..."POV NAJWA"...
sepuluh menit sudah aku di dalam kamar mandi menatap tespek dengan satu garis merah ini. Aku merasa gundah gelisah sembari menitikkan air mata menahan sesak di dalam dada.
Mas Rendi mungkin saja menungguku dengan penuh harap di luar sana bahwa kali ini aku akan memberi dia kabar baik. Namun, sepertinya belum juga.
Tuhan belum juga mempercayakan seorang anak padaku di tahun pernikahan kami yang sudah hampir menginjak sepuluh tahun ini.
Tok … tok ….!
"Najwa!" buru buru kuhapus air mata saat terdengar Mas Rendi mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil namaku, aku pun langsung beranjak membuka pintu dan menghampirinya.
"Mas maaf, aku belum bisa kabulkan keinginanmu," lirihku menyesal sambil memeluk dan membenamkan wajahku di dadanya.
"Hah sudahku duga lagi lagi seperti ini" lirih Mas Rendi berdesah kecewa mendengar ucapanku.
Aku paham betul perasaannya pasti Mas Rendi teramat sangat kecewa Sebab dia sudah sangat sabar menanti saat-saat paling membahagiakan ini
Sepuluh tahun bukan waktu sebentar menantikan sebuah keajaiban menantikan kehadiran seorang anak yang sangat di impi impikan.
"Tapi kenapa najwa? Kita sudah melakukan semuanya berbagai cara telah di lakukan" ucapnya heran sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca
Aku menunduk sembari menitikkan air mata melihat kekecewaan terpancar di wajahnya.
"Maafkan aku, Mas. Kamu yang sabar ya?" aku berucap lembut sambil mengelus pipinya.
Mas Rendi hanya diam lalu menepis pelan tanganku seakan mengelak dari sentuhanku dan merasa jijik saat aku sentuh kembali.
"Mas,aku mohon kita hanya perlu sabar Tuhan pasti sudah merencanakan yang terbaik dibalik semua ini percayalah Mas," bujukku memegangi pergelangan tangannya
Lagi lagi Mas Rendi menjauh membuat jantungku berdenyut sakit melihat penolakannya seperti itu terhadapku
mas Rendi mengusap wajahnya kasar lalu ia pun terduduk di atas kasur Padahal seharus nya dia sudah berangkat ke kantor karena hari sudah mulai siang.
Namun karena insiden menunggu dua garis merah membuat kami harus berdebat panjang kembali,entah tidak terhitung berapa kalinya setiap habis melakukan tes kehamilan pasti berahir seperti ini.
"Kamu tahu aku sudah cukup sabar Najwa tapi bagaimana dengan Ibu? Kali ini pasti dia tidak akan tinggal diam"
"Sudah mau dua tahun ini Ibu selalu menekanku untuk segera memiliki anak! Sampai sampai Ibu bilang kalau aku …." Mas Rendi tidak melanjutkan ucapannya sehingga mampu membuatku penasaran
"Kalau kamu apa Mas?" tanyaku sambil menautkan kedua alis penasran
"Ibu akan mencarikan istri lagi untukku Najwa karena ibu yakin kalau kau mandul,ibu bisa berkata seperti itu karena di keluargku tidak ada keturunan mandul"
"seluruh keturunan keluargaku tidak ada yang susah memiliki keturunan,hanya aku yang sulit memiliki keturunan"ucap mas Rendi tertunduk jantungku berdegup tangan bibir dan kaki seakan gemetar
"Dan bagaimana dengan kamu, Mas? Apa kamu tega menduakan aku? Aku tau dari dulu ibumu tidak suka denganku"
" Tapi bagaimana denganmu sendiri? Bukankah kamu mencintaiku? Apa kamu tidak pikirkan perasaanku, Mas?"
"sebegitu kejinya ibumu menuduhku mandul dan apakah kau juga percaya dengan ucapan ibumu itu bahwa aku mandul" tanyaku sedikit lantang dan gemetar
Mas Rendi langsung berdiri sambil menatapku hangat tidak semurang tadi Lalu, ia pun memegang kedua bahuku sambil berkata
"sayang kalau aku boleh jujur dan Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu tapi ini memang cukup lama wajar kalau Ibu menginginkan cucu dariku"
"aku bukan menuduhmu mandul hanya saja aku sangat heran dengan kenyataan ini di tambah Aku anak lelaki satu satunya," jawab mas Rendi Sontak saja aku gemetar dan menangis histeris terhenyak di sofa.
Kenapa dia sebut anak satu-satunya? Bukankah Ibu masih memiliki dua anak perempuan. Apa ini hanya sebuah alasan dari mas Rendi dan ibu mertuaku karena tidak menyukaiku
"oke sama saja kalau kamu setuju dengan ide ibumu itu untuk mencarikanmu istri baru lagi begitu bukan Mas," lirihku sambil merintikkan air mata yang semakin deras
Mas Rendi melihat air mataku semakin deras mengalir segera ia beranjak dan mendekat duduk di sampingku. Lalu, ia pun merangkulku dengan erat.
"mas sangat mencintaimu sayang,tidak perlu aku jelaskan kepadamu pasti kamu sudah sangat tau kalau aku sangat mencintaimu,"ucap mas Rendi meremas bahuku lembut
Aku tidak perduli dengan ungkapannya semua itu sama sekali tidak menghiburku, tetap saja dari makna ucapannya itu, ia tetap mendukung penuh ide gila Ibunya.
"sekali lagi aku tanya kepadamu Mas! Apa Yang aku tanyakan tadi apa kamu menyetujui ide Ibumu untuk menikah lagi?" tanyaku menegaskan ucapanku meskipun di sela tangisku aku menekan kan setiap pertanyaanku kepadanya
Namun Mas Rendi menghindar dari pertanyaanku lebih memilih diam dan mengambil perlengkapan kantornya kemudian bergegas pergi tampa berpamitan
Sementara aku kembali menangis histeris membayangkan betapa menyayatnya masalah yang akan aku hadapi sekarang. "Aku harus bagaimana?" batinku dalam hati.
"Mas tunggu!" panggilku ke mas Rendi,aku berlari kecil menghampiri mas Rendi yang belum menjauh,Mas Rendi pun berhenti mendengar aku memanggilnya sambil menatapku bertanya tanya
" Mas, aku mohon jangan turuti kemauan ibumu lagi pula kita tinggal menunggu hasil tes dari dokter keluar"
"Ini jugakan kali pertamanya kamu mau ikut tes dan tinggal menunggu hasil dari dokter mas"
"Aku mohon kepadamu Mas bersabarlah dulu sampai hasil tesnya keluar," pintaku penuh harap menatap mas Rendi
Namun sekali lagi mas Rendi hanya diam saja Ia menyentuh pipiku lembut kemudian berlalu Tampa mengucapkan sepatah katapun,membuat hatiku semakin kalang kabut dengan sikapnya itu
Ya tuhan aku berharap hanya padamu kabulkan lah ke inginan kami untuk memiliki anak yang sangat di ingin kan mas Rendi begitupu. Denganku.
Mungkin dengan ada nya seorang anak di antara pernikahan kami akan merubah sikap ibu mertuaku menjadi baik terhadapku dan mau menerimaku seutuhnya sebagai menantunya,istri dari putra semata wayangnya
Setiap hari selama menjalani rumah tangga hampir sepuluh tahun. tidak ada kata lelah aku menantikan kehadirannya berada di dalam rahimku
Aku berharap ada sebuah ke ajaiban dan aku yakin tuhan pasti telah merencanakan sesuatu yang terbaik untuk kami dan suatu saat tuhan mempercayai kami untuk mengurus darah daging kami sendiri
..."POV NAJWA"...
Hari mulai semakin sore, setelah melepas Mas Rendi berangkat ke kantor pagi tadi, aku terus mengurung diri bermuram hati di dalam kamar
Bagaimana tidak muram hatiku mendengar rencana ibu mertua dan suamiku mencari madu untukku,ucapan mas Rendi tadi pagi terus menghantui pikiran dan perasaanku semakin menyayat ke hati
Cepat atau lambat sepertinya itu akan terjadi kepadaku, sepuluh tahun Mas Tama begitu berharap bahwa rahimku akan mengandung anaknya
Tapi semua harapan itu selalu pupus berkali kali sudah sekian tahun seperti itu. Aku sadar diri memang tidak sempurna sama sekali menjadi seorang istri.
Namun, meski begitu demi keutuhan rumah tangga kami aku telah berusaha mencoba untuk menjadi yang terbaik bagi Mas Rendi Mengorbankan karirku dan fokus menjadi ibu rumah tangga.
Aku benar benar berusaha berbakti Melayaninya setiap hari di rumah, padahal karirku tengah gemilang dengan skillku yang lumayan.
tidak tanggung tanggung aku juga menjual semua tanah peninggalan almarhumah Ibu untuk modal membuka perusahaan. Bukan hanya itu masih banyak yang kuberikan pada Mas Rendi Supaya apa? Supaya suamiku bisa berpikir dua kali jika untuk mendua
tapi sepertinya Mas Rendi telah melupakan semua perjuangan yang kulakukan untuknya, Yang dia tahu sekarang aku adalah istri yang tidak sempurna dan tidak berguna.
Miris bukan nasif yang aku alami sekarang memiliki mertua yang tidak menyukaiku sama sekali dia hanya menyukai hartaku di tambah sikap mas Rendi berubah drastis tidak ingat dia bisa seperti sekarang berkat siapa
Ting nong….!
Bunyi bel rumah bergema aku di buat tersentak saat mendengar suara Ibu mertua kesal pada mbok surti
"Lama banget sih sur buka pintunya! Kamu itu ketularan leletnya Najwa apa?! Kerja lamban begitu!"
"kamu itu di sini di gaji loh tidak gratis makanya jangan lelet jadi orang,bikin kesel saja kamu ini"cerocos Ibu terdengar menggema sampai ke kamarku
Aku pun segera merapikan diri dan setelah itu keluar kamar untuk menemuinya,Perlahan aku pun melangkahkan kaki ke ruang tamu. Karena disana suara Ibu bersumber sambil marah marah
sebagai tuan rumah lebih tepatnya pemilik rumah ini pasti aku akan mengetahui siapa tamu yang datang jika sang tamu terus berteriak. Betul saja, saat aku sampai di ruang tamu Ibu sedang berdiri sambil melihat-lihat isi ruangan.
"Bu! Apa kabar?" sapaku sambil menjabat tangan dan mencium punggung tangannya
Cirihas Wajah judes dan muka masam tidak suka yang sudah sangat khas dengannya ia tampakkan padaku semua,
"Mana Rendi? Ibuk perlu bicara dengannya!" tanyanya ketus sambil melihat ke setiap sudut rumah
Pasti Ibu sedang menilai cara perawatan dan penataan ruangan rumahku yang semrawutan menurutnya,kalau boleh jujur aku bukan wanita yang lebai banyak gaya
Penataan ruangan yang simple lebih aku sukai daripada menumpuk banyak perabotan yang kekinian apalagi hanya ikut ikutan orang jaman sekarang berpoya poya membeli barang yang tidak penting menurutku
"Mas Rendi belum pulang Bu Dia hari ini lembur mungkin pulang malam Sebab tadi Mas Rendi kirim pesan akan pulang telat," jawabku sesopan mungkin karena dia mertuaku jadi aku harus menghormatinya
Ibu melirikku tidak suka menghentikan langkah nya mengecek seluruh isi rumah sambil berucap ketus.
"Ya sudah Ibu tunggu Bila perlu Ibu menginap disini!" sungutnya Aku sedikit menarik ujung bibirku dan masih mencoba bersikap manis Berharap Ibu bisa melupakan rencana untuk menikahkan Mas Rendi dengan wanita lain bagaimanapun aku tidak sanggup jika itu terjadi.
"Baiklah kalau ibu mau menginap Najwa akan siapkan kamar tidur untuk Ibu dulu ya?" ujarku sambil menggenggam erat tangannya
Ibu mertuaku hanya mengangguk dan tersenyum kecut. Aku pun segera berdiri dan membalik hendak ke kamar tamu Namun, langkahku terhenti saat ponsel mertuaku berdering.
"Hallo wulan sayang? Kamu apa kabar? Apa? Rendi? Ini ibu lagi ada di rumahnya. Kamu tenang saja ya? Nanti dia pasti akan memberimu kabar," ucap Ibu membuat tenggorokanku tercekat. Dengan mata berkaca-kaca aku coba membuka mulutku untuk bertanya.
"Iii-tt--u tadi siapa, Bu?" tanyaku dengan bibir gemetar lama mertuaku itu memandang dengan senyum hambar.
"wulan Kamu ingat kan? Dia wanita yang waktu itu saya jodohkan sama Rendi tapi Bodohnya Rendi malah lebih memilih kamu wanita mandul tidak bisa memberi Rendi anak dan cucu untukku" cibir Ibu lalu terkekeh dengan tawa renyah sehingga membuat nafasku tersengal karena merasa sesak yang teramat sakit di dalam dada
"Bu-bukannya Wulan sudah menikah Bu terus kenapa ibu ingin menikahkannya dengan mas rendi" lirihku tak habis pikir. Ibu berdecih dan kembali berkomentar.
"wulan tidak mencintainya! Hati dan pikirannya hanya untuk, Rendi seorang lagi pula mungkin ini memang sudah jalannya! Suami wulan sudah menikah lagi Dan Rendi tak kunjung dikaruniai anak"
"Saya pikir lebih baik Rendi menikah dengan Wulan dari pada bertahan hidup dengan wanita mandul seperti kamu! gak guna!"
"mending kamu cepat bereskan tempat tidurku,kau harus bisa menerima kenyataan kalau kau itu mandul Najwa dan kau tidak akan pernah bisa hamil apa lagi memberi Rendi anak"umpatnya membuat bulir bening di sudut mataku menetes deras
Hati Najwa sangat sakit mendengar hinaan dari mertuanya yang terus menghinanya mandul terus menerus tiada ada hentinya tidak memikirkan perasaan Najwa yang terluka karena ucapan pedasnya
..."POV NAJWA"...
"Apakah Ibu lupa? Aku sudah mendukung mas Rendi dari Nol dari mas Rendi belum punya apa apa,Bahkan untuk membuka perusahaannya itu semua hasil jual tanah almarhumah ibuku, Bu!"
"semua harta mas Rendi itu hasil dari menjual aset pribadi keluargaku tidak ada hasil jerih dari mas Rendi,murni itu harta ibuku semua yang ada di perusahaan nya mas Rendi" pekikku sedikit membentak karena kesabaranku mulai menipis melihat sikap angkuh ibu mertua yang semakin keterlaluan terus memojokan aku
Wanita paruh baya itu menaikan alisnya dan sedikit menggertakkan rahangnya mendengar aku membentaknya
"Belagu sekali kamu Najwa Emang semua pengorbananmu itu bisa mengobati luka hati anakku yang tak kunjung dapat keturunan dari wanita mandul sepertimu itu"
"Apakah kamu akan menjerat dia selamanya dalam pernikahan yang hambar seperti ini? Ha?!"
"putraku butuh keturunan dari wanita yang bisa hamil bukan wanita mandul tidak berguna sepertimu,hatinya lebih tersakiti karena dirimu tidak kunjung bisa memberikannya anak"pekiknya tak kalah membentak membuatku tertunduk dan menangis.
"Kamu ini mau Ungkit-ungkit tentang harta segala! Berapa emang? Hitung semuanya Biar nanti tak bilangin Rendi suruh ganti semuanya"
"biar nanti bisa kamu pakai buat bekal hari tua tanpa anak hanya seorang diri!" tandasnya lagi kembali menghinaku tidak ada hentinya terus mencemooh diriku mandul
Aku tertunduk mendengar ucapan pedasnya kakiku bergetar hatiku hancur. Ibu melewatiku beranjak ke kamar tamu yang belum jadi kusiapkan untuknya.
Brak!!!
Ibu membanting kuat pintu kamar hingga membuatku tersentak dan termangu dengan tangis membasahi pipiku
Aku berjalan gontai ke dalam kamar dengan linangan air mata yang tak kunjung berhenti terus ingin mengalir tampa bisa di cegah,aku butuh ketenangan sendiri untuk beberapa saat ini sebelum malam tiba menyiapkan makan malam..
Hati masih terasa sakit ingin rasanya tetap mengurung di dalam kamar tetapi waktu cepat sekali berputar sehingga Malam pun tiba,
setelah selesai menyiapkan makan malam dan aku coba kembali menemui mertuaku itu di kamar.
"Ibu!" panggilku lembut menurunkan rasa egoku tidak ingin egois meskipun hatiku sakit dengan perlakuannya terhadapku
"Kita makan dulu! Nanti Mas Rendi bisa marah dengan Najwa kalau Ibu tidak mau makan! Apa lagi jam makan malam sudah lewat" pintaku dari luar
Tidak ada jawaban dari Ibu mertua Meski aku terus memanggilnya, namun Ibu masih tidak mau menjawab. Aku pun kembali beranjak ke meja makan menata menu makan dan alat makan lainnya.
Tidak lama kemudian aku mendengar suara mobil Mas Rendi memasuki garasi. Aku hendak beranjak untuk menyusulnya. Namun dengan cepat kilat tiba tiba Ibu keluar dari kamar dan bergegas ke arah luar
Aku pun segera menyusul Ibu dari belakang. Aku sangat yakin pasti Ibu ingin menemui Mas Rendi dan mengadu yang bukan-bukan tentang diriku
"loh ada ibu, Kok gak bilang sama Rendi kalau ibu mau berkunjung?kalau tau ibu mau ke sini kan bisa Rendi jemput Bu" ucap Mas Rendi lembut mencium dan merangkul tubuh ibunya itu penuh kasih sayang
"Gak apa nak ibu takut menganggu kamu kerja saja Cuman ibu lemes sekali ren,udah dari siang Ibu disini gak dikasih apa-apa sama istrimu itu!"
"Jagankan makan,minum pun ibu tidak di tawarikan olehnya"ucap Ibu mendramatis mencibir padaku
"ya tuhan kenapa ibu tega sekali bicara seperti itu dengan mas Rendi Bu,tidak Mas tadi aku sudah minta Ibu keluar untuk makan tapi ibu malah mengurung diri di kamar," timpalku cepat mengelak ucapan ibu yang pada kenyataan nya memang begitu kalau ibu pandai berbohong dan bersilat lidah untuk menjatuhkan harga diriku sebagai istri tidak baik di depan putranya
Mas Rendi tidak menjawab ucapanku langsung membawa Ibu mertuaku itu ke meja makan.
"Sudah tidak usah debat sekarang Rendi ada disini Jadi kita makan sama-sama ya" ajaknya sambil menyunggingkan senyum hangat padaku
Aku sedikit lega sepertinya Mas Rendi takkan berpihak pada Ibunya kali ini. Ibu pun langsung duduk di samping Mas Rendi Ia mulai mengambil piring kosong dan menyendok nasi beserta lauknya. Begitupun dengan Mas Rendi
"Rendi, Ibu datang kesini mau berbicara masalah Wulan,Kamu masih ingat dia 'kan? Dia masih berharap sama kamu lo"
"Lagi pula pernikahanmu sudah tidak bisa dipertahankan lagi ren,kamu mau menunggu sampai kapan atau mau menunggu ibu meninggal dan tidak bisa menimang cucu darimu dulu baru kamu mau menuruti keinginan ibu"ucap Ibu sambil melirik sinis padaku
Aku mengepal sendok yang tengah kupegang erat. Gemetar rasanya tulangku menahan rasa sakit karena ucapan pedas mertua barusan.suguh tega sekali ibu berkata begitu langsung di depanku
Mendengar ucapan ibunya, Mas Rendi menoleh padaku sembari mengelus punggung tanganku lembut untuk menenangkan rasa sesak di dada ini
"maaf Bu bukan Rendi tidak sayang dengan ibu malah sangat menyayangimu Bu,Aku dan Najwa masih perlu berusaha Aku yakin suatu saat nanti Najwa akan mengandung," tolaknya sambil menyunggingkan senyum hangat.
Mertuaku terlihat bingung sambil membulatkan mata mendengar ucapan anaknya. Ditambah Mas Rendi justru memperlakukan aku dengan mesra di depannya.
"Tapi, Rendi ini sudah sangat lama sepuluh tahun itu bukan waktu yang sebentar mau sampai kapan! Najwa itu tidak akan pernah bisa mengandung!"
" ibu tidak mau tau kamu harus menikah lagi dan memberikan cucu untuk ibu"bentaknya.
"ibu Rendi mohon tolong mengerti aku dan aku juga tidak bisa menduakan Najwa Ibu! Jadi tolong Hargailah perasaan istri Rendi!" balas Mas Rendi tak kalah membentak.
"Jadi kamu akan hidup bersama wanita mandul ini selamanya?" lirih Ibu nanar seraya menunjuk wajahku dan menatap tajam padaku. Mas Rendi menggaruk sedikit dahinya
"Ya begitulah Bu maafkan Rendi,mungkin Rendi lebih baik mati dari pada harus menyakiti hati Najwa,aku sangat mencintainya Bu" jawab mas Rendi lagi,hatiku menghangat mendengar jawaban mas Rendi
Mas Rendi mau membelaku di depan ibu kandungnya sendiri dan melindungiku dari ucapan pedas ibu mertua.terimakasih mas aku mencintaimu batinku berkata menatapnya penuh cinta
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!