Tolong lebih menghargai karya dan tidak mengkaitkan dengan satu pihak tertentu. Mari kita berhalusinasi di dunia fiksi.
🌹🌹🌹
Bang Ringgo memberikan penghormatan terakhirnya pada Almarhum Praka anumerta Zurman. Beliau adalah salah seorang prajuritnya yang gugur dalam membela bangsa dan negara di tanah ujung bagian timur. Terlihat olehnya tangis seorang wanita yang tengah mengandung usia empat bulan.
Langkah besar Bang Ringgo menghampiri Laras yang sedang menangis memeluk foto suaminya.
"Saya turut berduka cita atas kematian suamimu. Semoga amal ibadah almarhum di terima di sisi Allah SWT." Do'a tulus Bang Ringgo sambil berjongkok di hadapan Laras.
"Terima kasih banyak, Pak Ringgo." Jawab Laras dengan berat hati.
Bang Ringgo mengeluarkan sapu tangannya lalu menghapus air mata Laras. "Kamu masih simpan nomer saya?? Kalau ada apa-apa, kamu hubungi saya..!!"
Laras mengangguk tanpa menatap wajah Bang Ringgo.
Tak lama ingatannya kembali pada kekasihnya saat ini.
Flashback Bang Ringgo on..
"Kapan Abang bisa dapat kepastian, ini sudah ketiga kalinya Abang melamarmu tapi kamu tetap tidak memberikan jawabanmu. Abang sudah ingin sekali punya anak." Kata Bang Ringgo.
"Farin masih pengen kerja, Bang." Jawab Farin singkat saja.
"Abang tidak akan melarangmu bekerja, Abang hanya ingin kita segera menikah. Abang temui Papa dan Mama mu ya?"
"Jangan dulu, Bang. Kenapa sih Abang ingin terburu-buru punya anak??? Carilah perempuan lain kalau memang Abang tidak bisa menunggu..!!"
Flashback Bang Ringgo off..
"Arrrgghh..!!!" Bang Ringgo mengacak rambutnya.
Untuk ketiga kalinya Farin menolak lamarannya. Alasan Farin seakan tidak masuk akal dan hanya sekedar mencari alasan untuk menghindari dirinya saja. Hingga akhirnya kecurigaannya selama ini semakin menjadi.
ddrrtt.. ddrrttt..
"Selamat siang.. ijin arahan, jenderal..!!"
"Hari ini jadwalmu 'naik', kan??" Tanya jenderal.
"Siap, kami sudah berada di kediaman perdana menteri.. ijin arahan..!!"
"Mbak Niken kemarin baru pulang dari luar negeri usai belajar ilmu 'kepercayaan', perdana menteri minta kamu menemaninya keliling ibukota." Kata jenderal.
"Siap.. kami laksanakan..!!" Jawab Bang Ringgo yang tidak mungkin bisa menolak perintah atasan.
Masalah pribadi di hatinya tidak mungkin di kaitkan dengan pekerjaan. Panggilan telepon pun tertutup.
Bang Ringgo hanya bisa membuang nafas kasar mengetahui dirinya harus berurusan dengan putri perdana menteri yang selama ini selalu menjadi omongan di kalangan para ajudan karena kelakuannya.
...
Seorang gadis menaikan kakinya ke atas meja dengan sebatang rokok di sela jarinya. Matanya melihat penampilan Bang Ringgo dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Ini ajudan Papaku?? Tingginya boleh, tapi kulitnya segelap Om Rud dan Om Ribas.. Aahh.. Om siapa lagi itu ya???? Apa tidak bisa ya, laki-laki merawat dirinya agar lebih bersih." Oceh Niken Ayu Prada. "Beginikah pria yang yang disukai Kakak ku?"
Bang Ringgo mengepalkan kedua tangannya karena merasa jengkel namun tidak bisa menjawab apapun karena yang ada di hadapannya saat ini adalah putri perdana menteri.
"Hhh.. apa boleh buat. Nanti Om antar aku ke road race motor di Kotalama..!!" Perintah Niken sambil melihat nama dada pria di hadapannya.
"Maaf Mbak Niken, tempat itu sangat berbahaya untuk perempuan. Lebih baik tidak pergi kesana." Kata Bang Ringgo.
"Om Ringgo nggak usah cemas. Atau kalau Om nggak mau antar aku kesana, Om pergi saja ke tempat lain. Nanti usia acara baru Om jemput aku." Saran Niken memberikan pilihan.
"Saya sarankan tidak kesana..!!" Jawab Bang Ringgo masih teguh pendirian.
Mendengar jawaban itu, Niken pun meradang. Baru kali ini ada ajudan Papanya yang berani menentangnya.
Seperti sebelumnya, jika Niken tidak menyukainya maka ia akan menghubungi Papanya secara langsung.
"Paaaaaaa.."
"Assalamu'alaikum.. Ada apa?"
"Waalaikumsalam. Papa pecat ajudan Papa yang namanya S. A Pringgodani..!!"
Terdengar suara desah berat di seberang sana. "Ini sudah ke berapa kalinya?? Sekarang Letnan Ringgo ada salah apa sama kamu?"
"Buat masalah, Pa." Jawab Niken.
"Letnan Ringgo adalah salah satu militer pilihan. Sejak dulu Papa yang mendidiknya. Papa harus mengalahkan banyak pihak untuk bisa membawanya ikut bersama Papa. Papa juga tidak sembarang menarik ajudan. Sekarang masalah apa yang Letnan Ringgo buat?" Ujar Papa Ahlam Ghalib yang begitu mengenal putrinya.
"Beda prinsip sama Niken."
"Kamu tidak usah sok menaikan masalah dengan nada tinggi. Papa tau prinsip yang kamu jabarkan hanya sekedar bubur di aduk atau tidak di aduk." Omel Papa Ahlam sakit kepala dengan ulah putrinya. Satu-satunya putri yang membuatnya sakit kepala. "Berikan ponselmu ke Letnan Ringgo..!!"
Mau tidak mau Niken memberikan ponselnya pada Bang Ringgo seraya menggerutu.
"Selamat sore, Pak. Ijin arahan..!!" Dalam keadaan berdinas, Bang Ringgo akan menjawab atasannya secara formal.
"Kalau kamu rasa ada yang berbahaya dengan permintaan Niken, tolong kamu larang..!! Tapi kalau tidak bisa di atasi, terserah bagaimana caramu asalkan Niken tetap baik-baik saja..!! Niken sudah seperti adikmu sendiri, kan..!!" Perintah Papa Ahlam meskipun selama ini Letnan Ringgo tidak pernah melihat wajah Niken setelah sekian lamanya. Hanya gaung bahwa putri perdana menteri adalah gadis yang pintar dan lemah lembut.
"Siap.. kami menyesuaikan perintah..!!" Jawab Bang Ringgo.
Setelah menyelesaikan pembicaraan, Bang Ringgo menyerahkan ponselnya pada Niken.
"Apa kata Papa??? Harus nurut sama Niken, kan???" Tanya Niken penasaran sambil menerima ponselnya.
"Saya di perintahkan perdana menteri untuk melarang Mbak Niken pergi ke tempat berbahaya..!!" Jawab Bang Ringgo masih tetap formal.
Kening Niken berkerut ragu. "Benarkah?? Kalau tidak bisa melindungiku lalu untuk apa Om jadi ajudan??"
//
Deru nafas memburu mengurai rasa rindu sepasang anak manusia. Paham dirinya mulai tidak baik-baik saja, Bang Rudha pun menarik diri dan mengancingkan kembali pakaian Farin.
"Kita tidak mungkin seperti ini terus, dek..!! Abang bisa khilaf..!!" Kata Bang Rudha.
"Lamar Farin, Bang..!!" Pinta Farin.
Bang Rudha mengangguk, ia pun paham batasan diri saat bersama wanita yang begitu di cintainya. "Abang siapkan berkas untuk pengajuan nikah."
Farin memeluk Bang Rudha dengan erat. Setitik air matanya tumpah. Ada rasa bersalah di dalam hatinya namun sungguh perasaan cintanya hanya untuk Bang Rudha.
...
Ulah Niken membuat Bang Ringgo terpaksa menurutinya. Bukan karena tidak berani tapi semua demi harga diri. Seorang Ringgo pantang untuk di remehkan.
Niken begitu bahagia karena Letnan Ringgo mengabulkan keinginannya untuk hadir di acara road race motor.
Sebuah motor melaju dan berhenti tepat di depan Niken. Niken pun menyambutnya dengan ciuman singkat di bibir.
"Kamu bawa herder?" Tanya pria yang masih duduk di atas motor.
"Biasalah, jalur keamanan Papa..!!" Jawab Niken.
"Enak ya jadi orang berada, bagaimana caranya bisa jadi mantu Papamu?" Tanya pria tersebut.
"Lamar aku donk..!!" Pinta Niken.
"Boleh, tapi setelah acara ini, kita nge-room ya..!!" Ajak pria tersebut.
Belum sampai Niken menjawabnya, Bang Ringgo sudah menarik jaket pria tersebut dan menghajarnya tanpa ampun.
buugghhh..
.
.
.
.
Papa Rama mengurut keningnya melihat untuk kesekian kalinya Bang Ringgo membuat masalah. Papa Rama sampai membanting gelas kopi di hadapannya dengan amarah yang memuncak. Kali ini putra keduanya itu harus mendapatkan teguran karena menghajar seorang warga sipil.
Bang Ringgo terdiam tanpa kata sampai akhirnya Bang Rudha dan Bang Ribas menengahi mereka.
"Sudah Pa.. bukan salah Ringgo juga." Kata Bang Rudha.
"Papa tau, tapi apakah harus memukul warga sipil. Semua sudah tau media begitu menyoroti kinerja abdi negara. Orang yang di hajar Ringgo, hampir mati." Jawab Papa Rama.
"Belum sampai mati juga. Kalau masih bisa nafas berarti masih aman." Bang Ringgo tetap santai saja sembari menghisap rokoknya.
"Ringgooo..!!!!!!" Suara Papa Rama begitu menggelegar. "Kamu ingin Papa jantungan???? Kasus apa lagi yang mau kamu buat??? Mulai dari mabuk, kasus perempuan, bolak balik berantem. Sekarang apalagi??? Kasus pembunuhan?????"
ddrrttt.. ddrrttt.. ddrrttt...
Papa Rama mengangkat ponselnya. "Hallo..!!!"
"Galak betul Mas Rama, ini saya." Kata suara di seberang sana.
Papa Rama kembali melihat ponselnya. Beliau sampai menepuk keningnya. "Hallo Abang.. ehmm soal Ringgo.."
"Iya betul, Abang mau membicarakan tentang Ringgo. Terima kasih banyak atas bantuannya. Banyak saksi mata yang melihat Ringgo melindungi putri bungsu Abang. Abang terima kasih banyak ya atas bantuan Ringgo. Abang minta maaf atas bengalnya putri bungsu Abang." Kata Pak Ahlam Ghalib.
"Oohh.. begitu ya, Bang. I_ya.. sama-sama..!!"
Bang Ringgo berdiri kemudian mematikan puntung rokoknya. "Sekali b******n tetap b******n, kan. Sebentar lagi aku hamili anak orang." Kata Bang Ringgo kemudian melangkah pergi.
Sampai di depan pintu rumah, sudah ada Mama Dilan berdiri.
"Kenapa bicara begitu sih, le?" Tegur Mama Dilan. Beliau mendekati Bang Ringgo kemudian membenahi seragamnya. Sesaat tadi Papa Rama memanggil putranya itu karena semalam terjadi insiden pemukulan yang melibatkan putranya.
Bang Ringgo tidak sanggup menatap mata wanita di hadapannya itu. Ia memalingkan wajahnya.
"Igo nggak akan melakukannya, kan?"
"Mama tau, aku ini br*****k seperti bapakku. Itu kan, yang mau Mama dengar? Bapakku kasar, suka main perempuan, penjudi, pemakai nar**ba, apa susahnya menghamili perempuan." Ucap keras Bang Ringgo.
Mama Dilan mengusap dada putranya. "Ringgo anak Mama. Mama tau Ringgo lelaki sejati dan tidak akan melakukannya." Mama Dilan mengarahkan wajah Bang Ringgo agar bisa menatapnya. "Ringgo mau ya, le.. nikah sama gadis pilihan Mama dan Papa. Dia gadis yang lembut."
"Kapan-kapan kita bicara lagi ya, Ma..!! Saya ada pengawalan." Jawab Bang Ringgo.
...
Di kediaman Pak Ahlam terdengar suara beliau tengah memarahi putrinya.
"Papa membesarkan anak perempuan bukan hal yang mudah. Kamu dan kakak tidak punya saudara laki-laki. Bisakah kamu sedikit menjaga sikap. Papa malu melihat kelakuanmu, Nikeeen....!!!!! Kalau kelakuanmu terus begitu, lebih baik kamu menikah saja..!!!" Ancam Papa Ahlam tidak main-main.
"Kian masih muda, Pa. Niken masih ingin bebas. Apa Papa lupa kalau kakak masih belum menikah??? Papa mau menganut sistem Siti Nurbaya????" Teriak Niken
"Papa tidak peduli akan hal itu, Kakakmu sudah punya pacar. Sekarang yang Papa tau.. kamu bisa berubah jadi perempuan yang lebih baik, tidak urakan........."
"Niken nggak mau nikah, Niken sudah punya pacar." Pekik Niken meskipun sebenarnya ia baru saja putus dari kekasihnya. Ia kemudian keluar dari ruang kerja Papa Ahlam.
"Nikeeennnn...!!!!!"
Secepatnya Niken membuka pintu dan melihat Bang Ringgo terpaku disana. Sebersit 'ide cemerlang' muncul berkelebat di kepala Niken. Niken pun menarik tangan Bang Ringgo.
:
"Apaaaaa???? Gilaa..!!!! Laki-laki waras sekalipun juga malas meskipun hanya pura-pura jadi pacarmu." Ucap tegas Bang Ringgo.
"Eeiittss.. ini nggak cuma-cuma ya, Om. Niken punya uang seratus dua puluh juta. Itu bayaran Om selama jadi 'pacar' Niken, tapi Om juga harus bisa sigap jika bertemu dengan mantan pacar Niken." Kata Niken.
Bang Ringgo masih diam tak menggubris tapi terus terang saat ini dirinya sangat membutuhkan uang meskipun dalam waktu satu minggu saja dirinya bisa mendapatkan uang lebih dari itu.
"Niken tau.. Om tidak punya uang sebanyak itu, kan??"
Bang Ringgo menggeleng gemas dengan kelakuan gadis di hadapannya itu. "Apa kau baru lihat total uang sebanyak seratus dua puluh juta sampai kau harus merendahkan orang??"
"Bukankah tentara gajinya kecil??" Kata Niken dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Apa ayahmu bisa tiba-tiba menjadi menteri??? Kau lupa bahwa ayahmu terlahir sebagai tentara?" Balas Bang Ringgo.
"Benar, tapi sekarang Niken adalah anak menteri." Jawab Niken.
Bang Ringgo memilih diam karena dirinya merasa pilihan hidupnya kini hanya ada dua yaitu setengah gila atau benar-benar gila.
"Bagaimana??? Cepat jawab..!!!" Desak Niken.
"Oke..!!" Jawab Bang Ringgo tidak lagi ingin banyak berdebat dengan seorang gadis. "Tapi saya juga punya syarat dan ketentuan yang berlaku..!! Sanggup????"
"Sanggup lah." Niken menjawabnya tanpa berpikir cepat. "Nanti Niken kirim draft yang harus Om setujui."
Bang Ringgo mengangguk tenang, matanya terus memperhatikan Niken yang sedang menyulut rokoknya kemudian menghembuskannya asal.
Tepat saat itu Papa Ahlam keluar dari rumah. Niken gelagapan karena takut tapi dengan Bang Ringgo mengambil rokok tersebut dari tangan Niken dan menghisapnya.
"Ringgo..!!!!" Panggil Papa Ahlam dari jauh.
"Siaap..!!"
Bang Ringgo hendak membuang rokoknya tapi Papa Ahlam menahannya.
"Titip makhluk halus satu itu dan tolong kamu marahi kalau terjadi hal seperti kemarin. Semua demi kebaikan dia sendiri..!!" Perintah Papa Ahlam.
"Siap..!!"
Papa Ahlam beranjak pergi, Bang Ringgo pun melihat merk rokok di sela jarinya. Merk pasaran pada umumnya tapi efek di dadanya terasa sesak.
"Ada campuran apa di dalam rokok ini??" Tanya Bang Ringgo.
"Tidak ada." Jawab Niken.
"Jangan bohongi saya..!! Menurutmu saya bisa sampai tahap ini karena apa?? Saya menjabat sebagai Dantim pasukan khusus untuk pembebasan sandera dan penyelamatan perdana menteri luar negeri. Kamu mau kooperatif dengan saya atau saya bongkar seluruh badanmu..!!!" Ancam Bang Ringgo.
"Jangan mau tau urusan anak muda." Kata Niken dengan sisa keberaniannya.
"Kamu pikir saya ini Mbah buyut?????"
.
.
.
.
"Sejak kapan kamu memakai barang seperti ini???"
Niken masih diam dan menghindari Bang Ringgo. Tapi secepatnya Bang Ringgo menarik tangan Niken dan membawanya pergi dari rumah perdana menteri.
...
"Bukankah seharusnya Om yang nurut sama Niken?? Niken yang membayar Om Ringgo, Niken juga yang punya uang." Oceh Niken.
"Saya tidak mau ambil resiko..........."
"Kalau tidak berani ya jangan jadi ajudan. Ajudan adalah orang yang berani mengambil tanggung jawab untuk melindungi......."
"Diam.. Niken..!!!!!!!" Bentak Bang Ringgo. "Saya tidak mau terjadi sesuatu sama kamu, minimal ingatlah pengorbanan kedua orang tuamu..!!!!!"
Belum saja mulut Bang Ringgo terdiam, ia melihat Bang Rudha dan Farin berjalan bergandengan berdua. Seketika detak jantungnya berdenyut kencang. Kakinya terasa lemas.
"Lho.. Mbak Farin???" Niken hendak menghampiri namun kemudian Bang Ringgo menarik tangan gadis itu.
"Jangan di kejar..!!" Kata Bang Ringgo.
"Tapi Mbak Farin itu sahabat kakaknya Niken. Dia mau nikah sama pacarnya. Bang Rudha namanya. Om Ringgo kenal??" Jawab Niken.
"Apaaa??????" Rasanya Bang Ringgo begitu syok. Tanpa banyak basa-basi Bang Ringgo menghubungi Farin.
"Kamu dimana???"
:
Kini Bang Ringgo dan Farin berhadapan. Bang Ringgo sengaja meminta pertemuan malam itu untuk menjelaskan semua duduk perkaranya.
"Katakan dengan jelas, apa hubunganmu!dengan Rudha???" Tanya Bang Ringgo.
"Bang Rudha.. kakak sepupunya Farin." Jawab Farin lumayan takut melihat sorot mata tajam Bang Ringgo.
Bang Ringgo tersenyum sinis mendengar bulan Farin padanya.
"Sepupu?? Dari bapak atau dari ibu?"
"Ibu." Jawab Farin.
"Ibu kandung atau ibu tiri????"
"Apa sih, Bang?? Kenapa tanya seperti itu???" Farin sungguh tidak senang mendengar setiap ucapan Bang Ringgo.
Tak lama berselang, Bang Rudha menghampiri Fanya. Agaknya sudah terlalu lama dirinya menunggu Farin yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Namun saat melihat Farin, perasaan Bang Rudha menjadi tidak enak saat melihat ada Bang Ringgo disana juga.
"Ringgo.. kamu disini??"
Bang Ringgo terdiam, Farin pun tidak bersuara.
"Ada masalah???" Tanya Bang Rudha memendam banyak pertanyaan dalam hati.
Di saat yang sama Niken datang dengan membawa es krim 'love'. "Om Ringgo disini??" Ujarnya kaget karena tadi Bang Ringgo sempat meninggalkannya begitu saja.
Bang Ringgo mengembangkan senyumnya. "Terima kasih, sayang..!!"
Sontak kaget mendengar kata-kata itu. Masih dalam kebingungannya, Bang Ringgo mengecup bibirnya.
Niken sungguh kesal dengan ulah ajudan Papanya yang mulai kurang ajar padanya. Kian ingin berteriak marah tapi Bang Ringgo segera mendekapnya dari belakang. "Darimana saja, sayang??"
"Abang kenal sama Niken??" Tanya Farin.
"Kenal donk, kami sudah mau menikah. Iya kan, sayang???" Bang Ringgo mengeratkan pelukannya.
Entah apa yang terjadi, saat itu Niken merasa bingung namun juga terpana. Meskipun dirinya pernah pacaran sebelumnya namun baru kali ini dirinya mendapatkan physical touch yang begitu hangat dari seorang pria.
"Alhamdulillah..!! Kalau begitu, bagaimana jika pertunangannya kita samakan saja..!!" Saran Bang Rudha kemudian.
"Aku nggak mau tunangan. Aku mau langsung nikah." Jawab Bang Ringgo.
Niken menelan ludah dengan susah payah.
:
"Apa sih maksud Om Ringgo??? Bagaimana kalau Mbak Farin salah paham. Mbak Dina juga suka sama Om Ringgo." Kata Niken.
"Saya tau, tapi saya tidak ada hati dengan kakak ketiga mu." Jawab Bang Ringgo.
Niken terdiam sejenak kemudian menyambar rokok Bang Ringgo di atas meja lalu menyulutnya.
"Jangan begitu lah, dek..!! Nggak baik..!!" Tegur Bang Ringgo sambil merampas rokok di bibir Niken, ia pun segera menghisapnya.
"Niken mau tanya. Kenapa wanita merokok selalu mendapatkan persepsi tidak baik??? Jika alasannya hanya untuk kesehatan, laki-laki juga berpotensi menimbun penyakit." Kata Niken dengan logikanya.
"Rokok adalah sesuatu yang 'panas', sakit, keras, sekaligus jantan. Seluruhnya identik dengan dunia laki-laki. Perasaan yang tidak terungkapkan namun harus berdebat dengan keadaan. Musuh namun juga kawan. Tapi bagi saya, rokok juga menjadi penghilang kecemasan."
Niken terus memperhatikan paras wajah Bang Ringgo. Ia sungguh tidak paham, terkadang laki-laki di hadapannya itu menjadi sosok yang garang namun bisa juga menjadi melankolis.
"Oowwhh.. Om Ringgo cemas ya?? Menikahlah dengan Kak Dina. Seluruh cemas dan sedih mu akan hilang." Kata Niken.
"Bagaimana kalau saya hanya ingin menikah denganmu?" kata Bang Ringgo seraya menggoda.
Bang Ringgo duduk menatap gadis kecil seusia 'adik' perempuannya.
Tak lama panggilan telepon dari Bang Arre masuk.
Dengan malas Bang Ringgo mengangkat panggilan telepon dari 'adiknya' itu. Bang Ringgo pun mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Bang Goo.. Niken sudah pulang atau belum?"
"Laah.. Mana kutau. Kau kemana saja, Ar?? Niken tidak paham jalan." Tanya Bang Ringgo.
"Aku persiapan tontangkas. Bang Rudha sibuk pengajuan nikah." jawab Bang Arre.
"Om.. Sepertinya Niken tau dimana Dara." Kata Kian.
"Dimana??" tanya Bang Ringgo.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!