“Pertama, aku baru saja tiba dan lelah. Kedua, bahkan jika tidak lelah, aku tidak ingin bertarung dengan mu. Ketiga, aku tidak datang ke sini untuk bertarung,” ucap Klein dengan nada monoton.

“Bukankah itu terlalu sia-sia? Bagaimana mungkin kamu menghabiskan masa muda mu dengan cara seperti itu? Bersemangat lah, My Rival!” balas Arthur.

“Aku tidak ingin mendengar itu darimu.” Klein memutar matanya.

Pemuda itu kemudian menoleh ke arah kusir sekaligus butler dari Keluarga Ashfey dan berkata, “Tolong bawa barang-barang kami menuju ke gedung asrama, Pak Walter. Kami akan pergi ke gedung penerimaan untuk melapor.”

“Dimengerti, Pangeran.”

Sama seperti Klein, Luna juga datang ke Akademi Dawn Star sebagai murid. Lagipula, usianya cocok dan dia juga merupakan Mage yang dianggap cukup langka.

Layaknya keluarga kerajaan di kehidupan sebelumnya, pasti banyak bangsawan dari berbagai tingkat yang mengikutinya.

Baik Luna, Theodore, dan Valerie adalah anak-anak yang dikirim dari keluarga bangsawan tertentu untuk menjadi pengikut Klein.

Biasanya anak yang dikirim sebagai servant (pengikut/pelayan) adalah anak dari keluarga cabang, atau anak tidak sah dari bangsawan tertentu.

Walau kata-kata dan praktiknya cukup halus dibandingkan dengan beberapa kerajaan dengan hukum brutal, pada kenyataannya, ini cukup mirip dengan praktik mengirim budak sebagai hadiah di kerajaan-kerajaan itu.

Tentu saja, kebanyakan kerajaan melarang praktik perbudakan. Juga, walau sedikit mirip, tetapi para servant biasanya diperlakukan dengan baik dan manusiawi. Tentu saja, ada beberapa bangsawan yang melakukan hal berlebihan, tetapi itu hanya minoritas.

Sebenarnya banyak bangsawan mencoba mengirim orang untuk menjadi pelayan Klein, tetapi pemuda itu tidak ingin menerimanya. Bahkan, dia hanya menerima tiga dari lima keluarga yang merupakan pengikut setia Keluarga Ashfey.

Selain karena alasan khusus, sejujurnya, Klein terlalu pilih-pilih dalam menerima servant.

Ketika Klein pergi menuju ke gedung penerimaan untuk melapor bersama Luna, suara Arthur kembali terdengar.

“Tunggu aku, Klein. Biarkan aku mengantar mu,” teriak Arthur yang berlari menyusul Klein.

Klein melirik dua orang yang mendekat, lalu bertanya, “Omong-omong, siapa dia?”

“Namanya Lonnie Vularms, servant sekaligus rekan ku yang berharga,” ucap Arthur bangga.

Pemuda itu tiba-tiba menyadari sesuatu dan buru-buru menimpali, “Tentu saja, kamu adalah sahabat ku sekaligus rival ku. Jadi jangan khawatir, Klein.”

Klein memutar matanya, tidak ingin mempedulikan perkataan orang itu. Sebaliknya, dia mengamati Lonnie dengan ekspresi penasaran.

Keluarga Vularms, bangsawan dengan spesialis penempa armor dan senjata terkenal. Keturunan keluarga tersebut jelas-jelas memiliki bakat dalam hal itu.

Akan tetapi, Klein merasa kalau penampilan Lonnie agak kurang meyakinkan.

Jangan salahkan dia berpikir seperti itu. Hal tersebut karena Lonnie memiliki perawakan kecil dan pendek, dengan rambut coklat berbentuk mangkuk ditambah poni yang menutup bagian atas wajahnya.

Walau namanya agak feminim, tetapi dia adalah laki-laki. Seorang laki-laki agak mungil dan pemalu, berbeda dengan kesan Klein pada Keluarga Vularms yang dipenuhi pria berotot dengan kulit agak coklat seolah dilapisi tembaga.

“Mungkinkah dia juga Mage?” tanya Klein ragu.

“Yang benar saja! Tidak semua orang memiliki barisan servant mewah seperti dirimu, My Rival!” Sudut bibir Arthur berkedut, tampak tidak puas.

Ya. Sama seperti yang dikatakan Arthur, barisan pengikut Klein terbilang mewah karena tiga bawahannya adalah Mage.

Berbeda dengan para Warrior, Mage lebih langka dan dianggap memiliki cukup status meski orang itu seorang pelayan. Jadi bisa dibilang Klein memang memiliki barisan servant mewah.

“Bukannya aku tidak ingin memiliki Warrior sebagai pengikut, hanya saja aku belum menemukan orang yang cocok,” ucap Klein.

“Aku mengerti.”

Arthur mengangguk serius. Dia tahu kalau Klein berbeda dengan bangsawan yang biasanya menganggap servant Warrior sebagai perisai daging dan bisa diganti kapan saja.

“Omong-omong, apakah kamu ingin membentuk tim dalam Ujian Rekruitmen Baru?” tanya Arthur.

Mendengar perkataan Arthur, Klein tidak langsung menjawab. Dia mencubit dagu sambil terus berjalan.

Pada akhirnya, pemuda itu hanya berkata,

“Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu.”

>> Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!