NovelToon NovelToon

12 MANTAN

PART. 1 ONE NIGHT IN SANTORINI

Magis cinta berhembus lembut membangunkan relung jiwa yang merenung terlantar.

Santorini sebuah kota di sudut Yunani, fasad biru berkilau terpantul menggoda, mengundang decak kagum yang berlebihan.

Roh sepasang kekasih seakan berkeliaran menguntit setiap pasangan yang sedang dimabuk asmara. Meniupkan aroma bahagia di antara kelopak mata yang terpejam mengiringi desah napas yang beradu saling memburu.

Sinar matahari pagi menembus masuk melalui celah-celah kaca jendela yang tertutup korden putih tulang di sebuah ruang kamar hotel.

Selimut tebal membungkus tubuh elok seorang gadis nan cantik jelita yang tertidur pulas tanpa busana. Rambut hitam pekat, panjang tergerai indah menutupi kulit punggung putih mulus yang sedikit terbuka. Ia menggeliat manja sembari menggaruk sebelah kelopak matanya yang terpejam.

Aroma tubuh yang asing berhembus halus di hidungku, kubenamkan wajahku lebih dalam ke bantal. Sadar lengan terasa kram, kelamaan tidur tengkurap, aku beralih posisi telentang.

Seketika itu juga kedua mataku terbelalak terkesiap dalam posisi duduk berbaring. Memandang sekeliling, setiap sudut kamar.

Asing!

Tersadar! Aku? Apa yang kulakukan semalam?

Bajuku? Kenapa aku?

Oh tidak!

Santorini, OIA (Yunani)

14 Februari, 17:05:13, Andronis Luxury Suites

Pesta Topeng, Magazine Party

Angin Laut Aegea berhembus dingin mengacak rambut panjang hitam pekat yang tergerai lurus sepinggang, membuat beberapa helai sedikit kusut.

Duduk termenung sendirian di kursi warna pink, pinggir tebing kaldera yang curam. Pandanganku mengedar, menikmati penyatuan indahnya alam gunung berapi dan lautan yang luar biasa membiru, sempurna. Menciptakan suasana tenang dan damai yang bersamaan. Jarang-jarang aku bisa menikmati momen berharga ini.

Kubetulkan tatanan rambutku yang mulai awut-awutan, aku teramat malas untuk beranjak dari tempat duduk. Seperti ada seember lem tahan lama yang menempel kuat di ujung pantatku. Ha**ha kurasa aku berlebihan.

Sebetulnya aku sedang menunggu seseorang sedari tadi, seseorang yang amat sangat menyebalkan. Dia selalu membuatku menunggu, aku hampir bosan dibuatnya.

Menunggu dan menunggu. Hugh!

Makanan yang sedari tadi terhidang di depan mata tak jua kusentuh, sepertinya sudah dingin mengering keriting.

Kulirik lagi dan lagi angka dari jam yang muncul di layar ponselku, hampir 30 menit. Akh! Masak iya aku harus menunggunya seharian di sini, hal yang paling membosankan di dunia adalah menunggu dan menunggu.

Kedua kaki ini tak sanggup lagi untuk menahan, akhirnya aku berdiri dari duduk, sedikit kram kurasakan. Sejam lagi aku duduk, bisa-bisa aku jadi batu di sini. Kuangkat sedikit gaun sutra merah yang menjuntai semata kaki, supaya lebih leluasa untuk melangkah.

Aku merasa sedikit ribet dengan kostum yang kukenakan sekarang. Karena ini pesta topeng, mau tak mau aku harus memakai topeng. Asal tahu saja topeng yang kukenakan agaknya menghalangi pandangan, lubang matanya terlalu kecil. Apalagi sepatu yang kupakai sekarang, hadiah 100 hari jadian. Sepatu High Heel berwarna merah cabai 12 centi, benda yang amat sangat menyiksaku, membuat kakiku lecet, dan kesulitan berjalan.

Tiba-tiba saja ujung sepatuku menggencet ujung gaunku. Alhasil.... Auch! Beruntung seseorang berhasil menahan berat tubuhku dengan lengannya, lengan yang keras dan kekar. Kepalaku spontak mendongak, menatap penasaran melihat pada si empunya tangan. Sudut kedua mata monolid miliknya menatapku lekat dari balik topeng yang menutup wajah putih rupawan.

Matanya sipit, alisnya tebal. Lumayan ganteng. Eh, tapi jangan-jangan malah sebaliknya, batinku berkelakar.

“Uhm... maaf,” ujarku tertunduk malu, meminta maaf.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling sebelum akhirnya berkata. “Mmm, maukah kau keluar dari keramaian ini bersamaku? Aku hampir mati kebosanan di sini” ajaknya terdengar begitu sopan, suaranya berat, rendah sedikit serak khas cowok banget.

Aku terdiam terpaku tak menjawab, tangan lelaki itu masih menggenggam lenganku, kucoba membaca gerak – gerik, maksud hati yang tersimpan dalam iris bola mata hazel miliknya, siapa tahu ada niat terselubung dari sikap baik yang ditunjukkannya.

Jangan mudah percaya dengan stranger, apalagi yang belum kamu kenal, kataku dalam hati mengingatkan diri.

Nihil, aku tak menemukan kejanggalan dari tatapan kedua mata hazel itu.

Seperti biasa kukatakan, “Tidak, terima kasih!”

Tercetus begitu saja dari bibirku tanpa memberikannya kesempatan, melepas pegangan tangannya dari lenganku. Aku berjalan, bergerak menjauh tanpa menoleh ke belakang, tak peduli jika lelaki bersetelan jas serba hitam itu masih berdiri terpaku melayangkan pandangannya padaku.

Kupandangi satu persatu manusia bertopeng yang berpapasan denganku, muncul perasaan takut ketahuan di dada. Ya, aku takut ketahuan bergandengan tangan dengan lelaki lain, lebih tepatnya takut ketahuan selingkuh, tapi aku kan tidak selingkuh, kenapa harus takut. Aku tahu meskipun keyakinanku berkata begitu, tapi di mata para paparazi semuanya bisa diputar balikkan

Perkenalkan, namaku Nesya Reneschea. Tubuh molek berparas cantik setengah bidadari, ramah, baik hati serta sopan, sempurna dengan keanggunan dan elegant yang melekat pada diri ini.

Statusku sebagai model ternama, penyanyi, aktris juga presenter. 11 tahun berkarier di dunia intertainment terkadang membuatku sedikit bosan, ada kalanya aku butuh waktu untuk sendiri apalagi yang namaya privasi. Kadang aku merasa jengah harus sembunyi – sembunyi kalau menyangkut masalah pacaran.

Jangan sampai ada Skandal!

Hal paling menakutkan buatku adalah dikuntit orang misterius. Mereka yang menyebut dirinya sebagai stalker, sedikit membuatku merinding ngeri, membayangkan apa yang bisa mereka lakukan saat kita sendiri tanpa teman atau kru yang menemani. Bikin bulu kuduk meremang, ketakutan. Hiii....

Tapi kenapa ya, sama lelaki itu aku…. Merasa tidak asing! Anehnya, aku seperti tidak asing mendengar suaranya.

Seakan pernah tahu, entah di mana?

◾◼⬛🌺

Selamat Malam, Miels sajikan novel bergender romantis. Tetap romantis manis.

Jangan lupa klik tanda jempol, saran dan komentarnya.

Terima kasih

PART. 2. PRIA TAK DIKENAL

“Hai, Nesya. Aku sudah dengar. Selamat atas kontrak barunya, apa kau tidak ingin bekerjasama denganku lagi. Pasti menyenangkan.” Sapa lelaki paruh baya berkacamata yang berdiri di depanku sekarang.

Rambut klemis beruban dengan setelan jas serta celana panjang berwarna merah jambu tampak pas membalut tubuh tambun yang tidak terlalu tinggi, bisa dibilang, kerdil. Mr. Nelson, produser paling rese yang pernah kukenal meski yang lainnya ada juga seperti dia, tapi tidak terlalu parah.

Genit dan mesum.

Aku paling sebal kalau harus berhadapan dengan orang tipe macam beginian.

Perlahan – lahan menempatkan posisinya berdiri tepat disebelahku, bahunya hampir menyentuh lenganku.

Firasat buruk, aku langsung menghindar sedikit memberi jarak. Namun sebelah tangannya menarik paksa pinggangku dari belakang.

Alamak! Sialan!

Aku berontak, mencoba melepaskan diri dari sebelah tangannya yang mencengkeram lenganku, kuat. Jari - jemarinya hampir menggerayang ke bawah pinggangku. Ketika....

GRAB!

Sebuah tangan lain mencengkram kuat punggung tangan Mr. Nelson, menampiknya keras. “Anda terlalu vulgar di depan publik.” Sanggah lelaki bertopeng itu mengingatkan.

Aku terperanjat ketika topengnya berada terlalu dekat dengan topengku, sorot mata penuh amarah sengaja dia tunjukkan padaku.

Tanpa permisi lelaki itu menarik, menggelandang paksa membawaku keluar dari tempat pesta.

Sambil masih menggandeng pergelangan tanganku, menyusuri sepanjang jalan di antara selimir angin laut yang menerpa gaun merah menjuntai. Keluar dari ruang booking room menuju ke arah jalan setapak, menuruni beberapa tangga.

Senja kala ini perlahan tenggelam di penghujung cakrawala, ketika syafak mulai menutup tirai berganti dengan ribuan bintang bertaburan. Fasad biru terpantul temaram di antara lampu – lampu kota yang menyinari sepanjang jalan OIA. Sungguh mempesona, saat teropong mata telanjang milikku menatapnya dari kejauhan.

OUCH!

Lelaki itu mendadak menghentikan langkah, hidungku membentur keras tulang pungungnya. Tanpa kusangka ia memutar badan, mendorong pelan kedua bahuku menghimpit tembok. Kedua mata hazel itu menatap tajam seakan ingin melubangi kedua bola mataku.

“Akh! Sakit... Lepaskan!” erangku mendorong dadanya menjauh dariku. Tanpa disuruh, kedua kaki ini menjangkah pergi.

Hanya selangkah ketika telapak tangannya meraih pelan pergelangan tanganku.

“Jangan pergi! Sea,” cegahnya, mampu membuatku terperangah.

SEA? Siapa Sea? Namaku Nesya bukan Sea.

“NgG, maaf. Kurasa anda salah orang. Nama saya bukan Sea,” jawabku berbalik badan seraya melepas pegangan tangannya.

Lelaki di depanku menatap sejenak kemudian berkata. “Oh ya.., mungkin saya salah orang. Tadi saya pikir anda mirip teman saya. Maaf….. Apa saya mengganggu? Maaf kalau anda merasa tidak nyaman, saya akan pergi. Maaf…” ia beranjak pergi setelah mengatakan bahwa dia salah mengenali orang. Nada suaranya terdengar murung.

Entah mengapa ujung jari ini, tanpa disuruh malah menarik lengan baju sebelah kirinya.

Sontak menoleh memandangku.

“Kenapa?” tanyanya singkat.

“Aku tidak tahu jalan. Antar aku,” pintaku padanya.

Berdiri menyamping sambil berkata, “Okey! Tapi tidak langsung pulang,” jawabnya santai.

“Apa? Hei! Kau yang menyeretku keluar dari pesta. Jadi kau harus mengantarku pulang,” tukasku ketus.

Lelaki itu menggaruk sebelah alisnya, kemudian menghampiri mengulurkan tangan. “Ikutlah denganku. Tempat ini terlalu indah untuk diabaikan.” Seutas senyuman manis tersungging dari bibir tipis miliknya.

Ekspresinya berubah saat tanganku tak jua menyambut, “Kenapa? Apa kau takut padaku?” tebaknya memastikan.

Aku masih belum bisa percaya pada lelaki ini, pasti dia sama saja dengan lelaki lainnya. Huh! Sama – sama buaya dan mesum.

Menghela napas sebentar, “Ya sudah, silahkan kalau kau ingin pulang sendiri,” ujarnya sambil nyelonong pergi meninggalkanku berdiri terpaku, sendirian.

Kuputuskan untuk berbalik arah, kembali ke jalur sebelumnya. Berharap akan tiba di tempat semula, hotel. Aku bahkan lupa nama hotel tempatku menginap.

Setelah berjalan agak jauh, kakiku mulai terasa sakit, perih. Sepertinya tulang kaki bagian sampingku lecet, gara – gara sepatu sial yang kukenakan sekarang.

Terpaksa melepas sepatu, berjalan di gang kecil tanpa beralaskan kaki sambil menenteng sepatu merah cabai di kedua tanganku.

🔘🍃

Malam guys. Bantu jempol untuk Miels.

Terima kasih

follow me 😙

PART. 3 HERO ... YES HE IS MY HERO

Malam semakin larut, sepertinya aku hanya berputar – putar saja dari tadi.

Apa aku tersesat? Oh, tidak! Apa yang harus kulakukan.

Tidak ada seorang pun yang bisa kutanya (i) di sini, karena tak ada satu makhluk pun yang bisa kutemui lagipula aku juga tak mengerti bahasa mereka.

Celingak – celinguk mecari sosok lelaki yang sempat bersamaku tadi. Semoga saja dia belum pergi jauh. Sepi ... tidak ada seorang pun di belakang. Bulu kudukku meremang.

Aku sendirian! Tak ada siapa – siapa di sini.

“Hei, beauty! Where do you going. Lets drink.” Seorang pria mabuk, berjalan limbung ke arahku.

Aku menghindar, mundur, berbalik badan mengambil langkah cepat.

GRAB!

Tangannya mencengkram, menarikku kuat hingga ujung hidungku menabrak dadanya keras.

Auch!

Aku mendongak, melirik siapa gerangan yang menarikku paksa. Lelaki ini …

Tepat di saat aku berniat mendorong dadanya, tiba – tiba ...

PRAKKK!

Percikan kaca pecah terlontar hampir mengenai pelipis saat lengan kekar di depan mataku menahannya, menghalangi hantaman botol minuman yang melayang tepat ke arahku. Sebelah tangannya lagi melindungi, mendekapku dengan telapak tangannya yang besar.

Pemabuk itu lantas terjungkal ke belakang, tak sadarkan diri ketika tendangan kaki lelaki ini mengenai tepat di sekitar perut. Tangan dan sekujur tubuhku mulai gemetar, ketakutan.

“Apa kau tidak apa – apa?” ujar lelaki ini memeriksa keadaanku tanpa memperdulikan lengannya yang terluka bersimbah darah. Menggenggam punggung tanganku dengan tampang meringis kesakitan.

Kuberanikan diri menyentuh lengannya yang terluka parah. Nyengir – nyengir sendiri, seakan ikut merasakan sakit luka gores pada kulit lengannya yang terbuka. Iiiihh …

Dengan segera dia menjauhkan lengannya dariku. “Jangan lihat!"

"Tapi lukamu ..."

"Aku baik – baik saja. Yang penting kau tak terluka.”

Aku tersentak mendengar pernyataannya barusan. Di saat seperti ini dia lebih memikirkan diriku daripada dirinya sendiri.

Apa dia tulus menolongku?

“Ayo, kembali ke hotel! Biar ku obati lukamu. Aku bawa kotak P3K di tas,” saranku memberitahu.

“Tunggu! Apa kamu tidak takut padaku?” oloknya dengan tatapan menyindir.

Kucubit bahu tangannya, tepat di bagian atas luka lengannya.

“AKH! Aaa …. Kau ini. Sakit …” jeritnya jelas – jelas kesakitan.

Tiba – tiba tanpa disuruh aku meraih lengan itu, mendaratkan kecupan lembut di bahu, bekas cubitan tanganku.

Hei, ada apa denganku?

Aku terkesiap, tersadar akan reaksi yang kutimbulkan, tertunduk dalam dengan wajah merona memerah padam. “NgG, maaf. Aku …” ucapku tak selesai ketika sebelah tangannya meraih pinggangku, memelukku dalam dekapannya. “A … Aku sudah punya pacar,” kataku tercetus terbata. Keluar tanpa sebab membongkar status diri.

Kedua bola mata kami saling beradu pandang, sebelah tangannya yang terluka melenggang bebas, menyusup tengkuk. Bergerak mendekat hanya beberapa senti dari paras cantikku, bibirnya menyentuh pipi ketika kupalingkan muka ke arah samping.

Eits, ternyata benar! Dia berusaha menciumku.

Reflek mengulum bibir ke dalam, menyadari penolakan yang kutunjukkan. “Maaf. Aku … terbawa perasaan,” ujarnya menyesal, memegang wajah malu sembari nyelonong pergi.

Sadar ada yang tertinggal, ia berbalik badan mengait pergelangan tanganku. “Ayo pulang! Malah bengong,” ajaknya menyentil jahil ujung hidungku dengan ujung jarinya yang panjang, memamerkan sederet gigi putihnya.

Jari – jemarinya yang besar nan hangat menggandeng punggung tanganku erat. Berjalan beriringan menyamakan langkah kaki menyusuri jalan setapak berkelok tajam dan beberapa anak tangga.

Dari belakang kupandang senang, punggung lebar sempurna dengan bentuk pundak bidang. Sangat mampu membuat dadaku berdebar dag dig dug deg dog.

Rasa ingin memeluk dirinya dari belakang. Hug!

Astaga! Sadar Nesya.

Kuremas baju bagian dada, berharap detak jantung ini tak sampai terdengar olehnya.

💗💕💗

Hai!

Miels up date. Jangan lupa klik like dan komen dari kalian. 💋

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!