NovelToon NovelToon

Maybe Unforgettable

1. Bingkai Rahasia

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun murid kelas XI IPA 2 masih duduk di tempatnya masing-masing. Guru mereka tidak dapat mengikuti pelajaran, karena ada urusan mendesak yang mengharuskan dia pulang terlebih dahulu.

Bu Sinta meminta ketua kelas agar membagi kelompok sama rata, yang masing-masing dalam satu kelompok terdiri dari dua pasang laki-laki dan dua pasang perempuan.

Banyak perdebatan di antara para murid dalam pembagian kelompok, sehingga memicu keributan dan beradu argumen.

Demi menghentikan perdebatan semakin panjang, ketua kelas akhirnya memutuskan untuk membagi kelompok dengan cara, semua murid hanya memilih salah satu gulungan kertas yang telah berisikan nomor setiap urutan kelompok. Dengan cara ini, semuanya akan berjalan lancar tanpa lagi perdebatan antar kelas XI IPA 2.

" Baiklah jika sudah, silahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. "

Semuanya berjalan begitu lancar, hingga salah satu murid mendadak kembali protes.

" Apa-apaan!! Ini pasti curang. Kenapa bisa kalian satu kelompok. Ini curang, tidak adil. "

" Ulang sekarang juga! Pasti kalian berbuat curang untuk bisa satu kelompok kan. " sambungnya dengan nada yang cukup tinggi.

Brak

Sontak semua murid mengarah ke sumber suara tersebut, begitu juga dengan gadis yang sejak tadi disampingnya.

" Cukup!! Terima nggak terima, keputusan sudah bulat. Lo pikir nggak capek apa ngurusin ini semua. Semuanya bubar, silahkan pulang dan beristirahat. "

Semuanya tidak ada yang berani membantah, mereka mengangguk mengerti dan bergegas pulang.

Meskipun bel sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun seorang lelaki tampan masih setia menunggu kedatangan sepupunya itu di parkiran untuk pulang bersama dengannya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah gadis itu, akhirnya mereka tiba dengan selamat.

" Besok gue nggak jemput lo pulang. Gue ada janji sama pacar gue. " ucapnya.

" Terserah, gue bisa naik taksi. Udah sana pulang. "

" Yeh awas aja kalau lo nelpon gue sambil ngerengek kek bocah. "

Gadis itu hanya mengangguk keci lsambil berusaha membuka pengait helmnya.

" Ck, kebiasaan. " lelaki itu menghela napas kasar melihat kelakuan sepupunya itu.

" Mm, makasih abang ganteng!! Yang ganteng seperti idol korea. Udah kan, puas? "

" Yehh, dasar lu bocah. "

Setelah perdebatan kecil, gadis itu berjalan memasuki rumahnya yang cukup besar dan megah.

" Mami di mana, udah pulang kan? " tanyanya.

" Iya, udah non. Nyonya ada di taman belakang. "

Dengan langkah cepat namun terkesan santai, Gadis itu segera menuju ke taman belakang menemui ibunya.

Bunga-bunga yang bermekaran menghiasi indahnya taman. Berbagai macam bunga cantik tertanam di taman ini, yang tertata rapi sedemikian rupa.

Gadis itu berlarian kecil memeluk ibunya. " Mami aku pulang. "

" Sayang, putriku tercinta. "

Setelah satu minggu tak bertemu, akhirnya ibu dan anak itu saling bertukar cerita melepas kerinduan. Namun belum lama mereka mengobrol bersama, bi Inah datang dan menghampiri mereka.

Tok...tok..tok

" Nona, ada paket di luar. "

Deg

' Lagi? Dia enggak bosen apa selalu aja ngirim sesuatu yang tidak berguna tiap harinya. Semenjak dua minggu terakhir dia selalu mengirimkan paket yang entah apa isi di dalamnya. Lalu, siapa dia sebenarnya? '

Tidak ada yang tahu pasti siapa si pegirim paket itu yang sebenarnya.

...----------------...

Kevin berjalan menuju ke kelas Adel. Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Sesampainya di depan pintu kelas Adel, Kevin melihat ke arah bangku Adel mendapati gadis itu tengah merapikan buku-bukunya.

" Bocah!! Hey bocah! " Teriak Kevin yang berada di ambang pintu menghampiri Adel.

" Hey bocah. Gue panggil kenapa nggak nyaut sih. "

" Jidat lo yang bocah. Lo ngapain coba panggil Adel dengan sebutan bocah. " sentak Cilla.

" E-eh, Cilla. Jangan marah-marah dong, orang yang di panggilnya aja diem tuh. Kenapa lo yang marah sih nanti ilang loh cantiknya. "

Cilla mendorong tubuh Kevin hingga menubruk dinding yang berada di belakangnya.

" Berisik ya lo, mau gue pukul muka lo yang sok kegantengan itu hah? "

Kevin terkekeh pelan, dia bersandar di dinding dengan lengan yang dimasukan ke dalam saku celananya.

" Aduh takut banget. Mmm, gimana kalau lo cium gue aja. Lumayan loh gue yang ajak lo duluan. " goda Kevin memicu kemarahan sang ketua kelas.

Dengan wajah yang sudah merah padam, Cilla bergegas pergi meninggalkan mereka berdua. Dan tidak lupa dengan ucapan manis yang selalu Cilla berikan.

" BRENGSEK LO !!! "

Sementara itu, di salah satu ruangan yang sangat besar, di penuhi bingkai foto seorang gadis cantik yang menggantung sejajar di dinding kamarnya. Serta berbagai berbagai ukuran bingkai foto berjajar begitu rapi di atas meja tempat tidurnya.

' Sangat cantik. Minggu depan akan ada hadiah yang lebih bagus dari sebelumnya. '

Selepas pulang sekolah, Adel dan teman-teman satu kelompoknya pergi ke sebuah toko buku yang terletak tidak jauh dari sekolahnya. Dalam tugas kelompok, mereka berempat harus membeli salah satu buku yang telah ditugaskan sebelumnya.

" Gimana ini, bukunya nggak ada. Harus cari kemana lagi ini ini. Seminggu lagi harus selesai dan segera dikumpulkan, tapi bukunya selalu nggak ada. "

Cilla benar-benar putus asa hingga perutnya sedikit berbunyi karena kelaparan.

" Sebaiknya kita makan siang dulu gimana? Di sebrang sana ada cafe yang baru di buka. "

" Boleh tuh, ide yang bagus. "

" Buruan gue laper. Heh dit, lo yang bayarin ya. Lo kan banyak uangnya hehehe " sambung Cilla menggoda Aditya wakil ketua kelas yang satu kelompok dengannya.

" Dih ogah. Lo aja sendiri, mending traktir pacar gue. Bayar uang sendiri-sendiri aja. "

Begitulah Cilla. Jika dia tidak bertengkar dengan Kevin, maka dia akan bertengkar dengan Aditya selaku wakil ketua kelas yang selalu merasa dirinya lebih baik di bandingkan dengan Cilla.

...---------------...

Drrt...Drrt...

...Kevin idiot : " Gue di depan, keluar sekarang. Nanti keburu pacar gue marah. "...

Adel memutar bola matanya malas melihat isi pesan Kevin yang menyuruhnya segera cepat keluar menemuinya.

" Sayang mau kemana? udah rapi aja nih. "

" Aku mau ke rumah Cilla dulu mah, ada tugas. Nggak lama kok paling jam setengah delapan malam udah pulang. " ucap Adel buru-buru.

" Sama siapa? Pacar kamu yang jemput? "

Sofia terkekeh geli dengan apa yang dia ucapkan tadi pada putri. Namun Adel hanya menghela napas dan menghiraukannya, berpamitan pada sofia.

" Iya sayang. Hati-hati di jalan. "

Sesampainya di tempat yang mereka tuju, mereka menghampiri teman-temanya yang telah lebih dulu sampai dari mereka berdua.

" Kalau aja lo berdua bukan satu keluarga, pasti kalian berdua udah jadian. Mana visual lo berdua cakep semua lagi. "

" Yang bener aja, lo nggak liat tuh mantan dia. " Tunjuk kevin.

Sontak Angga menutup mulutnya rapat-rapat dan segera masuk ke dalam.

" Cilla mana? udah dateng belum? "

" Dia lagi di jalan, bentar lagi sampe. " ucap Marvin.

" Kenapa nggak lo aja yang jemput sih Vin. Gue kan bisa naik ojek online. "

" Kejauhan. Lagian gue mau ke rumah pacar gue dulu sebentat, nanti gue balik lagi. "

Dengan kecepatan penuh, Kevin melajukan motornya pergi untuk menemui sang kekasih.

2. Kabut

Sinar keemasan samar-samar mulai masuk di antara celah-celah jendela kamarnya. Menerobos masuk ke dalam kamar seorang gadis, yang masih bergelung di tempat tidur dengan selimut kesayangannya.

Suara ketukan pintu dari sang bibi, mengusik tidur lelap gadis itu.

" Non bangun. Sudah jam delapan lebih. "

Adel mengerjap perlahan membuka kedua matanya. Dia menggeliat merenggangkan kedua tangannya, mencoba menyesuaikan diri karena belum sepenuhnya terkumpul. " Mmm, iyaa bi udah bangun kok. "

Adel beranjak dari tempat tidur, berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai dengan aktivitas mandinya dan berganti pakaian, Adel beranjak turun untuk pergi sarapan.

Hari ini kedua orang tuanya pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis. Kedua orang tuanya jarang sekali berada di rumah dan meninggalkan Adel sendirian.

Kevin idiot :

" Lu pasti sendiri kan. Gue ke sana sekarang, pacar gue nggak ada kabar soalnya. Gue udah beli es krim Vanila kesukaan lo. "

Adelia :

" Nggak Perlu, gue ada banyak. Gue nggak nerima tamu dan jangan datang kemari. "

Kevin idiot :

" Gue bosen. Bentar lagi gue sampai. "

Belum sempat Adel sempat bicara, panggilannya telah terputus secara sepihak.

Adel menghela napasnya kasar. Meskipun dia menolak kedatangannya, Kevin pasti tetap akan datang untuk menemuinya.

Adel menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, menunggu seseorang yang telah menganggu hari liburnya yang damai.

Ting tong

" Hai bocah. "

Dia datang lebih awal dari waktu yang di perkirakan, dengan membawa sekantong kresek penuh es krim Vanila dan coklat kesukaannya.

" Apaan sih lo. " Adel merebut kantong kresek itu dan kembali duduk.

Kevin hanya terkekeh pelan, bagaimana bisa seorang Adelia akan menolak es krim dan coklat kesukaannya.

Adel menoleh ke kiri dan ke kanan " Lo sendirian? " tanyanya.

" Mmm.. Ada Angga. Dia lagi beli nasi goreng di depan. "

Malam telah tiba dan langit pun telah berganti menjadi gelap. Namun, mereka masih saja asik menonton film yang berlangsung sejak tadi siang hingga saat ini.

Hingga suara bi Inah membuyarkan semuanya.

" Non, di depan- " Adel memotong ucapan bi Inah dengan cepat.

" Ada paket yaa bi, bentar aku yang ambil. "

...----------------...

Bel istirahat telah berbunyi. Semua siswa dan siswi berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin, untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Adel berjalan ke arah toilet, dan menyuruh Cilla untuk pergi terlebih dulu. Dia ingin menyelesaikan urusan kamar mandinya yang sedari tadi dia tahan selama pelajaran berlangsung.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandinya, Adel terlebih dahulu mencuci tangannya sekaligus bercermin merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

Dalam perjalanan menuju arah kantin, dia tidak sengaja mendengar seseorang yang tengah beradu argumen di halaman belakang sekolah.

Merasa penasaran, Adel berjalan mendekat dan bersembunyi di balik tembok yang memisahkan jarak di antara mereka.

Sepasang kekasih yang sedang bertengkar itu tengah mempermasalahkan percintaan di antara mereka. Dan lebih mengejutkan, mereka meributkan tentang Kevin yang selalu mengutamakan kepentingan Adel dibanding kekasihnya.

Hening beberapa saat. Hingga Kevin tiba-tiba berjalan mendekat, mengecup pipi kekasihnya itu.

' Duh sial!! Harusnya gue nggak penasaran dengan urusan percintaan mereka. Gue harus cabut. '

Adel berjalan dengan tergesa-gesa tanpa sepengetahuan mereka berdua. Dia pergi menuju ke kantin menemui Cilla yang sedari tadi telah menunggu kedatangannya.

" Buru-buru banget. Takut keburu masuk ya. " ejek Cilla.

Adel hanya mengangguk singkat dan menyantap makanan yang telah Cilla pesan untuknya.

" Oh ya, gimana kabarnya kak Bas? "

" Entahlah, gue nggak tahu. "

Cilla sedikit ragu untuk menanyakan hal yang mungkin akan menganggung Adel.

" A-Adel. Gimana soal pengirim misterius itu? "

Adel hanya menggelengkan kepala, dia juga tidak mengetahui siapa sebenarnya pengirim misterius itu.

" Apa lo sama sekali nggak curiga sama kak Bas. Lo tau sendiri kan dia suka banget sama lo dari kelas sepuluh. " ucap Cilla.

" Gue nggak yakin dia pelakunya. Belum ada bukti sama sekali kalau itu emang kiriman kak Baskara. "

Sementara dii rooftop, sudah ada Kevin yang tengah menyandarkan punggungnya di sandaran sofa yang sengaja disediakan untuknya dan teman-temanya. Ia sedang menunggu kedatangan Angga dan yang lainnya.

Kevin mengerutkan keningnya saat melihat kedatangan Cilla dari balik pintu.

" Ngapain di sini? Sana pergi, gua sibuk." titah Kevin.

Lelaki itu merogoh saku celana untuk mengambil rokoknya. " Kenapa? Buruan cabut. "

Cilla mengepalkan tangannya. " Gue ada urusan sama lo!! "

Kevin mengerutkan keningnya bingung. Dia menaruh kembali roko yang baru saja dia pegang dan berjalan mendekati Cilla yang masih senantiasa berada di ambang pintu.

" Ada apa? "

Plak

Tamparan yang Cilla layangkan mendarat tepat di pipi Kevin, yang membuatnya nyaris tersungkur.

" BRENGSEK!!! Manusia macam apa yang nggak tau masalah sepupu lo sendiri. Bahkan, lo sama sekali nggak curiga kalau Adel nyembunyiin sesuatu. "

" Dasar bego! " sambung Cilla yang pergi meninggalkan Kevin begitu saja.

Kevin tidak mengerti dengan apa yang barusan Cilla ucapkan. Sebenarnya, apa yang Adel sembunyikan darinya.

Angga dan teman-temanya telah datang sedari tadi. Mereka mendengar dan melihat apa yang barusan telah terjadi.

...----------------...

Berjam-jam proses belajar mengajar akhirnya selesai, bunyi bel pulang pun berbunyi. Semua murid antusias segera bergegas pulang untuk mengistirahatkan diri, setelah menghabiskan banyak tenaga dan pikiran.

Suara keributan memenuhi koridor di depan kelas XI IPA 2. Mereka sangat heboh hingga salah satu siswi berteriak histeris kegirangan melihat ketampanan cowok-cowok perwakilan kelas XI IPA 1 yang tiba-tiba saja berkunjung ke kelas mereka.

Meski telah mengetahui apa tujuan mereka datang kemari, yaitu tidak lain untuk menemui sepupunya Adelia.

" Adelia sayang. " Suara lembut dan hangat memanggil Adel yang tengah membereskan buku-bukunya.

Ini kali pertama Adel mendengar seorang Kevin Yolan, orang yang di kagumi seluruh siswi SMA 1 ANGKASA memanggil namanya dengan sebutan seperti itu.

Biasanya dia selalu memanggilnya dengan sebutan ' bocah ' nama panggilan yang selalu Kevin ucapkan pada Adel sejak kecil.

Kevin berjalan mendekat, mengelus puncak rambut Adel dengan sangat lembut.

" Lo sakit?"

Kevin segera menepis dengan lembut ketika Adel menyentuh keningnya, dan segera membereskan kembali buku-buku milik Adel ke dalam tas.

Melihat tingkah Kevin yang tidak seperti biasanya, membuat Adel bergidik ngeri.

Adel tidak henti-hentinya memperhatikan perubahan sikap yang Kevin berikan padanya. Biasanya mereka berdua selalu saja bertengkar, apalagi jika berada di rumah.

Namun meskipun Kevin selalu usil dan bertengkar dengan dirinya, dia sebenarnya sangat peduli serta baik padanya. Dia telah menganggap Adel sebagai adiknya sendiri, karena Adel satu-satunya anak dari keluarga ini.

Kedua kakaknya termasuk dirinya sendiri juga sangat menyayangi Adel. Mereka telah tumbuh bersama sejak kecil, karena Sofia adalah adik kandung dari papa Kevin.

Jarak kelahiran mereka berdua pun tidak jauh berbeda, hanya terpaut dua minggu lebih awal dari kelahiran Adel.

3. Untuk bercerita

Adel menatap ke arah Cilla yang sedari tadi duduk terdiam. Biasanya ketika saling bertemu, mereka berdua selalu saja bertengkar. Namun kali ini, baik Cilla maupun Kevin hanya diam tak saling menyapa.

" Cilla, lo kenapa? Kalian nggak lagi berantem kan? " tanya Adel menatap mereka bergantian.

Mereka berdua hanya diam tak ada satupun yang mau berbicara.

Cilla bangkit dari tempat duduknya setelah selesai membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Namun, langkahnya terhenti saat tiba-tiba Kevin menghadangnya.

" Angga, anterin Cilla pulang. " titah Kevin

Cilla menepis tangan Kevin kasar. " Gue bisa pulang sendiri. "

Dia pergi melewati Kevin begitu saja. Sementara itu, Kevin meminta Angga agar mengejar Cilla dan mengantarnya pulang.

Adel menatap curiga ke arah Kevin, dia merasa sesuatu terjadi di antara mereka berdua.

Sesampainya di parkiran, Adel mengerutkan keningnya bingung. Mereka berada di parkiran mobil dan bukan parkiran motor.

Pagi tadi mereka datang menggunakan motor, bukan mobil yang kini berada di hadapannya. Ini pertama kalinya Kevin membawa mobil miliknya pergi ke sekolah.

" Bukannya tadi pagi kita naik motor? Sejak kapan mobil lo ada di sini. "

Kevin tersenyum tipis sambil membukakan pintu mobil sebelum Adel masuk. " Silahkan masuk tuan putri. "

" Gue nggak mau masuk. Jelasin dulu semuanya sekarang juga. " pinta Adel.

Kevin diam masih berada di posisinya, pintu mobil dibiarkan terbuka begitu saja.

" Kevin, jelasin!! "

Kevin menghela napasnya pelan. " Nanti gue jelasin. Sekarang kita pergi dulu. "

Dengan terpaksa, Adel pun menuruti apa yang Kevin ucapkan. Dia segera menutup pintu dan berjalan memutar ke sisi pintu kemudi.

Kevin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Adel. Selama perjalanan, sesekali dia menoleh ke sebelahnya mendapati Adel yang tengah duduk menatap ke luar jendela.

Tak lama kemudian, Kevin menghentikan mobilnya di parkiran kedai es krim langganan mereka. Mata Adel seketika berbinar, ia segera turun dari mobil dan pergi tanpa memperdulikan Kevin.

...----------------...

Bel sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu. Dia berjalan menuju ke arah kelasnya, dengan langkah yang sedikit sempoyongan. Pakaiannya sedikit berantakan, serta wajahnya terlihat pucat.

Beberapa murid yang masih lalu lalang di koridor, menatap ke arahnya penasaran tentang kondisinya.

Setibanya di depan kelas, dia melangkah masuk berjalan ke tempat duduknya. Dia langsung mendudukkan diri di atas bangku miliknya.

" Tumben telat. Dari mana aja lo? "

Angga masih belum menyadari kondisi Kevin, hingga tiba-tiba saja Kevin ambruk kesakitan. Tubuhnya panas dan mengeluarkan banyak keringat dingin. Angga terkejut dibuatnya, dia segera membantu mengangkat Kevin dan menyadarkannya di dinding.

" Lo kenapa vin. Marvin, lo cepetan ke UKS bawa obat. "

Marvin segera bergegas menuju ke UKS untuk mengambil obat. Semantara Angga dan David, dia berusaha menenangkan Kevin dan mengelap keringatnya.

Semua murid yang ada di kelas berteriak histeris saat mengetahui Kevin tiba-tiba ambruk. Mereka berbondong-bondong menghampiri ke arah Kevin.

Salah satu dari mereka segera berlari keluar kelas untuk menemui seseorang.

Ketua kelas datang memastikan bahwa Kevin baik-baik saja, dia juga mencoba membantu mengelap keringat di wajah Kevin. Namun seseorang menepis dan menghadang agar menjauh darinya.

" Menyingkir!!! Biar gue yang urus. "

" E-eh, gue cuman bantuin aja. Lagian gue ketua kelas di sini, gue bertanggung jawab jika terjadi sesuatu di kelas kita. " Jelasnya.

Seseorang berlarian dengan langkah cepat, sampai-sampai dia tidak sengaja menabrak orang di depannya.

Bruk

Mereka berdua terjatuh bersamaan, saling meringis kesakitan.

" Kalau jalan pake mata. Punya mata nggak sih lo. "

Dia membangunkan temannya secara hati-hati

" Lo nggak apa-apa kan? " ucap Cilla.

Gadis itu segera bangun dan merapihkan pakaiannya tanpa memperdulikan seseorang yang dia tabrak di depannya. Segera gadis itu beranjak bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.

" Sialan. Minta maaf lo sekarang!! " teriak Cilla tak terima.

Cilla mendengus kesal karena gadis itu sama sekali tidak merasa bersalah telah menabrak Adel hingga lututnya sedikit terluka.

" Udah Cilla, nggak apa-apa. Kita harus segera ke perpus, murid yang lain udah nunggu. "

Dengan kesal Cilla menoleh ke arah Adel, dia mengapalkan tangannya saat seseorang itu telah menabrak sahabatnya dan tidak meminta maaf kepadanya.

Mereka berdua akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya menuju Perpustakaan. Namun, mereka tak sengaja melihat Marvin berlarian membawa obat dan sebotol air minum.

Adel menghentikan Marvin yang tengah terburu-buru. " Marvin, ada apa. Buat siapa obat itu. "

" Kevin. Kevin, dia sakit. "

Cilla menegang, berjalan mendekati Marvin. " Apa lo bilang. Kevin sakit. " ucap Cilla penuh kekhawatiran.

Marvin hanya mengangguk. Tanpa berpikir panjang, Cilla segera bergegas untuk menemui Kevin. Sedangkan Adel, dia mencari seseorang untuk membantunya membawakan buku paket ke kelasnya terlebih dahulu.

Semua orang masih berkerumun melihat kondisi Kevin yang semakin memburuk. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa Kevin tiba-tiba sakit seperti ini.

" Kevin!!! "

Seorang gadis yang menerobos masuk menyingkirkan orang-orang yang mengerumuni Kevin. Dia segera mengelus puncak rambut Kevin dengan hati-hati dan segera mengelap keringatnya.

Gadis itu sangat panik, dia sama sekali tidak menyadari apa yang sedang dia lakukan saat ini.

Kevin tersenyum tipis saat tangan kecil Cilla menyentuh puncak kepalanya. " Cilla. " lirih Kevin memegang kedua tangan Cilla.

" Lo kenapa vin? Kok bisa kayak gini. " tanyanya penuh khawatir.

" Hah... Gue nggak apa-apa Cilla, santai aja. "

" Diem. Nggak usah banyak ngomong. "

Tak lama kemudian, Marvin datang dengan membawa obat dan air minum. Cilla segera membantu Kevin untuk meminum obatnya.

Meski telah meminum obat dan menunggu beberapa menit, panas di tubuh Kevin masih saja belum turun.

Cilla segera menyuruh Angga untuk membawa Kevin pergi ke rumah sakit. Namun, seseorang menghentikannya.

" Tunggu! Biar gue yang ambil alih. "

Deg... Deg...

Seketika langkahnya terhenti. Cilla mulai menjauh saat gadis itu mendekati Kevin. Dia meminta Angga untuk membantu memapah Kevin.

" Biar gue yang urus. Semuanya kembali ke tempatnya masing-masing. "

Liana Vernandia, gadis manis dengan parasnya yang cantik. Dia adalah primadona di sekolah, hubungan mereka telah terjalin sebelum kenaikan kelas beberapa minggu yang lalu.

...----------------...

Kevin mengerjap membuka kedua matanya perlahan. Kepalanya masih terasa pusing, dia sama sekali tidak punya tenaga untuk beranjak dari tempat tidurnya.

Kevin melihat sekeliling tidak menemukan keberadaan kekasihnya itu. Hanya ada Adel yang senantiasa duduk berjaga di sebelahnya.

" Mana Liana? Kenapa lo yang ada di sini. "

Adel berdecak kesal, bisa-biasanya dia menanyakan orang yang bahkan tidak peduli dengan dirinya.

" Gue nggak tahu. Yang jelas, gue nggak mau tahu. "

Kevin menghembuskan napasnya pelan. " Bantu gue bangun. "

Adel beranjak dari tempat duduknya, membantu membangunkan Kevin. Dia menyandarkan punggung Kevin di tepi ranjang.

Adel memperhatikan Kevin yang kini tengah duduk bersandar, sambil memainkan ponselnya.

" Pagi tadi lo dari sana kan? "

Kevin terdiam, dia menoleh ke arah Adel dan tersenyum tipis.

Suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan mereka berdua. Seseorang datang mendorong kursi roda di tangannya.

" Mau pulang sekarang? Mobilnya udah siap. "

Kevin mengangguk dan meminta David untuk membantunya.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke tempat parkir. Sesekali David menoleh ke arah Adel yang berada di sampingnya, menanyakan lutut Adel yang sebelumnya telah di obati.

" Lutut lo udah mendingan kan? " tanyanya.

Adel tersenyum lebar. " Udah mendingan kok. Makasih ya udah bantu. "

Dalam perjalanan pulang, hening tak ada seorang pun yang bersuara. Kevin hanya sibuk dengan ponsel di tangannya. Sementara Adel, dia terlelap tidur di kursi belakang dengan tas yang berada di pelukannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!