NovelToon NovelToon

Pandangan Pertama Rasa Cinta

Bab 1. Awal Mula

Brumm... Brumm!!! terdengar suara derungan motor yang begitu memekakkan telinga.

Terlihat dari kejauhan ada puluhan pengendara motor berbaris rapi menguasai jalan dipenuhi rombongan puluhan pengendara motor itu. mereka mengenakan jaket yang sama, di belakang jaket mereka terdapat lambang tengkorak tertancap pisau serta tertulis The Jokers Warrior di bawahnya.

Dan ternyata itu adalah Ervan bersama para anggota geng motornya sedang menuju ke sebuah tempat entah kemana tujuan mereka.

Beberapa saat kemudian. mereka semua berhenti tepat di jalan yang sepi, di depan mereka nampak ada segerombolan pria seolah menyambut kedatangan mereka.

Ervan turun dari motornya dan berjalan satu langkah, Ervan berdiri dengan gagahnya seraya berkacak pinggang, menatap gerombolan para pria itu. sedangkan seluruh anggotanya berbaris rapi di belakangnya siap siaga tuk mulai berperang.

Seorang pria bertubuh penuh tato maju selangkah dengan gagahnya sambil berkata.. "Dateng juga lo teryata!" ucapnya menatap tajam dengan tersenyum miring.

"Jangan banyak bocot deh lu, ayo kita mulai sekarang, gue udah gak sabar!" ucap Ervan menantang pria itu.

"Nantangin!! Udah mulai seru nih? bagus baguss! pemimpin The Jokers Warrior memang sudah edan," ujar pria itu sambil bertepuk tangan tersenyum menyeringai.

"Selama ini gua udah sabar ngadepin tingkah kalian, tapi sekarang kesabaran gua udah gak berlaku, kalian selalu mengusik kita." ucap Ervan lagi, kesabarannya mulai habis.

Dimana gerombolan para pria itu merupakan musuh bebuyutannya, sebuah geng yang selalu membuat onar dan meresahkan orang lain, bukan hanya itu saja, mereka bahkan pernah mengeroyok salah satu anggota Ervan yang sering terjadi, Ervan yang tak terima memutuskan balas dendam untuk menyerang mereka.

"Jangan banyak omong! maju sini lo semua. lesty goo genggg.. serang mereka!!!

Pria bertubuh penuh tato yang bernama Toni itu memberi aba-aba tuk mulai menyerang. seketika itu seluruh anak buahnya pun maju untuk mulai menyerang.

Majuuuu... Serang mereka!!!! teriak seorang pemuda yang ada di dekatnya Ervan, memerintahkan seluruh anggota The Jokers Warrior untuk menyerang, dia bernama Riko yang merupakan wakil ketua, sekaligus kapten tempur divisi 1.perannya sangat penting dalam The Jokers Warrior dan orang terkuat no 2 setelah Ervan. kemampuannya sudah tidak bisa diragukan lagi, bahkan ia mampu meratakan dan melumat puluhan musuh yang ia lawan.

Seluruh anggota The Jokers Warrior berlarian maju dengan semangat yang membara, hanya mengisahkan Ervan dan juga Riko yang masih diam disana. begitupun dengan Toni ia juga diam di tempat tanpa ikut menyerang sembari memperhatikan pertarungan antara para bawahannya melawan anggota The Jokers Warrior.

Beberapa saat kemudian Ervan dan Riko maju ikut serta dalam peperangan berlangsung. keduanya bertarung dengan gagahnya dengan gaya tersendiri. satu persatu bawahan geng musuh mulai tumbang, kini hanya menyisahkan Ervan yang tengah bertarung melawan Toni, pertarungan mereka berlangsung dengan sengit, namun tetap saja Toni sangat kaulahan ketika berhadapan langsung dengan Ervan, karna kemampuannya sangat jauh di bawah Ervan.

Setelah melewati pertarungan yang cukup sengit, pada akhirnya Ervan pun berhasil mengalahkan Toni dengan mudahnya.

Ervan menopang tubuh Toni dan mencengkram lehernya sambil berkata.. "Kalau lo masih berani mengusik kita apa lagi sampai melukai salah satu dari anggota gua,habis lo! gue gak akan segan-segan menghabisi lo! ingat baik baik! jangan pernah ganggu The Jokers Warrior." Ervan memperingati dengan tegas sambil menatap tajam dengan tatapan penuh kebencian.

"Cabut guys.." kata Ervan sambil berjalan ke arah motornya, disusul para anggotanya yang mengikutinya dari belakang.

Ervan beserta seluruh anggotanya pun pergi meninggalkan tempat itu dengan penuh kemenangan.

Ketika berada di perjalanan terlihat ada seorang gadis yang sedang di palak oleh beberapa preman, bukan hanya itu saja bahkan mereka juga bertindak kasar terhadap garis itu dan menghancurkan barang dagangannya. alhasil kue dagang gadis itu berserakan di jalan, sekilas Ervan sempat melihat kejadian itu.

Ervan yang tak tega perasaan nya seolah menjadi emosi melihatnya, Ervan memberi aba aba pada anggotanya untuk menepi ke pinggir jalan.

Ervan berhenti tepat di dekat gadis itu, dan bergegas turun mendekati gadis itu dan melindunginya.

"Hentikan!! apa-apaan nih!" teriak Ervan dengan nada tinggi sorotan matanya menyalang menatap para preman itu. sedangakan gadis itu terjatuh karna sempat di dorong oleh salah satu dari mereka yang berusaha merebut tas kecil yang berisikan uang hasil dagangannya.

Ervan menjulurkan tangannya pada gadis itu untuk membantunya berdiri, awalnya gadis itu merasa malu dan akhirnya meraih tangan Ervan karna tak kuat tuk berdiri sendiri.

"Kamu gapapa kan?" Ervan memegang bahu gadis itu dengan kedua tangannya dan mengarahkan badannya ke arahnya, Ervan menatap gadis itu dengan khawatir.

Gadis itu hanya mengangguk pelan sambil menunduk karna masih merasa takut dengan hal yang ia alami barusan. sekilas ia mendonga dan melihat ke arah Ervan selang beberapa detik ia kembali menunduk.

Ervan yang sempat melihat wajah gadis itu perasaannya sempat melayang dan terpesona, melihat paras wajah gadis itu yang sangat cantik, hingga berhasil membuatnya terpana walaupun hanya melihatnya beberapa saat.

Ervan sempat melamun memperhatikan gadis itu selang satu detik, Ervan tersadar dari lamunnya dan berbalik badan menatap para preman itu dengan tatapan penuh kebencian.

"Keterlaluan kalian! seenaknya menindas orang yang tak bersalah, perlakuan kalian tak lebih seperti sampah, lo pada mau cari mati apah?! tegas Ervan dengan nada membentak masih dengan tatapan yang sama, penuh emosi dan amarah memuncak.

Ervan bersifat tidak tegaan terhadap orang lain, apa lagi saat ini ia melihat dengan kepala matanya sendiri bagaimana perlakuan para preman itu terhadap gadis tersebut. jelas hal itu mengundang kemarahannya.

"Ada pahlawan kesiangan nih? Hahaha... salah satu dari preman itu tertawa meledek Evan, disusul dengan yang lain juga ikut tertawa.

"Jangan ikut campur lo! ini wilayah kekuasaan kami apapun yang mau gua lakukan ya bebas, terserah gue, jangan sok jadi jagoan deh, berani-beraninya mencampuri urusan kita, lo pikir kita takut sama kalian? anak ingsuan kayak kalian bisa apa, maju sini lo! gua tampung semua." ujar salah satu dari mereka lagi yang merupakan bos dari para preman itu, dengan sombongnya ia menantang Ervan.

Karna ia berfikir jika ia dan para anak buahnya dapat mengalahkan Evan dan semua teman temannya, karna mereka semua memliki tubuh kekar dan berotot yang cukup mempuni, sedangkan anggota Ervan hanya lah segerombolan pemuda yang kalah jauh dari segi umur, fisik atau pun kekuatan.

"Gue sendiri udah cukup!" kata Ervan dengan angkuhnya.

Evan menoleh ke belakang melihat ke arah anggotanya lalu berkata.. "Jangan ada yang ikut campur, cukup diam dan saksikan."

Bab 2. Detik awal dari semua.

Ervan melarang seluruh anggotanya agar tidak ikut campur membantunya, karna ia sendiri lah yang akan turun tangan melawan para preman itu.

"Jaga dia! biar gua yang habisi mereka." ucap Evan pada Riko sambil melirik ke arah gadis itu.

"Lu tenang aja, dia aman sama kita." Riko sangat yakin sepenuhnya jika Ervan bisa melawan mereka seorang diri.

"Nantangin lo! gede juga nyali lo, habisi diaaa!" karna merasa tertantang dan tak terima, bos preman itu langsung menyerang Ervan.

"Loh! kok malah berantem sih, hey hentikan, udah jangan hiraukan mereka." gadis itu nampak panik melihat hal itu, ia coba meneriaki Ervan agar mewurungkan niatnya. namun Ervan tetap maju melawan mereka.

"Aduhh.. kok jadi gini sih, kalian kok malah diam aja sih, bantuin kek! kok malah dibiarin," ucap gadis itu pada Riko, menyuruhnya untuk segera membantu Ervan, karna ia khawatir takut terjadi apa apa sama Ervan hanya karna membelanya.

"Ini kemauan Ervan sendiri, kamu tenang aja, dia gak bakalan kenapa-kenapa kok." sahut Riko santai sambil melihat ke arah gadis itu yang nampak gelisah.

"Kejam banget kamu," kata gadis itu tak habis pikir dengan mereka, padahal Ervan sedang berkelahi justru mereka diam saja tanpa melakukan apa-apa setidaknya tuk membantu Ervan.

Gadis itu terus memperhatikan Ervan dengan cemas, berharap Evan baik-baik saja, apa lagi penyebab perkelahian itu terjadi karnanya, hal itu yang membuat gadis itu merasa bersalah.

"Ini yakin nih? kita biarin gini?" ujar Bima mendekat ke arah Riko.

"Ini pertarungannya Ervan, kita cukup diam dan saksikan." tanggapan Riko slow respon.

"Gak gitunya Rik, ini masalahnya tangan gue gatel banget nih pengen bantai mereka juga, emang lo gak gatel apa kalau cuma liatin gini doang." ujar Bima lagi.

"Ya gatel sih, pengen juga nonjokin mereka, tapi mau gimana lagi ini kemauan Ervan sendiri, ya kita cuma bisa nurutin kemauannya." sahut Riko.

Sedangkan pertarungan Ervan melawan para preman itu berakhir tak telalu lama, Ervan berhasil meratakan mereka dan keluar sebagai pemenang. sungguh kemampuan yang sangat luar biasa, dengan mudahnya Ervan dapat mengalahkan mereka semua dengan sekejap mata, padahal para preman itu memliki tubuh yang cukup besar dan kekar di bandingkan dengannya, namun hal itu seolah tak berlaku bagi Ervan.

"Jangan pernah lu ganggu dia lagi! kalau sampai gue liat kalian ganggu dia, liat aja! gue habisin lo semua, pahamm!! kata Ervan sambil menekankan dada bos preman itu dengan kakinya.

"Ba ba-baik... saja janji gak akan menggangu dia lagi, le.. lepaskan saya." mohon nya pada Ervan.

Setelah itu Ervan menurunkan kakinya, bos preman itu langsung lari terbirit-birit disusul dengan anak buahnya yang juga ketakutan pergi dari sana.

Ervan kembali menghampiri gadis itu yang masih bersama Riko dan anggota The Jokers Warrior.

"Wahh.. hebat kamu ya bisa ngalain mereka, padahal kamu sendirian, kamu gapapa kan?" puji gadis itu mengagumi ketangguhan Ervan.

"Aman.. gua baik-baik aja kok.". Ervan menanggapi nya dengan santai.

"Syukur lah. makasih banyak ya udah nolongin aku, untung aja ada kamu, kalau nggak, gatau deh apa yang akan terjadi, mungkin mereka sudah mencelakai aku." gadis itu sangat berterimakasih pada Ervan.

"Sama-sama, kamu sendiri gimana?" tanya Ervan mengkhawatirkan kondisi gadis itu.

"Aku gapapa kok.." Gadis cantik berlesung pipit di kedua pipinya itu, seketika tersenyum tak kala senangnya Ervan begitu peduli mengkhawatirkan keadaannya.

"Duhh.. senyummu itu loh." guman Ervan didalam hatinya, melihat senyum manis gadis itu yang mampu membuat hatinya berdebar.

Lagi lagi Ervan dibuat terpana dengan keangunan gadis itu, yang berhasil membuat terpesona, apa lagi saat melihatnya dengan senyum manisnya, hingga membuat tubuhnya terbeku.

"T tapi.. gimana dengan gadanganmu," ucap Ervan tersadar dari lamunannya, dilihatnya barang bawaan gadis itu berupa kue hancur dan berserakan dijalan, ada beberapa yang masih utuh dan layak dimakan.

"Gapapa kok, masih bisa buat yang baru." kata gadis itu berusaha tetap tersenyum walaupun hatinya sedang hancur.

Gadis itu mengambil keranjang wadah kuenya dan memunguti beberapa kue yang masih utuh. Ervan mendekatinya ia tau dengan perasaan gadis itu yang sedang tidak baik baik saja.

"Ini udah gak bisa dimakan lagi, kalau gini mah rugi jadinya." ujar Ervan membantu gadis itu mengumpulkan kue kue itu kedalam wadah.

Saat Ervan hendak mengambil kue yang ada di hadapan gadis itu bersamaan dengan hal itu, justru gadis itu juga meraih kue tersebut, alhasil apa yang di pegang Ervan yakni tangan gadis itu. Ervan mendonga menatap waiah gadis itu. begitu pun dengan gadis itu yang juga memandangi waiah Ervan, kini pandangan mereka saling bertemu.

Sedangkan para anggotanya Ervan menjadi iri sekaligus baper dibuatnya, melihat adegan itu secara langsung di depannya.

"Emm.. maaf." Ervan tersadar, tatapan yang berlangsung hingga beberapa saat hingga ia jadi salah tingkah di buatnya.

Gadis itu tersipu malu dan kembali memunguti kuenya sambil tertunduk, karna malu melihat Ervan.

"Lain kali hati-hati, usahakan jangan lewat jalan sepi seperti ini, bahaya," ucap Ervan mulai mengangkat bicara.

"Rumah kamu dimana? biar gue antar." ucap Ervan setelah selesai mengumpulkan semua kue, ia berniat ingin mengantarkan gadis itu pulang karna tak tega membiarkan nya sendiri.

"Emm.. makasih, gak perlu repot repot, rumah aku dekat kok dari sini, aku bisa pulang sendiri," tolak gadis itu merasa sungkan dan tak mau merepotkan Ervan.

"Kamu yakin? emang berani pulang sendiri?" ucap Ervan.

Gadis itu terdiam sejenak seperti sedang memikirkan perkataan Ervan.

"Emm.. berani kok," ucap gadis itu setelah berfikir sejenak.

Sebenarnya ia masih merasa takut untuk pulang sendiri, apa lagi barusan dirinya hampir celaka, kejadian itu belum sempat terlupakan dan masih melekat di benaknya. dengan terpaksa ia mengatakan seperti itu karna tau mau merepotkan Ervan.

"Santai aja, tegang amat." Ervan dapat mengetahui perasaan gadis itu lewat ekspresi wajahnya yang tak bisa santai lebih cenderung gelisah.

"Sok-sok'an nolak, padahal aslinya mah takut, udah bareng sama gue aja, gua anterin pulang." ucap Ervan lagi memberi penawaran.

"Tapi.. jadi ngerepotin kamu, nggak deh, aku pulang sendiri aja gapapa kok." tolak gadis itu yang masih terpaksa menolak karna merasa tak enak dengannya. dirinya lebih memilih pulang sendiri saja dari pada harus merepotkan Ervan.

"Santai aja kali, nanti tinggal arahin aja jalan ke rumahmu," Ervan berjalan dan menaiki motornya.

"Ayo sini naik, kamu mau pulang atau tetap disitu?" melihat gadis itu masih diam di tempat, Ervan memanggilnya agar segera naik ke motornya.

Gadis itu tak bisa berbuat banyak, ia juga tak bisa menolaknya, memilih manut saja karna sedari tadi Ervan terus memaksanya. hal itu atas dasar kemauan Ervan sendiri tanpa ia minta darinya.gadis itu perlahan berjalan ke arah Ervan.

Bab 3. Kenyataan Kelam

"Riko! Bawa mereka balik ke markas."

Sebelum pergi mengantarkan gadis itu pulang, Ervan menyuruh Riko untuk kembali ke markasnya bersama para anggota The Jokers Warrior.

"Wokey." Riko mengacungkan jempolnya cepat.

"Cabut geng!" kata Riko sambil menaiki motornya.

Disusul dengan anggota yang lain yang juga menaiki motornya masing-masing. Ervan dan anggotanya berpisah di tempat itu pada saat itu juga dengan arah yang berbeda.

Saat ini Ervan berada di tengah perjalanan, di sepanjang perjalanan keduanya nampak hanya diam tanpa terlibat pengobrolan apapun, karna sama-sama canggung enggan berbicara.

"Ini kemana nih? masih jauh gak dari rumahmu," pada akhinya Ervan mulai membuka pembicaraan mencairkan suasana.

"Lurus aja terus, ini masih agak jauh dari rumahku, nanti kalau disana ada pertigaan belok kek kiri." kata gadis itu menanggapinya.

"Oke deh." Ervan mengangguk cepat.

Beebrapa saat kemudian, sampai lah mereka di pertigaan jalan, Evan menuruti arahan yang di tentukan oleh gadis itu tadi.

"Ini beneran nih, emang gini ya jalannya?" Ervan kembali bertanya setelah melewati cukup jauh di lihatnya jalanan itu terasa asing baginya. disekitar mereka dikelilingi persawahan yang menghijau hingga terasa nyaman mata memandang.

"Iya kenapa emangnya?" ucap gadis itu membalikkan pertanyaan.

"Gapapa sih, enak disini suasananya terkesan tentram dan nyaman," ungkap Ervan terkagum. karna baru pertama kali ini dia melihat keindahan suasana di desa.

"Iya memang, kalau di desa suasananya nyaman banget, lebih lagi kalau di pegunungan, jauh lebih nyaman." ucap gadis itu lagi.

"Emang sebelumnya kamu gak pernah ngeliat suasana di perdesaan ya?" tanyanya mulai tertarik tuk mengobrol lebih lama dengan Ervan.

"Gapernah. baru pertama ini gua, jalangkan sawah, hutan aja gak ada di daerah rumah gua, gua tinggal di kota, jadi sulit kalau ingin mencari pemandangan alam." ungkap Ervan.

"Oh, pantesan aja." gadis itu mengangut faham sekarang.

"Oh iya, nanti di depan sana belok kiri lagi ya, rumahku disitu," ucap gadis itu memberitau Ervan sebelum mereka kelewatan jauh karna terlalu asyik mengobrol.

"Wokey!" sahut Ervan cepat.

"Ngomong-ngomong kamu gak takut nih kalau malam-malam keluar sendiri?" tanya Ervan, di dlihat sekelilingnya rumah rumah penduduk disana berjarak cukup jauh dari rumah yang lain, tak seperti permukiman pada biasanya yang padat perumahan.

"Ya nggak lah ngapain takut orang udah tempatnya." ucap gadis itu.

Tak seperti sebelumnya yang sempat canggung karna sama-sama malu, namun sekarang mereka sering terlibat pembicaraan.

"Nggak gitunya. lu gak takut ketemu sama hantu gitu? biasanya tempat sepi seperti ini sering ada hantunya, kalau begal atau maling kayaknya agak aman lah disini, disini lumayan banyak rumah warga meskipun gak terlalu padat," ucap Ervan.

"Aman kok disini, apa lagi hantu, aku sering keluar kalau malam gak ada tuh, gak pernah ketemu sama hantu, cuman sih gak terlalu malam banget." ucap gadis itu.

"Hmm.. gitu ya." seketika itu Ervan terdiam, tanpa bertanya apa-apa lagi.

Tak lama kemudian. kini sampai lah mereka dirumah gadis itu. Ervan berhenti di halaman depan rumah gadis itu.

"Hmm.. jadi ini rumahnya." guman Ervan melihat rumah gadis itu yang terlihat sederhana.

"Masuk dulu yuk kedalam." ucap gadis itu turun dari motor.

"Emm.. nggak deh makasih, gue langsung pulang aja." Ervan menolak.

"Loh kenapa? gak mau mampir dulu?" tanyanya.

"Nggak deh. gue masih ada urusan soalnya." ucap Ervan.

"Oh gitu.. yaudah deh, makasih ya udah mau nganterin aku pulang." ucap gadis itu berterimakasih.

"Iya, sama-sama." ucap Ervan sambil tersenyum.

"Yaudah gue pulang dulu." Ervan kembali menghidupkan motornya.

"Iya, hati-hati dijalan ya," ucap gadis itu.

Kemudian Ervan kembali mengendari motornya tuk menuju ke markasnya.

"Selain ganteng, baik juga teryata tuh cowok." ucap gadis itu pelan sembari memperhatikan Ervan yang semakin lama semakin tak terlihat.

Ia mengagumi sosok Ervan yang bertolak belaka dengan kedudukannya, tak seperti anak geng motor pada umumnya yang terkenal brandalan dan suka membuat onar meresahkan orang lain. tetapi Ervan jauh dari karakter seperti itu. Ervan lebih bercenderung kalem, bersifat dingin dan baik hati suka menolong sesama, hingga tak terlihat statusnya sebagai ketua geng motor, tak banyak sebagian dari orang lain yang menganggapnya anak biasa saja. padahal sebenarnya ia merupakan ketua geng motor.

Gadis itu beranjak masuk kedalam rumahnya yang kebetulan pintu tak tertutup.

"Asalamualaikum bu." ucap gadis itu pada ibunya yang nampak sedang menyapu.

"Waalaikumsalam. tumben pulang cepat nduk, cowok tadi itu kemana? kok gak sekilan diajak masuk juga." ujar bu Lusi ibu dari gadis itu secara tiba tiba.

Tanpa ia sadari teryata sedari tadi sang ibu memperhatikan nya dari balik jendela, dimana putrinya pulang bersama laki-laki. tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan nya.

"Cowok? respon gadis itu terkejut," menurutnya dari mana ibunya tau jika ia bersama Ervan tadinya.

"Iya. ibu tadi ngeliat kamu sama cowok di depan, pasti dia pacar kamu ya? kok gak di ajak masuk sekalian," ucap bu Lusi mengira seorang laki-laki yang bersama putrinya barusan merupakan pacarnya.

"Ih apa'an sih bu, bukan bu, dia bukan pacar aku, orang aku aja gak kenal sama dia." ucap gadis itu membenarkan fakta agar ibunya tak salah paham.

"Loh, kok bisa kalian gak saling kenal, trus dia siapa?" bu Lusi merasa heran kala mendengar penuturan putrinya itu.

"Novi! ini kenapa nak kok kuenya bisa hancur kayak gini? apa yang terjadi." tak sempat mendengar penuturan dari putrinya lagi, ia di kejutkan saat mendekati putrinya melihat kue bawaan putrinya itu hancur berantakan.

Dan ternyata nama dari gadis itu adalah Novi. terdengar bagus dan sempurna tetapi tidak dengan kenyataan hidupnya. dari kecil ia sudah di tinggal oleh ayahnya, bahkan hingga ia mulai tumbuh dewasa ia tidak pernah tau sosok sang ayah. sewaktu Novi menginjak umur 1 tahun kedua orang tuanya bercerai, sejak saat itu juga bu Lusi lebih memilih membawa putrinya tuk tinggal bersamanya. sedangkan saat ini Novi sudah berumur 19 tahun setara seumuran anak SMA jika bersekolah, namun sayangnya Novi putus sekolah pada saat dirinya lulus SMP.

Hal itu bukan tanpa sebab, melainkan ia terpaksa memutuskan tidak melanjutkan sekolah, karna tak ingin membuat sang ibu menderita hanya karna keinginan nya. jelas hal itu membutuhkan biaya yang cukup besar nantinya jika melanjutkan SMA. ditambah lagi ekonomi mereka yang hidup serba pas pasan.

Makadar itu Novi lebih memilih putus sekolah dan membantu ibunya dari pada membuat sang ibu menderita. setiap hari Novi selalu menggantikan peran ibunya sebagai penjual kue keliling.karna hanya itu lah yang bisa ia lakukan tuk membantu ibunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!