Sinar hangat mentari pagi yang memasuki kamar seorang gadis kecil, berkulit putih seputih giok, berambut panjang, hidung mancung dan bibir tipis merah merona.
Akibat cahaya yang masuk mengenai matanya, membuat gadis kecil itu terbangun. Dan Ia mengerjap- ejapkan matanya, dengan menggunakan tangannya berusaha untuk menghalau sinarnya.
Dengan segera Ia turun dari ranjang empuknya. Berjalan ke bilik yang di sekat, dimana di sana sudah ada bak mandi yang penuh air dengan taburan bunga .
Tanpa membuang waktunya gadis cilik itu mulai mandi. Dan tak perlu menunggu sampai dua batang dupa, gadis kecil itu sudah menyelesaikan mandinya.
Gadis kecil itu bernama Ning Wie berasal dari Klan Ning. Tahun ini genap berusia 7 tahun. Anak satu satunya Patriak Klan Ning.
Klan Ning ada dalam wilayah Kerajaan Jing. Dan Kerajaan Jing terdiri dari beberapa Klan besar dan Klan kecil. Juga ada dua Akedimi yang menyokong keamanan kerajaan. Klan Ning termasuk salah satu dari 5 Klan besar. Dan Klan Ning menempati posisi ke 3.
Lima Klan besar Kerajaan Jing yaitu: Klan Jing, Klan Chan, Klan Ning, Klan Ling, dan Klan Fang. Sedangkan dua Akademi itu adalah Akademi Xing Xing dan Akademi Dong Shan. Dan Kerajaan Jing berada dalam wilayah Benua Biru.
Benua Biru terdiri dari tiga kerajaan. Dan tiga kerajaan itu adalah Kerajaan Jing, Kerajaan FuLang, dan Kerajaan BingYun.
Kerajaan Jing adalah kerajaan yang paling lemah dari kerajaan yang lain. Sekaligus kerajaan yang paling kecil wilayahnya.
"Wie' er, kau belum juga selesai mandi?" Terdengar suara ibunya dari balik pintu. "Buruan! Jangan lama- lama. Kau juga belum makan, nanti bisa- bisa kau bakal terlambat."
"Ehh, ini sudah selesai Bu. Sedikit lagi! Mau dandan cantuk. Ibu sama ayah makan saja dulu." Teriak Ning Wie membalas perkataan ibunya.
Tak berapa lama kemudian Ning Wie muncul di ruang makan, langsung mengambil duduk di sebelah ibunya. Gadis kecil itu matanya berbinar- binar melihat hidangan yang tersediah di atas meja.
Semua makanan yang tersaji itu semuanya adalah makanan kesukaan dirinya. Langsung saja tangan kecilnya bergerak mengambil makanan favoritnya itu. Dia memakannya dengan sangat lahap.
"Makannya jangan buru-buru. Tidak terlambat! Waktunya masih cukup!" ucap Ning Ling kepada anaknya.
" Hehe...Habisnya masakan ibu sangat enak, khan Wie'er kwatir tidak sempat mencicipi yang lainnya. Hemm...Sayang sekali!" Balas Ning Wie sambil mencomot paha ayam bakar.
Patriak Ning Bing dan istrinya hanya bisa geleng- geleng kepala melihat kelakuan dari Putri satu- satunya itu.
" Melihat dari caramu makan, kelihatannya Kau sudah siap sekali ya Wie'er!" Kata Patriak Ning.
"Pastilah! Hehe jadi tidak sabar. Aih.. siap tidak siap yang penting berusaha!" celetuk Ning Wie sangat bersemangat.
"Ibu pun sangat yakin, kalau kau pasti bisa. Karena kau sudah berlatih serta mempersiapkan diri sebelumnya." Ujar Ning Ling memberikan semangat pada putri kecilnya itu.
"Ayah pun percaya padamu. Kau bisa dan cukup mampu. Yang penting harus percaya pada dirimu sendiri."
Ning Wie tersenyum mendengar perkataan ke dua orang tuanya, gadis cilik itu hanya mengangguk- anggukkan kepala sebagai jawabannya.
Mereka bertiga menyelesaikan makanannya selama hampir satu jam. Selesai makan ketiga orang itu bergegas keluar rumah. Patriak Ning Bing membawa keluarganya menuju aula Klan Ning.
Di aula Klan Ning sudah ada anggota Klan Ning yang nenungguh Patriak Ning Bing. Sebab mereka juga memiliki tujuan yang sama.
"Patriak!" Ucap mereka serentak sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada saat melihat kehadiran Patriak Ning Bing.
"Semuanya sudah siap, ayo berangkat!" Seru Patriak Ning Bing.
Mereka serentak bergerak bersamaan keluar beriringan dari gerbang Klan Ning. Mereka semua menuju ke Paviliun Spirit.
Pavilium Spirit adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk mengantarkan para generasi muda mendapatkan Spirit. Dan tiap anak apa bila sudah berusia 7 tahun, wajib memiliki satu spirit sebagai pendampingnya. Memang ada juga yang satu anak yang bisa memiliki lebih dari satu Spirit tapi itu sangatlah langka dan bisa di bilang mustahil.
Tetapi ada juga anak yang tidak bisa memilih Spirit. Dan anak yang tidak bisa memilih Spirit, dia termasuk dalam kategori manusia biasa saja. Sedangkan bagi yang bisa memilih spirit, dia di sebut sebagai seorang Kultivator.
Bagi seorang kultivator, Spirit merupakan rekan, teman dan partner dalam segala aspek. Semakin tinggi Spirit yang dimilikinya maka semakin kuat dan tangguh kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seorang Kultivator.
Untuk bisa mendapatkan Spirit di Kerajaan Jing, itu hanya ada di pusat ibukota. Jadi warga yang memiliki anggota berusia 7 tahun di haruskan datang ke ibukota, tepatnya ke Pavilium Spirit.
Untuk menuju Paviliun Spirit anggota Klan Ning menggunakan formasi Dahpin. Dan formasi Dahpin ini adanya di pusat kota Ning lebih tepatnya ada di Paviliun Gianpi. Yang jaraknya tidak jauh dari Klan Ning, hanya menempuh jarak 3 km saja.
Begitu mereka tiba di Paviliun Gianpi, langsung saja Panutua 1 Ning Wa mendekati petugas jaga. "Kami semua mau ke Paviliun Spirit! Tolong segera di aktifkan formasinya."
"Tentu saja!" Ucap petigas Paviliun Gianpi begitu sudah mendapat bayaran dari Panitia 1.
Karena jumlah anggota klan Ning yang ikut pergi menuju ke Paviliun Spirit banyak. Dengan terpaksa harus dibagi menjadi dua. Sebagian anggota Klan Ning yang di Pimpin oleh Ketua Agung Ning Long masuk ke dalam lingkaran formasi, sebagai kloter pertama.
Saat semua masuk dalam lingkaran formasi seketika itu juga sinar cahaya membias dari bawah ke atas menutupi area formasi. Tak lama kemudian anggota Klan Ning yang berada dalam formasi menghilang begitu saja dari Paviliun Gianpi.
Selanjutnya Patriak Ning Bing mengajak anggota yang tersisa termasuk Ning Wie masuk ke dalam formasi Dahpin. Begitu bias cahaya menyebar dalam formasi, Ning Wie merasakan goncangan yang hebat. Dan mendadak tubuhnya seperti terseret dan terhisap masuk ke dalam sebuah lorong dengan kecepatan yang sangat cepat.
Dalam waktu sekejap rombongan dari Patriak Ning Bing tiba di Paviliun Gianpi yang ada di ibukota.
"Huek!" Ning Wie muntah. Perutnya terasa di aduk -aduk dan kepalanya terasa berputar - putar. Dan yang muntah buka hanya Ning Wie seorang.
" Wie'er bagaimana keadaan kamu?" Tanya Ning Ling pada anaknya yang sedang menghapus sisa muntahan di bibirnya.
"Dia tidak apa- apa! Sudah wajar bila Wie'er mengalami hal itu. Ini adalah pengalaman pertamanya menggunakan formasi Dahpin." Saut Patriak Ning Bing.
Ning Wie langsung berbicara membenarkan perkataan ayahnya, " Benar kata ayah, aku baik-baik saja Bu! Begini sih masih kecil.."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Huek!" Ning Wie muntah. Perutnya terasa di aduk -aduk dan kepalanya terasa berputar - putar. Dan yang muntah buka hanya Ning Wie seorang ada juga yang lainnya.
" Ayo pergi!" Perintah Patriak Ning Bing pada anggota Klannya. Sebab farmasi Dahpi mulai bersinar menandakan akan ada rombongan lain yang datang.
Rombongan yang dipimpin Patriak Ning BIng langsung bergegas keluar dari Paviliun Gianpi bergabung dengan rombongan kloter pertama yang dipimpin oleh ketua Agung Ning Long yang ada di pelataran.
" Huek!" Ning Wie kembali muntah kondisinya belum baik.
" Wie'er bagaimana keadaan kamu?" Tanya Ning Ling pada anaknya yang sedang menghapus sisa muntahan yang ada di bibir tipisnya.
"Dia tidak apa- apa! Sudah wajar bila Wie'er mengalami hal itu. Ini adalah pengalaman pertama kalinya dirinya menggunakan formasi Dahpin." Saut Patriak Ning Bing akan kondisi anak tunggalnya itu.
Ning Wie langsung berbicara membenarkan apa yang di ucap oleh ayahnya, " Benar kata ayah, aku baik-baik saja Bu! Jangan kwatir. Begini sih masih kecil.." Bocah kecil itu menyombongkan diri.
" Hah... Dasar sombong! Idiiih, di bilang ini kecil! Haha... Tapi muntah! Hai...lihat Aku! Aku yang tidak muntah saja tidak jumawa seperti kamu!" Nyiyir Ning Lia saudara sepupu dari Ning Wie.
Ning Wie melirik tajam setelah mendengar apa kata saudara sepupunya itu. Sepupu nya ini memang suka ikut campur. " Aih.... Bodoh amat! Memangnya aku peduli!"
" Ihh... di kasih tahu malah bawel. Aku berkata seperti ini demi kebaikanmu!" Saut Ning Lia tidak mau kalah.
"Berisiik! Diam! Suaramu bikin telinga aku ini mau pecah!" Ning Wie menutup kedua telinganya dengan menggunakan tangan.
" Wie'eeer ka---------" Perkatan Ning Lia belum tuntas sudah terpotong oleh suara ayahnya.
"Lia'er, Wie'er sudah cukup! Lihat kalian jadi tontonan malu..."
Ketua Agung Klan Ning memperingatkan. Kedua bocah yang mau lanjut berdebat seketika itu juga langsung terdiam dan tertunduk. Tidak salah bila Ning Wie dan Ning Lia dapat teguran karena Paviliun Gianpi lagi ramai jadi bukan hanya anggota Klan Ning saja yang ada di tempat itu.
Setelah seluruh anggota klan Ning yang ikut berkumpul, mereka selanjutnya melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju ke Pavilun Spirit. Hanya menempuh waktu tidak sampai dari setengah jam, mereka telah tiba di tujuan.
Dan ternyata pelataran Paviliun Spirit dalam kondisi sangat ramai. Sudah banyak orang yang berkumpul. Padahal ini masih lah pagi. Dan tentu saja mereka yang datang serta berkumpul itu adalah peserta bersama dengan keluarganya dari seluruh wilayah kerajaan. Tak ketinggalan juga dengan warga Ibukota yang ingin menonton dan menyaksikan lahirnya para generasi penerus kultivator Kerajaan Jing.
"Haha.... Tidak kusangka Aku bakal bertemu denganmu disini Patriak Ning Bing! Oh.. ketua Agung Ning kita ketemu lagi padahal baru kemarin kita sempat minum bersama, hehe..." ucap lelaki pendek dan gendut itu.
" Saudara Ling! Senang bisa bertemu dengan Anda!" kata Patriak Ning sambil menganggukkan kepalanya.
" Ohh.... Tuan Ling Wan. Hehe kebetulan sekali kita berdua ini bisa dipertemukan kembali dalam waktu yang sangat singkat." Ucap Ketua Agung Ning sambil menangkupkan tinju di dadanya sebagai salam penghormatan.
"Apa kabar Patriak Ning, Ketua Agung Ning! Kalian tambah makmur saja!" ucap Ketua agung Klan Chan juga mendekat bersamaan dengan Ling Wan.
" Ketua Aging Chan Yan! Kata Ketua Agung Ning dan Patriak Ning bersamaan.
"Patriak Ning Bing, Ketua Agung Ning Long Saudara Ling Wan, Saudara Chan Yan tidak ku duga, kita semua di pertemukan di tempat ini!" Sapa lelaki jubah kuning yang baru tiba langsung saja bergabung dan berdiri di samping kiri Ketua Agung Klan Chan.
"Patriak Fang Yu!" Ling Wan, Ning Bing, Ning Long dan Chan Yan berseru keras bersamaan. Ke empat lelaki itu langsung tertawa serentak.
HAHA HAHAHA HAHA
"Lama tidak berjumpa. Anda berempat makin kuat saja. Kalau seperti ini, aku tertinggal jauh dari kalian." Ucap Ling Wan setelah melihat kondisi mereka.
"Haha... Kau bisa saja. Ini semua karena aku tidak sengaja bertemu dengan keberuntungan."
"Ehh... itu tidak heran karena Patriak Bing dan Patriak Fang Yu memang sangat jenius dari dulu Apalagi ditambah dengan sumber daya, jadi tidak heran apa bila kultivasi mereka sangat tinggi."
" Kau ini merendahkan diri saja Ketua Agung Chan Yan. Padahal kultivasimu sama dengan kami. Hehe.. kau khan orang paling tinggi kultivasinya di Klan Chang-mu."
Mendapat sindiran dari temannya membuat membuat ketua Agung Khan Chan Yan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sebenarnya mereka berlima masih ingin berbincang- bincang lebih lama lagi akan tetapi pintu Paviliun Spirit telah terbuka. Dan saatnya bagi para peserta untuk masuk kedalam Paviliun.
" Sayang sekali waktunya tidak memihak. Nanti kita lanjut lagi ngobrolnya. Aku harus pergi dulu." Kata Patriak Ning pada teman-temannya. Dan Ia juga memberi isyarat kepada anggota Klan Ning-nya, yang anggota keluarganya mau tes segera ikut bersama dirinya masuk ke dalam Paviliun Spirit.
Patriak Ning Bing segera meraih tangan putri kecilnya. Diikuti ketua Agung Ning Long dengan ananya. Mereka menggiringnya berbaris menuju bilik pengambilan nomer. Dan nomor yang akan didapatkan para peserta itu adalah nomor acak bukan nomer berurutan.
Di dalam bilik pengambilan nomer, ada petugas yang mencatat data setiap anak. Data diperlukan untuk mengetahui dalam satu tahun berapa banyak jumlah kultivator yang terlahir.
"Wie'er majulah ambil nomermu! " Ucap Patriak Ning Bing pada anak tunggalnya.
Ning Wie menganggukkan kepalanya kemudian melangkahkan kaki kecilnya maju ke depan mimbar. Di atas mimbar, Ia melihat ada sebuah bejana emas. Sedikit agak ragu tangan kanannya pelahan-lahan terulur masuk ke dalam bejana.
Dan ternyata di dalamnya berisikan ratusan bola kecil warna merah. Kemudian tangannya mengaduk- aduk dan kemudian menggenggam salah satu buah bola warna merah itu. Dan bola- bola itu sebesar kelereng.
" Bawa segera ke sini bola yang sudah kau pilih itu. Sebentar lagi kau akan tahu berapa nomor yang kamu dapat." ucap petugas bilik pengambilan nomer.
Segera saja Ning Wie menyerahkan bola warna merah yang di dapatkannya itu kepada petugas. Begitu bola itu di serahkan, petugas langsung menyalurkan energi Qi pada bola.
WHUUUUS
Seketika itu juga bola kecil tiba - tiba bersinar, perlahan- lahan sinar yang keluar itu redup dan nampaklah angka membias 45 dari dalam bola merah.
"Kau dapat nomer 45, giliranmu nanti pada saat gelombang ke 2. Semoga beruntung!" ucap petugas cantik itu memberitahu sekaligus memberi semangat pada bocah cantik yang ada dihadapannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Seketika itu juga bola kecil tiba - tiba bersinar, perlahan- lahan sinar yang keluar itu redup dan nampaklah angka membias 45 dari dalam bola merah.
"Kau dapat nomer 45, giliranmu nanti pada saat gelombang ke 2. Semoga beruntung!" ucap petugas cantik itu memberitahu sekaligus memberi semangat pada bocah cantik yang ada dihadapannya.
Ning Wie tersenyum, bocah kecil itu hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawabannya. Dan Patrtiak Ning Bing kembali menuntun putri kecilnya meninggalkan bilik pengambilan nomer menuju pintu masuk Pavilium Spirit.
Ketika Ning Wie pergi saat itulah giliran Ning Lia menyerahkan bola yang di dapat pada petugas dan bocah itu sempat mendengar nomor yang didapat oleh sepupunya itu. Ning Lia mendapat angka 100.
Begitu masuk Paviliun Spiirit Ning Wie langsung bisa merasakan adanya aliran energi Qi yang begitu pekat di udara. Sangat berbeda sekali antara di dalam dan di luar ruangan Pavilium Spirit. Mungkin ini semua karena terhubung dengan tempat dimana adanya para Spirit yang akan di takhukkan.
Ning Wie disuruh duduk oleh ayahnya diantara para peserta yang lain. Para bocah yang berumur 7 tahun yang sebentar lagi bakal melakukan ujian kelayakan memiiliki dan mendapatkan Spirit.
Para bocah cilik itu sangat bersemangat bahkan sudah sangat tidak sabar, Ia sebentar lagi bakalan memiliki Spirit. Dan itu tidak hanya terjadi pada Ning Wie tapi juga terjadi pada semua anak yang duduk di dalam aula Pavilium Spirit.
"Wie'er kamu tunggulah di sini. Sampai pada giliranmu tiba. Satu pesan ayah, janganlah panik! Kau harus tetap fokus dan juga tenang saat di uji nanti." Patriak Ning Bing memberikan nasehatnya kepada putri kecilnya itu.
Ning Wie masih menggenggam erat tangan ayahnya. Gadis cilik itu tidak mau melepaskanya. "Apa itu sangat menentukan yah! "
"Tentu saja! Itu sangat berpengaruh akan hasil yang kau dapatkan. Panik hanya akan membuat aliran Qi yang kau suntikkan menjadi kacau. Dan itu sangat merugikan. Karena itu adalah saat yang sangat krusial bagi dirimu dan Spirit."
Apa yang dikatakan oleh Patriak Klan Ning itu memang benar adanya. Sebab Spirit a yang akan memilih partner saat tubuhnya di selimuti atau penuh oleh energi Qi. Dan pada saat terselimuti itulah penentuan bisa tidaknya Spirit di taklukkan sebab Spirit hanya memilih pasangan yang sejiwa.
Apa bila Spirit itu tidak mendapatkan pasangan sejiwa, maka akan menjadi Spirit liar. Sedangkan waktu untuk bisa memiliki spirit hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup. Yaitu pada usia 7 tahun.
" Ohh... Begitu!" Ning Wie mengangguk- anggukkan kepala dan pada saat itu juga sepupunya Ning Lia duduk di samping sebelah kirinya.
"Emm...Apakah ada trik yang bisa Wie' er pakai biar nanti bisa gemilang gitu." Bocah itu penuh harap.
"Ck, ck, ck mana ada kayak gitu! Wduch Wie'er apa kamu tidak baca sama sekali buku atau pun perkamen di perpustakaan mengenai penaklukan Spirit?" cerca Ning Lia pada saudaranya itu.
"Ehhh mulut comberan! Siapa yang tidak baca? Aku ( Ning Wie menelunjuk dirinya) Ihh.. aku juga baca. Aku khan cuma tanya, Siapa tahu aja ada jalan pintas? Hehe..kalau ada, kenapa tidak kita lakukan? Hai... Yang penting khan dapat hasilnya!" Semprot Ning Wie kepada sepupunya.
" Ehh... Kalau ada aku juga mau!" Ucap lelaki tambun yang duduk di belakang Ning Wie dan Ning Lia. Sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Ehh... Masih juga ada yang sama seperti kamu Wie'er! Wow... Kalian cocok!" Sindir Ning Lia.
"Diam kamu (Ning Wie melotot pada Ning Lia, kemudian mengalihan pandangannya pada ayahnya) Ada tidak Triknya?"
Patriak Ning Bing hanya bisa menghela nafas panjang melihat perdebatan putrinya dengan keponakannya itu. Sementara ketua Agung Ning Long yang sering melihat keduanya beradu pendapat Hanya bisa geleng kepala.
"Ehh.. dibilangin tidak ada, kamu ya masih saja keras kepala. Yang ada itu kecocokan dan jodoh." Ungkap Ning Lia.
" Lia'eeeer aku tidak tanya kamu. Bisa diam ti------" Ucapan Ning Wie terpotong, saat mendengar suara petugas Paviliun Spirit yang dikeraskan dengan menggunakan energi Qi yang di salurkan pada pita suaranya.
"PENENTUAN DAN PEMILIHAN SPIRIT AKAN SEGERA DI MULAI. BAGI YANG TIDAK BERKEPENTINGAN SILAKAN MENINGGALKAN AULA PAVILIUN SPIRIT."
Pengumuman itu baru terdengar, setelah 1 jam Ning Wie dan peserta lainnya menungguh dengan antusias, sabar dan hati yang berdebar- debar.
Walau sudah sekuat tenaga untuk bisa tenang tapi rasa cemas dan grogi masih menyelinap di hati. Dan itu terlihat jelas di raut wajah tiap peserta yang hadir di aula.
Satu persatu pendamping peserta keluar dari Paviliun Spirit. Begitu juga dengan Patriak Klan Ning, dia terpaksa meninggalkan putri kecilnya menghadapi ujian itu seorang diri. Walau ada rasa tidak tega tapi karena itu sudah menjadi suatu peraturan maka harus di patuhi.
Ning Bing, Ning Long dan wali pendamping semua segera ke pelataran Pavilium Spirit. Dan Patriak serta ketua Agung Klan Ning kembali berkumpul dimana istri dan anggota Klan Ning lainnya berada. Sebab mereka semua akan menonton dan menyaksikan pemilihan dan penakhukkan Spirit itu secara langsung.
Pemilihan dan kecocokan Spirit dapat dilihat dari luar Pavilium Spirit melalui sebuah Formasi yang di letakkan di tengah- tengah pelataran. Dan Formasi yang dipakai adalah Formasi Virsus, yang merupakan formasi tingkat tinggi
Sepuluh menit baru berlalu tiba - tiba Formasi Virsus yang di pasang di beberapa titik di pelataran mulai bersinar. Itu menandakan kalau ujian kepemilikan spirit akan segera di mulai. Semua orang yang hadir langsung fokus pada formasi Virsus terdekat. Suasana yang ramai seketika itu juga menjadi sepi dan tenang.
Di dalam Formasi Virsus nampaklah seorang petugas Paviliun Spirit berdiri di depan sebuah pintu besar yang tersegel. Dan tak lama kemudian terdengar suara yang di keraskan. Dan di dengar seluruh orang yang hadir di pelataran Paviliun Spirit.
"SELAMAT DATANG TUAN DAN NYONYA SEKALIAN DALAM RANGKA PEMILIHAN DAN KECOCOKAN SPIRIT. JADILAH SAKSI AKAN LAHIRNYA SPIRIT DAN KULTIVATOR KERAJAAN JING. BABAK SELEKSI DI MULAI..."
Petugas Paviliun Spirit yang berdiri di depan sebuah pintu gerbang besar yang bergambar aneka ragam jenis Spirit. Segera saja petugas Paviliun Spirit membuka pintu gerbang yang tersegel dengan menaruh sebuah pelakat pada tengah - tengah pintu yang berukir..
Pelakat yang digunakan itu adalah pelakat yang terbuat dari batu bintang yang berbentuk segi empat, yang terdapat gambar berbagai macam makhluk.
Begitu Pelakat di taruh pada ukiran, seketika itu juga pintu gerbang besar itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata. Tak lama kemudian pintu yang tertutup seketika itu terbuka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!