Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Remy yang sedang rebahan mengabaikannya dan melanjutkan bermain game.
Tok... Tok... Tok...
Remy tetap mengabaikannya, hingga ketukan pintu menjadi semakin kencang dan kuat.
"Siapa sih, ganggu orang lagi main aja." gerutu Remy kesal.
Pria itu menyimpan ponselnya ke dalam saku dan berjalan menuju pintu.
Dia membukanya perlahan, menunjukkan siluet seorang wanita paruh baya dengan handuk yang menopang rambutnya.
Remy terkejut, dan langsung terburu-buru ingin menutup pintunya lagi.
Namun, wanita paruh baya itu menahan pintu, urat-uratnya terlihat membuat Remy semakin ngeri.
"Brengsekkk...." umpat Remy dalam hati, dan...
Brak!
Pintu terbuka, membuat Remy langsung mengubah ekspresinya menjadi senyuman manis.
"Halo.. Bu Sari" sapa pria itu, suaranya sedikit gemetar menahan rasa takut.
Bu Sari menggertakan giginya, "Bu Sari, Bu Sari." ujarnya dengan nada tinggi. "Bayar sewa sini, udah tiga bulan lo nunggak!"
Remy tersenyum masam, "Yaelah, bu... Pengertian dikit napa." katanya. "Bu Sari kan tau sendiri kalo saya pengangguran banyak kesibukan." di tambahi sedikit candaan. Jelas sekali mereka cukup akrab.
"Udah tau pengangguran, bukannya cari kerja malah maen gameee melulu." ucap Bu Sari geram. "Bayar sewa kost cepet. kalau enggak, keluar dari kost nanti malem. Banyak yang mau ngekost di sini Rem, bukan elo doang."
Remy merogoh saku nya, menemukan selembar uang sepuluh ribu.
Ia mengeluarkan uang itu dan memberikannya kepada Bu Sari, "Segini dulu boleh enggak bu?" tanyanya dengan nanda memelas.
"Enak aje!" kata Bu Sari seraya mengambil uang itu dengan cepat. "Gabisa lah! Pokoknya kalau enggak lo bayar sampe nanti malem, keluar dari kost ane."
"Bangke nih emak-emak.." gerutu Remy dalam hati. "Udah di ambil bilangnya gabisa."
Dia menghela napas, kemudian berkata. "Yaudah, nanti saya bayar deh. Saya cari dulu tapi uangnya."
"Ane kasih waktu sampe nanti malem, pokoknya harus dibayar!" seru Bu Sari, sebelum akhirnya pergi dari tempat itu.
Remy menatap bu Sari, matanya jelas memancarkan kekesalan.
Bu Sari berhenti dan menoleh ke arah Remy, dilihatnya Remy tersenyum kepadanya.
"Hisshh!!" dengus Bu Sari memalingkan pandangannya kembali ke depan sambil menggerutu.
Remy menutup pintu dan masuk kembali ke kamarnya. "Gimana pula cara bayarnya." gumamnya sambil memegang dahi.
Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu rebahan lagi di kasurnya.
Remy memainkan jarinya di ponsel, mencari-cari cara mendapatkan uang di Youtube.
> Search: Cara mendapatkan banyak uang dalam waktu kurang dari semalam 100% no hoax....
Ketiknya di pencarian, sebelum akhirnya menekan tombol enter.
Beberapa video muncul di setelah dia menekan tombol enter.
> Search: Cara mendapatkan banyak uang dalam waktu kurang dari semalam 100% no hoax
> 4 Cara mendapatkan 10 juta dalam sehari..
> Aplikasi penghasil uang 2024..
> Cari uang di internet, kerja online di bayar perhari..
Mata Remy menelusuri video-video tersebut, kali aja ada yang menarik perhatiannya.
"Gila, 10 Juta dalam sehari.." bisiknya, hampir tak terdengar. "Ketahuan banget clickbaitnya."
Sebuah notifikasi muncul di ponselnya..
> Baterai Anda sisa 10% harap untuk mengisi daya.
"Yaelah.." Remy mendengus kesal, "Udah abis aja baterainya."
Matanya mencari-cari charger di seluruh kamar, eh ternyata chargernya di sampingnya.
Dia bergegas mencolokkan kabel charger ke ponselnya, lalu tidur terlentang menatap atap.
"Minta uang ke keluarga aja kali ya buat bayar kost?" pikirnya, di barengi dengan ketawa pahit. "Oh iya, keluarga kan udah pada meninggal semua karena kecelakaan tahun lalu."
"Hufttt" Remy menghembuskan napas panjang. "Gini amat hidup."
Pria itu bangkit dari tidurnya, udah berasa bangkit dari kubur.
Mata cokelatnya melirik ke arah tali yang berada di meja, membuat pikirannya terlintas hal-hal aneh.
"Bunuh diri aja kali ya?" batinnya. "Nyusul keluarga."
Tanpa pikir panjang, Remy berjalan mengambil tali itu. Mengambil kursi untuk mengikatnya di atap, memberikan sebuah ruang untuk kepalanya masuk.
"Selamat tinggal, dunia..." ucap Remy dalam hati, sambil tersenyum lembut.
Dia memasukkan kepalanya ke dalam tali itu, lalu menendang bangku yang menopang kakinya.
"Ugh!" rintih Remy kesakitan, napasnya tertahan. "Sakit banget anjing..!!" teriaknya dalam hati, menyesal karena bunuh diri.
Dia memegang tali yang menjerat lehernya dengan kedua telapak tangannya, mencoba untuk melepaskan diri.
"Gue ga jadi bunuh diri!" serunya dalam hati, karena mulutnya tak bisa terbuka. "Tolong..!!"
[Selamat datang, Host! Sistem "All-In-One" telah terikat dengan Anda]
Sebuah suara mekanis muncul di dalam pikiran Remy, membuat dirinya terkejut.
Bruk!
"Aduh" Pria itu terjatuh karena tali yang patah, napasnya tersengal-sengal seperti orang yang hampir mati. Emang hampir mati sih tadi.
Setelah napasnya sedikit kembali normal, Remy tiba-tiba merinding. "Tadi, suara apaan?" gumamnya.
[Hai Host! Itu suara saya!]
"Sialan!" Seru Remy melompat karena terkejut, "Siapa lo?!" teriaknya.
[Saya adalah sistem "All-In-One" yang dapat mengabulkan segala hal yang di inginkan oleh Host!]
Mendengar dapat mengabulkan segala hal yang di inginkan, matanya berkilat penuh ketamakan.
"Serius nih?" tanya Remy. Ekspresinya sedikit tak percaya, tapi berharap juga.
[Serius!!]
Remy tertawa seperti orang gila, hingga mengeluarkan air matanya karena tertawa. "Anjir, yang bener aja?" tanyanya lagi.
[Bener!!!]
Remy menghentikan tawanya, mengusap air mata yang jatuh sedikit di kelopak matanya.
"Udah gila gue kayaknya." batinnya panik, "Sampe muncul suara di kepala gue."
Sebuah layar biru holografis muncul di hadapannya, membuat Remy semakin yakin bahwa dia sudah gila.
[-_-]
[...]
[Anda tidak gila Host! Saya benar adanya]
"Yaudah, seterah lo aja deh." balas Pria itu yang tampak tak peduli.
[Host sekarang pengin apa?]
"Pengin buang air besar." jawab Remy asal, tak menanggapi suara di dalam pikirannya dengan serius.
[Di mengerti! Host sekarang ingin buang air besar...]
"?!" Remy terkejut, tiba-tiba saja dia ingin buang air besar beneran!
Dia langsung berjalan keluar kamar, bergegas lari menuju toilet, melewati dua pria yang sedang bermain game.
Melihat Remy yang lari sangat kencang mereka berdua tertawa.
"Pasti kebelet berak tuh." kata Yudha, pria berkulit putih, sambil cengengesan. Matanya yang sipit ikut senyum saat dia tertawa.
Alfan, pria berkulit coklat manis, tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Yudha.
"Udah pasti itumah." ucapnya nyengir. "Tapi mata lu jangan ikut ketawa juga lah, Yud."
Yudha menghentikan tawanya sejenak, untuk berkata "Yeuu, bangsat lo fan"
Mereka berdua kembali tertawa kencang, seolah tak memiliki beban hidup.
Wajar aja, mereka kan anak orang kaya, enggak ada yang tau juga alasan dua orang elite seperti mereka, kenapa mau ngekost disini.
...***...
Remy berjongkok di toilet, sedang membuang air besarnya.
"Hmm" Wajahnya terlihat serius, lagi mikirin sesuatu.
Dengan gayung di telapak tangannya, dia mengambil air dari ember.
"Sistem" panggil Remy, nadanya sangat serius.
[Saya disini, Host!]
Pria itu tersenyum licik, "Lo bisa ngabulin semua permintaan gue?" tanyanya dalam hati.
[Tentu saja!]
"Minta duit sepuluh juta cash buat bayar kost" pintanya dengan nada memelas, dalam hati agar tidak di kira gila ngomong sendiri di toilet.
[Di mengerti!]
Setumpuk uang seratusan ribu muncul di telapak tangan kirinya, jumlahnya pas 10 juta!
"WANJINGGG BENERAN BISA!!" teriak Remy sangat keras dari dalam toilet, Yudha dan Alfan sampai mendengarnya.
"Kenapa lo Rem?" tanya Alfan santai, sedikit kencang agar Remy dengar.
"Abis dapat jackpot kayaknya." ujar Yudha, sambil memutar lagu Mahjong Ways (Clear) – Mikro Makro.
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, berjoget ringan mengikuti alunan lagu.
Remy keluar dari toilet, langkahnya percaya diri sekali.
Saku kiri dan kanannya menggelembung, menunjukkan sedikit lembaran ratusan ribu rupiah.
Alfan dan Yudha memperhatikan Remy yang keluar dari toilet.
"Ngapa lo?" tanya Alfan, melihat gaya berjalan Remy yang sok banget.
Remy tak menjawabnya, wajahnya di penuhi senyuman.
"Udah gila nih anak" kata Yudha cengengesan.
"Beneran dapet jackpot kayaknya Yud." ucap Alfan, yang pertanyaannya tak kunjung di balas Remy.
Yudha mengangguk, "Iya kayaknya."
Remy duduk di bangku dekat mereka, "Ada rokok ga?" tanyanya.
"Tuh" balas Yudha, matanya mengarah ke bungkus rokok L.A ice purple.
"Ambil satu yak." ujar Remy. Dua pria lainnya mengangguk.
Dia mengambil satu batang, lalu menaruh di bibirnya. "Mana koreknya?"
Alfan menyodorkan korek kepadanya, Remy langsung mengambil dan membakar ujung rokoknya.
"huffttt~" dia menghembuskan asap rokoknya, terasa sangat menyegarkan.
"Lo kenapa Rem?" tanya Alfan, kali ini nadanya terdengar tak bercanda.
Yudha mengangguk pelan, "Iya, kenapa lo?"
Remy menggelengkan kepalanya. "Enggak," balasnya.
"Mobile Legend ga?" tanya Yudha, yang dari tadi masih di lobby bersama Alfan.
"Low baterai, lagi di cas tuh di kamar" ujar Remy, matanya menelusuri halaman kost.
"Bu Sari di mana btw? Kok ga keliatan" tanyanya, tak menemukan Bu Sari di halaman kost. "Padahal mau bayar sewa kost."
Mata Yudha dan Alfan terbelalak, mereka mengerutkan keningnya mendengar seorang 'Remy' ingin membayar kost.
Plak!
Yudha menampar pipi Remy keras-keras. Dia merasa aneh dengan perilakunya, masa iya seorang Remy yang lebih milih ga makan buat top up mau bayar kost?
"Lo masih sehat kan?" kali ini Yudha serius, di ikuti anggukan Alfan yang merasa setuju.
"Bangsat" umpat Remy, sambil memegang pipi nya yang baru saja di tampar Yudha. "Yang gila itu elo anjing tiba-tiba nampar."
Yudha nyengir mendengar umpatan Remy, "Abisnya, kelakuan lo enggak kayak biasanya."
Mereka bertiga tertawa, seolah kelakuan sampah begitu sudah biasa bagi mereka.
Tiba-tiba, Bu Sari muncul dari gerbang, memperlihatkanya senyumnya yang sumringah.
"Itu Bu Sari, katanya mau bayar kost." tunjuk Alfan ke Bu Sari.
"Oke, Thanks." dia langsung berdiri dan berjalan mendekati Bu Sari.
Terlihat, Bu Sari tengah melayani seseorang yang sepertinya akan menjadi pelanggan barunya.
"Bu Sari!" panggil Remy, matanya sedikit melirik ke arah orang yang sedang di layani Bu Sari. Seorang Wanita!
Bu Sari menoleh ke belakang, melihat wajah Remy aja ekspresinya langsung berubah menjadi malas.
"Kenape? Udah dapet duitnya?" tanya Bu Sari, suaranya terdengar sangat malas.
"Ngeselin abis.." gerutu Remy dalam hati. "Gausah gue bayar aja kali ya."
Ekspresi Remy berbeda jauh dengan hatinya, dia tersenyum kepada Bu Sari.
Dia mengeluarkan uang 10 juta dari kantongnya, "Ini Bu, sekalian bulan ini." ujar pria itu.
Bu Sari menjadi senang melihat segepok uang di telapak tangan Remy, tanpa basa-basi ia langsung mengambil uangnya.
Remy menatap Bu Sari yang tengah menghitung lembaran uang di tangannya dengan mata berbinar.
Tiba-tiba, Yudha menepuk punggung Remy lumayan keras. "Gile, duit dari mana Rem? Ngepet yak?"
Alfan berjalan di belakang Yudha, kedua lengannya di saku melihat ada wanita di sana. Sok cool banget emang.
"Elo kali yang ngepet!" seru Remy memasang ekspresi kesal.
Kelakuan mereka bertiga membuat wanita itu tertawa kecil, telapak tangannya yang kecil menutupi mulutnya. Rambut hitamnya yang lurus tergerai.
"Gila, cantik banget anjir?!" teriak mereka bertiga bersamaan dalam hati. Sinkron banget emang udah kayak saudara.
Yudha melangkah mendekati wanita itu, memberikan senyuman lembut. "Mau kost di sini?"
Wanita itu mengangguk kecil, membalas senyuman Yudha. "Iya" katanya.
"Kenalin, gue yang megang daerah sini." ucap Alfan dari belakang, kedua tangannya masih masuk ke dalam saku celana.
Mendengar ucapan Alfan, Remy dan Yudha tertawa terbahak-bahak.
"Megang retri aja takut, sok sokan megang daerah sini." ejek Remy kepada Alfan, yang selalu menolak menjadi jungler ketika mereka bermain Mobile Legend.
"Itu beda lagi Rem, bawa retri di Emel mah udah serasa bawa nama keluarga anjir." bela Alfan, menyangkal ejekan Remy.
Mata Yudha berputar malas, lalu berkata. "Itumah emang lo nya aja yang indomaret!"
Mereka tertawa lagi, kali ini mungkin lebih kencang dari sebelumnya.
"Udah sono ah pergi," kata Bu Sari mengusir mereka bertiga. "Ane mau nganter nona Laila ke kamarnya."
"Nona?" ulang Remy dalam hati, merasa janggal dengan sebutan Bu Sari kepada wanita itu.
Dia kembali mengamati wanita yang dipanggil 'Nona' itu, dan semakin merasa ada yang tidak biasa.
Laila mengenakan blouse putih polos dari Hermès yang tampak sederhana namun berbahan sutra halus, memancarkan kesan mewah.
Celana panjangnya dari Chanel dengan potongan yang rapi, membingkai kaki jenjangnya tanpa cela.
Sepatu yang membalut kakinya adalah Christian Louboutin, dengan hak tinggi berwarna nude yang terlihat elegan namun tidak mencolok.
Tas tangan yang ia bawa adalah Birkin dari Hermès, terbuat dari kulit buaya yang berkilau lembut di bawah cahaya, memberikan kesan understated luxury.
Aksesori lainnya? Hanya anting-anting kecil dari Cartier, sebuah gelang tipis emas putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jelas terlihat dari desain halus namun berkelas.
Bu Sari melangkah pergi meninggalkan tiga pria yang sedang tertawa, kecuali Remy.
Laila mengikuti Bu Sari dengan tenang, langkahnya ringan tapi berkelas.
Saat ia melewati Remy, aroma parfum yang sempat tertinggal jelas terasa. Parfum itu, meski sederhana, memancarkan kesan mewah.
Remy mengenalinya sebagai salah satu dari koleksi ZARA, mungkin Femme, dengan campuran wangi buah pir yang segar dan sentuhan hangat dari vanila serta kayu cendana.
Meski bukan parfum dari brand high-end, aroma tersebut tetap terasa mahal dan elegan, mencerminkan gaya Laila yang sederhana namun tetap anggun.
...***...
Setelah selesai di luar, Remy duduk di kamarnya sendirian, memandangi ponselnya yang baterainya hampir penuh.
"Sistem, lo ngasih gue 10 juta emang enggak bakalan inflasi?" tanya Remy.
[Tidak]
"Lho, kok bisa?" tanyanya lagi, merasa penasaran.
[Tidak ada inflasi di sini karena saya menggunakan nilai mata uang yang tetap stabil]
"Hah? Stabil? Gimana sih?" Remy mengernyit.
[Tidak seperti dunia asli, di mana harga barang-barang dan jasa berubah berdasarkan berbagai faktor ekonomi, sistem ini berfungsi dalam ruang yang terisolasi. Inflasi terjadi karena permintaan yang lebih besar dari penawaran, atau uang yang beredar terlalu banyak. Di sini, pasokan dan permintaan tetap diatur sepenuhnya oleh Sistem.]
Remy merenung sejenak, mencoba mencerna penjelasan Sistem yang terasa agak rumit. "Jadi intinya... lo kontrol semuanya biar harga nggak berubah-ubah?"
[Tepat sekali. Saya memastikan agar semua nilai tetap konstan sesuai dengan keadaan saat ini. Dengan begitu, Anda tidak perlu khawatir tentang uang yang Anda dapatkan kehilangan nilainya seiring waktu.]
Remy tertawa kecil. "Gila, berarti gue nggak perlu takut foya-foya dong."
Remy duduk kasurnya, memegang ponselnya melihat story instagram teman masa SMA-nya yang udah pada sukses.
"Kok bisa ya.." pikirnya, mengenang masa SMA-nya yang sangat nakal. "Nakal bareng, minum bareng, tawuran bareng, tapi kok mereka sukses gue enggak?"
"Yaudah lah... lagian, sekarang gue punya sistem all-in-one" ucap Remy menenangkan dirinya, mengalihkan pandangannya ke televisi yang masih menyala.
Remy meraih remote dan menaikkan volume televisi. Suaranya malas-malasan, "Ah, berita apalagi nih…."
Di layar, muncul logo PT Trinova Global. "Trinova, perusahaan teknologi yang baru berdiri lima tahun lalu, kini mencapai rekor pertumbuhan tertinggi di Indonesia, bahkan berhasil menembus pasar internasional…" suara reporter berkumandang.
Remy mengerutkan kening, tertarik setengah hati. "Ini perusahaan apaan sih… belum lama muncul udah segitu gede aja?"
Reporter di layar lanjut berbicara tentang teknologi canggih yang mereka kembangkan, dari software bisnis sampai AI buat industri besar. Semua orang masih bertanya-tanya, siapa sosok CEO Trinova yang misterius ini. Tiap kali media coba gali, orang ini selalu berhasil ngilang.
"Seriusan tuh orang sembunyi?" gumam Remy kagum, sedikit iri juga sih. "Gimana caranya jadi bos gede tapi nggak kena kamera sekali pun?"
Dia membayangkan gimana rasanya jadi si CEO misterius itu. "Kalo jadi dia enak banget sih kayaknya." Sekilas, Remy menghela napas panjang, sebelum akhirnya suara sistem memecahkan fokusnya.
[Mendeteksi keinginan Host... Identitas Host saat ini adalah CEO PT Trinova Global]
Remy terdiam sejenak, mencerna kejadian yang sangat tak masuk akal itu.
Pria itu menggelengkan kepala, yakin bahwa dia salah dengar.
Dia terpaku, kaget sekaligus bingung. Ia memandang sekeliling kamarnya yang berantakan.
Tidak mungkin kan CEO perusahaan teknologi besar tinggal di tempat seperti ini? Apa mungkin ini hanya ilusi atau semacam lelucon aneh? Namun, rasa penasaran mengalahkan keraguan dalam dirinya.
"Sistem, lo bisa jelasin nggak? Kok tiba-tiba gue jadi CEO segala?" tanya Remy sambil menggaruk kepalanya, sedikit ragu namun juga penasaran.
[Sistem telah aktif berdasarkan hasrat terdalam Host untuk perubahan. Semua akses dan kontrol PT Trinova Global kini berada di tangan Anda. Silakan periksa dashboard CEO untuk informasi lebih lanjut.]
Tiba-tiba layar ponselnya berubah, menampilkan antarmuka yang futuristik dan penuh informasi tentang perusahaan.
Di sana, terpampang laporan keuangan, proyek yang sedang berjalan, bahkan rencana ekspansi perusahaan ke luar negeri. Semua begitu nyata dan detail.
Remy tertawa kecil, separuh tidak percaya. "Wah, serius nih? Gini doang langsung jadi bos besar?"
Matanya berbinar penuh antusias, membayangkan berbagai kemungkinan yang bisa ia lakukan.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Remy. "Siapa tuh? Bu Sari kah?" gumamnya.
Dia beranjak dari kasurnya, berjalan menuju pintu. Dan ketika dia membuka pintu... Lah, Laila? Ngapain dia?
"Laila, ya?" tanya Remy, sok lupa namanya.
Laila tersenyum manis lalu memberikan roti bakar yang masih terasa hangat.
Remy membalas senyuman Laila, menerima roti bakarnya. "Makasih.." ujarnya.
Laila mengangguk pelan, dan langsung berjalan pergi dari sana.
Remy melihat punggung Laila yang berjalan pergi, memperhatikan tubuh bak gitar spanyol Laila yang di tutupi pakaian brandednya.
"Gacor bener ya, Rem." ucap Yudha yang tiba-tiba berada di samping kanan Remy.
Alfan yang berada di samping kirinya, mengangguk setuju kepada Yudha. "Iya, kayak gitar spanyol gitu badannya."
Kamar kost mereka samping-sampingan, jadi ya Remy udah enggak kaget lagi kalau tiba-tiba Yudha atau Alfan berada di sampingnya.
"Btw soal gitar, gue pinjem gitar lu bentar dong Yud." ucap Remy mengalihkan pembicaraan. "Mau nyobain sesuatu gue."
Yudha menunjuk kamarnya dengan jempol, "Ambil ae di kamar gue," katanya, sambil melangkah menuju motor Ducati Panigale V4 "Gue mau jalan ama Celine."
"Tumben enggak bawa mobil Yud." celetuk Alfan, duduk di kursi sambil mengambil sebatang rokok dari bungkus.
"Macet parah jakarta sekarang mah, enggak kuat gue fan." jawab Yudha, menaiki motornya sambil memakai helm.
Remy tertawa kecil melihat Yudha yang dengan santainya berangkat naik Ducati Panigale V4 miliknya.
"Anak Sultan, tiap hari bisa beda kendaraan buat kencan," gumam Remy.
Alfan menyeringai sambil menyalakan rokoknya, menghembuskan asap perlahan.
Remy mengangguk setuju sambil masuk ke kamar Yudha, mencari gitar yang disebut tadi.
Di sudut kamar, gitar akustik Yudha bersandar rapi. Dari penampilannya aja udah kelihatan kalau itu gitar mahal.
Dia keluar dari kamar Yudha, duduk di samping Alfan yang lagi merokok.
"Mau gue gitarin enggak fan?" tanya Remy, nadanya tengil banget.
"Idihh.... Sebel deh... Mau di maenin gitar sama mas Remy yang ganteng banget.." Alfan menatap Remy dengan tatapan nakal, suaranya di imut-imutin.
Bukannya mereka gay, tapi bercandaan begitu emang udah biasa bagi mereka. Gila? jelas, tapi mereka masih normal kok.
"Najis banget setan." ucap Remy, berpura-pura muntah.
Alfan tertawa melihatnya, "Boleh deh, gue Request lagu Lantas by Juicy Luicy" ujarnya.
"Bentar.. Rokok dulu," kata Remy, mengambil satu batang rokok dari bungkus Alfan.
Sebelum Remy membakar ujung rokoknya, Alfan menyadari sesuatu.
"Eh Rem, emang lu bisa maen gitar?" tanya pria itu, beneran ga tau dia. Abisnya, Remy setiap di suruh main gitar selalu aja ada alasannya.
"Ga bisa lah anjir." balas Remy dalam hati. Mana mungkin bisa di dengar Alfan.
Sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya, Remy tenggelam dalam pikirannya.
"Sistem, minta skill main gitar paling jago dong." ucap Remy dalam benaknya.
[Mendeteksi keinginan Host...!! Memberikan skill gitar terhebat sepanjang masa milik "Jimi Hendrix" yang telah di sesuaikan dengan zaman]
Setelah asap habis dari mulutnya, Remy menjawab Alfan. "Bisa lah, maen gitar doang mah kecil."
Alfan mengerutkan dahi, terlihat skeptis. "Seriusan, Rem? Enggak percaya gue asli."
"Udah deh, tonton aja," balas Remy, tak terlalu menggubris ucapan Alfan.
Dia menyesuaikan posisi duduknya, memastikan semua senar dalam kondisi baik.
Ketika Remy mulai memainkan chord pertama, jari-jarinya secara otomatis menari di atas senar, mengeluarkan melodi yang sangat indah dan harmonis.
"Eh, kok bisa?" Alfan tertegun, matanya membesar melihat perubahan mendadak pada Remy.
Dengan percaya diri, Remy melanjutkan permainan gitarnya.
Dia tidak hanya memainkan chord, tetapi juga menambahkan variasi dan arpeggio, seolah-olah dia sudah memainkan gitar seumur hidupnya.
Suara lembut gitar menggema di dalam kamar kost yang sederhana itu, menciptakan suasana yang lebih hidup.
"Rem, serius lu belajar di mana?" tanya Alfan, masih tidak percaya. "Dari mana tiba-tiba jago gini?"
Remy hanya tersenyum lebar, tidak mau menjelaskan. Dia merasa seperti di atas awan, menikmati momen tersebut.
Musiknya mengalun indah, mengisi ruang dengan energi yang positif. Seakan-akan seluruh dunia di sekitarnya menghilang, hanya ada dia dan gitar.
Mendengar permintaan Alfan, dia melanjutkan ke bagian chorus lagu "Lantas" yang penuh emosi.
Suara senar bergetar, dan setiap petikan membawa semangat yang menular.
...
Lantas mengapa ku masih menaruh hati
Padahal kutahu kau t'lah terikat janji
Keliru ataukah bukan tak tahu
Lupakanmu tapi aku tak mau
Pantaskah aku menyimpan rasa cemburu
Padahal bukan aku yang memilikimu
Sanggup sampai kapankah ku tak tahu
Akankah akal sehat menyadarkanku
...
Alfan menatapnya dengan kagum, sesekali ikut menyanyikan lirik lagu tersebut.
Setelah menyelesaikan lagu, Remy menatap Alfan yang masih tertegun. "Gimana, enak kan?" tanyanya dengan nada sombong, masih merasakan adrenalin dari penampilannya.
"Anjing lo, Rem!" jawab Alfan, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Seumur hidup gue, enggak pernah denger orang main gitar lebih bagus barusan bangsat!"
Remy ketawa mendengar respon Alfan, "Bisa aja lo poke." katanya.
Remy lanjut main gitar bersama Alfan, menyanyikan lagu-lagu yang asik di nyanyikan menurut mereka.
Baik lagu-lagu lama maupun lagu masa kini, semua mereka nyanyikan asal menurut mereka asyik untuk di nyanyikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!