NovelToon NovelToon

Cinta Gila

Arka Dan Naura

"Arka!, jangan ngoceh mulu. Cepat kerjain tugas dari saya, jam 12 tet harus ada di meja saya. Kalau tidak, kamu saya pecat!!"

Suara keras yang berasal dari pintu ruangan CEO, yang tak lain adalah Naura. Orang kepercayaan dari Tuan Mahendra.

Naura sebelumnya adalah sekertaris di perusahaan Mahendra. Semenjak Tuan Mahendra sakit sakitan dan tidak diperbolehkan banyak aktivitas, maka Naura dipercaya sebagai CEO sementara, sebelum putra dari tuan Mahendra kembali dan mampu mengendalikan perusahaan.

"Baik Bu," sahut Arka kemudian kembali ke meja kerjanya.

Arka melirik sekilas ke arah Naura sambil memelototkan matanya. Seakan tidak terima ditegur oleh Naura.

"Apa!!, mau ngelawan!, SP 1!" ucap Naura yang kemudian berlalu masuk kedalam ruangan CEO.

Brakkk...!!!

Pintu ruangan dibanting tiba tiba oleh Naura. Karena kesal melihat Arka justru tidak segera menyelesaikan laporannya.

Arka pemuda berusia 22 tahun, berwajah tampan badannya yang atletis membuat gadis-gadis disekitarnya tertarik dengan Arka.

ARKA ABIMANA MAHENDRA

pict: from pinteres

Rambut yang gondrong dan ada tatto kucing di lengan kanannya.

Entah kenapa dahulu sewaktu SMA iseng membuat tatto bergambar macan, namun hasilnya bergambar kucing. Sehingga sering menjadi candaan teman temannya.

Arka kuliah di luar negeri dan kini harus magang di perusahaan Mahendra sebagai salah satu staf di perusahaan tersebut.

Terhitung sudah dua bulan magang di perusahaan, Arka sudah terbiasa mendapat omelan serta amarah dari Naura.

Namun untuk hari ini terasa berbeda dengan aura dari Naura. Sebab tidak biasanya Naura sang CEO marah marah dari pagi.

Memang sejak tadi, Arka menggoda Selvi yang menjadi sekertaris setelah Naura di angkat CEO sementara.

Dan Arka lah yang ditunggu selama ini menghilang, karena cek-cok dengan papanya, Gatot Mahendra.

Arka saat ini magang menjadi salah satu staf di kantor tersebut, yang tak lain adalah perusahaan milik Papanya. Arka selalu ditemani Selvi dalam mengerjakan tugas kantornya. Sebab hanya Selvi lah yang paham akan urusan perusahaan bersama Naura.

Orang-orang kantor tidak tahu, jika yang ditunggu adalah Arka yang nyatanya sudah berada di perusahaan tersebut selama dua bulan.

Naura adalah anak yatim piatu yang dahulu mendapat beasiswa dari tuan Mahendra.

Gadis berusia 25 tahun dengan wajah cantik dan mirip Jisoo blackpink itu memenuhi amanah dari tuan Mahendra.

NAURA KUSUMA DEWI

pict from pinteres

Yaitu menjadi pegawai tetap di perusahaan Mahendra group saat ini. Bahkan ia diangkat menjadi sekertaris ketika awal bekerja di perusahaan.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang real estate segala bidang ini maju pesat setelah di tangani oleh tuan Mahendra.

Namun kedua putra putrinya tidak mau mengganti pucuk pimpinan.

Aqueena putri pertama Mahendra justru lebih memilih menjadi dokter bedah dan kini mengurus Rumah Sakit Mahendra Medical milik sang kakek.

Sementara Arka dengan terpaksa mengikuti perkataan pujaan hatinya untuk bergabung di perusahaan Mahendra group, sebagai staf biasa.

***

"Coba kalau bukan CEO yeee!, gue cipokk tuh mulut." gerutu Arka.

"Husss, ga boleh ngomong gitu. Ingat loe udah SP 1 tadi bu bos bilang," Sahut Selvi sambil mengetik keyboard komputer di meja kerjanya.

Selvi kemudian melirik ke arah Arka yang masih menggerutu karena omelan dari Naura sang CEO.

Sementara dibelakangnya Selvi ada Angga, teman satu team Selvi serta Arka. Kemudian di kubikel sebelahnya lagi, terdapat beberapa staf kesekretariatan yang membantu Selvi dan Arka.

Semuanya tampak bengong ketika Arka seringkali santai jika berhadapan dengan CEO saat ini.

Sementara anak anak yang lain tidak ada yang berani berbuat ulah seperti Arka, karena Naura sudah di cap sebagai pimpinan paling galak.

"Ckk, dahlah, gue mau ngopi bentar," celetuk Arka kemudian berdiri menuju pantri, untuk membuat kopi kesukaannya.

Belum juga melangkah Arka berhenti karena pintu ruangan CEO terbuka.

"Mau kemana kamu!, mana laporannya?" ketus Naura sambil menatap Arka yang hendak meninggalkan meja kerja, tangannya tengadah meminta laporan yang Arka buat.

"Kan jam 12 Bu, saya ngopi dulu, ah elahhh," sahut Arka kemudian berlari menuju pantri.

"ARKA!!"

Naura pun berteriak memanggil Arka yang sudah hilang di balik pintu pantri. Naura tampak kesal, karena Arka lebih banyak mengabaikan pekerjaannya.

"BENTAR BU BOS!!" Sahut Arka dari dalam pantri.

Kepala Arka keluar dari balik pintu kemudian menatap Naura sambil menjulurkan lidahnya.

"Laporannya cepat selesaikan, di tunggu pak Mahendra 5 menit lagi!" Teriak Naura sambil berkacak pinggang ke arah pantri.

Mendengar nama Mahendra, Arka segera keluar dari balik pintu pantri.

Kopi yang belum sempurna diseduh pun Arka bawa menuju meja kerja.

"Iya iya, ah elahhh," gerutu Arka kemudian duduk di tempat kerjanya.

Arka segera menyalin serta mencetak laporan yang diminta oleh Naura.

"Bawa masuk!"

Brakkk...!!

Naura kembali membanting pintu ruang kerjanya karena kesal terhadap Arka yang tidak serius dalam bekerja.

Tak lama kemudian Arka selesai mencetak laporan, kemudian membawa masuk kedalam ruangan CEO.

Sebenarnya Arka adalah anak yang cerdas, bahkan ia sampai di sekolahkan ke luar negeri oleh papanya.

Mengerjakan laporan seperti saat ini tidak akan menunggu lama untuk menyelesaikan.

Namun dasar Arka memang anak yang bandel dan tengil. Bahkan banyak teman-temannya yang bilang, jika Arka seorang playboy kelas teri dari kala SMA.

Hingga selesai kuliah pun, ia masih dijuluki si Playboy kelas teri. Namun itu tidak masalah bagi Arka.

Tak menunggu lama Arka keluar kembali setelah memberikan laporan kepada Naura. Namun wajahnya tampak memerah menahan amarah. Entah apa yang membuat Arka seperti itu.

"Kenapa loe Ka, kok muka loe seperti kepiting rebus gitu?" ucap Selvi yang menatap Arka keluar dari ruangan CEO.

"Mau tahu, atau mau tahu banget?, Kepo!"

Arka tak menjawab pertanyaan dari Selvi , kemudian duduk di bangku kerjanya. Dan menyerutup kopi buatannya tadi.

Hingga siang hari, tepat pukul 12, Naura keluar dari ruangannya untuk makan siang di kantin.

"Ayo Vi ke kantin," ucap Naura sambil mendatangi Selvi yang berada disebelah Arka.

Arka cuma melirik sekilas, kemudian berbalik badan mencari keberadaan Angga.

"Ayoklah, cus," sahut Selvi kemudian berdiri dan membereskan meja kerjanya.

"Mas Angga jadi mau makan bakso bareng?" Celetuk Arka yang masih menatap Angga.

"Jadi duuung." Sahut Angga

"Ayo bareng, gue mau makan yang pedes banget hari ini, biar ayangku ngomel terus sampe pagi."

Arka dan Angga pun melangkah menuju lift karyawan dan meninggalkan ruangan tersebut.

Sementara Naura melotot karena ucapan Arka yang sejak tadi ngoceh terus.

"Hey, Bu boss, kenapa melah merhatiin Arka sih?, demen yaaa?" Sentak Selvi sambil melirik sekilas, kemudian menarik tangan Naura.

"Isss, apaan sih!" Gerutunya.

"Ya kali suka berondong, loe kan masih lajang. Dan belum pernah lihat jalan sama cowok. Siapa tahu loe naksir sama Arka yang ngeselin itu."

Keduanya menuju lift khusus CEO untuk menuju ke kantin, Naura hanya menggelengkan kepala.

"Makan bakso yukk!" Ajak Naura kepada Selvi.

Selvi melirik ke arah Naura sambil memutar bola matanya, malas.

"Ckk, bilang aja loe mau deketin Arka!"

Gerutu Selvi sambil menekan tombol lift, kemudian masuk lift setelah pintu terbuka.

"Ngaco loe!!"

Keduanya pun masuk lalu menuju lantai satu. Dalam ruangan lift hanya dua orang, karena lift tersebut memang khusus petinggi perusahaan.

Dan saat ini hanya Naura dan Selvi yang diperbolehkan menggunakannya. Karena hanya dua orang itulah yang saat ini dipercaya oleh tuan Mahendra.

ANGGA

pict : from pinteres

***

SELVI

pict : from pinteres

" Iyalah demen tuh si Naura sama Arka!"

"Ahhh, jangan jangan nih yaaakk!!"

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung

Suami Istri

Harap bijak dalam membaca, kalau ga suka skip aja yaa.

***

"Ini hukumannya kalau bentak-bentak aku di kantor."

Cup...

"Ini hukumannya sudah SP1 aku."

Cup...

"Ini hukumannya, karena udah..."

"STOP ARKA!!"

"Habis nih muka diciumin mulu!"

Naura tampak gelagapan karena ciuman bertubi dari Arka sang suami.

Memang keduanya adalah pasangan suami istri, semenjak tiga bulan lalu.Walau usia Arka tiga tahun dibawah Naura, namun keduanya adalah pasangan yang sangat romantis.

Pernikahan mereka terjadi karena kepergok oleh kakek Arka ketika berkunjung ke kontrakan Naura.

Naura memang dirawat Kakek Mahendra dari sewaktu kecil, dan Arka sering bersama.

Namun siapa sangka jika keduanya sudah lama jatuh hati, walau dipendam dalam hati masing masing, hingga keduanya melakukan cinta terlarang.

"Dua ronde malam ini, karena sudah marah-marah dan kasih SP1 ke aku." Ucap Arka

Cup...

"Haisss, mana ada, aku lagi M."

"Baru dua minggu sudah M lagi, ga mungkin sayang. Ayok aku mau diruang tamu, sambil duduk duduk manjah," Ucap Arka yang menyeret Naura menuju sofa ruang tamu.

"Kamu mah ada-ada aja Ka, haiss baru juga pulang kerja," Sahut Naura tapi tetap mengikuti kemauan suami kecilnya itu.

Hingga sampai di sofa, Naura tak kuasa menolak ajakan dari Arka. Naura sudah kecanduan dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh Arka.

"Pelan-pelan bukanya, sobek entar."

"Beli lagi."

srett...

"Nah kan!"

"Entar aku beliin."

"Mana bisa?, gajimu kan aku yang pegang."

"Ya udah pakai aja napah."

"Ga mau, dasar bocah."

"Bocah bisa bikin bocah."

"Mana?, dah tiga bulan lho Ka. Belum ada tanda tanda, kakek sudah menunggu!"

"Makanya ayo bikin, ah elah kenapa jadi cerewet sih nih bini."

Ughhh...

Naura menikmati sentuhan yang diberikan oleh Arka, bahkan ia pun membalasnya. Arka semakin bernafsu melancarkan aksinya. Hingga keduanya sudah sama-sama tak berbusana.

"Aku duduk diatas lho Ka, ogah kalau nungging."

"Hais, ga usah diperjelas. Lakukan sesukamu sayang."

Naura pun melancarkan aksinya seperti joki kuda. Wajahnya tengadah menikmati sensasi miliknya yang dikuluum Arka.

Desisan Naura begitu terdengar ditelinga Arka. Membuat Arka semakin bergairah menelusuri setiap jengkal tubuh Naura.

Naura pun naik turun, agar semakin nikmat dalam memacu kuda liarnya.

"Terus sayang."

Ughhh...

Arka tidak mau kalah, bahkan ia juga melancarkan aksinya itu, hingga keduanya sampai di puncak nirwana besama-sama.

Naura kini bersandar di bahu Arka sebagai pelepas lelah setelah aksinya.

Arka mengusap punggung Naura yang masih poloos, hingga Naura terasa nyaman bersandar.

Naura sampai tertidur dalam posisi tersebut, sebab rasa lelahnya siang, berujung di kontrakan saat ini.

Tak lama kemudian, Arka menggendong Naura menuju ke kamar, agar Naura bisa terlelap disana.

Arka tersenyum melihat istrinya tidak terbangun saat dipindahkan ke kamar. Arka mengira jika istrinya ini sangat lelah dalam mengurus perusahaan papanya.

Sejenak Arka menemani Naura berbaring di tempat tidur, tubuh polossnya di biarkan begitu saja.

Kemudian Arka pun bangun dan menuju ke dapur untuk menyediakan air minum buat Naura.

Dengan hanya penutup celana dalam, Arka kembali ke dapur. Ia membuat masakan untuk makan malam berdua.

Memang Arka dan Naura sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil, ketika keduanya dirawat sang kakek dan neneknya.

Kadang Arka dan Naura berbagi tugas dalam urusan rumah tangga tersebut.

Selesai memasak, Arka kembali ke kamar untuk menemui istrinya.

Tapi Naura justru asik bermain ponsel, sambil cengar cengir melihat kedatangan Arka.

"Sengaja pura pura tidur ya, biar aku yang memasak?" gerutu Arka yang saat ini kesal.

Nyatanya Naura tidak tidur, malah habis mandi, dan tubuhnya berbalut handuk setengah badan.

"Tugas suami lah, sudah dikasih jatah ini," sahut Naura kembali fokus pada ponselnya.

"Berarti tambah satu ronde lagi!"

"Hais, mana ada!"

Naura kini menatap Arka yang duduk disebelahnya, kemudian berusaha bangkit dari duduknya.

Ponsel ditangan Naura diambil paksa oleh Arka, kemudian dilempar ketempat tidur.

"Isss, iseng amat, aku lagi cari tahu bagaimana cara bisa cepet hamil," ucap Naura sambil mencari kembali ponselnya.

"Diusahain tiap hari dan tiap waktu, begitu juga dengan berbagai posisi, siapa tahu dengan posisi berbeda anak itu hadir ditengah tengah kita!"

Naura melotot mendengar perkataan Arka, sebab ujung ujungnya pasti masalah penyatuan kembali.

"Mesumm mulu nih mulut," ucap Naura sambil mencolek mulut Arka sesuai berucap.

"Tapi kamu suka kan?"

"Engga!"

"Engga salah lagi, ayo mau posisi bagaimana yang kamu mau, mumpung aku belum mandi."

"Haiss, mandi dulu sana , bau asem. Kalau sudah wangi nanti baru on fire lagi," celetuk Naura sambil mendorong tubuh Arka yang mulai menempel ke badannya.

Naura mengedipkan sebelah matanya, agar Arka mau menuruti perintahnya untuk mandi.

"Temenin."

"Aku sudah mandi sayang, sana cepat. Atau ga ada lagi malam ini!"

"Ga ada lagi?, paling kamu mainan adik kecilku ini, pas aku tidur!. Hayo ngaku!, sering kan?"

"Mana ada, ngga sengaja itu mah, aku kan juga tidur." Sahut Naura.

"Iya tidur, tapi tangan kelayapan kemana mana, aku tahan malah kamu semakin menggila."

Arka bangkit berdiri mengikuti perkataan Istrinya untuk mandi. Sebab tidak ingin perdebatan kecil ini semakin menjadi.

"Kamu yang gila Arka, masa barang begitu suruh mainin kaya makan es krim."

Naura menggerutu kesal karena Arka mengingatkan kembali kejadian demi kejadian saat berdua.

"Ya kamu juga ikut gila, mengikuti perkataan orang gila."

buuugg...

Naura melempar bantal ke arah pintu kamar mandi dengan kesal, alih alih Naura marah, justru wajah Naura memerah, karena ucapan Arka.

"Asik sihh!" Ucap Naura walau dalam hati, kemudian mengambil bantal yang telah dilempar, dan mengembalikannya ke tempat tidur.

Naura kini mengambil pakaian, kemudian memakainya. Sesaat Naura memandang perutnya dan berharap sesuatu.

"Kapan kau akan datang nak?, mama papa sudah tidak sabar menanti kehadiranmu."

Gerutu Naura yang selalu melihat perutnya, menunggu kehadiran buah hati yang tak kunjung datang.

Meski baru tiga bulan menikah, namun kehadiran sang buah hatilah yang diharapkan saat ini, apalagi keduanya sudah berhubungan selama satu tahun lamanya.

Sebab pernikahannya diminta untuk segera memiliki buah hati. Semua itu atas perintah kakek Arka.

Walau keduanya sudah memeriksakan diri ke dokter, dan dinyatakan subur kala itu. Membuat Naura bersemangat untuk memiliki buah hati.

Namun sudah beberapa minggu belum ada tanda tanda jika dirinya sedang hamil.

Berbeda dengan Arka, yang memang tidak mempermasalahkan, akan hadirnya buah hati ini sekarang atau nanti.

Arka berharap Naura bersabar dan tawakal untuk mempunyai momongan. Namun hal itu justru menjadi tekanan untuk Naura.

Naura berfikir, Arka akan senang jika dirinya tidak kunjung hamil, karena pastinya Arka akan bebas menggarapnya tiap malam.

"Suami mesumm."

***

" Ga ada faedahnya blas nih Cippp!!" Kata nyai

"Ya kamulah yang bikin thorr!!!" Nyai ngedumel

" hiliiihhh!!!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung

Keseharian Arka dan Naura

Pagi harinya, Arka dan Naura pun melakukan aktivitas seperti biasanya, berangkat bekerja secara terpisah.

Naura menggunakan mobil kantor, sementara Arka menggunakan sepeda motor.

Karyawan perusahaan tidak tahu jika Arka adalah putra dari Hendra Mahendra, karena Arka memang menyembunyikan jati dirinya.

Terlebih Arka memang tidak dekat dengan orang tua kandungnya sendiri.

"Hati-hati Ra!" Ucap Arka ketika Naura terlebih dahulu pamit lebih dahulu.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati, jangan ngebut!"

Cup....

Naura sangat menghormati Arka sebagai suaminya ketika di rumah, bersalaman dengan takzim dan juga memberikan ciuman kasih sayang.

Berbeda jika ada di kantor, Naura tetap menjadi pemimpin yang berwibawa, bahkan Arka akan menjadi pelampiasan amarahnya ketika melakukan kesalahan.

"Bye!"

Naura melajukan kendaraannya perlahan keluar dari pekarangan rumahnya, sementara Arka memanasi kendaraan bermotor roda duanya.

Orang orang sekitar, tahunya Naura dan Arka adalah kakak beradik yang tinggal bersama.

Semenjak hidup bersama Naura beberapa bulan yang lalu, Arka mengikuti perkataan Naura untuk bekerja di perusahaan.

Selain itu untuk belajar memimpin perusahaan, walau hanya sebagai staf biasa.

Bahkan jika di kantor tidak tampak jika keduanya adalah pasangan suami istri.

Arka kini sudah meninggalkan grup band yang didirikan oleh teman temannya, sebab kegiatan sehari harinya mengingatkan masa-masa tinggal di luar negeri beberapa waktu silam.

"Bismillahirrahmanirrahim..!"

Arka pun melajukan kendaraannya perlahan dan meninggalkan rumah kontrakannya, mengikuti Naura yang lebih dahulu berangkat.

***

Setibanya di kantor, Arka sudah ditunggu oleh Selvi sang sekertaris, ada beberapa laporan yang harus segera diselesaikan.

"Laporan ini akan menjadi bahan rapat direksi nanti jam sepuluh, Lo harus segera menyelesaikan, sebelum waktu rapat dimulai!"

Perintah Selvi kepada Arka, sambil memberikan berkas yang harus ditangani Arka.

"Banyak amat!"

"Selesaikan, gue mau meeting dadakan sama Bu boss!"

Ucap Selvi sambil berlalu pergi menuju ruangan CEO, dimana didalam sudah ditunggu oleh Naura.

"Syalan!"

Braakk...

Arka menggerutu kesal, karena tugas yang diberikan Selvi hanya kepadanya saja, sementara yang lain mengerjakan rutinitas seperti biasa di kantor.

Angga yang baru datang pun langsung nyengir, melihat Arka yang tampak kesal dan membanting tumpukan kertas dari Selvi.

"Kenapa broo!"

"Noh, ayang elu!, ngasih tugas begini amat!"

"Ayang ayang, kepala Lo peyang!

Angga tidak terima jika dirinya di anggap sebagai kekasih Selvi, Angga sadar diri dengan posisinya saat ini.

Selvi memang cantik dan pasti akan tertarik jika sudah kenal dan dekat dengannya.

Berbeda dengan Angga yang memang tidak mau berharap dengan Selvi yang sudah lama ia sukai.

"Hiliiihhh, cinta ngomong cinta mas Angga, jangan di pendam dalam hati, gitu aja gengsi!" Celetuk Arka.

Arka pun duduk di bangkunya, sementara Angga kembali nyengir mendengar perkataan Arka saat ini

"Bukan begitu bro, gue tahu Selvi orang berada, lhah gue?, remahan rempeyek aja yang dibuang di tong sampah!"

Gerutu Angga yang memang tidak berani mengungkap perasaan kepada Selvi, terlebih Selvi yang sering diantar jemput oleh sopir pribadi.

"Jangan merendah mas, semua ada waktunya!"

Arka memberikan semangat kepada Angga, namun Angga justru menghela nafas panjangnya.

Ia sadar jika segalanya masih jauh berada dibawah Selvi, karena kehidupan Angga yang menjadi tulang punggung keluarga, maka Angga mengabaikan perasaan itu, terlebih kepada Selvi.

Selvi orang berada, dan juga orang yang taat agama, sementara dirinya saat ini masih bersama ibu serta adik-adiknya.

Dimana sang ibu sering sakit-sakitan serta adik-adiknya masih sekolah, dan Angga lah yang menumpu tanggung jawab itu semua.

"Dah lah, kalau jodoh ga bakal kemana!" Gerutu Angga yang kemudian duduk di bangku belakang Arka.

Arka tidak menimpali perkataan Angga, karena lebih fokus dengan pekerjaan yang diberikan Selvi pagi ini.

"Selamat pagi mas Angga, selamat pagi Arka ganteng!"

Novi yang baru datang memberi salam kepada Angga dan juga Arka.

Hari kemarin dirinya tidak masuk kerja karena sakit, dan pagi ini sudah hadir kembali di kantor.

"Tumben Lo ga perpanjang sakit!" Ketus Arka tanpa menoleh maupun menatap Novi yang baru datang.

"Ckk, entar lu kangen ama gue, nyari penggantinya susah, apalagi gue manis, cantik, mungil lagi, ga ada lho di luaran sana!"

Novi berpose ala anak gadis yang sedang berfoto dihadapan Arka dengan centilnya, sementara Arka tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Preeett...!!"

Satu kata yang keluar dari mulut Arka saat ini, karena itu sudah menjadi kebiasaan antara Novi dan Arka.

Arka memang baru di kantor ini, namun mudah akrab dengan siapapun di kantor.

Itu semua karena tidak mau dicap sebagai lelaki sombong karena ketampanannya, serta otaknya yang cerdas.

"Hiliiihhh, entar jatuh cinta sama gue!, tahu rasa Lo!"

"Ga mungkin, noh dah ditunggu Robert yang sudah bucin sama Lo!"

"Apaan!, mana ada gue bucin sama congcorang begitu!!"

Robert yang baru datang menimpali perkataan Arka, karena ada namanya disebut, kemudian duduk di bangku tempat kerjanya.

Perdebatan kecil pun terjadi, antara satu sama lain, sementara Arka juga ikut serta tapi matanya fokus terhadap laporan yang ia buat, tanpa terganggu sedikitpun.

Tak selang berapa lama, Arka selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Selvi dan membawa berkas untuk diberikan kepada Naura.

Tok...

Tok...

Tok..

"Masuk!"

Arka pun masuk ke dalam ruangan CEO, dimana disana masih ada Selvi yang sedang berdiskusi tentang perusahaan.

"Gue keluar dulu ya!" Ucap Selvi yang kemudian bangkit dari duduknya sambil melambaikan tangan kepada Naura.

Selvi kemudian menutup pintu ruangan CEO, meninggalkan Arka dan Naura di dalam.

"Sudah selesai beb?" Ucap Naura, kemudian mengambil berkas yang dibawa Arka.

"Udah sih, cuma kayaknya ada kekeliruan deh dari bagian keuangan. Coba cek berkas proyek di daerah E!"

Ucap Arka sambil duduk di bangku depan meja Naura.

Naura pun segera mengecek di bagian keuangan proyek daerah E, karena Arka mencurigai sesuatu.

"Hemm, benar!, sepertinya ada yang mau main-main disini, nanti biar aku bahas di rapat direksi."

"Papa datang?"

"Engga kayaknya, kenapa?, mau ngumpet?"

"Engga sih, aku merasa bersalah sama papa!" Ucap Arka.

Arka teringat beberapa bulan lalu, saat dirinya berdebat dengan papanya, jika dirinya enggan meneruskan memimpin perusahaan, setelah kembali dari negeri Paman Sam.

Arka lebih memilih main band bersama teman-temannya kala itu, dibanding harus meneruskan memimpin perusahaan.

Perdebatan yang membuat papanya masuk rumah sakit, dan harus dirawat begitu lama. Hingga Arka enggan untuk kembali kerumah karena selalu disalahkan oleh kakaknya, Aqueena Saraswati Mahendra.

Namun berkat penjelasan dari Naura, Arka jadi sadar, jika semua papanya tidak lalai dalam tanggung jawab ketika berada di luar negeri.

"Jangan merasa bersalah Ka, semua terjadi karena sudah digariskan dari atas, tinggal kita mau menjalaninya bagaimana."

Arka termenung dengan perkataan Naura, namun ia kembali teringat jika dirinya dari kecil hanya hidup bersama kakek dan neneknya.

Masih banyak keraguan dalam diri Arka, tentang orangtuanya yang menitipkan ditempat kakek dan neneknya dahulu.

Bahkan papa dan mamanya jarang sekali menjenguk dirinya, meski hanya satu bulan sekali.

Naura mendekati Arka, karena Arka terlihat sedih dengan yang terjadi di keluarganya. Bahkan banyak sekali permasalahan yang harus dipecahkan saat ini.

"Aku yakin kamu bisa menyelesaikan semua."

Ucap Naura yang kemudian memeluk Arka sang suami, karena hal itu mengingatkan dirinya ketika masih kecil bersama Arka di rumah kakek Abimana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ini ceritanya bagaimana?" ucap Angga

" menggali permasalahan keluarga Arka boss!" sahut Arka

"Kok begini?" Selvi menimpali.

"ya pelan pelan lah!, ga usah ngeyel!" Arka

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!