Hanya satu permintaan otor; BERANI MEMBACA BERANI MENYUKAI, TOMBOL LIKE SELALU GRATIS UNTUK SEMUA MAHLUK BUMI.
Lagi,, dilarang plagiat, otor males berurusan dengan orang gak punya otak tapi berani punya kepala!
...
...
Happy reading...
BAB 1...
Seorang perempuan bernama Astin yang baru saja bangun dari tidurnya setelah sakit selama 3 hari tanpa bisa bangun dari tempat tidur kini keluar dari kamar.
Mata yang sebelumnya selalu terlihat redup kini tiba-tiba menjadi sangat cerah secerah mentari yang bersinar di musim panas.
Perempuan itu menghentikan langkahnya di depan kamar dan menggertakkan giginya dengan kesal 'beraninya mereka memperlakukan gadis cantik dengan sembarangan!' perempuan itu menyibak rambutnya ke belakang dan berjalan menuruni tangga ke lantai 1.
Dia telah mendandani dirinya dengan sangat cantik dan anggun sehingga memperlihatkan kecantikan alami yang selama ini disembunyikan olehnya.
Perempuan secantik ini, tapi terkurung dalam kesuraman gara-gara satu sahabat yang merangkap jadi penyihir telah menipunya dengan kejam.
Sekarang,,, sudah saatnya menyingkirkan penyihir itu dan membuka mata semua orang.
Para pelayan yang berada di lantai 1 sangat terkejut ketika melihat perempuan yang menuruni tangga itu, dengan pakaian indah di tubuh dan sinar mata seperti seorang Dewi tak terkalahkan membuat para pelayan tercengang.
"Bukankah dia si bodoh itu?"
"Itu Astin? Perempuan bodoh itu?"
Para pelayan tidak menyangka bahwa Astin yang telah terbaring sakit selama 3 hari akhirnya terbangun juga dan yang membuat semua orang tercengang ialah perubahannya.
Perempuan yang selalu terlihat kumuh dan kusut itu kini terlihat begitu segar dan begitu cantik sehingga orang-orang tidak bisa memalingkan wajah darinya.
Astin mengabaikan semua orang, dia berjalan ke arah samping rumah mendapati orang-orang sedang berpesta meriah.
'Padahal salah satu anggota keluarga mereka sakit selama 3 hari terakhir dan tidak bisa bangun dari tempat tidur, tapi mereka malah berpesta sangat meriah di sini,' ucap Astin dalam hati sambil terus melangkah menuju taman.
Irama musik menggelega di sekitar taman itu dan orang-orang menari bersama, kecuali seorang pria yang duduk dengan malas di sebuah kursi.
Tatapannya yang tenang dan matanya yang sedikit redup menandakan Kalau pria itu sedang berada dalam suasana hati yang tidak baik membuat siapapun yang melihat wajah tampannya entah kenapa ikut larut dalam pikiran tidak menyenangkan dari pria itu.
Astin menghentikan langkahnya saat melihat sang pria yang duduk di sofa, menjadi satu-satunya orang yang tidak ikut berpesta.
"Suami," Astin bergumam sambil melangkahkan kakinya mendekati pria itu.
Tetapi sebelum dia mendekatinya, seorang perempuan lain muncul di samping pria yang bernama Arga tersebut.
"Kak Arga, dari tadi kakak terlihat muram, Mengapa kita tidak menari bersama?" Tanya perempuan bernama Chika sambil sedikit membungkuk membuat payuddaranya yang penuh terpampang nyata di hadapan Arga.
"Jangan ganggu aku," suara yang dingin dari sang pria membuat Chika mengerucutkan bibirnya.
Dengan suara yang penuh kesedihan Chika berkata, "Apa kamu masih memikirkan kejadian istrimu beberapa hari yang lalu? Itu sudah berlalu, dan aku sudah meminta maaf pada semua orang, aku benar-benar tidak sengaja menyenggolnya. Lagi pula dia sama sekali tidak layak menjadi istrimu, Bagaimana mungkin pria setampan Dan sepintar dirimu benar-benar menikah dengan perempuan lusuh seperti itu? Merawat diri saja tidak bisa, apalagi mau merawat--"
"Diamlah!" Ucap Arga yang menjadi satu-satunya orang yang tidak senang dengan pesta itu namun dia harus tetap hadir untuk menghormati ayahnya yang sedang berulang tahun.
Maka Chika pun menarik kursi di samping Arga dan duduk sambil mendengus kesal, dia hendak berbicara ketika seorang perempuan yang dekat dengannya tiba-tiba saja berteriak.
"Apa yang kau lakukan?!" Teriak perempuan itu membuat Chika berbalik, namun belum sempat dia melihat Siapa yang berteriak-teriak itu, cairan merah dan manis langsung mengenai mukanya.
Byurrr!
"Akhhh!" Teriak Chika terkejut, ia dengan cepat menyeka wajahnya untuk melihat siapa yang berani memperlakukannya dengan tidak menyenangkan.
Alunan musik juga langsung berhenti, orang-orang yang menari bersama termasuk ayah dan ibu Arga juga menghentikan tarian mereka dan melihat ke sumber kekacauan.
Orang-orang terkejut, tatapan mereka semua terhenti pada dua perempuan yang saling berpandangan satu sama lain, yang satu sudah penuh dengan jus strawberry dan yang lain berdiri dengan santai memegang gelas kosong di tangannya.
Astin yang telah membuat keributan Itu tampak sangat tenang seolah-olah dia tidak melakukan kesalahan apa pun atas gelas yang ada di tangannya dan atas perempuan yang baru tersiram segelas minuman.
"Siapa dia?"
"Siapa perempuan cantik itu?"
"Ada dendam apa dia pada Chika?"
"kenapa orang sekasar itu ada di sini?"
"Berani sekali dia membuat keributan."
Orang-orang bertanya, mereka semua tidak mengenali Astin karena perubahannya yang terlalu drastis.
Arga yang ada di sana juga menatap Astin, dia mengenali perempuan itu, Tentu saja dia kenal.
Tapi kenapa dia terlihat berbeda?
Chika juga mengenali Astin, matanya melotot sempurna tak percaya, perempuan yang selalu terlihat lusuh dan kumuh sedang berada di hadapan mereka dengan wajah yang terlihat segar dan tatapan yang bersinar seperti matahari musim panas.
Benar-benar penampilan yang berbeda dari biasanya!
Padahal Chika telah menyuruh Astin untuk selalu berdandan natural dan meyakinkan Astin untuk tidak menggunakan produk kecantikan manapun Karena akan merusak kulitnya yang polos seperti kulit bayi.
Sebelumnya Chika telah melihat bagaimana cantiknya Astin jika didandani, namun kecantikan Astin malah membuatnya sangat kesal, iri dan marah sehingga dia memutuskan untuk mencuci pikiran Astin dan membuat perempuan itu berpenampilan seperti itik buruk rupa dalam kehidupan sehari-harinya.
Tetapi Hanya sekejap saja, Chika kembali kesadarannya dan menatap Arga yang berdiri di sampingnya, "kak Arga, dia menyiramku," ucap Chika sambil terisak, air mata langsung menggenangi pipi Chika.
Semua orang langsung merasa sedih pada perempuan cantik itu, tidak ada yang tahu apa alasan Astin menyiram Chika denga ninuman, Padahal sedari tadi Chika tampak tak menyinggung siapa pun.
Terlebih, Chika adalah kekasih Arga, siapa yang berani mengganggu kekasih Arga?
Astin yang sedari tadi menatap Chika akhirnya memindahkan tatapannya pada Arga dan mengukir sebuah senyuman di wajahnya, membuang gelas kosong di tangannya lalu melangkahkan kakinya ke dekat Arga dan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Arga.
Cup!
Sebuah ciuman mendarat di bibir Arga membuat semua orang kembali dalam rasa terkejut mereka
"Berani sekali dia!"
"Dia mencium tuan muda!"
Orang-orang menutup mulut mereka dengan kedua tangan, menunggu saat di mana Arga akan menghempaskan perempuan itu dan memberi hukuman yang pantas.
Sudah berani menumpahkan minuman ke wajah kekasih Arga, dan sekarang berani memeluk dan mencium Arga?
Benar-benar mencari mati!
Chika yang berdiri di samping juga sangat terkejut, matanya hampir keluar dari tempatnya gara-gara kejadian yang tidak terduga itu.
Astin tidak memperdulikan tatapan orang-orang di sekitarnya,, matanya hanya terpikat pada pria yang sedang ia peluk lehernya dan dengan suara yang tenang Dia berbicara, "Suami, bisa-bisanya kau berpesta di sini dan bersenang-senang bersama perempuan lain saat istrimu terbaring lemah di tempat tidur? Apa ini caramu menghargai istrimu? Atau Sekarang kau akan memberikan istrimu pada orang lain dan pergi bersama perempuan pelakor itu?"
"Su,, suami?"
"Dia baru saja bilang suami?"
"Arga sudah menikah?"
"Bukankah Arga dan Chika berpacaran?"
Semua orang terkejut, tidak ada yang menyangka bahwa ternyata tuan muda yang selama ini disegani oleh semua orang setelah menikah dengan perempuan cantik dan selama ini menyembunyikan perempuan cantik itu hanya untuk dirinya sendiri.
Arga pun terkejut, namun sedetik saja ekspresi nya langsung berubah tenang, "istri yang tidak mau mengakui suaminya akhirnya berubah pikiran?"
Boom!
Semua orang kembali terkejut, tidak ada yang mempercayai pendengaran mereka.
Ternyata selama ini Arga adalah suami yang tidak diakui?!
Ini benar-benar luar biasa!
Pria nomor 1 yang diidamkan oleh wanita ternyata ditolak oleh istrinya sendiri!
Pantas saja selama ini mereka tidak pernah melihat Arga bersama istrinya, ternyata karena istrinya sendirilah yang tidak mau menemani pria itu kemana-mana hingga memberikan tempat untuk seorang Pelakor!
Astin mengerucutkan bibirnya, menatap Arga dengan ekspresi sedih, "Mana mungkin aku begitu? Kakiku lelah, baru saja bangun dari sakit dan berjalan ke sini, tanganku juga sakit karena gelas itu terlalu berat," ucap Astin dengan suara manja dibungkus keluh kesah.
Orang-orang terkejut, lelah hanya karena memegang sebuah gelas dan baru saja menyiramkan jus pada perempuan yang baru saja disebut sebagai pelakor?
Seharusnya Chika lah yang menuntut Astin, tapi kenapa sekarang jadi Astin yang mengeluh?
"Kak,, arga," Chika berusaha menyela mengambil perhatian Arga agar Arga melihat dirinya yang kacau gara-gara kelakuan Astin.
Air mata perempuan itu berlinang di pipinya, tampak sangat buruk, hingga wajah cantik Chika menjadi sangat suram, siapa pun yang melihatnya pasti merasa iba dan akan dengan segera membantu gadis malang itu.
"Aku akan mengantarmu kembali ke kamar," ucap Arga langsung menggendong istrinya meninggalkan tempat itu membuat semua orang membukakan jalan pada Arga.
Chika berdiri di belakang dengan rasa tak percaya nya, barusan dia diabaikan oleh Arga?
Astin menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang suaminya, 'Sekarang, mulai hari ini semua orang yang telah membuat perempuan ini menderita akan mendapatkan balasan mereka satu persatu!' ucap Astin dalam hati.
Chika yang melihat pemandangan itu pun langsung runtuh ke lantai, kedua orang tuanya langsung menghampirinya dan membantu Chika berdirinya.
"Sayang,," Ibu Chika langsung mengelap wajah putrinya.
"Ibu,, kak Arga,,, dia,," air mata Chika semakin berlinang, dia tak menyangka bahwa hari ini dia akan sangat dipermalukan oleh perempuan bodoh dan terutama tidak menyangka Arga akan mengabaikannya.
Padahal selama ini Arga tidak pernah mengabaikannya, hingga membuat semua orang menjadi salah paham dan berpikir Arga dan Cika adalah sepasang kekasih karena kemanapun selalu pergi bersama-sama dan Chika menjadi satu-satunya perempuan yang bebas berkeliaran di sekitar Arga selain sekretaris Arga sendiri.
@@@.... Tekan tombol Subscribe!!!!
Subscribe!!!
Favorit!!!
Tap tap tap....
Arga melangkahkan kakinya menuju lantai dua sampai ia tiba di kamar.
Mereka berdua berpisah kamar, Sebab Dia tidak ingin menyentuh seorang perempuan yang terlihat menjijikan dan berkali-kali berusaha memanjat naik ke atas ranjangnya.
Setelah tiba di pinggir ranjang, Arga pun melemparkan perempuan di gendongannya ke atas ranjang hingga membuat Astin sangat terkejut.
Begitu punggungnya menyentuh kasur yang empuk dan membuka mata menatap pria yang menatapnya dengan wajah yang begitu dingin, Astin menyadari bahwa akting mereka telah selesai.
Inilah hidupnya, di muka keluarga, mereka berdua akan terlihat seperti suami istri sungguhan, namun sebenarnya ketika mereka hanya berdua saja, maka mereka berdua hanyalah seorang asing yang tidak memiliki hubungan apapun kecuali nama mereka yang bersanding sebagai suami istri di atas kertas.
"Aktingmu bagus juga, tapi aku tidak menyarankan kau untuk menyentuhku lain kali!" Suara Arga begitu dingin, diiringi dengan punggung pria itu yang dibalikkan ke arah Astin dan melangkah dengan mantap meninggalkan kamar Astin.
Astin yang ditinggalkan langsung duduk di tempat tidur, ia menatap bengong ke arah pintu yang telah ditutup oleh Arga sebelum sesaat kemudian mengukir sebuah senyuman sinis di wajahnya lalu turun dari tempat tidur.
Astin berdiri di depan cermin, memandangi dirinya, sesaat merasakan kekaguman atas wajah dan keindahan tubuhnya.
Tapi Apa gunanya?
Bahkan suaminya sama sekali tidak tertarik!
Beberapa saat menghabiskan waktu di depan cermin, akhirnya Astin mendengar suara ketukan pintu dan belum selesai ketukan pintu itu, pintunya sudah terbuka memperlihatkan seorang perempuan yang telah memakai gaun berwarna putih polos dengan make up tebal di wajahnya.
Wajah yang cantik, begitu simetris dan dagu yang panjang, hidung yang mancung, mata yang cerah seperti mata seekor anak kucing dan bibir kecil yang mengukir sebuah senyuman.
"Kenapa kau langsung masuk?" Astin mengerut kan keningnya melihat ke arah Chika.
Perempuan yang sangat tidak tahu malu!
"Aku tahu kau hanya sendirian di sini," Chika menatap ke arah pintu lain di kamar itu, itu adalah pintu menuju kamar Arga yang digunakan untuk mengelabui semua orang di rumah tersebut.
Hanya Chika, Astin dan Arga yang tahu bahwa Arga dan Astin sebenarnya tidak tidur di kamar yang sama, di dalam kamar yang dikira semua orang sebagai kamar milik Arga dan Astin, terdapat sebuah ruangan tersembunyi yang selalu dikatakan orang-orang sebagai ruang kerja Arga, namun sebenarnya di balik ruang kerja itu masih ada ruangan lain yang lebih tersembunyi yang sebenarnya merupakan kamar sesungguhnya yang digunakan oleh Arga.
"Aku sendirian atau tidak, bukankah kau harus mengetahui dasar-dasar kesopanan untuk tidak masuk ke kamar orang secara sembarangan?" Suara Astin begitu dingin hingga membuat Chika terkejut menatap Astin.
Mengapa perempuan yang bodoh ini tiba-tiba berkata seperti itu padanya?
Chika pun menghampiri Astin, ia berdiri di depan Astin sambil menatap astin dengan ekspresi bingungnya, wajah astin tampak begitu dingin dan tenang, Tidak seperti biasanya yang selalu menyambutnya dengan sebuah senyuman bahagia.
"Kita ini kan sahabat? Bukankah aku sudah biasa masuk ke kamarmu seperti ini? Aku,,, Aku tidak tahu kau akan berkata seperti ini padaku, padahal aku sangat menghargaimu dan menyayangimu seperti seorang saudaraku sendiri," ucap Chika dengan suara yang begitu lesu.
Astin mengatup erat-erat giginya mendengar ucapan perempuan di hadapannya,, sekarang berlaku seperti orang yang baru saja ditindas!
Kalau Astin yang lama pasti akan langsung meminta maaf dan memeluk Chika, namun Sekarang semuanya telah berbeda sehingga Astin hanya dengan datar berkata, "aku tidak ingin kejadian seperti itu terulang lagi. Dan sekarang Tolong keluar dari sini, aku mau istirahat."
"Eh?" Chika terkejut, ia menatap Astin dengan muka tercengang dan wajah yang tampak sangat polos.
Bagaimana bisa Astin berkata seperti itu padanya?
Bukankah perempuan itu selalu menganggapnya sebagai seorang Dewi? Kenapa tiba-tiba berubah menjadi dingin dan bahkan berani mengusirnya?
"Kau baik-baik saja? Kepalamu tidak terbentur saat jatuh ke kolam kan?" Chika dengan cemas menatap Astin.
"Tidak terbentur sama sekali dan aku juga baik-baik saja! Sekarang mau istirahat, cepat keluar dari sini sebelum aku memanggil pelayan untuk menyeretmu pergi!" Geram Astin kesal.
"Ini tidak benar, pasti ada yang salah denganmu, pasti ada yang salah, kau tidak pernah bersikap begitu buruk padaku seperti ini. Bahkan riasanmu hari ini?" Chika menggelengkan kepalanya, "Kalau kau jadi cantik seperti ini, nanti Arga bisa menyukaimu! Kau mau terjebak selamanya di keluarga ini dan tidak dianggap oleh siapa-siapa? Bukankah kau sangat menyukai Kak Erik? Setelah bercerai dengan Kak Arga, aku akan membantumu mendapatkan hati Kak Erik seperti yang kau lakukan membantuku! Bertahanlah sedikit lagi, aku yakin sebentar lagi Arga akan bosan dengan pernikahan ini dan dia akan menceraikanmu dan pada saat itu Kau pasti bisa bertemu dengan Erik sesuka hatimu. Selain itu memakai make up juga tidak cocok untuk mu, kau tidak ingat apa yang terjadi terakhir kali? Bagaimana kalau itu kembali terulang? Aku sangat cemas saat it--"
"Jangan bicara omong kosong! Kapan aku menyukai pria bernama Erik itu? Apa kau di sini untuk membuat aku dan suamiku jadi salah paham? Sekarang juga cepat keluar dari sini atau aku benar-benar akan berteriak meminta pelayan menjeratmu dari sini!" Bentak Astin Tak tahan lagi mendengar ucapan perempuan di hadapannya yang penuh dengan kata-kata menjijikan.
"Kau,,," Chika mengerutkan keningnya, dia tidak menduga perempuan di hadapannya benar-benar berubah.
Tidak bodoh lagi, bahkan tampak sangat cerdik.
"Pelayan!" Akhirnya Astin berteriak membuat Chika dengan cepat berbalik pergi sambil menggigit Bibir bawahnya.
Setelah pintu kamar tertutup, Astin berdiri memandangi pintu kamar itu dengan dingin.
'Beraninya Kau bilang seperti itu padaku? Seperti terakhir kali? Terakhir kali saat kau ingin mengacaukan pendapatku tentang make up dan akhirnya menambahkan bubuk gatal di seluruh make up yang kugunakan hingga membuatku menderita selama berhari-hari lamanya. Dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah mendorongku ke kolam hanya untuk membunuhku secara diam-diam,' pikir Astin dalam hati sambil mengepal kuat tangannya, dia tak terima perempuan cantik seperti Astin benar-benar dibodohi oleh semua orang.
Pada saat Astin berdiri mengepal kuat tangannya sambil menatap pintu dengan tatapan yang begitu dingin, dia tidak menyadari ketika pria dari kamar lain kemudian keluar dan berhenti di ambang pintu menatap Astin yang masih sibuk dengan pikirannya.
Arga mengerutkan keningnya, dia bisa melihat amarah yang terpendam dan betapa ganasnya perempuan yang sedang memandangi pintu, tapi yang membuatnya terpana ialah kecantikan Astin yang tetap terlihat meski dalam keadaan seperti itu.
Dia terpana!
Tetapi mengingat kembali saat di mana dia memergoki Chika dan Astin bercerita bersama dan bagaimana Astin menceritakan pada Chika bahwa dia sangat membenci Arga dan sangat menyukai pria bernama Erik, wajah Arga menjadi dingin kembali.
Bagaimana bisa?
Dia dikalahkan oleh seorang pria bernama Erik? Erik yang manakah itu? Nama itu cukup pasaran, jadi sulit untuk mengetahuinya.
Namun,, perkataan lain yang membuat Arga sangat tersinggung ialah ketika Astin berkata "Arga hanya beruntung karena lahir di keluarga kaya raya dan menjadi anak pertama sehingga menjadi pewaris utama, coba saja dia lahir di keluarga miskin, Aku yakin hidupnya akan lebih hancur dariku! Tidak akan ada yang menyukainya!" Ucapan itu diungkapkan dengan penuh kebencian seakan-akan kebencian tersebut telah merasuk ke dalam tulang-tulang Astin dan tidak akan bisa dipulihkan dari tubuh Astin meski dengan membunuh perempuan itu.
Arga menunggu cukup lama sampai akhirnya Astin berbalik dari pintu dan hendak pergi ke kamar mandi.
Pada saat itu jugalah Arga menutup pintu kamarnya dan hendak keluar dari kamar hingga membuat Astin menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arga.
Pria tampan dengan wajah dingin itu hanya berlalu secepat kilat, sama sekali tidak melirik ke arah Astin membuat Astin menggigit Bibir bawahnya dengan kesal.
'Tidak apa-apa, lagi pula masih banyak hari-hari ke depan,' ucap Astin dalam hati sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
@@@... Sudah sampai di sini, seharusnya kamu sudah menekan tombol subscribe 'kan?
Malam berlalu dengan cepat dan pagi akhirnya tiba, Astin bangun pagi-pagi sekali, ini adalah kebiasaannya di kehidupannya yang lama.
Pertama-tama dia mandi, membersihkan diri dan menggunakan beberapa produk kecantikan yang telah dipesan online olehnya, dan tak lupa pula menggunakan pakaian santai yang cocok digunakan di rumah serta sedikit riasan tipis untuk memperkuat aura cantiknya.
Setelah selesai, Astin berdiri untuk keluar dari kamar saat pintu lain di dalam kamar ikut terbuka memperlihatkan seorang pria yang telah selesai bersiap-siap dengan setelan ke kantor.
Astin mengacuhkannya, dia langsung keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah membuat Arga mengeryit mengikuti perempuan itu.
Kenapa sikap perempuan itu menjadi lebih dewasa dan tenang?
Biasanya di saat-saat seperti itu Astin akan menghampirinya dan menanyakan apa yang ia butuhkan hingga membuat Arga menjadi sangat jijik dan mengabaikan Astin.
Tapi kenapa sekarang malah dia yang diabaikan?
Sambil mengikuti dan melihat punggung Astin, Arga terus berpikir dalam hati sampai akhirnya mereka tiba di lantai bawah, di meja makan.
Semua orang telah berkumpul di sana, terlihat Chika dan ibunya juga berada di sana, tampak sedang bercakap-cakap dengan semua orang di meja makan.
Begitu Astin memasuki ruang makan, orang-orang langsung terdiam menatap Astin, mereka semua tampak tidak senang melihat perempuan itu.
Namun mereka semua juga terkejut dengan perubahan penampilan Astin yang sangat luar biasa.
Padahal biasanya perempuan itu menggunakan pakaian-pakaian yang terlihat norak, namun sekarang,,, bahkan wajahnya juga dirias dengan sangat sederhana dan memperlihatkan kecantikan alaminya.
Kenapa tiba-tiba berubah...?
Chika adalah orang yang paling terkejut, dia perlahan-lahan menggigit bibir bawahnya karena merasa kesal melihat dua orang itu datang secara bersamaan.
Astin mengabaikan semuanya dan langsung menarik kursi dan duduk di sana, mengambil peralatan makannya dan mulai makan seperti tidak terjadi apa-apa.
Arga duduk di sampingnya, tampak pria itu juga fokus dengan makanannya meski dari sudut matanya dia sebenarnya memperhatikan Astin yang ada di sampingnya.
Sangat berbeda!
Seolah-olah sakit yang membuat Astin tidak bangun selama 3 hari telah mengubah seluruh kepribadian perempuan itu.
"Tidakkah Kau akan meminta maaf pada putriku?" Ibu Chika yang bernama Selly menatap Astin dengan raut wajah kesal.
Apa yang terjadi kemarin telah mempermalukan putrinya, hingga membuatnya tidak tahan jika melihat Astin tampak baik-baik saja setelah apa yang terjadi pada putrinya.
Semua orang menatap Astin, ibu mertua Astin juga berkata, "minta maaflah pada Chika, dan kau juga harus menjelaskan mengapa kau menyiramnya seperti itu di depan umum."
Astin menghentikan makannya, dia mengangkat kepalanya menatap semua orang dan semuanya menatap ke arahnya kecuali suaminya yang tampak bersikap acuh, hanya makan seperti tidak terjadi apa-apa.
"Aku akan minta maaf padanya setelah dia minta maaf padaku karena sudah mendorongku ke kolam dan membuatku sakit selama 3 hari dan hampir mati!" Tegas Astin membuat semua orang di sana terkejut.
Perempuan ini,,, Kenapa jadi begitu keras?
"Astin,,," Chika berbicara dengan suara yang sendu, dari suaranya saja orang-orang sudah mengetahui bahwa chika sangat sedih, "Bukankah kemarin malam aku sudah menemuimu di kamar dan meminta maaf? Kenapa sekarang kau,,,," Chika tidak melanjutkan ucapannya, namun semua orang sudah mengetahui apa kelanjutan dari perkataan itu.
Astin mempererat genggaman tangannya pada alat makannya, dia benar-benar memuji akting perempuan di hadapannya.
Chika menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang sedih, dan ketika orang-orang masih belum mengatakan apapun, dia kembali berkata, "kalau begitu Maafkan Aku. Aku sudah salah, dan sebagai permintaan maafku, Aku akan mengabulkan apapun permintaanmu."
Selly yang mendengar ucapan putrinya menjadi sangat kesal, "Kenapa kau yang meminta maaf?! Dialah yang harusnya minta maaf!" Gerutu Selly.
Ayah mertua Astin yang ada di sana yang mendengar ucapan itu mengerutkan keningnya, Tentu saja dia bisa mengetahui siapa yang salah sebelumnya, dan meski sikap menantunya tidak bisa ditolerir, namun tetap saja apa yang telah dilakukan oleh Chika merupakan suatu penghinaan bagi nya juga karena Astin adalah menantunya.
Namun begitu, dia memilih untuk mengabaikan masalah ini dan segera berdiri, meninggalkan ruang makan membuat semua orang terdiam.
Setelah ayah mertuanya benar-benar meninggalkan ruang makan, maka Astin menatap perempuan muda di depannya, "Kalau kau memang mau mengabulkan semua permintaanku, maka menjauhlah dari suamiku, jangan dekat-dekat dengannya dan jangan pernah menempel lagi padanya seperti yang kau lakukan di perayaan ulang tahun Ayah mertuaku kemarin!" Tegas Astin.
"Apa?!" Chika sangat terkejut, Dia pikir Astin akan mengabaikan ucapannya itu, tapi kenapa...
Arga juga terkejut, dia menghentikan acara makannya selama beberapa detik dengan kening yang sedikit mengerut, namun kemudian kembali bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hanya ingin jadi pengamat saja.
Selly naik darah, "Kau sudah gila?! Arga dan putriku sudah berteman sejak mereka masih kecil, jadi kau tidak punya hak untuk melarang mereka berdekatan!" Tegas Selly tak terima.
Jelas-jelas putrinya lah yang akan menjadi istri Arga yang sesungguhnya di masa depan, tapi hanya karena perjodohan di masa lalu membuat putrinya tidak memiliki kesempatan, namun jika Arga dan Astin bercerai, maka sudah dipastikan posisi istri Arga akan menjadi milik putrinya.
"Suamiku juga sudah menikah, jadi Sudah sepatutnya Dia menjaga jarak dengan perempuan manapun meskipun itu adalah teman masa kecilnya sendiri," ucap Astin dengan tenang.
"Kak Arga,,," Chika langsung menatap Arga dengan mata yang sendu, dia yakin saat ini Arga pasti akan membelanya, Karena bagaimanapun, mereka sudah dari kecil bersama-sama, Jadi tidak mungkin perempuan yang baru saja datang di kehidupan Arga yang sama sekali tidak dilirik oleh Arga boleh mengatur ngatur Siapa yang bisa dekat dan tidak bisa dekat dengan Arga.
Lagi pula itu adalah pemintaan yang sangat kekanak-kanakan!
Tetapi saat itu, Arga mengabaikan semuanya, dia masih begitu bingung memikirkan perubahan istrinya yang begitu tiba-tiba sehingga dia hanya mengelap bibirnya dengan sapu tangan lalu berdiri meninggalkan ruang makan.
3 perempuan di sana langsung melihat punggung Arga yang menjauh dari mereka, sementara Astin masih terus sibuk dengan makanannya.
Begitu Arga benar-benar telah pergi, Chika beralih menatap Tara, "tante, aku tidak bisa harus menjaga jarak dengan Arga, Karena bagaimanapun kami sudah dekat sejak kecil dan,,," wajah Chika berlinang air mata, suaranya begitu serak melanjutkan berkata, "aku sudah terbiasa dekat dengannya."
Tara menghela nafas, dia mengalikan pandangannya pada Astin, "jangan keterlaluan seperti itu. Mentang-mentang kakek menyukaimu, bukan berarti kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan di rumah ini. Dan yang kemarin itu juga sangat keterlaluan,, mempermalukan keluarga kita!" Tegas Tara yang sudah dari semalam menyimpan kemarahannya terhadap menantunya itu, namun terus menahannya karena sampai pagi-pagi sekali tadi ayah mertuanya masih berada di rumah sehingga dia harus menjaga sikap dan tidak memarahi Astin.
"Baik, Bu, aku minta maaf," jawab Astin dengan tenang.
Tara terkejut dengan jawaban menantunya, biasanya di saat-saat seperti itu Astin akan mengamuk dan tidak ingin disalahkan. Tapi meski merasa aneh, Astin pun merasa puas dengan sikap menantunya yang tenang itu.
Chika pun kebingungan, di bawah meja, tangannya mencengkram pahanya dengan kuat, 'Kenapa dia? Bukankah seharusnya dia mengamuk dan membuat tante Tara marah?' gerutu Chika dalam hati.
Dia sulit untuk percaya bahwa perempuan yang selama ini berada dalam kendalinya kini tampak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Bahkan mengingat apa yang terjadi kemarin malam membuat Chika merasa terancam.
...Like...!...
...Like...!...
...Like...!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!