NovelToon NovelToon

Andin

Awal

Riansyah Pratama seorang pemuda tampan berusia 27 tahun. Rian merupakan aktor yang namanya melambung tinggi di dunia perfilman. Selain kemampuan akting yang dikuasainya. Rian juga merupakan CEO di sebuah perusahaan perfilman di manca negara.

Rian memiliki kekasih bernama Ara Anita Azzahra yang merupakan seorang gadis cantik berusia 27 tahun dengan kemampuan akting yang di akui oleh para sutradara terkenal.

Sore ini setelah syuting film layar lebar yang ia perankan. Rian berencana untuk melamar kembali sang kekasih yang ke 3 kalinya karena lamaran sebelumnya selalu saja mendapat penolakan.

Rian mengemudi mobilnya menuju restoran yang telah ia siapkan untuk acara lamarannya. Sambil mengemudi Rian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk menelpon sang kekasih.

“Ara... kamu dimana?” tanya Rian dalam telepon sambil menyetir.

“Ya... aku tahu kamu sibuk, tapi...” ujar Rian yang terputus karena sambungan telepon yang diputuskan lawan bicaranya.

“Selalu saja begini! Apakah di hatinya tidak ada namaku?” Gumam Rian bermonolog pada diri sendiri.

“Aku harus buat dia datang!” Gumam Rian kembali lalu menepikan mobilnya.

Rian memandang mainan yang menjadi pajangan mobilnya, mainan berbentuk boneka doraemon kesukaan Ara. Wajahnya sangat bahagia memandang pajangan tersebut karena melihat pajangan itu mengingatkannya akan wajah wanita yang ia cintai yaitu Ara.

Hubungan asmara yang mereka rajut telah berlansungkan selama 4 tahun. Namun tidak sekalipun ada keinginan Ara untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih resmi.

Cinta Rian yang begitu dalam kepada Ara sehingga menimbulkan keinginan untuk menikahi gadis cantik itu. Namun sayangnya sudah sekian kalinya Rian mendapatkan penolakan dari Ara karena alasan ingin berkarir.

Rian tersadar dari lamunannya ketika notifikasi ponselnya berdering. Rian kembali menelepon Ara namun Ara tidak mengangkat panggilannya.

Rian memutuskan menelepon manager Ara.

“Halo... Ki... kalian lagi di mana? Kenapa Ara tidak angkat panggilanku?” tanya Rian

“Ri... come on... jangan terlalu protektif dengan Ara... dia sedang kerja. Hari ini dia main sampai jam 1 dini hari. Please... jangan ganggu konsentrasinya Ri...” Ujar Rizki di seberang sana.

“Aku hanya ingin memberikan kejutan untuk dia Ki... Aku tunggu dia di restoran Sinar Dunia di simpang Y. Katakan ke dia, sesibuk apa dia harus datang jika tidak datang maka kamu akan tahu akibatnya” ujar Rian mengancam Rizki.

Mendengar hal itu Rizki mulai melembutkan suaranya. Pasalnya Rizki tahu bagaimana karakter Rian jika serius. Rian akan melakukan semua cara agar keinginannya tercapai, dan Rizki tidak ingin karirnya terganggu karena ego yang di miliki oleh sepasang kekasih ini.

“Aku usahakan membujuknya Rian” ujar Rizki singkat lalu menutup telepon tersebut.

Rian memukul setirnya karena Ara sang kekasih yang selalu menolak lamarannya. Kali ini dia harus bersikap tegas dengan Ara jika hubungan ini masih ingin di lanjutkan.

Rian pergi melajukan mobilnya ke arah restoran. Sesampainya di sana Arya terdiam sejenak melihat begitu banyak wartawan sedang berada di sana.

“Siapa yang memberitahukan wartawan bahwa aku akan melamar Ara malam ini?” tanya Rian dalam teleponnya. Rian langsung menelepon managernya karena yang mempersiapkan semuanya adalah managernya.

“Aku tidak pernah melakukannya bro...” ujar Alex manager sekaligus sahabat Rian.

Tanpa menjawab ucapan Alex, telepon itupun langsung di tutup sepihak oleh Rian

“Pasti ini kerjaan Rizki!” ujar Rian lalu menginjak kembali pegal gas lalu melajukan mobilnya ke arah lokasi syuting.

Sesampai di sana Rian langsung mencari keberadaan Ara. Beberapa kru menyapa Rian ketika mereka berpapasan.

“Ara...” Panggil Rian ketika Ara sedang syuting.

“Aku ingin syutingnya berhenti sebentar, karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Ara” ujar Rian menghentikan syuting.

Ipan adalah sutradara dan sahabat Rian. Ipan sangat tahu hubungan Rian dengan Ara yang telah berlangsung lama namun tidak ada kejelasannya.

“OK. Kita kasih waktu untuk dua insan ini 10 menit!” ujar Ipan lalu memberikan kode agar semua kru meninggalkan Ara dan Rian berdua saja.

Rizki yang mau mendekat ke arah dua sejoli itu langsung di tahan oleh Ipan, pasalnya Ipan juga curiga bahwa Rizki memiliki hati dengan Ara.

“Ra... kamu mau kita bagaimana?” tanya Rian langsung pada intinya tanpa basa basi.

“Apanya yang bagaimana? Aku hanya ingin kerja dan merintis karir. Aku tahu kamu menyiapkan makan malam mewah untuk melamar aku, bukan?” ujar Ara dengan nada lembut berusaha memberikan pengertian.

“Aku siapkan semua itu untuk kita Ra... Mau di bawa ke mana hubungan ini Ra? Aku sudah di desak kakek untuk menikah!” ucap Rian dengan nada yang mulai meninggi.

“Kamu menikah saja dengan pilihan kakek mu itu. Aku masih muda untuk menyandang status istri apa lagi nanti kamu akan meminta aku berstatus ibu. Maaf Ri... untuk sekian kalinya aku ucapkan maaf... aku pikir kamu terima saja perjodohan itu” ujar Ara memalingkan wajahnya dari Rian yang berdiri membisu.

Rian selalu menerima penolakan Ara dengan menggantungkan harapan suatu saat nanti Ara mau menikah dengannya. Namun kali ini dengan jelas ia mendengar dari telinganya sendiri bahwa Ara meminta dia menerima perjodohan sialan dari sang kakek.

Rian sebenarnya belum siap 100% untuk menjalani bahtera rumah tangga namun dirinya selalu di desak oleh sang kakek agar menikah secepatnya. Maka Rian dengan usaha maksimal selalu meminta Ara untuk menjadi istrinya. Sudah sekian kali Ara menolak lamaran Rian dan kali ini adalah lamaran terakhir Rian karena setelah hari ini Rian tidak akan terjun menjadi Artis namun menggantikan sang kakek untuk menjadi CEO di perusahaan perfilman no 1di dunia perfilman.

Rian emutar tubuhnya tanpa memanggil Ara untuk menghadapnya atau sekedar memberi penjelasan. Ia berjalan meninggalkan Ara sendiri melewati Ipan dan Rizki yang mematung mendengar percakapan mereka.

‘Ara... ternyata aku tidak pernah ada di hatimu’ batin Rian menangis mendengar jawaban sang kekasihnya itu. Meski dia tidak menunjukan ekspresi apapun kepada Ipan dan Rizki. Wajah datar dengan tatapan tajam dan dingin yang melekat di wajahnya saat ini sudah melambang bahwa hubungan mereka sedang tidak baik.

Rian masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kenangan indah dirinya bersama sang kekasih seperti film yang terputar kembali di pikirannya.

Rian tidak habis pikir Ara bisa rela dengan mudahnya membiarkan dirinya menikah dengan wanita lain.

Rian memukul setirnya berulang kali karena rasa kesal di hatinya. Rian tidak fokus dengan jalan sehingga seorang gadis cantik dipinggir jalan itu terkena cipratan air yang tergenang.

“Dasar orang kaya tidak punya otak” umpat gadis itu kesal.

Rian hanya melihat gadis itu menunjuk-nunjuk mobilnya sambil komat kamit yang jelas saja tidak terdengar olehnya karena kecepatan laju mobil yang tinggi.

Sesampai di rumah Rian langsung pergi keruang keluarga karena ia yakin sang kakek telah menunggunya disana.

Hari ini adalah hari terakhir sang kakek memberikan waktu kepada Rian ntuk melamar kekasihnya dengan konsekuensi jika di tolak maka harus menikah dengan pilihan sang kakek.

“Kakek... aku tidak mau menikah!” ujar Rian tegas kepada sang kakek yang sedang membaca koran.

“ Terserah kamu, tapi kamu ingat bukan bagaimana keadaan bundamu? Jangan sampai bunda kamu jadi korban atas ke egoisan mu!” ujar sang kakek tanpa menolehkan kepalanya ke arah lawan bicaranya.

“Kapan aku harus bertemu dengannya?” Tanya Rian menahan amarah sambil menatap pintu yang menghubungkan sebuah ruangan.

“Kamu hanya perlu menjadi mempelai yang baik, besok pagi kita akan laksanakan pernikahan!” ujar sang kakek sambil melipat koran yang ada di tangannya.

“Apa?” Rian begitu terkejut mendengar ucapan sang kakek.

“Santai... kamu hanya perlu siapkan mental” ujar sang kakek lalu berjalan menjauh dari Rian.

Rian tidak terpikir bahwa akan terjadi pernikahan secepat ini. Dirinya hanya bisa membisu di tempat sambil menatap punggung sang kakek yang menjauh. Keterkejutan sangat terlukis di wajah tampan lelaki itu.

Andin

Andin seorang gadis yang cantik jelita dengan perawakan seperti seorang gadis keturunan Turki dengan hidung mancung, gigi kelinci, rambut ikal kecoklatan dan manik mata coklat yang disertai bulu mata lentik menyebabkan sempurnanya kecantikan Andin.

Sore itu tepatnya hari sabtu, Andin bertemu seorang kakek sedang menangis di makam orang tuanya. Andin mendekat kearah sang kakek untuk bertanya apa hubungan sang kakek dengan orang tuanya.

"Permisi" ucap Andin pelan namun tetap terdengar di telinga sang kakek.

Kakek menolehkan pandangannya kearah Andin. Sebuah senyuman dia persembahkan untuk Andin yang berada di hadapannya.

"Kamu Anak Ashraf?" tanya sang kakek sambil memandang wajah Andin.

"Kamu begitu mirip dengan Ashraf" ujar Kakek yg berdiri dari posisi duduk.

Kakek memandang wajah Andin dengan senyuman yang tak di kendurkan meski sebentar saja.

"Maaf, apakah kakek mengenal Ayah saya?" tanya Andin.

Sang kakek hanya tersenyum mendengar pertanyaan Andin.

"Ceritanya panjang, jika boleh aku ingin berbicara denganmu?" ucap sang kakek.

Andin hanya mengangguk meng-iyakan ajakan dari sang kakek. Andin dan kakek duduk berdua di sebuah taman yang berada di seberangan makam. Pandangan mereka jelas memandang makam yang ada di seberang sana.

"Aku tidak tahu siapa kakek!" ujar Andin membuka pembicaraan.

"hhhh" sang kakek membuang nafas.

"Kamu tidak mungkin tahu siapa aku, Aku hanya kenangan" ujar sang kakek.

Andin menatap wajah sang kakek yang dia yakini bahwa sang kakek bukan penduduk asli negara ini.

"Apa yang ingin kakek sampaikan?" tanya Andin dengan tegas.

"Di istambul zainab adalah kekasihku, Aku sangat mencintainya dan cinta kami terlarang karena dia berasal dari kalangan bawah." ujar sang kakek yang mulai melepaskan kacamata dan mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya.

"hhh" sang kakek membuang nafas memberikan ruang didadanya yang mulai sesak.

"Malam itu aku dijebak oleh seorang gadis suruhan ayahku agar aku bisa meniduri seorang gadis pilihan ayahku, namun jebakan itu tidak berjalan semestinya. Karena saat itu aku masih mampu mempertahanan kesadaranku hingga aku sampai di penginapan Zainab dan akhirnya Aku merebut kehormatan Zainab." suara tangisan sang kakek terdengar sangat pilu.

"Sejak kejadian itu Zainab tidak ingin berjumpa denganku dan beberapa tahun kemudian aku berhasil menemukanya kembali dan ternyata Zainab telah melahirkan anak lelaki bernama Ashraf." ujar sang Kekek lalu mengusap lembut kepala Andin.

Andin tidak pernah tahu cerita keluarga sang ayah pasalnya semua keluarga sang ayah tinggal di turki.

"Aku kakekmu Andin" ujar sang kakek lalu memeluk Andin yang mematung mendengar penuturan sang kakek.

"Apa yang membuat anda yakin bahwa ayah saya adalah anak anda?" tanya Andin yang mendorong pelan sang kakek. Ada keraguan dari tatapannya.

"Aku sudah tes DNA ke ayahmu. Dan alasan ayahmu pindah ke negara ini dari turki adalah menghindari kehadiranku." ujar sang kakek.

"Wajar ayah membenci anda karena engkau bukan lelaki baik-baik" ujar Andin yang mulai mengenang apa ucapan sang ayah untuk mencari lelaki bertanggung jawab yang mencintainya.

"Aku tahu kamu akan membenciku sebagai mana ayahmu membenciku, tapi aku tulus mencintai Zainab, aku tidak sengaja menghancurkan masa depannya dan dirinyalah yang menghilang dari diriku. Ashraf tumbuh tanpa aku, dan aku telat menemukannya karena saat itu Zainab telah sekarat dan tidak mampu untuk membujuk Ashraf kembali kepelukan aku, Ayahnya" suara tangisan terdengar jelas di telinga Andin. Kini Andin tahu alasan kenapa sang ayah pergi ke negara Indonesia karena menghindari sang kakek.

"Andin... Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang telah aku buat dulu. Semua datamu sudah aku temukan beberapa bulan yang lalu setelah aku mengetahui Ashraf mendapatkan serangan jantung karena kabar kecelakaan yang menimpa Santi, ibundamu" ujar sang kakek.

Andin masih mematung mendengar sebuah fakta yang mengejutkannya. Andin merasa bahagia karena bisa menemukan keluarganya karena Andin hidup sebatang kara didunia ini.

"Aku sangat bahagia bisa berjumpa dengan kakek."ujar Andin kemudian.

"Apakah kamu tidak marah seperti ayah kamu?" tanya sang kakek.

"Aku tidak marah kek. Aku bisa merasakan ketulusan kakek" ujar Andin sambil terseyum.

"Boleh kakek bertanya sesuatu?" tanya sang kakek.

"Apa kek?" ucap Andin dengan senyuman.

"Apa kamu sudah mempunyai seseorang yang kamu sukai atau seorang kekasih?" tanya sang kakek.

Andini hanya menggilingkan kepalanya menandakan tidak ada. Sebenarnya ada seorang lelaki yang ia kagumi dulu ketika masa SMA namun kontak mereka sudah lama terputus.

"Syukurlah... Apa boleh kakek memohon satu pemohonan kepadamu?" tanya sang kakek.

"Apa kek?" tanya Andin dengan wajah penasaran.

"Maukah engkau menikahi cucu kakek?" tanya sang kakek penuh dengan hati-hati.

"Kakek punya cucu selain aku?" tanya Andin.

"Bukan seperti itu. Kakek punya saudara kandung perempuan satu-satunya bernama Arum dia memiliki seorang putri dan putri semata wayangnya sekarang koma dan kakek yg mengurusnya. Arum menitipkan anak dan cucunya kepada kakek, karena sampai sekarang kakek tidak menikah sejak kejadian malam itu" ujar sang kakek menatap Andini penuh keyakinan.

"Sungguh kakek adalah lelaki yang paling tanggung jawab yang aku temui" ujar Andin kagum dengan kisah cinta sang kakek.

"Jadi, kamu bisakan menjadi istri untuk Rian? Karena kakek yakin kamu satu-satunya perempuan yang pantas bersanding dengan Rian" ujar sang kakek.

"Tapi apa Rian mau denganku?" tanya Andin polos.

Andin tidak pernah berkenalan dengan lelaki, karena dirinya tidak punya waktu untuk lelaki. Waktunya di habiskan untuk mengedukasi anak-anak di TK dan menjadi pelayan kedai roti sebagai tambahan untuk menghidupi dirinya.

"Aku yakin awalnya kalian harus saling mengenal dan lama kelamaan akan saling mencintai" ujar sang kakek lalu memeluk Andin.

"Kamu ikut kakek pulang ya" ajak sang kakek namun di tolak oleh Andin.

"Aku tidak akan ikut kakek pulang karena aku tidak ingin mengganggu ketenangan di rumah kakek. Lebih baik kita berjumpa di luar. Aku sudah nyaman dengan kehidupanku ini kek" ujar Andin yang menghindar dari masalah yang rumit jika ia tiba-tiba masuk dalam keluarga konglomerat itu.

"Aku tahu kamu belum siap, tapi jika kamu masuk ke rumah kakek dengan status cucu mantu, kamu maukan?" tanya kakek dengan wajah memohon.

"Iya mau kek" ujar Andin yang berpikir mengalah karena ingin memiliki keluarga.

"Jika begitu, kamu mau kan menikah dua hari lagi dengan cucu kakek? Nanti orang-orang kakek akan menjemputmu dan akan membawamu untuk kepelaminan" ujar sang kakek.

"Kenapa secepat itu kek?" tanya Andin heran.

Ada ketakutan di hatinya karena dirinya tidak tahu siapa calon suaminya dan karakternya bagaimana.

"Kamu tidak perlu takut Andin, dia orang baik dan penuh tanggung jawab. Kakek lakukan ini karena kakek tidak tahu usia kakek bertahan sampai kapan" ujar sang kakek dengan wajah yang penuh kesedihan.

"Kakek jangan bicara begitu. Andin siap kok" ujar Andin mengiyakan keinginan kakeknya.

Andin menolak ajakan kakek untuk mengantarnya ke kontrakan dan dirinya memilih untuk berjalan kaki kekontrakannya karena lokasinya tidak jauh dari tempat kontrakannya.

Sakral

Andin di jemput oleh seorang wanita yang berpenampilan cantik namun sayangnya terlihat tidak bersahabat. Ekspresi dingin yang di tebarkan oleh sang wanita menyebabkan orang yang melihatnya takut dan tidak berani menatap matanya. Sebut saja dia Elsa. Seorang ahli beladiri yang di tugaskan oleh sang kakek untuk mendampingi Andin.

Andin di bawa dari kontrakannya menuju rumah utama di mana sang kakek. Andin sempat terkejut melihat kediaman sang kakek. Kediaman kakek yang di luar dari ekspetasinya selama ini. Andin begitu terkejut dengan kemegahan dari kediaman sang kakek. Di tambah riasan untuk pernikahan yang di ramcang oleh sang kakek telah sukses membuat Andin merasa bagaikan seorang putri, meski pernikahan ini terjadi dalam lingkungan keluarga namun pernikahan ini terlihat begitu megah dengan dekor yang begitu cantik.

Andin kini telah di arahan menuju kamar pengantin untuk segera di rias. Sebelum proses rias di lakukan, Elsa mempersilahkan Andin untuk mandi dan belulur. Setelah mandi Andin di pakaikan gaun yang begitu berat namun sangat cantik. Rambut di tata sedemikian anggunnya dengan polesan kosmetik yang tidak begitu tebal namun masih menonjolkan kecantikan.

Andin keluar dari kamar di sambut sang kakek yang telah rapi menggunakan setelan jas berwarna hitam.

Akad nikah pun terjadi, Andin dan Rian kini menanda tangani beberapa berkas yang akan mengikat mereka secara negara sebagai suami istri setelah ucapan ikrar suci yang di sebutkan Rian untuk menerima Andin sebagai istrinya.

Acara berjalan dengan santai setelah acara sakral itu selesai. Rian masih menggunakan setelan jasnya tampak sedang berbincang-bincang dengan berapa tamu undangan. Rian beberapa kali mencuri pandang melirik kearah Andin yang sibuk melamun. Andin duduk sendirian meski banyak orang di sekitarnya.

"Permisi, aku temani istriku dulu ya" izin Rian kepada lawan bicaranya.

Setelah mendapat persetujuan dari beberapa lawan bicaranya, Rian menghampiri Andin dan duduk di sisi kanan gadis yang bergelar istri.

"Kamu tidak lapar?" tanya Rian basa-basi.

"Sebenarnya lapar, hanya saja baju ini terlalu berat untuk membuatku mencari sesuatu yang bisa aku masukan ke dalam perut," ujar Andin menundukan pandangannya pada gaun yang ia kenakan.

Rian berdiri lalu pergi menuju meja hidangan yang telah khusus di isi dengan berbagai macam makanan.

"Aku ambilkan yang ini... Ini juga.... Aku tidak tahu dia suka yang mana. Tapi mungkin yang ini dia mau..." ujar Rian bermonolog pada dirinya sendiri.

Setelah piring di tangannya penuh dengan makanan Rian memberikannya kepada Andin.

Ada senyuman di wajah Andin melihat piring yang di pegang Rian penuh dengan makanan.

"Terima kasih tuan" ujar Andin, mata mereka saling bertemu ketika Andin mengucapan ucapan terima kasih.

Deg... Deg.... Deg

Jantung Rian berdetak kencang melihat senyuman gadis di hadapannya.

"Ada apa dengan jantungku ini?" batin Rian. Merasa ketidak nyamanan di jantungnya, Rian akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Andin sendiri yang di sibukan dengan beberapa makanan enak.

Rumah megah itu seketika sepi karena semua tamu undangan sudah pada pulang. Rian dan kakek sedang berbincang-bincang di balkon lantai dua.

Kakek menjelaskan kepada Rian sebuah fakta kenapa dirinya harus memilih Andin sebagai istrinya. Alasan yang utamanya yaitu dia percaya bahwa Andin bisa menjadi teman hidup Rian. Fakta yang mengejutkan bagi Rian yaitu Andin adalah cucu kandung sang kakek. Rian sempat membantu sang kakek mencari paman dan anaknya namun semua terbengkalai karena Rian sibuk dengan urusan asmaranya. Setelah mendengar semua penjelasan sang kakek, Rian memaklumi semua tindakan sang kakek untuk menjaga cucu sematawayangnya itu.

"Aku janji, meski cinta di antara kami belum tumbuh. Namun aku akan berusaha untuk menanam benih cinta itu" ujar Rian berjanji kepada sang kakek. Meski janji itu terasa berat di hatinya. Pasalnya nama Ara masih tercetak di hatinya.

Kakek hanya bisa menepuk pundak Rian sambil mengeluarkan senyuman yang lebar kepada cucu lelakinya itu.

"Aku yakin itu" ucap kakek singkat.

Kakek pergi meninggalkan Rian sendiri. Di hati Rian masih tersimpan Ara namun dia harus berusaha menghilangkan Ara dalam hatinya karena statusnya sebagai suami dan dia harus menjaga perasaan sang istri.

Rian berjalan ke kamarnya untuk memantau sang istri pasalnya sebelum berjumpa dengan sang kakek, Rian menyempatkan diri untuk mengantar Andin ke kamar mereka.

Rian mengetuk kamar itu karena ia tidak ingin Andin terkejut jika ia masuk tanpa mengetuk. Tak ada suara dari dalam yang menandakan adanya makhluk. Rian membuka pintu tersebut yang teryata tidak di terkunci. Namun di urungkannya karena handphonenya bergetar.

Rian lupa mengaktifkan nada deringnya karena ia takut mengganggu acara sakral yang sedang berlangsung.

Rian membalikan badannya menuju balkon lantai dua. Ia memandang langit di sana sambil melihat 105 kali telepon masuk dari Ara.

Ada chat yang Ara kirim untuknya.

Ri... Kamu serius menikah hari ini

Ri... Angkat teleponku

Ri....

Ri... Kamu jangan begini dong

Ri... Kamu cowok kenapa ngambek begini...

Ri... aku mau ri... aku mau jadi istrimu

Ri angkat telepon ku

Riaaaannnnn

Rian I Love you

Rian

Pandangan Rian nanar melihat isi chat yang telah menumpuk. Rian menghapus semua chat yang di kirim Ara tanpa membukanya kembali. Hanya beberapa saja yang ia baca yang lain sudah terhapus dan ia kembali mengnonaktifkan nomornya.

"Ara... Maaf kamu terlambat" ucapnya lirih. Rian menghapus butiran air matanya yang hampir saja jatuh. Begitu miris kisah cintanya. Di hati Rian masih ragu akan pernikahannya karena dirinya masih sangat mencintai Ara sang kekasih.

Rian mengeluarkan cicin pemberian Ara dari jari manis di sebelah kanan dan melemparnya kearah kebun.

"Jika kamu benar jodhoku pasti sesulit apapun jalan di depan akan kita lalui tapi jika kamu bukan jodhoku maka semuda apapun jalan di depan pasti sulit kita lalui" ujar Rian sebelum meninggalkan balkon kamar.

Rian berjalan ke ruang kerjanya sebelum dirinya masuk kedalam kamar pengantin yaitu kamar pribadinya. Rian mengambil laptop dan mengetik beberapa kata kepada sang managernya untuk melakukan pengunduran diri di dunia intertaiment.

Rian juga memberitahu kepada sahabatnya itu untuk ikut kerja sama di perusahaannya.

Setelah mengurus beberapa pekerjaannya, Rian kembali melangkahkan kakinya menuju kamar nya. Rian kembali mengetuk pintu kamar meski tidak ada sahutan dari dalam kamar.

"Apa dia sudah tidur ya?" batin Rian karena ketukan di awal tidak ada suara dan ketukan berikutnya juga sama. Rian tidak putus asa, dia mencoba kembali mengetuk dan tetap tidak ada sahutan dari dalam.

Rian memegang hendle pintu dan ternyata pintu tersebut tidak terkunci. Rian melangkahkan kakinya masuk kedalam dan bertapa terkejutnya Rian melihat...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!