NovelToon NovelToon

MY FIRST LOVE = TUAN MAFIA

1

“See? Anakmu setiap hari selalu seperti itu bukan? Taukah kau Suamiku, kita menyekolahkan putri semata wayang kita itu tak pernah jauh dari rumah tapi lihatlah dia, bagaimana bisa jam 6 pagi selalu terburu-buru berangkat sekolah dengan alasan “TAKUT TELAT”. Bisa-bisanya anakmu terlalu rajin melebihi anggota dewan!” Protes Delia.

“Hey sayang, dia pun putrimu juga, anak kita. Apakah kau lupa?” Jawab Jarvas sambil menggelengkan kepalanya.

“Ya itu benar. Tapi tak habis pikir bagaimana bisa jarak antara rumah dan sekolah hanya 5 menit dan dia bilang terlambat! Oh Tuhan, sebenarnya apa yang dilakukan putriku disana? Apakah dia membantu satpam sekolah membukakan gerbang? Ck..” Delia masih menggerutu.

“Sudahlah sayang… Bagaimana pun putri kita itu memang sangat rajin dari kecil. Dia selalu takut terlambat padahal jam belajar masih lama. Dan yang paling penting dia selalu membuktikan hasil belajarnya pada kita tanpa membawa nama keluarga kita sama sekali, semua murni hasil jerih payahnya untuk membuktikan pada semua orang bahwa dia bukan anak manja yang selalu diberikan apapun oleh kita..

Ahhh, dan satu lagi. Aku berharap kalian berdua bisa mengurangi perdebatan oke. Kau harus sadar sayang, anak kita sudah beranjak remaja, pahamilah dia dan berikanlah sedikit kebebasan dan kepercayaan hmm”, pinta Jarvas memeluk istrinya.

“Sayang… Perlukah kita memberi tahu Dodi (Ojek antar-jemput sekolah) untuk selalu mengawasi putri kita? Bagaimana? Toh istri dan ibunya berjualan di kantin sekolah. Ahh rasanya aku terlalu takut bila putri kita diam-diam menjalin hubungan dengan seorang pria! Apa perlu kita memaksa untuk membawa mobil dan bodyguard? Ahh pasti dia menolak lagi dan memilih menggunakan ojek!” Delia.

“BIG NO! Biarlah asalkan dia bisa menjaga dirinya dan menggapai cita-citanya kau tak perlu risau. Ingat, berikan sedikit kepercayaan dan kebebasan. Look at me, putri kita sudah berumur 14 tahun dan dengan kemampuannya itu dia sudah menduduki bangku SMA. All is well!” Ucap Jarvas.

——————————————————————————————————————————

“Hay Lea. Sepulang sekolah nanti bisakah aku mengantarmu pulang?” Tanya Dadang.

“Maaf, aku sudah ada yang antar-jemput. Makasih ya Dang”. Ucap Elea lembut.

“Ah… Hahahaha… Ok, no problem Elea Hahaha… Kalau begitu aku ke kelas ya bye” Jawab Dadang kikuk.

“Shit!! Apa gua seburuk rupa itukah? Bisa-bisanya gua ditolak! Wait, ini penolakan ke-21 kali! Shittt!!! Kurang klimis kurang kinclong gimana lagiii Tuhan!!” Batin Dadang.

Elea hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.

Elea Inglebert

Gadis cantik berumur 14 tahun namun sudah menduduki bangku SMA. Memiliki tingkat IQ 140 (tingkat IQ sangat superior atau jenius). Anak semata wayang dari pasangan Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert. Elea atau lebih dikenal dengan sapaan Lea memiliki warna mata kehijauan yang ia dapatkan dari Vati (Ayah dalam bahasa Jerman) yang merupakan orang Jerman. Ia memiliki tinggi 167 cm dan tubuh yang sedikit berisi serta bagian b*k**g yang besar dan d*** yang besar pula (seperti Mutti \= Ibu dalam bahasa Jerman) sehingga banyak lelaki dari kalangan mana pun berusaha untuk mendapatkannya.

Namun sedari Elea berumur 1 tahun sudah dikenalkan Agama oleh kakak sepupunya yang merupakan seorang Ustadz sehingga Elea tumbuh dengan norma-norma Agama. Jangan lupakan bahwa Vati Jarvas merupakan seorang mualaf jauh sebelum mengenal Mutti Delia.

Walaupun begitu sebenarnya Elea ingin merasakan rasanya memiliki kekasih. Ya, ia tak munafik. Elea iri melihat sahabat bahkan teman-teman yang lainnya memiliki kekasih. Bisa berkeluh kesah, jalan-jalan, nonton dan lainnya. Tetapi dari hati kecilnya selalu menolak jika ia berdekatan atau sekedar memberi harapan pada lelaki manapun. Bagaimana pun Elea merupakan tipe pemilih.

Ada 1 orang yang Elea suka sedari Elea kecil. Lelaki tampan dan taat Agama serta menghormati orang tua dengan segala tutur bahasa santun dan selalu mem-bumi itu benar-benar membuat seorang Elea jatuh hati bahkan sedari Elea berumur 4 tahun. Elea menyukai lelaku itu karena setiap hari saat Elea belajar bela diri di halaman depan selalu melihat lelaki itu berangkat sekolah bersama teman-temannya. Sebut saja namanya Alan.

Alan merupakan tetangga Elea bamun rumah Alan berbeda blok dengan Elea. Bak mendapat lotre, pucuk di cinta ulam pun tiba, ternyata Elea berteman baik dengan adik-adik Alan yang kembar karna seumuran dengan Elea namun ia lebih dahulu menyelesaikan studi SMP-nya. Maklum anak jenius. (ceunah 😂)

——————————————————————————————————————————

“Le… Ben minta nomor hp mu apakah boleh?” Tanya Iva hati-hati karna takut sahabatnya kesal.

“Iva. You know me Va oh come on” kesal Lea.

“Hehehe….. I know Le but Ben always waiting you babe!” Jawab Iva.

“No” singkat padat jelas! Elea.

“Ummm, ok babe ok! Sorry hihihi…”

“Mmm Le. Apakah kau masih menunggu Alan? Apakah kau tak mau merubah haluan? Apa kau yakin Alan di Bandung sana tidak mempunyai kekasih? Le… Aku menyayangimu sahabatku! Aku tak ingin melihatmu selalu jadi stalker si Alan itu. Kenapa kau tak coba bicara dengan Vatimu itu mengenai Alan mungkin dengan bantuan Vatimu, Alan jadi sedikit tergugah hatinya untukmu” ucap panjang Iva.

“No Va. Bagaimanapun aku tak pernah menggunakan Vatiku soal apapun itu. Aku ingin ini berjalan mengalir saja dan yaa walaupun terkadang aku sangat ingin berbalas chat dengannya. Hahaha, jangankan untuk berbalas chat, nomor saja aku tak tahu” Jawab sendu Lea.

“Oh baby dont cry!! I’m sorry. Lea, kau sangat naif sebenarnya. Hey, kau cantik! Bodymu sexy, kau kaya, kau pintar, kau mempunyai segalanya. Cobalah sedikit menggodanya okey, pelan-pelan saja. Tolong jangan artikan menggoda itu hal negatif Babe. Cobalah kau mengomentari postingan fotonya atau sekedar like saja its oke Le..” Iva mulai memberi cara.

“Va, apakah aku harus mengikutinya? Menyukai naik gunung, menyukai alam terbuka, menyukai kebebasan seperti itu? Aku selalu berdebat hal ini dengan Muttiku, dan ya kau taulah jawabn Muttiku bagaimana!” Tanya Lea sedih.

“No. Be your self cantik! Tak perlu kau harus menjadi apapun dan siapapun karna kau tak membutuhkan itu. Kau hanya perlu “agresif” sedikit babe! Ahh kau ini pintar segala hal tapi mengapa soal percintaan kau bodoh” kesal Iva

“Haha, miris ya…” tak terasa air mata menetes di pipi Elea.

“Dont cry cantik. Aku selalu ada untukmu. Aku siap menjadi wadah segala keluh kesahmu. Walaupun aku tak bisa membantu lebih. Kau percaya padaku bukan?” Tanya Iva memeluk sahabatnya.

“Hmm…” Elea.

(Sekedar informasi. Cerita ini sebenarnya hampir 40% benar adanya namun semua nama dan lokasi kejadian serta pengembangan cerita agar menarik semuanya murni hanya karangan saja haha. Salam kenal dari “si anak tunggal”)

2

Setibanya di rumah, seperti biasa ia akan mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bersiap untuk pergi mengikuti acara perusahaan teman dari Vatinya.

Walaupun malas, tapi ia sebisa mungkin selalu mengikuti apapun yang Vati dan Muttinya inginkan terkecuali urusan hati.

Setibanya di Hotel Grand Ashkara, keluarga Ingelbert mendapat sambutan hangat dari tuan rumah dan tamu undangan lainnya. Bagaimana pun pengaruh Jarvas Ingelbert sangat besar, bisa dikatakan 97% mengusai di setiap bidang usahanya. Siapa yang tak mengenal Tuan Jarvas terutama istrinya Delia Djiwandono yang sangat rendah hati tanpa pandang bulu.

Tak banyak yang tahu sosok putri semata wayangnya. Sebagian besar hanya mengetahui namanya saja dan belum mengetahui bagaimana paras gadis tersebut. Sehingga saat acara ini berlangsung banyak kolega bisnisnya membawa putra-putranya hanya untuk didekatkan dengan putri Jarvas.

Selamat malam Tuan Jarvas, selamat malam juga Nyonya Jarvas, ucap Miguel.

Selamat malam juga Tuan Miguel, terimakasih atas undangannya, ucap Jarvas.

Hay anak cantik, ternyata kau sudah tumbuh sebesar ini hahaha dan ya kau semakin menggemaskan sayang, gemas Lyly yang merupakan istri Tuan Miguel.

Elea langsung mencium tangan kedua orang tua dari sahabat Vatinya tersebut sambil tersenyum dengan cantiknya.

“Hay juga Aunty, bagaimana bisa Aunty membual seperti ini hahaha” ucap Elea.

“Haha, kemarilah sayang. Ada yang menanyakanmu. Ikut Aunty ya. Dan kau Delia, apakah kau juga ingin bergosip ria denganku? Tinggalkanlah suami kita, tak penting untuk saat ini hahaha” Lyly.

“Lets go babe, banyak cerita nih” ucap Delia menggandeng lengan bestienya itu.

“Denis, kemari kau. Ini Elea datang” ucap Lyly pada putra bungsunya itu.

“Aunty titip Lea ya sayang, seperti biasaa okee…” Delia berkata sambil mengerlingkan mata pada Denis.

“Siap!!! Gas Le”, saut Denis.

“Pale lu La Le La Le, emang gua lele!” ketus Elea.

“Ya terus? El? Lah itu Kakak gua hahaha” sahut Denis yang suka menggoda Elea.

“Serah lu dah! Ini kok ke aula belakang emang ada siapa aja disana?” Tanya Lea.

“Temen-temen dong. Oh iya, ada Alan. Gua harap lu bisa lebih deket hari ini oke. Tolong jadilah lebih agresif sedikit Le. Demi cinta pertama lu ok!” Denis tulus ingin menyemangati Elea dan membantu agar mereka bisa lebih dekat bukan hanya sekedar sapa.

Elea memelototkan matanya. Sungguh ia tak menyangka bahwa Alan ada di dalam aula itu. Alan dan Denis memang berteman dekat bahkan Denis menganggap Elea adik kecilnya begitu pun dengan Elea yang notabene putri tunggal jadi ia menganggap El dan Denis seperti Kakak kandungnya dan tak ada pembatas atau bahkan kecanggungan karna dua bersaudara itu tak memiliki adik perempuan dan bahkan terbiasa ikut mengurus Elea saat kecil.

“Ya Tuhan, apabila memang Alan yang menjadi jodohku tolong dekatkanlah dan permudahlah jalan kami berdua. Dan apabila Alan bukan untukku tolong beri aku mental sekuat baja agar bisa menerima kenyataan” doa Elea tentang Alan di setiap harinya.

“Aku harus apa? Bagaimana? Akkhhh… Kak Denis memang paling jago bikin orang beku! Awas aja!!” gumam Lea sambil menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. Ya, Elea saat ini sangat gugup bahkan telapak tangannya sudah dingin padahal muka Elea terasa panas.

——————————————————————————————————————————

“Assalamualaikum….” Ucap Elea lembut.

“Waalaikumsalam…” Jawab mereka kompak.

Terlihat El berlari kecil ingin memeluk adik kecilnya namun seketika terhenti.

“Dek, see? Alan menjegal langkah kakakmu! Akhhh, lepas! Aku ingin memeluk adik kecilku itu!” Kesal El menatap tajam mata Alan.

Elea hanya tersenyum kecil. Sebenarnya ia ingin tertawa terbahak-bahak namun ia masih memiliki rasa malu karna disana ada beberapa orang yang tak ia kenal.

“Dia sudah sebesar itu dan kau masih bilang adik kecilnya? Lalu bagaimana Denis?” Tatapan Alan tajam menusuk El.

Jelas El tak punya nyali besar dengan Alan. Siapa yang tak kenal Alan di dunia bawah belum lagi jabatannya di dunia nyata.

“Hehee… Yaah namanya keluarga. Kita terbiasa seperti itu Alan, come on kau jangan terlalu tegang ok!” Ucap El melembut.

“El… Dia tak ada hubungan darah denganmu!” Suasana semakin tegang dengan ucapan Alan.

Yang lain tengah berbisik ada apa dengan sikap Alan hari ini. Tak biasanya Alan ikut campur dalam urusan orang lain apalagi menyangkut seorang gadis. Dia terkenal dingin terhadap wanita terkecuali Ibunya seorang.

Elea yang mengerti dengan kondisi tegang langsung berlari kecil dengan heelsnya mendekat pada El. “Udahan yaa… Kalian kenapa bisa kekanakan. Ayolah!” Sahut Elea tiba-tiba dan tak sengaja melirik ke arah Denis yang tersenyum bak penuh arti.

Elea mengambil tangan El dan menyuruhnya duduk seperti semula dan ia duduk berada di samping El namun tiba-tiba Alan menyuruhnya pindah untuk duduk disampingnya.

“Ya Tuhan, tolong perlambat waktu saat ini. Aku menyukainya. Ya Tuhan tolong buat selambat mungkin oke…” pinta Elea yang tak masuk akal.

“Terima kasih Kak” Ucap Elea cepat pada Alan yang membukakan kursi untuknya.

3

El tampak tersenyum melihat Alan dan Elea. Bagaimana pun ia sangat menyayangi Elea melebihi Denis yang merupakan adik kandungnya sendiri. Dan Alan. Ya, El menyayangi Alan juga bagaimana pun mereka hidup bersama sedari kecil walaupun terpaut umur hanya 1 tahun, tapi baginya Alan adalah sahabatnya.

Denis melirik sang kakak, tatapan mata penuh arti tak terasa sudut bibir tertarik ke atas dengan sendirinya dan El menyadari arti tatapan Denis.

“Ekhhmm…” suara Alan membuyarkan mereka yang tengah tersenyum sendiri.

“Ahh Kakak lupa Dek. Apa kau sudah memiliki kekasih? Kalau iya, kau wajib memberikannya pada kami berdua untuk kami tes mental dan fisiknya” cecar El sengaja memancing obrolan ini.

Sambil melirik Alan, El menghembuskan nafas kasarnya “Kak, aku ingin fokus sekolah dulu! Aku masih terlalu kecil Kak! KTP pun aku tak punya jadi nikmati mumpung masih muda”, jawab Elea yang tak sengaja air matanya sudah menggunung. Langsung ia membuang muka dan mengusapnya. Entah mengapa Elea selalu lemah kepada kedua Kakaknya soal hati yang sebenarnya mereka tahu pasti hal ini karna menyangkut Alan, Alan dan Alan lagi.

“Ckk… Ah sudahlah! Kau cantik Dek. Dan kau pintar dan kau beruntung memiliki keluarga yang selalu melimpahkan kasih sayang tiada henti serta kami yang selalu menjagamu. Jangan memikirkan hal itu oke sampai suatu saat nanti kau bertemu jodohmu, kami selalu ada untukmu dan ya kakak banyak dengar bahwa dimana pun kau berada selalu dikerubungin oleh pria-pria? Benar?” Ucap panjang El.

“Ah sudahlah Kak. Ini kok jadi bahas aku sih hahaha” jawab Elea cepat yang mengerti kondisi saat ini semua teman-teman Kakaknya tanpa sengaja menikmati obrolan itu dan senang melirik Elea yang ternyata masih jomblo.

“Lanjuuttt!!” Kompak ketiga teman El tersebut.

Tiba-tiba Alan melirik tajam ke arah mereka bertiga dan mereka menjadi tak karuan dengan tatapan tajam siap menerkam Alan.

“Kau sudah punya sosok pria yang disukai Dek?” Tanya Denis sengaja memancing reaksi Alan.

“Ya!”, jawab singkat Lea. El melihat Alan ketika Denis bertanya hal itu dan sudut bibir Alan terangkat sebelah menandakan ia tersenyum tipis.

Tiba-tiba terdengar suara alunan musik dari aula itu yang disengaja oleh El agar Elea mau bernyanyi menumpahkan rasa di hatinya. Ia sangat paham betul bagaimana kecintaan adiknya pada musik. Namun tak pernah didukung oleh orang tuanya. Mereka menganggap kecerdasan otaklah yang utama bukan hobinya. Dan Elea yang pada dasarnya anak baik, selalu mengikuti apapun alur masa depannya sesuai orang tuanya.

Dengan sekali tatapan El pada Elea, ia mengangguk mengerti dan langsung bangkit menuju panggung kecil yang tak terlalu tinggi itu. Elea memang sangat suka bernyanyi, jadi ia merasa baik-baik saja setelah bernyanyi dalam kondisi apapun.

“Apa kau tak nyaman duduk di sampingku?” Tiba-tiba Alan bersuara.

“Ehh Kak bukan begitu. Ak.. Ak.. Akuu mau bernyanyi Kak. Maaf, kalau begitu aku duduk lagi ya” Jawab Elea cepat.

“Silahkan bernyanyi” Ucap Alan datar.

“Ya?” Elea tak mendengar Alan.

“Kau tak dengar? Apa perlu aku belikan cotton bud?” Kata ketusnya Alan.

“Bu… Buk.. Bukaan begitu Kak. Maaf, aku hanya ingin memperjelas saja”, ucap Lea sambil menunduk.

“Dek, come on” Ajak Denis yang dibalas dengan anggukan Elea.

…..kenapa Kak Alan begitu sih! Awas kau ya! Ku buat kau terlena dengan suaraku!” Batin Elea.

Elea berbicara pada orang yang akan memulai lagunya. Elea meminta untuk memainkan musik sesuai lagu yang Elea mau. Dengan sekali anggukan, musik mengalun indah dan Elea siap menunjukkan bakatnya.

Dia…

Memang hanya dia

Ku s'lalu memikirkannya

Tak pernah ada habisnya

Benar dia….

Benar hanya dia

Ku s'lalu menginginkannya

Belaian dari tangannya…

Mungkin hanya dia…

Harta yang paling terindah

Di perjalanan hidupku

Sejak derap denyut nadiku

Mungkin hanya dia…..

Indahnya sangat berbeda

Ku haus merindukannya…

Ku ingin kau tahu isi hatiku….

Kaulah yang terakhir dalam hidupku….

Tak ada yang lain hanya kamu….

Tak pernah ada….

Takkan pernah ada……..

Elea bernyanyi tanpa sadar telah menitikan air matanya yang seperti kristal. Perlahan-lahan jatuh membasahi pipinya. Elea sangat menyukai lagu tersebut. Seolah liriknya sudah mewakili seluruh perasaan untuk Alan. Elea pun tak tahu mengapa ia akan memilih lagu ini.

Entah mengapa Alan merasa hatinya menghangat melihat dan mendengarkan Elea bernyanyi. Suara yang sangat menenangkan dan seperti memberi tekanan hingga hatinya menghangat.

Denis dan El melirik kompak pada Alan yang tak berkedip sedikit pun menatap Elea. Di bawah meja tanpa semua menyadarinya El dan Denis ber-tos ria akan hal ini.

Selesai Elea bernyanyi, ia kembali menghampiri kedua kakaknya dan memeluk keduanya. El dan Denis sangat menyayangi Elea murni sebagai adik kecilnya. Pelukan El dan Denis seolah memberikan kata {semua akan baik-baik saja selama masih ada kami berdua. Tenanglah, kami akan berusaha untuk membuatmu selalu bahagia}.

Tiba-tiba Alan membuka jas serta dasinya dan menarik kemeja sebatas sikunya. Kemudian ia berjalan ke panggung. Tanpa di sangka, si kulkas 12 pintu itu untuk pertama kalinya akan bernyanyi.

Penampilan seperti itu yang baru pertama kali Elea lihat yang membuatnya semakin tampan. Elea tersenyum pada Alan dan Alan melihat itu hanya menggelengkan kepalanya ke bawah tentu dengan bibir terangkat sebelah.

“WOOAAAH!!! DEMI APA SI KULKAS 12 PINTU MENCAIR?!” Ejek Denis.

“Kau makanlah yang banyak. Setelah ini kau siap jadi makanan penutup jaguarku!” Ancam Alan pada Denis.

Sambil mengangkat 2 jarinya Denis tersenyum kaku pada Alan. Dan semua tertawa melihat hal itu.

Saat musik mulai, semua terdiam dan memandang takjub seorang Alan akan mengeluarkan bakat menyanyi untuk pertama kalinya.

Pagi…

Telah pergi

Mentari tak bersinar lagi

Entah…

Sampai kapan ku mengingat tentang dirimu

Ku hanya diam…

Menggenggam menahan

Sgala kerindu…an…

Memanggil namamu

Disetiap malam

Ingin engkau datang dan ha…di…r

Dimimpiku…. Rindu….

Dan waktu…

Kan menjawab….

Pertemuan ku dan dirimu

Hingga….

Sampai kini aku masih…. Ada disini…

Selama bernyanyi, tatapan Alan tertuju pada Elea. Seolah lagu itu sengaja ditujukan untuk dirinya. Namun Elea tak ada fikiran sampai kesana. Ia hanya berpikir apakah Alan benar sudah mempunyai seseorang dalam hidupnya hingga ia bernyanyi begitu dalam namun membuat dada Elea sesak apabila memang Alan sudah memiliki seseorang pengisi hatinya.

“Mmm… Kak, aku kebelet”, ucap Elea sengaja tak menunjukkan wajahnya pada El.

“Tunggu Dek, lagunya belum selesai. Sabar sebentar lagi”, pinta El.

“Mana bisa kebelet ditahan-tahan” jawab cepat Lea.

Elea berlari cepat menuju toilet. Ia tak ingin terlihat menangis di aula. Secepat mungkin ia berlali dan tak peduli bahwa kakinya sedikit lecet akibat memakai heels dan berlari. Lecet di kaki tak seberapa ia hiraukan. Ia hanya ingin menangis sejenak menenangkan hatinya.

“Ya Tuhan…. Kenapa ini terasa sangat sesak. Apakah benar Alan sudah memiliki kekasih? Apakah tidak ada celah untukku memasuki kehidupannya? Apa aku kurang pantas dengan Alan yang sesempurna itu? Aku harus apa? Tuhan… Bantu aku yang lemah ini.” Ucap Elea mengeluarkan sedikit rasa sesaknya.

“Aku harus pulang. Tidak mungkin dengan kondisi seperti ini kembali menemui mereka lagi, bisa habis aku di tangan kakak-kakakku”, gumamnya.

Tanpa pamit, Elea langsung pulang ke rumahnya. Ia hanya mengirimi orang tua dan Kakak-kakaknya pesan singkat dan mengatakan dia pulang karena sepertinya akan flu.

——————————————————————————————————————————

Elea langsung berlari menuju kamarnya dan membanting tubuhnya ke ranjang empuknya. Untungnya kamar Elea di desain kedal suara karna ia suka bernyanyi dan tak ingin menganggu seisi rumah alhasil Muttinya menuruti permintaan kamar Elea kedap suara.

Ia meraung-raung menangis sambil memeluk handphonenya yang terlihat jelas ada foto Alan.

Setelah setengah jam ia mulai sedikit tenang. Ia segera membersihkan diri dan langsung memakai mukena untuk melaksanakan ibadahnya. Setelah rakaat terakhir, ia kembali menangis sejadinya sambil meminta pada Tuhan untuk menguatkan hatinya.

“Ya Tuhan… Hiks.. Hiks… mengapa Engkau menguji hatiku seperti ini. Aku selalu tepat waktu dalam melaksanakan perintah-Mu. Tak pernah sedikitpun aku lalai bahkan tidak ada pikiran untuk berpaling dari-Mu. Aku pasrahkan semuanya kepada-Mu tapi mengapa Engkau menguji hal seperti ini saja sudah membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya Tuhan. Jujur, aku tidak bisa bangkit secepat itu Tuhan apabila kenyataannya memang seperti itu. Aku harus apa Tuhan? Apa harus pergi dari sini? Tapi aku tak ingin membuat orang tuaku mencemaskanku! Aku harus apa Tuhan dengan hatiku?! Tolong bantu kuatkan aku Tuhan… Karna hanya Engkaulah Sang Maha pembolak-balik hati manusia… Hiks… Hiks… Hiks…” teriak Elea di atas sajadahnya.

Mohon maaf yaa readers, apabila tulisan ini banyak typonya. Maafkan, karnaku baru mulai menulis novel. Terimakasih!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!