"Please,,,gue lagi butuh banget duit ,Lho ada lowongan kan dikantor lho itu".
Suara dentuman keras musik diruangan itu tak membuat Emily menyerah , walaupun dirinya sudah setengah mabuk ini hal langka bertemu dengan sahabat lamanya disini.
"Ada ...cuman,..."
"Cuman..?.cuman apa..? Gue bakal jabanin semuanya "
"Cuman .. Bos gue itu sedikit gila .?"
"Hah.."
Beberapa orang di sekitar mereka menoleh dengan wajah kesal , sedikit terganggu karena Emily , sampai menggebrak meja bar.
"Sorry..gila gimana..? Emily berbisik mendekat kan diri ke telinga sang sahabat .
Cupp .
Dengan wajah ringan tanpa dosa pria itu mengecup bibir Emily mengesap rasa pahit dari alkohol yg tersisa di bibir gadis itu .
"Mulai mabok ya loh.."
"Kalo mau ,besok pagi loh datang ke kantor gue ". Setelah berkata demikian pria itu pergi meninggalkan meja bar dengan sedikit oleng .
"Segila apa sih bos nya gitu.."? Tapi gue lagi butuh duit buat sekarang .Jangankan gila ,bos ya galak kaya reptil aja gue jabanin ."
Emily melihat sahabatnya itu pergi hingga tak nampak lagi tubuhnya. Meninggalkan ia seorang diri , untuk malam ini dirinya tidak ingin mabuk parah karena besok harus mempersiapkan diri menghadap kantor yg disarankan Sebastian.
****
Hampir saja telat jika harus berlanjut adu argument dengan sang ibu ,yg lagi lagi meminta uang pada dirinya. Sudah tahu saat ini ia pengangguran , sedang mencari pekerjaan ,ibunya itu hanya tau uang uang dan uang .
"Selamat pagi.." Emily merapikan sejenak penampilan nya ia sudah berada didepan resepsionis .
"Selamat pagi, ada yg bisa saya bantu ..??" Wanita dihadapan nya itu terlihat memperhatikan .
"Saya dengar sedang mencari sekretaris baru untuk PT .Dinar Sastra .Saya bermaksud untuk melamar ini fortofolio saya."
"Untuk melamar ya.."
Wanita itu terlihat sedikit mengejek , Ia menyenggol teman di sampingnya .Mereka terlibat saling bisik.
"Baik..di taruh saja disini nanti kalau ada kabar lebih lanjut akan kami hubungi."
Emily segera menarik kembali Map berisi riwayat hidupnya "Maaf..apa tidak bisa langsung bertemu dengan yg berkaitan "?
" Maaf..tidak bisa , prosedur nya harus taruh dulu nanti akan kami hubungi ".
Emily dibuat bingung ,kata sahabatnya ia bisa langsung bertemu dengan sang CEO pagi ini. Ia mengeluarkan ponsel pintarnya dari tas selempang lalu mencari nama sahabat nya. Berdering..tapi tidak diangkat.
"Maaf ..mba saya tarik dulu ya.."
Ia memilih duduk di kursi tunggu mencoba mengulang untuk menelpon sahabatnya.
"Bastian..gue udah dikantor loh.Tapi ini.." Emily melirik kedua resepsionis itu masih menatap dirinya."Gue ada masalah di bawah ," lanjut Emily dengan suara mengecil.
"Oke .. tunggu gue."
Panggilan terputus selang beberapa menit orang yg sedang ia tunggu nampak batang hidungnya berjalan gagah kearahnya .
"Sorry lama.."
"Its..Oke...Tapi gimana ini dengan gue..?" Emily Manarik tangan Sebastian untuk duduk di sampingnya .
"Ayo langsung temuin aja lo sama si Bos. Udah dateng dari tadi."
"Hah..? Emang boleh .?"
"Siapa yg ngelarang ,emang keadaan nya juga lagi butuh sekretaris segera ."
Bagai ada angin segar, Emily terseram lebar .Ia sangat bersyukur bisa di pertemukan kembali dengan sahabat lamanya.
Mereka berdua menaiki lift ke lantai 16 ,dimana lantai paling atas dikantor tersebut hingga sampai diruangan tertulis Chiep Executive Officer .
Jantung Emily berdetak begitu cepat kala Sebastian mengetuk pintu berwarna cokelat itu . Terdengar sahutan dari dalam , Sebastian membuka pintu terlihat seorang pria yg sedang berdiri membelakangi nya.
"Selamat pagi..Maaf Bos ,saya membawa calon sekretaris baru ".
Bagaimana slowmotion Emily melihat gerakan pria itu menghadap mereka. Yang ia pikirkan sama seperti CEO lainnya seorang pria tua yg sudah keriput tapi kali ini berbeda .Matanya terlalu silau melihat pria dihadapan nya. Dia... Terlalu gagah.
"Selamat pagi.." Pria itu menatap penampilan Emily dari atas sampai bawah.
"Baik...Kamu boleh pergi.."
"Baik ..Pak.."
Emily terlihat gelisah ,menahan tangan sang sahabat namun Sebastian segera melepaskan nya sembari menepuk pundaknya.
"Siapa namamu .?" Tanya pria itu setelah hanya mereka saja di dalam ruangan .
"Saya .. Emily Pak.."
"Emily .. sebelumnya kamu sudah menikah..?"
Pertanyaan tersebut membuat dirinya melongo ,apakah memang seperti ini di perusahaan PT.Dinar Sastra.?
"Belum ..Pak.."
Pria itu kembali menelisik ,berjalan lebih dekat hingga kini jarak antara keduanya sangat dekat bahkan hembusan nafas sang CEO
bisa Emily rasakan.
"Kamu ...bisa menyusui..?"
"Hah.." Emily terbelalak . Ia menatap pria di hadapannya dengan tatapan yg sulit diartikan.
"Saya tanya kamu ..Kamu bisa menyusui..?" P*yudara mu besar.."
"Ma....Maaf Pak... Jika saya terkesan tidak sopan .tapi disini saya ingin melamar jadi sekretaris".
"Maka ..dari itu saya tanya ,kamu bisa menyusui ..?"
Bagai rasa tanpa bersalah pria itu kembali mendesak dengan pertanyaan yg sama .
Emily bingung ingin menjawab apa . Ini benar benar di luar pemikiran nya .Apakah ini yg dikatakan Sebastian bosnya ini gila .?
"Jika kamu bisa menyusui saya akan terima saat ini juga .."
Emily menoleh cepat .Binar matanya mengisyaratkan sangat berharap .Tapi untuk menyusui ..
"Saya belum pernah menyusui ..Pak."
"Tidak mengapa..Jika kamu bersedia bisa melakukan laktasi "..
Emily meneguk saliva dengan cepat .Ini mengerikan sekali dirinya yg masih gadis harus dipaksakan memproduksi ASI.
"Maaf ..jika boleh tau ,,untuk siapa ya Pak .? Tanya Emily sesopan mungkin."
"Untuk saya.."
****
"Gila ..ini gila ..! Gue gak mungkin menyusui orang
Yg udah tua bangka .Astaga yg bener aja
Ada orang kelainan seperti itu.."
Emily melemparkan tasnya ke segala arah ,badannya terasa panas. Ia melepas bajunya asal,enyisakan baju dalam saja.
"P*yudara gue semontok ini ,harua di paksa laktasi.??? Gila aja ..!! Walaupun lagi butuh kerjaan tapi enggak kaya gini juga.."
Tubuhnya ia hempaskan di atas ranjang , menatap langit langit kamar. Pasrah akan hidupnya seperti sekarang ini, mengapa semuanya menyulitkan baginya.
Pintu kamar di buka terlihat ibunya masuk bersama sang adik .Ia tidak perduli bahwasannya sekarang hampir setengah telanjang .
"Emily..Ibu butuh uang sekarang.."
Hah... Hembusan nafas kasar terdengar ,ia sudah muak mendengar kata uang dari mulut ibunya .
"Mana ada uang.."
"Loh ..Tadi bukannya mau ngelamar kerja?"Ada uang pasti .."
Emily beranjak ,ia mengambil sebatang rokok dari laci nakas lalu mengisapnya ,mengembuskan asap tepat mengenai wajah sang ibu.
"Memang langsikeja langsung dapet duit ..? Dikira gue tempat pencetak duit kali ."
"Kata ibu juga apa ...Udah ..terima aja tawaran kenalan ibu. Lumayan 15 juta semalam."
"Gue ..bukan pelacur. .."!
"Tapi hidup ini butuh duit ,sadar diri kehadiran kamu itu bikin kita makin miskin.."!
"Bu ..udah Bu. Ayo keluar .."
Sang adik langsung melerai ia membawa ibunya keluar dari kamar sang kakak . Pemandangan seperti ini memang hampir setiap hari ia lihat.
"Kamu juga sama aja ,bukannya Kerja tapi malah main game terus.Punya anak dua duanya gak berguna.."
Kamarnya kembali hening sepeninggal ibu dan adik laki lakinya .Ia sudah muak dengan wanita yg telah melahirkan nya itu. Semenjak sang ayah meninggal, dirinya menjadi tulang punggung keluarga, menjadi sapi perah untuk ibunya bahkan tak terhitung berapa kali di marahi penagih .Karena ibunya suka mengutang kesana dan kemari.
Apakah ia harus menerima tawaran dari tempat kerja Sebastian ..? Ia pikir dari pada menjadi p*lacur teman teman pria ibunya, lebih baik menyusui CEO PT. Dinar Sastra.
"Ya Tuhan...Ini berat sekali . Gue bingung harus gimana ,satu sisi menolak tapi di sisi lain gue sangat butuh ".
Tingg...
Ponselnya berdering ,menandakan ada pesan masuk .Emily beranjak meraih dengan malas tasnya di lantai.
Tertera nama Sebastian ..Ia segera membukanya.
"Gue denger lo pergi tiba tiba dari ruangan bos.? Ada apa..?"
Emily tidak menjawab ,ia kembali mematikan layar ponsel. Namun suara pesan masuk kembali terdengar .
"Bos ngasih elo kesempatan ,kalo berubah pikiran besok bisa kembali lagi ke kantor."
Emily membaca sekali lagi pesan dari sang sahabat. Apakah ini langkah yg akan di ambil .
"Ini bukan ngejual tubuh cuman hanya menyusui laki laki dewasa." Tapi tetep aja tubuh lo akan terjamah"
"Beda itu beda .."
"Percaya deh nanti lo nyesel mending batalin.."
Emily menggeleng kan kepalanya dengan kuat berharap bisikan bisikan itu hilang. Semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan tawaran dari sahabatnya itu hingga akhirnya sekarang ia sedang berada di ruangan sang CEO PT.Dinar Sastra .Lima belas menit sudah ia menunggu kedatangan orang terpenting itu tapi belum juga terlihat batang hidungnya.
"Tuh mumpung ada waktu mendingan lo pulang deh, masalah duit nanti kita pikirkan."
Lagi dan lagi seperti ada yg berperang di dalam otaknya membisikan antara lanjut atau memilih mundur .
"Sudah lama di sini.."?
Emily terlonjak kaget .Ia segera berdiri dari kursi sedikit menunjuk pada pria yg ia ketahui ialah CEO di sini.
"Tidak lama Pak.."
"Maaf ... Saya ada kendala di jalan .Tidak percaya kamu akan kembali lagi ke sini."
Bukan pujian tetapi nada mengejek yg Emily dengar.
"Baguslah...Mari masuk, banyak hal yg harus di bicarakan."
Emily mengikuti langkah sang Bos di belakang hingga memasuki ruangan di dominasi putih dan gold tampak mewah.
" Ini surat kontrak . Silahkan di baca dahulu sebelum ada pertanyaan.."
Kening Emily mengerut ketika menerima map berwarna hitam . Ia baca pada lembar awal , seperti surat kontrak kerja pada umumnya . Ketika mulai lembar kedua mulai lah pembicaraan tentang pekerjaan ke dua ,tertera ia harus selalu siap sedia ketika ia di panggil dalam artian ia harus menyusui.
"Ini gila ... Tiap hari gue harus siap menyusuin tuh orang ..?"
Emily meneguk saliva nya susah payah ,jantungnya semakin di ajak untuk lari maraton ketika membaca lebih jauh .
"Baik ... Saya bersedia .."
"Yakin tidak ingin membaca nya sampai selesai..?"
Emily menggeleng kuat ,ia meletakkan segera Mao tersebut di atas meja .
"Bagus..Tanda tangani ."
Tak perlu waktu lama , Emily segera membubuhkan tanda tangan nya pada lembar terakhir.
"Sudah tau gaji mu berapa..?"
Tidak ada jawaban dari Emily ia kembali melanjutkan ucapannya .
"Lima puluh juta .. Belum termasuk uang dinas ."
Mata Emily melotot lebar ..
"Li...lima puluh juta sebulan .."?
"Tapi tetap wajib ,saya harus melihat kinerjamu .Jika informasi ini bocor ke orang luar, saya tidak segan segan memecatmu dengan cara tidak terhormat lalu akan mematikan nama keluarga mu . Paham.. ?"
"Pa.. paham ,Pak.."
"Bagus ...mejamu di sana .Boleh menginjakan ruangan ini jika saya memanggil."
"Baik..Pak.."
Emily berpegangan pada gagang pintu ketika ia keluar dari ruangan bos nya itu .Dengan rakus ia mengambil napas sebanyak banyaknya .
"Astaga..Ini beneran gue terima syarat gila itu ..?Dada gue.."
Emily memegang kedua dadanya .Belum itu saja ia sudah membayangkan yg tidak tidak . Taruhannya bukan hanya dadanya saja yg jadi korban bisa jadi tubuh lainnya pun akan terjamah.
"Enggak papa Emily, demi lima puluh juta .Tiga bulan kerja aja elo udah bisa nutupin setengah dari utang utang ibu. Enggak perlu lama lama ,enam bulan kerja di sini udah cukup .Ya gue hanya perlu enam bulan aja.."
"Wih ...Lo yakinin apa ke Pak Bos ,bisa lolos gitu aja?"
Uhuk...
Emily hampir tersedak oleh makan siang nya. Sebastian buru buru mengambil minum untuk Emily.
"Makanya.... Jangan rakus kalo makan ,pelan pelan aja napah. Jam istirahat masih lama ini".
"Sorry... Gue cuman takut aja tiba tiba di panggil Pak Satria.."
"Ya elah gak bakalan lah .Pak bos juga lagi istirahat ,emangnya di panggil buat ngerjain apaan coba.."?
Uhuk. ...
"Astaga...keselek mulu lu kaya abis nelen jengkol. Nih minum.."
Itu yg Emily takutkan , bahwasannya ia tiba-tiba di panggil oleh sang bos untuk .Tidak ada lagi jika bukan hal gila itu.
"Nanti malam kita rayain atas hasil diterima nya elo ya . Nanti gue yg reservasi tempatnya."
"Thanks tapi nanti gue kabarin lagi deh ,takut ada kerjaan dadakan."
"Ulu ulu ....Iya deh sekarang mah yg udah jadi sekretaris sok sibuk.."
"Emang sibuk .."
Sebastian menghentikan tawanya ,melirik kesal pada sahabat nya itu.
"Dingin banget sih lo jadi cewek ,gue kan niatnya bercanda.."
Suara telepon berbunyi hampir saja Emily terjungkal dari kursi. Ia melihat nama sang bos di layar .Buru buru berpamitan.
"Gue ke atas dulu ya.." Tolong bawain piring kotor gue.."
Tanpa menunggu balasan dari Sebastian ia segera berlari, sembari merapihkan rambutnya. Deringan ponsel terhenti ketika ingin mengangkat nya .Padahal Emily berniat menjawab telepon ketika sudah berada di dalam lift.
"Aduh.... Gawat bisa marah nih ."
Ketika tangannya ingin menelpon ulang nama Bosnya lebih dahulu terpanglang di sana .Dengan cepat ia mengangkat nya.
"Dimana kamu.."?
"Maaf ...Pak ini saya sedang ke atas.."
"Baik ..di tunggu.."
Padahal jam istirahat masih panjang bisa ia gunakan untuk bersantai santai meminum kopi di taman tapi tidak berlaku sekarang. Bosnya itu terlihat hatinya sedang buruk.
"Maaf ...Pak ada apa.."?
Ucapan Emily terhenti ketika melihat keadaan ruangan bosnya, seperti kapal pecah. Barang barang di atas meja berantakan, terdapat pecahan vas bunga dan tumpahan kopi di lantai. Sebenarnya apa yg terjadi .
"Kamu.."
Satria mendekat mencengkram kerah baju Emily. Membuat gadis itu merungkut ketakutan.
"Kamu...Jika saya panggil harus segera ke sini. Saya tidak perduli apapun yg sedang kamu lakukan.."Paham.."?
"I..iya ..Paham Pak..."
Brak...
Satria melepas cengkraman nya dengan kasar, Emily terbentur ke tembok .Seluruh tubuhnya bergetar mendapati amarah dari sang Bos.
"Saya benci melihat wanita menangis ..Kamu..keluar"
Emily segera keluar dari ruangan itu, tangannya gemetar kala membuka tutup botol mineral. Berapa kali ia gagal ,sebelum seorang wanita membantu nya.
"Pak Bos ngamuk lagi ..? Dia memang seperti itu..Makanya banyak yg enggak betah jadi sekretaris nya. Lelah hati,banyak yg jadi sasaran amukan nya. Sekretaris sebelumnya aja jidatnya harus di jahit karena serpihan gelas."
"Terimakasih..ujar ...
Emily menerima botol air mineral yg sudah di buka tutup nya .
"Kamu harus sabar sabar kalo mau jadi sekretaris di sini.."
"Iya . Makasih mba.."
Emily terdiam memikirkan ucapan wanita tadi. Baru hari pertama aja jiwanya sudah terguncang kena amukan sang bos bagaimana hari berikutnya.? Apalagi yg akan ia hadapi.
Belum juga menetralkan jantung nya yg masih berdetak kencang. Panggilan masuk dari telepon kantor .
"Panggilkan OB kesini "..
Suara otoriter Satria terdengar di seberang sana .Terdengar nada nya sudah tidak semengerikan seperti tadi tapi tetap saja hal itu membuat Emily masih ketakutan setengah mati.
"Baik..Pak.."
"Ah..ralat ..Kamu saja ke sini dan bersihkan semuanya. Saya tidak ingin ada orang lain tau."
"Tanpa di kasih tau juga orang orang sudah pada tau tabiat mu Pak .Mungkin cuma gue sendiri yg baru tau ".
"Emily.."
"Eh ..iya..Baik Pak ."
Emily bergegas memasuki ruangan sang bos tidak ingin terkena amukan lagi jika ia telat.
Pintu ruangan terketuk , terdengar suara dari dalam menyilakan . Emily melihat sekitar sejenak, keadaan masih sama semua berantakan tapi ada yg berbeda.
Raut wajah sang Bos tidak setegang tadi.
"Misi Pak ..Saya ijin bereskan ."
Ekhem.
Hanya deheman yg terdengar ,Emily mulai mengambil serpihan kaca ditaruh di atas beberapa tisu.
"Aaww.."
"Maaf ...Saya mengagetkan."
Rasa sakit akibat tergores serpihan kaca tidak ia rasakan , jeritan itu spontan karena kehadiran tiba tiba sang Bos di belakang nya .
Tanpa permisi , Satria menggendong Emily ala bridal .Hal tersebut tentu saja membuat Emily kelabakan ,karena ada satu hal yg ia takutkan.
"Kamu tidak pakai.."
****
"Gila ..ini gila ."
Emily memegangi dadanya . Kejadian hari ini benar benar sukses membuat jantung nya hampir putus.
"Besok gue harus pake. Tapi gimana dong gue gak nyaman pake begituan ,apa ia tercetak jelas ."?
Ia menunduk ke arah yg menjadi pusat perhatian Bosnya.Jika berdiri seperti ini memang terlalu kelihatan ,hanya dari bentuk menonjolnya saja .Namun posisi dia tadi memungkinkan sekali terlihat.
"Bodoh lu Emily baru aja sehari, gimana kalo nanti si Bos nganggep lo mancing mancing."?
Di kala pikiran nya berkecamuk Sebastian datang dari lawan arah ,melihat sahabatnya itu sedang berbicara sendiri di dekat pintu.
"Emily.."
Panggilan pertama tidak ada respon , Sebastian menepuk bahu sahabatnya, hingga membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Astaga.."
Emily meninju perut Sebastian tak perduli pria itu mengeluh .
"Kaget geblek,.."
"Lagian lo lagi apa ngomong sendirian di depan pintu gini ,disangka gila nanti."
"Nih nih nih .....Mulut kalo ngomong ",
Beberapa kali Emily menepuk mulut Sebastian hingga pria itu menangkap nya.
"Gila lo.."
Emily segera ia tarik mencari tempat sepi di pastikan tidak ada orang yg bisa mendengar percakapan mereka.
"Lho gak pake.."?
Tanya nya mengecil di akhir kalimat.
"Apa keliatan jelas .."
"Banget...Lo tuh astaga ini deket gini lebih keliatan tau ."
"Padahal gue kira gak keliatan tau ."
"Iya mata lo buta .Tapi ekhem boleh juga ini."
"Dasar otak nya dong lo.Boleh apa hah...?? Boleh di pukul nih nih ... "
"Galak amat lo jadi cewe , pokoknya malam ini jadi ya .Gue jemput nanti."
Emily memajukan bibir nya ,ia pikir malam ini bisa istirahat karena seharian tenaganya benar benar di kuras .
"Okelah..."
"Kayak enggak ikhlas banget..""!
"Iya nih .. ikhlas nih.."
Sebastian tertawa geli melihat sahabatnya cemberut.
"Gak pernah berubah lo dari zaman SMA ngambekan mulu.."!
*****
Sesuai janjinya kini mereka berada di bar terkenal di ibu kota .Musik terdengar pelan karena ini tergolong nya masih sore hari bagi mereka penikmat dunia malam .
Diantara mereka hanya minum minum sambil mengobrol sama seperti Emily dan Sebastian.
"Gimana hari lo di kantor..?
"Nyaman .?"
Emily tersenyum miring ,jauh dari kata nyaman .Dirinya bahkan hampir gila.
"Nyaman ."
"Bohong banget lo .Berita bos ngamuk lagi udah terdengar seluruh kantor ,lo gak apa apa kan .?"
"Ya ...its okey.."
"Tapi ..jari lo."
Tatapan mata Sebastian terarah ke jari telunjuk Emily terdapat plester di sana.
"Oh..ini gara gara ngambil pecahan kaca aja enggak sengaja ke gores.."
Sebastian terdiam ,ia menggeser duduknya kini berhadapan dengan Emily.
"Gue tau Bos sering ngamuk ,maka dari itu gak ada sekretaris yg betah di samping dia .Kalo lo kenapa napa atau gak kuat please kasih tau gue ya.."
"Gue enggak papa ko,"
Ujar Emily menyingkirkan tangan Sebastian dari pundak nya.Jujur saja hal seperti itu membuat dia risih .
"Gue yg enggak tenang , please kasih tau gue kalo ada apa apa ya. Gue begini karena gue sayang sama lo.."
Deg..!
Jantung Emily kembali berdetak dengan kencang .Ia menerka nerka apa maksud dari sahabatnya ini ,apakah benar rasa sayang seorang cowo ke cewe atau rasa sayang ke sahabat.?
"Lo bisa kan.?"
Emily mengangguk ,tapi detik itu juga matanya melotot seluruh tubuhnya menegang .Ia merasakan bibirnya kebas, seseorang kini sedang menciumnya lama kelamaan berubah menjadi lumayan kecil.
Emily tersadar segera mendorong Sebastian sebelum ciuman itu menjadi menggebu.
"Bastian.."
Tautan terputus ,pria yg tadi mencium nya tanpa permisi itu terdiam seketika tersadar akan perbuatannya .
"Eh .. Sorry sorry gue terbawa suasana.."
Emily segera beranjak. Ia menaruh dua lembar uang ratusan ribu di atas meja bar lalu buru buru meraih tasnya .
"Emily... tunggu ".
"Sorry...gue harus pulang.."Lo kayaknya udah mabok."
Tak ada pergerakan lagi dari Sebastian ,pria itu melepaskan tangan nya dari pergelangan Emily.
Hal tersebut di gunakan Emily untuk segera pergi dari tempat itu. Tapi baru saja kakinya melangkah ia melihat seorang pria yg sangat familiar sedang menatap nya
"Pak Satria.." Ucapnya lirih..
Emily melirik ke belakang , Sebastian pun menatap ke arah yg sama tapi ada sorot mata yg berbeda dari sahabatnya. Pria itu terlihat tidak suka dengan keberadaan Bos nya.
"Saya antar.."
Emily melihat seseorang menurunkan kaca mobilnya ketika sedang menunggu taksi online yg sedang ia pesan .
"Maaf ..Pak saya sudah pesan taksi.."
"Tidak perlu di tolak.. cepat naik ."
Emily terlihat gampang dengan pilihannya, satu sisi merasa kasihan jika tiba tiba ia membatalkan pesanannya tapi sisi lain melihat sang Bos yg tak bisa di bantah.
"Baik...Pak.."
Emily memilih untuk menerima tawaran dari bosnya. Toh ia takut besok pagi tiba tiba di pecat ,ia sudah bersumpah akan melakukan apapun untuk mendapatkan pekerjaan.
"Saya kira kamu polos ternyata pro juga.."
"Ya . .maaf ..Pak.."
Emily hanya mendengar samar ucapan dari bosnya itu. Hanya terdengar kecil pada kata polos. Satria menghiraukan sekretaris nya itu ia kembali melaju membelah jalanan ibu kota di malam hari yg tak kenal sepi .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!