NovelToon NovelToon

Arsy Kesayangan Tuan Mafia

Episode 1

Arsy masuk kedalam sebuah cafe, karena ingin menemui seseorang.

Dengan senyum manisnya ia duduk di kursi berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang berpakaian modis.

"Assalamualaikum Tante, ada perlu apa ingin bertemu denganku?" tanya Arsy yang memang tidak tahu tujuan wanita itu bertemu dengannya.

Wanita itu tidak menjawab salam dari Arsy, malah menyodorkan selembar cek dan pulpen kepada Arsy.

"Isi sesuai yang kamu inginkan. Dan jangan dekati lagi anakku," ucap wanita itu dengan angkuhnya.

"Sejak kapan aku dekat-dekat dengan anaknya? Yang ada dia yang ngejar-ngejar aku," batin Arsy.

"Berapapun, Tante?" tanya Arsy memastikan.

"Ya, berapapun. Aku tahu, perempuan miskin sepertimu pasti hanya mengincar uang, kan?"

Arsy tersenyum. Ya, Arsy memang selalu berpenampilan sederhana. Bahkan kemana-mana pun jarang menggunakan mobil mewah.

Yang ada motor biasa saja, itulah yang ia gunakan untuk ke kampus dan ke tempat-tempat lainnya.

Arsy kemudian menulis kan angka yang di luar batas kekayaan wanita itu. Arsy tahu, karena ia bukan gadis sembarangan.

"Kamu gila ya? Kamu memang perempuan materialistis!" pekik wanita itu memaki Arsy.

"Bukannya Tante bilang, aku harus tulis berapapun? Ini baru 10 T, tapi Tante sudah memakiku." Arsy tetap bicara dengan lembut.

Kekayaan keluarganya lebih dari itu, mana mungkin ia kekurangan uang. Apalagi saat ini ia meneruskan usaha restoran milik sang mama yaitu Aleta.

Wanita itu mengambil kembali cek tersebut lalu merobeknya menjadi potongan-potongan kecil.

Dengan perasaan marah, iapun pergi dari tempat itu. Arsy tertawa, kemudian ia juga pergi dari tempat itu.

"Huh, masih ada saja orang tua seperti itu," gumam Arsy saat sudah berada di parkiran.

Ya, di kampusnya ada seorang pemuda yang selalu mengejar-ngejar nya. Namun Arsy selalu menghindar. Karena pemuda itu bukan tipe idamannya.

Ditambah lagi, pemuda itu selalu membanggakan kekayaan keluarganya. Padahal jika dibandingkan, kekayaan keluarga pemuda itu belum ada apa-apanya dibanding dengan kekayaan keluarga Henderson.

Banyak yang tidak tahu jika Arsy adalah cucu dari Ramendra Henderson. Karena penampilan sederhananya, banyak yang berpikir jika Arsy dari keluarga menengah kebawah.

"Masih siang, sebaiknya aku ke rumah nenek dulu," gumam Arsy. Saat ini ia masih dalam perjalanan.

Tiba-tiba ponselnya berdering pertanda panggilan masuk. Arsy pun menepi lalu berhenti untuk menjawab panggilan tersebut.

"Assalamualaikum Ma, ada apa?" tanya Arsy dengan suara lembut.

"Waalaikumsalam, sayang apa kamu masih di kampus? Pulang nanti langsung ke rumah nenek ya, nenek ingin bertemu denganmu."

"Iya Ma, ini juga mau kerumah nenek dan masih dalam perjalanan."

"Ya, sudah kalau begitu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Ma." lalu panggilan telepon pun terputus.

Arsy kembali menjalankan motornya melanjutkan perjalanan. Namun saat ditengah perjalanan, ia melihat ada sebuah kecelakaan mobil.

Yang anehnya, tidak ada seorangpun yang berhenti untuk menolongnya. Padahal kawasan tersebut cukup ramai kendaraan yang lewat.

Arsy turun dari motor lalu menghampiri mobil tersebut. Nampak seorang pria muda di depan kemudi dan seorang pria tua di kursi belakang.

"Tolong ... tolong," rintih pria itu.

"Kek, kakek tenang ya, aku panggil ambulans," ujar Arsy.

Arsy pun segera memanggil ambulans agar sang kakek bisa segera ditangani. Kemudian Arsy menyimpan ponselnya setelah menelpon ambulans.

Ia lalu mengecek pria yang didepan kemudi yang ternyata masih hidup. Karena Arsy bisa merasakan denyut nadi pria itu.

"Kek, bertahan ya? Sebentar lagi ambulans akan datang," ucap Arsy yang kembali menghampiri pria tua itu.

Pria itu mengeluarkan sebuah liontin lalu menyerahkan nya kepada Arsy. Arsy menolak, tapi pria itu memaksanya.

Arsy tidak punya pilihan lain selain menerima kalung liontin tersebut. Kemudian Arsy memakainya. Dan pria tua itupun pingsan.

"Kek ... kek, bertahanlah." Arsy mencoba menyadarkan pria tua itu.

Tidak berapa lama ambulans pun datang. Pria tua dan supirnya pun segera dibawa ke rumah sakit.

Arsy tidak ikut ke rumah sakit, namun ia meneruskan perjalanannya menuju rumah sang nenek.

Tiba di rumah sang nenek, Arsy langsung memarkirkan motornya didepan rumah tersebut.

Arsy mengucapkan salam sebelum masuk. Terdengar suara sahutan dari dalam menjawab salam tersebut.

"Kamu datang sayang?" tanya Cahaya lalu memeluk Arsy.

"Maaf Nek, jarang berkunjung," ucap Arsy setelah pelukannya terlerai. Lalu Arsy mencium tangan Cahaya.

"Kamu sama siapa?" tanya Ram yang baru keluar dari kamar.

"Sendiri kek," jawab Arsy lalu mencium tangan Ram. Meskipun mereka sering ketemu di mansion keluarga Henderson, tapi kerena Arsy jarang berkunjung jadi terasa berbeda.

"Kamu sudah makan?" tanya Cahaya. Arsy menggeleng.

Kemudian Cahaya mengajak cucunya ke ruang makan. Tidak berapa lama datang Naura dari kampus dan langsung masuk setelah mengucapkan salam.

Ya, Naura lebih memilih tinggal bersama Cahaya dan Ram. Tidak tinggal bersama kedua orang tuanya.

"Loh, mau kemari kok gak bilang-bilang, tahu begini pulang bareng tadi," kata Naura lalu duduk dikursi meja makan.

"Tadi kamu masih ada kelas, gimana mau pulang bareng?" tanya Arsy.

"Eh Ar, tadi si David nyariin kamu loh?" bisik Naura takut kedengaran oleh Cahaya dan Ram.

"Aku tidak ada hubungan dengannya, jadi jangan bahas dia, ok!" tegas Arsy. Naura tidak lagi membahas tentang itu. Kemudian merekapun makan.

Arsy dan Naura beda jurusan, Arsy lebih memilih jurusan kedokteran, sedangkan Naura lebih memilih jurusan manajemen dan bisnis.

Karena ia diminta untuk meneruskan usaha sang Opa yang sekarang di kelola oleh Fay. Sementara Naufal akan mengurus perusahaan yang dikelola oleh Aldebaran.

Setelah selesai makan, Arsy dan Naura pun kekamar untuk beristirahat. Kemudian Arsy pun ingin mandi dan berganti pakaian.

"Kamu duluan, nanti gantian," ucap Naura. Arsy pun masuk kedalam kamar mandi, setelah beberapa saat iapun selesai dan keluar dengan pakaian lengkap.

Kini giliran Naura yang mandi, sementara Arsy menemui Cahaya yang berada di kamar Wardina. Saat ini Wardina sedang sakit, mungkin karena faktor usia.

"Bagaimana keadaan nenek buyut?" tanya Arsy mengelus lengan Wardina.

"Kamu datang? Terima kasih karena mengunjungi nenek buyut," jawab Wardina tidak nyambung.

"Iya Nek yut, semoga nek yut cepat sembuh," balas Arsy.

Ram masuk dengan membawa bubur untuk ibu mertuanya. Arsy langsung menyambut mangkuk bubur tersebut untuk di suapkan ke Wardina.

"Makan dulu ya Nek yut, setelah itu minum obat," kata Arsy. Wardina mengangguk, ia sering sakit-sakitan akhir-akhir ini.

Beruntung ada Cahaya dan Ram yang selalu siaga merawatnya. Dan kemarin, Ars dan Aleta berkunjung. Kemudian Aldebaran dan Fay juga berkunjung.

"Bu, minum obatnya ya?" pinta Cahaya. Wardina pun segera minum obat setelah makan bubur.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Maaf ya semuanya, kali ini aku buat cerita tentang keluarga Henderson lagi. Semoga kalian tidak bosan ya, karena ceritanya itu-itu terus.

Kali ini cerita tentang Arsy anak dari pasangan Ars dan Aleta. Agar tidak bingung siapa mereka? Bisa dibaca dulu di cerita Gadis Genius Incaran CEO Tampan.

Dan nanti akan diselingi oleh saudaranya yang bernama Arsa. Dan juga Naura dan Naufal anak dari pasangan Aldebaran dan Fay.

Episode 2

Malam hari setelah makan malam, Arsy pun pamit pulang. Ia sudah terbiasa jalan sendiri, jadi tidak ada yang perlu ia takutkan.

"Kenapa tidak menginap saja?" tanya Cahaya.

"Tidak usah Nek, lagipula aku juga sudah terbiasa pulang sendiri jika ada tugas dadakan," jawab Arsy.

Cahaya bisa apa? Sifat Arsy meskipun lembut, tapi sebenarnya keras kepala.

"Kamu persis seperti mamamu, keras kepala," ucap Cahaya. Arsy hanya diam saja sambil tersenyum.

"Ar, nginap saja, besok kita berangkat bareng ke kampus," timpal Naura.

"Tidak Nau, aku pulang saja," ujar Arsy.

"Sudahlah, jangan terlalu dipaksakan. Jika dia ingin menginap, tidak perlu disuruh." Ram ikut menimpali.

Arsy kemudian pamit, ia mencium tangan kakek dan neneknya. Lalu memeluk keduanya. Kemudian Arsy berpindah ke Naura.

"Ketemu di kampus besok," ucap Arsy. Naura pun mengangguk sebagai jawaban.

Arsy pun naik keatas motornya. Kemudian menjalankan motornya secara perlahan hingga keluar dari pintu gerbang barulah ia melaju.

"Anak itu sangat keras kepala," ucap Cahaya mengomel.

"Sudahlah, ada waktunya nanti dia menginap," sahut Ram. Kemudian mereka masuk kedalam rumah. Karena mereka mengantar Arsy hingga depan pintu.

Sementara Arsy terus melajukan motornya tanpa menghiraukan apapun. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil melaju dengan ugal-ugalan seperti tidak terkendali.

Kemudian ada lagi beberapa buah mobil mengejar mobil tersebut. Arsy yang melihat hal itupun segera melajukan motornya ikut mengejar mobil tersebut.

Arsy menduga, ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Itu sebabnya ia ikut mengejar mobil tersebut.

Dan benar saja, mobil tadi sudah menabrak pembatas jalan. Dan mobil yang mengejar mobil itu juga berhenti.

Beberapa orang pria berpakaian serba hitam pun keluar dari mobil. Arsy pun juga ikut turun dari motornya.

"Siapa kalian? Kenapa mengejar mobil itu?" tanya Arsy tegas.

"Bukan urusanmu!" jawab salah satu dari mereka.

"Karena kalian mau membunuhnya, sekarang menjadi urusanku," kata Arsy.

"Bereskan perempuan itu dulu!" perintah pria itu.

"Baik Tuan!" Mereka maju hendak melawan Arsy.

Arsy pun tidak tinggal diam, ia terlihat tenang, tapi sebenarnya sudah siap bertarung melawan mereka.

"Nona, sebaiknya jangan ikut campur sebelum kamu kami jadikan pelampiasan," ucap salah satu dari mereka.

Arsy tidak menjawab, ia hanya tersenyum miring. Kemudian Arsy maju untuk menyerang duluan.

Arsy menendang perut salah satu dari mereka. Pria itu mundur beberapa langkah kebelakang lalu terpental.

Kemudian pria lain menyerang Arsy, namun Arsy dengan gesit menghindar. Merasa kesulitan mengalahkan Arsy, merekapun menyerang secara bersamaan.

Arsy yang memang terlatih sejak kecil pun tidak sulit baginya mengalahkan enam orang tersebut.

Sementara pria yang didalam mobil yang dikejar tadi pun keluar. Ia berjalan dengan sempoyongan karena di jebak dengan diberi obat.

"Siapa dia? Hebat juga bisa melawan pria-pria itu," gumam Zio. Zio Ramero adalah ketua mafia dari klan naga hitam.

Zio memperhatikan cara Arsy bertarung melawan mereka, seketika Zio tersenyum. Tidak berapa lama Zio pun kehilangan kesadarannya dan tertidur disamping mobil miliknya.

Sementara Arsy sudah membereskan mereka semua, lalu ia pergi tanpa menghiraukan Zio yang sudah terkapar di tanah.

Arsy melanjutkan perjalanan nya untuk kembali ke mansion. Tiba di mansion terlihat Ars dan Aleta sedang menunggu dirinya.

Arsy masuk setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa lama baru pulang?" tegas Ars.

Ars dan Aleta dalam mendidik anak-anaknya memang sedikit tegas. Karena itu juga demi kebaikan mereka.

Arsy melihat jam tangannya. "Maaf Pa tadi dijalan ada sedikit kendala."

Arsy duduk disamping Ars, meskipun papanya tegas, tetapi Arsy lebih manja kepada papanya.

Aleta melihat kalung liontin yang dipakai oleh putri. Ia memicingkan matanya karena sang putri tidak memakai kalung seperti itu.

"Darimana kamu dapat liontin itu sayang?" tanya Aleta menyelidik.

"Dari seorang kakek Ma, tadi kakek itu kecelakaan lalu memberikan liontin ini," jawab Arsy menjelaskan.

"Boleh mama lihat?" pinta Aleta. Arsy pun menyerahkan liontin tersebut.

Aleta memperhatikan dengan seksama kalung tersebut. Liontin giok berukir naga berwarna hitam.

"Kenapa sayang? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Ars penasaran.

"Pa, tolong ambilkan laptop mama," pinta Aleta.

"Pakai laptopku saja Ma," jawab Arsy. Arsy pun membuka tas ransel miliknya dan mengeluarkan laptopnya.

Arsa yang baru turun pun ikut bergabung dengan mereka. Ia juga penasaran sehingga ia juga ikut mendekat.

Aleta mengetik keyboard laptop tersebut dan mencari tahu tentang informasi liontin giok itu.

"Liontin ini milik klan mafia naga hitam," ucap Aleta setelah mendapatkan informasinya.

Ars dan kedua anaknya saling pandang. "Klan mafia naga hitam?" tanyanya serentak.

"Ya, dan hanya tetua klan itu yang memiliki liontin ini. Kamu harus berhati-hati mulai sekarang, bisa saja banyak musuh yang mengincar kamu nantinya," pesan Aleta pada putrinya.

"Dek, sebaiknya jangan terlalu di perlihatkan pada orang lain. Simpan atau jika ingin memakainya simpan didalam baju," pesan Arsa pula.

Kemudian Aleta mencaritahu lagi tentang siapa ketua klan tersebut. Dan terpampang lah foto pria tua tadi dan cucunya, tapi menggunakan topeng.

"Sepertinya pemuda ini menyembunyikan identitasnya. Tapi melihat dari matanya aku bisa menggambarkan wajahnya seperti apa?" gumam Aleta.

Aleta kemudian mengedit dan menghapus topeng wajah pemuda itu. Dan akhirnya merekapun bisa melihat wajah asli pemuda itu.

"Tampan juga," puji Aleta. Ars mendelik ke istrinya.

"Sayang, masih tampan aku loh," kata Ars tidak terima istrinya memuji pria lain.

Aleta tersenyum, tidak mungkin lah dia menyukai brondong. Sementara ia lebih menyayangi keluarganya.

Kemudian Aleta pun mengajak suaminya masuk kedalam kamar, lalu meminta kedua anaknya untuk tidur awal.

"Oma buyut belum pulang Ma?" tanya Arsy.

"Oma dan Opa buyut menginap di mansion Oma Lita, karena Tante Gavesha kalian sedang ngidam dan tidak mau makan," jawab Aleta.

Arsy mengangguk, kemudian ia juga ingin istirahat di kamarnya. Saat tiba dikamarnya, Arsy langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Arsa masuk kedalam kamar adiknya dan duduk disisi ranjang. Melihat hal itu Arsy pun bangun.

"Katakan saja," pinta Arsy, ia tahu kakaknya ada sesuatu yang ingin dibicarakan.

"Tadi di cafe kamu bertemu siapa?" tanya Arsa. Karena saat Arsy keluar dari cafe, Arsa baru mampir disana.

"Mamanya David," jawab Arsy singkat. Arsy pun menceritakan tentang mamanya David yang ingin memberikan cek kepadanya.

Arsa malah tertawa mendengar Arsy dengan jahil nya menulis 10 T di cek tersebut. Arsa juga membayangkan bagaimana marahnya wanita itu karena merasa dipermainkan.

"Orang sombong memang perlu diberi sedikit pelajaran," ucap Arsy. Kemudian ia mengusir Arsa karena ia mau tidur.

"Besok aku masuk siang," ucap Arsa sebelum keluar dari kamar adiknya.

"Emang gue pikirin, kita beda jurusan kale," ujar Arsy.

Ya, begitulah mereka, selalu adu mulut jika berbeda pendapat. Tapi tetap akur sebagai saudara. Seperti halnya dengan yang lainnya.

Episode 3

Arsy berlari kecil menuruni anak tangga, hari ini ia bertugas praktek di rumah sakit milik Cahaya.

Tidak setiap hari harus hadir. Dan juga setiap mahasiswa dan mahasiswi ditempatkan di rumah sakit yang berbeda.

Kebetulan giliran Arsy terpilih di rumah sakit milik neneknya. Tidak ada yang tahu, jika rumah sakit itu milik neneknya Arsy.

"Ma, aku berangkat dulu ya?" pamit Arsy pada Aleta.

"Sarapan dulu sayang," ujar Aleta, lalu menuangkan susu kedalam gelas dan mengoles roti dengan selai kacang kesukaan putrinya.

"Kenapa harus buru-buru sih?" tanya Ars sedang menyeruput kopi miliknya.

"Ada tugas Pa, hari ini praktek di rumah sakit milik nenek," jawab Arsy sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

Rencananya awal, Arsy ingin menjadi arsitek. Namun harus mengalah karena rencananya rumah sakit itu akan diberikan kepadanya untuk dikelola.

Namun diam-diam Arsy tetap menjadi arsitek demi mewujudkan impiannya. Lama-lama keluarganya pun mengetahui lalu membiarkan nya saja.

"Aku berangkat Ma, Pa," pamit Arsy lalu mencium tangan kedua orangtuanya.

"Apa kita tidak terlalu keras Pa, dia terpaksa menerima menjadi dokter hanya karena memaksanya untuk mengelola rumah sakit itu," kata Aleta saat Arsy sudah berlalu.

"Biarkan saja Ma, lagipula sepertinya sekarang dia terlihat menikmatinya dan sudah terbiasa," ujar Ars.

"Arsa belum bangun ya? Pasti anak itu begadang semalaman," tanya Ars yang tidak melihat putranya.

Ya, Arsa kadang sampai pagi baru tidur jika ia masuk siang. Ia bermain game online dan menghasilkan banyak uang dari permainan tersebut.

Tapi harus yang benar-benar ahli dalam permainan itu baru bisa menang dan mendapatkan uang.

"Mungkin dia masuk siang, jika masuk pagi, sudah sejak tadi dia bangun," jawab Aleta.

Ars pun pamit berangkat kerja, karena sudah jam 7 pagi. Sementara masuk kantor jam 8 pagi.

"Hati-hati Pa," ucap Aleta lalu mencium tangan suaminya. Sementara Ars mencium kening istrinya.

Aleta melambaikan tangannya saat melihat suaminya masuk kedalam mobil. Kemudian ia masuk kedalam mansion setelah Ars menghilang dari pandangannya.

Aleta naik keatas dan memutar handle pintu kamar Arsa yang ternyata terkunci. Aleta mengerti jika putranya tidak ingin diganggu.

Kemudian ia kembali kebawah dan duduk diruang tamu. Begitulah Aleta selama tidak bekerja. Hanya diam di mansion menunggu uang masuk ke rekeningnya.

Sementara Arsy sedang dalam perjalanan menuju kampus, setelah itu baru ia akan kerumah sakit.

Ponsel Arsy berdering, kebetulan ia baru datang ke parkiran kampus. Arsy melihat nama pemanggil yang ternyata dari Naura.

"Assalamualaikum," ucap Arsy menjawab panggilan telepon tersebut.

"Waalaikumsalam, kamu sudah ke kampus? Aku lupa mau bilang jika aku masuk siang hari ini. Sorry ya?"

"Gak apa-apa, aku juga ada tugas di rumah sakit nenek siang ini."

"Oh, ya sudah, kita jumpa lain kali. Assalamualaikum," ucap Naura lalu memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Arsy.

"Waalaikumsalam," jawab Arsy pelan.

"Arsy?" Merasa dipanggil, Arsy pun menoleh. Ia kenal betul jika suara itu adalah suara David.

"Ya, ada apa?" tanya Arsy jutek.

"Malam ini ada waktu gak? Aku ingin ngajak kamu nonton di bioskop."

"Maaf, aku tidak punya waktu untuk nonton. Masih banyak hal yang lebih bermanfaat selain nonton."

Begitulah cara Arsy menolak ajakan David. Dia tidak perduli walaupun kata-kata terdengar pedas, yang penting dia tidak memberi harapan palsu pada David.

Kemudian Arsy pun masuk kedalam kampus dan berjalan cepat tanpa menoleh kebelakang lagi.

"Sulit sekali untuk menaklukkan mu, apa aku dengan cara kasar agar kamu mau nurut denganku?" gumam David.

David sebenarnya sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Namun ia mengatakan jika dia sudah punya pilihan lain yaitu Arsy.

Itulah sebabnya mamanya meminta Arsy untuk menjauhi David dengan memberinya uang sebagai kompensasi. Karena mamanya menganggap jika orang yang ingin mendekati putranya hanya ingin hartanya saja.

Arsy menemui dekan untuk membahas tentang tugasnya ke rumah sakit Cahaya. Saat didepan ruangan dekan, Arsy pun mengetuk pintunya.

"Masuk!" Perintah suara dari dalam.

Arsy pun perlahan membuka pintu dan masuk kedalam ruangan tersebut. Arsy pun diminta untuk duduk.

"Pak, siapa saja yang terpilih ke rumah sakit yang sama denganku?" tanya Arsy.

"Kamu dan David kemudian beberapa orang mahasiswi lainnya," jawab pak dekan yang bernama Andre.

"Baiklah Pak," jawab Arsy lesu. Sebenarnya ia sangat malas harus satu tempat dengan David itu.

Entahlah, padahal orangnya lumayan tampan dan juga kaya. Tapi yang namanya tidak suka rasanya untuk dipaksakan pun tetap tidak suka.

"Bersiaplah, sebentar lagi kalian akan berangkat kesana," pinta Andre.

"Baik Pak," ujar Arsy lalu keluar dari ruangan itu.

Sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, merekapun berangkat ke rumah sakit tersebut. Tadinya David tidak satu tim dengan Arsy, tapi ia menyogok Rektor dan akhirnya jadi satu tim dengan Arsy.

"Naik mobilku saja, tidak perlu naik motor butut mu itu," ucap David. Arsy yang mendengar itupun mendengus.

Banyak yang membuatnya tidak suka pada David, selain suka pamer, mulutnya juga pedas. Ditambah lagi sikap orang tuanya yang mengukur segalanya dengan harta.

"Tidak usah, motor inilah yang selalu menemaniku selama bertahun-tahun, baik suka maupun duka. Tidak perduli hujan ataupun panas. Kamu sebagai orang kaya tidak mengerti bagaimana hidup susah," jawab Arsy.

Kemudian ia memakai helmnya dan jaketnya dan segera pergi dari kawasan kampus. Yang lain semuanya pakai mobil, hanya Arsy sendiri yang menggunakan motor.

"Merasa dirinya paling kaya," gerutu Arsy saat diperjalanan.

Akhirnya merekapun tiba dirumah sakit. Mereka dibimbing oleh dokter senior, yaitu Cahaya. Cahaya sengaja diundang untuk membimbing mereka.

Cahaya membawa Arsy keruang perawatan yang kecelakaan kemarin. Entah kebetulan atau apa, Arsy bertemu dengan pria tua yang kecelakaan itu.

"Bagaimana keadaan kakek?" tanya Arsy.

"Tidak baik-baik saja," jawab pria tua itu.

Ya, baru tadi pagi sang kakek meminta Zio untuk mencari gadis yang menolongnya dan memaksanya menikahinya. Zio menolak tegas, karena ia ingin mencari penolong nya.

Flashback ...

"Zio, kakek mau kamu mencari gadis yang menolong kakek dan menikahlah dengannya. Dia memakai kalung warisan klan mafia kita yang kakek berikan kepadanya," ucap pria tua itu.

"Tidak kek, aku sudah punya pilihan lain, juga seorang gadis yang menyelamatkan aku," bantah Zio.

"Jika kamu tidak menuruti keinginan kakek, kakek akan mati dengan tidak tenang."

"Kek, jangan seperti itu, belum tentu gadis itu baik dan cantik. Atau jangan-jangan dia dari klan musuh kita. Kenapa kakek begitu mudah percaya pada orang asing? Bagaimana jika dia memanfaatkan lambang klan kita?"

"Tidak mungkin, dia gadis baik-baik. Dia ikhlas menolong kakek."

Zio merasa dilema. Disisi satu sisi sang kakek memintanya mencari gadis itu dan menikahinya. Disisi lain, Zio sudah jatuh hati pada gadis yang menolongnya.

Flashback end ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!