NovelToon NovelToon

Pandangan Pertama Rasa Cinta

Bab 2. Detik awal dari semua.

Ervan melarang seluruh anggotanya agar tidak ikut campur membantunya, karna ia sendiri lah yang akan turun tangan melawan para preman itu.

"Jaga dia! biar gua yang habisi mereka." ucap Evan pada Riko sambil melirik ke arah gadis itu.

"Lu tenang aja, dia aman sama kita." Riko sangat yakin sepenuhnya jika Ervan bisa melawan mereka seorang diri.

"Nantangin lo! gede juga nyali lo, habisi diaaa!" karna merasa tertantang dan tak terima, bos preman itu langsung menyerang Ervan.

"Loh! kok malah berantem sih, hey hentikan, udah jangan hiraukan mereka." gadis itu nampak panik melihat hal itu, ia coba meneriaki Ervan agar mewurungkan niatnya. namun Ervan tetap maju melawan mereka.

"Aduhh.. kok jadi gini sih, kalian kok malah diam aja sih, bantuin kek! kok malah dibiarin," ucap gadis itu pada Riko, menyuruhnya untuk segera membantu Ervan, karna ia khawatir takut terjadi apa apa sama Ervan hanya karna membelanya.

"Ini kemauan Ervan sendiri, kamu tenang aja, dia gak bakalan kenapa-kenapa kok." sahut Riko santai sambil melihat ke arah gadis itu yang nampak gelisah.

"Kejam banget kamu," kata gadis itu tak habis pikir dengan mereka, padahal Ervan sedang berkelahi justru mereka diam saja tanpa melakukan apa-apa setidaknya tuk membantu Ervan.

Gadis itu terus memperhatikan Ervan dengan cemas, berharap Evan baik-baik saja, apa lagi penyebab perkelahian itu terjadi karnanya, hal itu yang membuat gadis itu merasa bersalah.

"Ini yakin nih? kita biarin gini?" ujar Bima mendekat ke arah Riko.

"Ini pertarungannya Ervan, kita cukup diam dan saksikan." tanggapan Riko slow respon.

"Gak gitunya Rik, ini masalahnya tangan gue gatel banget nih pengen bantai mereka juga, emang lo gak gatel apa kalau cuma liatin gini doang." ujar Bima lagi.

"Ya gatel sih, pengen juga nonjokin mereka, tapi mau gimana lagi ini kemauan Ervan sendiri, ya kita cuma bisa nurutin kemauannya." sahut Riko.

Sedangkan pertarungan Ervan melawan para preman itu berakhir tak telalu lama, Ervan berhasil meratakan mereka dan keluar sebagai pemenang. sungguh kemampuan yang sangat luar biasa, dengan mudahnya Ervan dapat mengalahkan mereka semua dengan sekejap mata, padahal para preman itu memliki tubuh yang cukup besar dan kekar di bandingkan dengannya, namun hal itu seolah tak berlaku bagi Ervan.

"Jangan pernah lu ganggu dia lagi! kalau sampai gue liat kalian ganggu dia, liat aja! gue habisin lo semua, pahamm!! kata Ervan sambil menekankan dada bos preman itu dengan kakinya.

"Ba ba-baik... saja janji gak akan menggangu dia lagi, le.. lepaskan saya." mohon nya pada Ervan.

Setelah itu Ervan menurunkan kakinya, bos preman itu langsung lari terbirit-birit disusul dengan anak buahnya yang juga ketakutan pergi dari sana.

Ervan kembali menghampiri gadis itu yang masih bersama Riko dan anggota The Jokers Warrior.

"Wahh.. hebat kamu ya bisa ngalain mereka, padahal kamu sendirian, kamu gapapa kan?" puji gadis itu mengagumi ketangguhan Ervan.

"Aman.. gua baik-baik aja kok.". Ervan menanggapi nya dengan santai.

"Syukur lah. makasih banyak ya udah nolongin aku, untung aja ada kamu, kalau nggak, gatau deh apa yang akan terjadi, mungkin mereka sudah mencelakai aku." gadis itu sangat berterimakasih pada Ervan.

"Sama-sama, kamu sendiri gimana?" tanya Ervan mengkhawatirkan kondisi gadis itu.

"Aku gapapa kok.." Gadis cantik berlesung pipit di kedua pipinya itu, seketika tersenyum tak kala senangnya Ervan begitu peduli mengkhawatirkan keadaannya.

"Duhh.. senyummu itu loh." guman Ervan didalam hatinya, melihat senyum manis gadis itu yang mampu membuat hatinya berdebar.

Lagi lagi Ervan dibuat terpana dengan keangunan gadis itu, yang berhasil membuat terpesona, apa lagi saat melihatnya dengan senyum manisnya, hingga membuat tubuhnya terbeku.

"T tapi.. gimana dengan gadanganmu," ucap Ervan tersadar dari lamunannya, dilihatnya barang bawaan gadis itu berupa kue hancur dan berserakan dijalan, ada beberapa yang masih utuh dan layak dimakan.

"Gapapa kok, masih bisa buat yang baru." kata gadis itu berusaha tetap tersenyum walaupun hatinya sedang hancur.

Gadis itu mengambil keranjang wadah kuenya dan memunguti beberapa kue yang masih utuh. Ervan mendekatinya ia tau dengan perasaan gadis itu yang sedang tidak baik baik saja.

"Ini udah gak bisa dimakan lagi, kalau gini mah rugi jadinya." ujar Ervan membantu gadis itu mengumpulkan kue kue itu kedalam wadah.

Saat Ervan hendak mengambil kue yang ada di hadapan gadis itu bersamaan dengan hal itu, justru gadis itu juga meraih kue tersebut, alhasil apa yang di pegang Ervan yakni tangan gadis itu. Ervan mendonga menatap waiah gadis itu. begitu pun dengan gadis itu yang juga memandangi waiah Ervan, kini pandangan mereka saling bertemu.

Sedangkan para anggotanya Ervan menjadi iri sekaligus baper dibuatnya, melihat adegan itu secara langsung di depannya.

"Emm.. maaf." Ervan tersadar, tatapan yang berlangsung hingga beberapa saat hingga ia jadi salah tingkah di buatnya.

Gadis itu tersipu malu dan kembali memunguti kuenya sambil tertunduk, karna malu melihat Ervan.

"Lain kali hati-hati, usahakan jangan lewat jalan sepi seperti ini, bahaya," ucap Ervan mulai mengangkat bicara.

"Rumah kamu dimana? biar gue antar." ucap Ervan setelah selesai mengumpulkan semua kue, ia berniat ingin mengantarkan gadis itu pulang karna tak tega membiarkan nya sendiri.

"Emm.. makasih, gak perlu repot repot, rumah aku dekat kok dari sini, aku bisa pulang sendiri," tolak gadis itu merasa sungkan dan tak mau merepotkan Ervan.

"Kamu yakin? emang berani pulang sendiri?" ucap Ervan.

Gadis itu terdiam sejenak seperti sedang memikirkan perkataan Ervan.

"Emm.. berani kok," ucap gadis itu setelah berfikir sejenak.

Sebenarnya ia masih merasa takut untuk pulang sendiri, apa lagi barusan dirinya hampir celaka, kejadian itu belum sempat terlupakan dan masih melekat di benaknya. dengan terpaksa ia mengatakan seperti itu karna tau mau merepotkan Ervan.

"Santai aja, tegang amat." Ervan dapat mengetahui perasaan gadis itu lewat ekspresi wajahnya yang tak bisa santai lebih cenderung gelisah.

"Sok-sok'an nolak, padahal aslinya mah takut, udah bareng sama gue aja, gua anterin pulang." ucap Ervan lagi memberi penawaran.

"Tapi.. jadi ngerepotin kamu, nggak deh, aku pulang sendiri aja gapapa kok." tolak gadis itu yang masih terpaksa menolak karna merasa tak enak dengannya. dirinya lebih memilih pulang sendiri saja dari pada harus merepotkan Ervan.

"Santai aja kali, nanti tinggal arahin aja jalan ke rumahmu," Ervan berjalan dan menaiki motornya.

"Ayo sini naik, kamu mau pulang atau tetap disitu?" melihat gadis itu masih diam di tempat, Ervan memanggilnya agar segera naik ke motornya.

Gadis itu tak bisa berbuat banyak, ia juga tak bisa menolaknya, memilih manut saja karna sedari tadi Ervan terus memaksanya. hal itu atas dasar kemauan Ervan sendiri tanpa ia minta darinya.gadis itu perlahan berjalan ke arah Ervan.

Bab 3. Kenyataan Kelam

"Riko! lo sama anak-anak balik ke markas, gue mau nganterin dia pulang."

Sebelum pergi mengantarkan gadis itu pulang, Ervan menyuruh Riko untuk kembali ke beskem bersama para anggota The Jokers Warrior.

"Wokey." Riko mengacungkan jempolnya cepat.

"Yok Cabut geng!" kata Riko sambil menaiki motornya.

Disusul dengan anggota yang lain juga menaiki motornya masing-masing. Ervan dan anggotanya berpisah di tempat itu pada saat itu juga dengan arah yang berbeda.

Saat ini Ervan berada di tengah perjalanan, di sepanjang perjalanan keduanya nampak hanya diam tanpa terlibat pengobrolan apapun, karna sama-sama canggung enggan berbicara.

"Ini kemana nih? masih jauh gak dari rumahmu," pada akhinya Ervan mulai membuka pembicaraan mencairkan suasana.

"Lurus aja terus, ini masih agak jauh dari rumahku, nanti kalau disana ada pertigaan belok kek kiri." kata gadis itu menanggapinya.

"Oke deh." Ervan mengangguk cepat.

Beebrapa saat kemudian, sampai lah mereka di pertigaan jalan, Evan menuruti arahan yang di tentukan oleh gadis itu tadi.

"Ini beneran nih, emang gini ya jalannya?" Ervan kembali bertanya setelah melewati cukup jauh di lihatnya jalanan itu terasa asing baginya. disekitar mereka dikelilingi persawahan yang menghijau hingga terasa nyaman mata memandang.

"Iya kenapa emangnya?" ucap gadis itu membalikkan pertanyaan.

"Gapapa sih, enak disini suasananya terkesan tentram dan nyaman," ungkap Ervan terkagum. karna baru pertama kali ini dia melihat keindahan suasana di desa.

"Iya memang, kalau di desa suasananya nyaman banget, lebih lagi kalau di pegunungan, jauh lebih nyaman." ucap gadis itu lagi.

"Emang sebelumnya kamu gak pernah ngeliat suasana di perdesaan ya?" tanyanya mulai tertarik tuk mengobrol lebih lama dengan Ervan.

"Gapernah. baru pertama ini gua, jalangkan sawah, hutan aja gak ada di daerah rumah gua, gua tinggal di kota, jadi sulit kalau ingin mencari pemandangan alam." ungkap Ervan.

"Oh, pantesan aja." gadis itu mengangut faham sekarang.

"Oh iya, nanti di depan sana belok kiri lagi ya, rumahku disitu," ucap gadis itu memberitau Ervan sebelum mereka kelewatan jauh karna terlalu asyik mengobrol.

"Wokey!" sahut Ervan cepat.

"Ngomong-ngomong kamu gak takut nih kalau malam-malam keluar sendiri?" tanya Ervan, di dlihat sekelilingnya rumah rumah penduduk disana berjarak cukup jauh dari rumah yang lain, tak seperti permukiman pada biasanya yang padat perumahan.

"Ya nggak lah ngapain takut orang udah tempatnya." ucap gadis itu.

Tak seperti sebelumnya yang sempat canggung karna sama-sama malu, namun sekarang mereka sering terlibat pembicaraan.

"Nggak gitunya. lu gak takut ketemu sama hantu gitu? biasanya tempat sepi seperti ini sering ada hantunya, kalau begal atau maling kayaknya agak aman lah disini, disini lumayan banyak rumah warga meskipun gak terlalu padat," ucap Ervan.

"Aman kok disini, apa lagi hantu, aku sering keluar kalau malam gak ada tuh, gak pernah ketemu sama hantu, cuman sih gak terlalu malam banget." ucap gadis itu.

"Hmm.. gitu ya." seketika itu Ervan terdiam, tanpa bertanya apa-apa lagi.

Tak lama kemudian. kini sampai lah mereka dirumah gadis itu. Ervan berhenti di halaman depan rumah gadis itu.

"Hmm.. jadi ini rumahnya." guman Ervan melihat rumah gadis itu yang terlihat sederhana.

"Masuk dulu yuk kedalam." ucap gadis itu turun dari motor.

"Emm.. nggak deh makasih, gue langsung pulang aja." Ervan menolak.

"Loh kenapa? gak mau mampir dulu?" tanyanya.

"Nggak deh. gue masih ada urusan soalnya." ucap Ervan.

"Oh gitu.. yaudah deh, makasih ya udah mau nganterin aku pulang." ucap gadis itu berterimakasih.

"Iya, sama-sama." ucap Ervan sambil tersenyum.

"Yaudah gue pulang dulu." Ervan kembali menghidupkan motornya.

"Iya, hati-hati dijalan ya," ucap gadis itu.

Kemudian Ervan kembali mengendari motornya tuk menuju ke markasnya.

"Selain ganteng, baik juga teryata tuh cowok." ucap gadis itu pelan sembari memperhatikan Ervan yang semakin lama semakin tak terlihat.

Ia mengagumi sosok Ervan yang bertolak belaka dengan kedudukannya, tak seperti anak geng motor pada umumnya yang terkenal brandalan dan suka membuat onar meresahkan orang lain. tetapi Ervan jauh dari karakter seperti itu. Ervan lebih bercenderung kalem, bersifat dingin dan baik hati suka menolong sesama, hingga tak terlihat statusnya sebagai ketua geng motor, tak banyak sebagian dari orang lain yang menganggapnya anak biasa saja. padahal sebenarnya ia merupakan ketua geng motor.

Gadis itu beranjak masuk kedalam rumahnya yang kebetulan pintu tak tertutup.

"Asalamualaikum bu." ucap gadis itu pada ibunya yang nampak sedang menyapu.

"Waalaikumsalam. tumben pulang cepat nduk, cowok tadi itu kemana? kok gak sekilan diajak masuk juga." ujar bu Lusi ibu dari gadis itu secara tiba tiba.

Tanpa ia sadari teryata sedari tadi sang ibu memperhatikan nya dari balik jendela, dimana putrinya pulang bersama laki-laki. tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan nya.

"Cowok? respon gadis itu terkejut," menurutnya dari mana ibunya tau jika ia bersama Ervan tadinya.

"Iya. ibu tadi ngeliat kamu sama cowok di depan, pasti dia pacar kamu ya? kok gak di ajak masuk sekalian," ucap bu Lusi mengira seorang laki-laki yang bersama putrinya barusan merupakan pacarnya.

"Ih apa'an sih bu, bukan bu, dia bukan pacar aku, orang aku aja gak kenal sama dia." ucap gadis itu membenarkan fakta agar ibunya tak salah paham.

"Loh, kok bisa kalian gak saling kenal, trus dia siapa?" bu Lusi merasa heran kala mendengar penuturan putrinya itu.

"Novi! ini kenapa nak kok kuenya bisa hancur kayak gini? apa yang terjadi." tak sempat mendengar penuturan dari putrinya lagi, ia di kejutkan saat mendekati putrinya melihat kue bawaan putrinya itu hancur berantakan.

Dan ternyata nama dari gadis itu adalah Novi. terdengar bagus dan sempurna tetapi tidak dengan kenyataan hidupnya. dari kecil ia sudah di tinggal oleh ayahnya, bahkan hingga ia mulai tumbuh dewasa ia tidak pernah tau sosok sang ayah. sewaktu Novi menginjak umur 1 tahun kedua orang tuanya bercerai, sejak saat itu juga bu Lusi lebih memilih membawa putrinya tuk tinggal bersamanya. sedangkan saat ini Novi sudah berumur 19 tahun setara seumuran anak SMA jika bersekolah, namun sayangnya Novi putus sekolah pada saat dirinya lulus SMP.

Hal itu bukan tanpa sebab, melainkan ia terpaksa memutuskan tidak melanjutkan sekolah, karna tak ingin membuat sang ibu menderita hanya karna keinginan nya. jelas hal itu membutuhkan biaya yang cukup besar nantinya jika melanjutkan SMA. ditambah lagi ekonomi mereka yang hidup serba pas pasan.

Makadar itu Novi lebih memilih putus sekolah dan membantu ibunya dari pada membuat sang ibu menderita. setiap hari Novi selalu menggantikan peran ibunya sebagai penjual kue keliling.karna hanya itu lah yang bisa ia lakukan tuk membantu ibunya.

Bab 4. Memiliki perasaan yang sama

Novi terdiam sejenak tak langsung menjawab, sempat bingung jika mengatakan yang sebenarnya jelas hal itu akan membuat ibunya syok.

"Novi? kok malah bengong di tanyain, apa yang sebenarnya terjadi?" (bu Lusi kembali bertanya)

"Emm.." Novi terlihat kebingungan antara mau menceritakan pada ibunya atau tidak. masalahnya kejadian yang sempat ia alami terbilang cukup serius, jelas hal itu dapat membuat ibunya khawatir.

"Sebenarnya.. tadi Novi di jalan sempat di ganggu sama preman bu, mereka juga mau merampas uang hasil jualan Novi, mereka juga mengacak-acak dagangan Novi bu." jelas Novi terpaksa jujur.

"Hah? apah! terus kamu gimana nak? kamu gak di apa-apain kan? sama preman itu." bu Lusi terkejut, ekspresi wajahnya seketika berubah.

"Novi baik-baik aja kok bu, tadi Novi di bantu sama cowok tadi yang nganterin Novi pulang, untungnya ada dia yang nolongin Novi, jadi mereka gak sempat mencelakai Novi. ibu tenang aja ya, Novi beneran gapapa kok." tutur Novi menjelaskan agar ibunya itu tak khawatir lagi dengannya.

"Cowok? apa cowok tadi yang diluar itu?" (tanya bu Lusi mengingat ketika sempat melihat putrinya pulang bersama laki-laki.

"Iya bu, dia yang nolongin Novi." Novi mengangut cepat saat ditanya oleh ibunya.

"Alhamdulillah.. syukur lah kalau kamu baik baik saja nak" bu Lusi menggela nafas lega.

"Masih ada orang baik teryata di sekitar kita. tadi dia kok gak di ajak masuk juga nak, dia udah baik loh sama kamu." ucap bu Lusi merasa berhutang budi karna sudah menyelamatkan putrinya.

"Udah Novi ajak masuk tadi bu, tapi dianya aja yang gak mau," tutur Novi.

"Oh yaudah, kapan-kapan kalau sempat ketemu lagi sama dia, ajak main kesini, ibu ingin tau anaknya." ucap bu Lusi entah kenapa tiba-tiba berkata seperti itu. mungkinkah ia setuju jika putrinya memliki hubungan dengan Ervan, apakah bu Lusi memang sengaja ingin menjodohkan mereka?

"Iya bu.." Novi hanya menganggut saja meskipun tak faham dengan perkataan ibunya itu.

"Yasudah. kalau gitu kamu mandi dulu nduk, habis itu makan, ibu sudah siapin makan buat kamu." titah bu Lusi pada putrinya.

"Iya bu.." ucap Novi mengiyakan perintah ibunya.

"Oh iya nak, hampir lupa ibu, itu motormu udah selesai, tadi pak wanto yang nganterin kesini," bu Lusi memberitau putrinya, jika motornya yang ada di bengkel sudah selesai di service.

"Wihh.. beneran bu? kapan pak wanto kesini? Novi kok gak tau," tanya Novi.

"Ya tadi, pas kamu belum pulang, sekarang udah enak lagi, tadi udah ibu coba," sahut bu Lusi.

"Oh. syukur deh, kalau gini kan enak, Novi jadi bisa pake motor lagi," Novi nampak senang, karna tak harus capek-capek lagi berjalan kaki, ia bisa menggunakan motornya kembali tuk berjualan.

Lalu setelah itu pun Novi bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Beberapa saat, Novi yang telah selesai makan dan mandi dengan tubuh yang sudah fres. terlihat saat ini dia tengah berada di dalam kamarnya. Novi duduk di samping jendela sembari melihat ke arah luar. entah apa yang sedang ia renungkan. tetapi yang jelas ia nampaknya tengah memikirkan sesuatu terpancar jelas jika di lihat dari sorotan wajahnya.

"Kalau dipikir-pikir cowok tadi itu baik juga ya, meskipun dia anak berandalan tapi gak seburuk seperti anak berandalan pada umumnya. udah baik ganteng lagi." Novi menjadi senyum-senyum sendiri membayangkan sosok Ervan di fikiran nya sekaligus kagum.

Sosok yang sempurna hampir tak ada cela sedikitpun, mampu membuat hatinya terpikat. dimana Novi sangat mengagumi Ervan, entah mengapa rasa suka seolah tiba-tiba tumbuh dengan sendirinya bersemi dihatinya, hal itu bisa ia rasakan sendiri saat ini.

"Eh? kok gue jadi mikirin dia sih, sadar Novi, sadar! hadeh.. kenal aja nggak bisa-bisanya mikirin dia," ucap Novi segera menepis fikiran nya.

°°°°°

Sedangkan di tempat yang berbeda.. Ervan juga mengalami hal yang sama. terlihat saat ini Ervan nampak berada di markasnya bersama para anggotanya yang lain. Ervan duduk di luar seorang diri, sedangkan para anggotanya berada di dalam. ia termenung dengan sorotan mata memandang jauh kedepan.

"Kalau di pikir-pikir, ok juga tuh cewek, udah cantik mandiri, pekerjaan keras lagi, jarang ada cewek modelan kayak dia, hmmm.." ucap Ervan pelan. Seseorang yang ia maksud adalah Novi. sejak pertemuan awal dirinya seolah tertarik dengan Novi.

"Cocok kali ya kalau gue bersanding sama dia, lumayan gak terlalu buruk amat, pantes lah kalau di ajak jalan, gak malu maluin, oh iya, gue gak sempat minta no WA nya lagi, moga aja ketemu lagi sama dia." ucap Ervan lagi, ia berharap bisa bertemu lagi dengan Novi hanya sekedar untuk kenalan.

Ervan kembali termenung sambil tersenyum senyum sendiri, hingga terlihat seperti orang kurang waras.

"Doorr.." ucap Riko secara tiba tiba yang mengagetkan Ervan sambil menepuk pundaknya. ia berada di dekat Ervan bersama Bima.

"Astaga!! ngagetin aja lu!" Ervan melonjak kaget, ia sedikit kesal dengan Riko.

Sedangakan Riko dan Bima nampak tertawa meliat kelucuan ketuanya itu.

"Hahaha... gitu aja kaget, lu kenapa sih dari tadi bengong mulu disini, awas kesambet loh." ucap Riko sambil tertawa kecil.

"Iya, lu kenapa dah Van? kita perhatiin kayak bengong mulu dari tadi, lu lagi mikirin apa? timpal Bima yang menyela pembicaraan.

Kedekatan mereka memang lah terasa bagaimana pertemanan, hingga tak terlihat kedudukan Ervan sebagai ketua mereka, di antara semua anggota The Jokers Warrior, yang paling dekat dengan Ervan hanya lah mereka berdua, tak seperti anak geng motor pada umumnya yang sangat segan memanggil ketua mereka dengan julukan bos, apa lagi sampai terlibat pembicaraan hal itu terasa jarang. namun berbeda dengan mereka yang lebih terlihat sangat akrab seperti teman biasa, karna dulunya Riko dan Bima merupakan teman dekatnya Ervan, jadi tak wajar jika mereka terlihat sangat dekat.

"Hmm.. nggak, gue gak lagi mikirin apa apa." (sahut Ervan)

"Ouh.. kirain kenapa, gimana sama cewek tadi itu, lu anterin dia kemana?" tanya Riko sambil duduk di kursi sebelah Ervan.

"Ya gue anterin ke rumahnya lah, mau kemana lagi, aneh lu mah." Ervan meresponnya dengan santai.

"Ouh.. ya nggak, siapa tau lu bawa dia main dulu," (ucap Riko)

"Berarti lu tau sama rumahnya dia Van? kali ini Bima yang giliran bertanya.

"Ya tau lah.." sahut Ervan singkat.

"Gimana rumahnya cewek itu Van? tanya Bima lagi.

"Biasa aja sih, sederhana rumahnya, emangnya kenapa? ko lu tiba tiba nanya tentang cewek itu?" sekilas Ervan melirik ke arah Bima.

"Ya gapapa sih, gue cuma nanya doang." ucap Bima, setelah itu dia terdiam tanpa sepata apapun.

"Kalau gue liat-liat.. cantik juga ya tuh cewek, udah cantik, imut lagi," Ervan tersenyum sempat membayangkan awal bertemu dengan seorang gadis yang mampu membuat hatinya terpikat, yang tak sempat ia ketahui namanya.

"Jangan bilang lu naksir sama dia? hayo loo.. lu pasti naksir kan sama dia, ngaku aja lo Van?" ucap Riko yang menggoda Ervan.

"Ih apaan sih, sok tau lu," Ervan memalingkan wajahnya malu. perkataan Riko seolah menjebaknya.

"Fix, gak mungkin nggak, terus kenapa kok lu muji dia, kalau lu memang benar gak naksir sama tuh cewek." timpal Bima menyela di antara pembicaraan mereka. ia juga ikut menyudutkan Ervan dengan menodongkan pertanyaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!