"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Raditia Bagaskara bin Argadana dengan anak saya yang bernama Amara Elvira Celsea dengan mas kawin seperangkat alat solat Tunai. "
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Amara Elvira Celsea binti Dermawan dengan maskawin yang telah di sebutkan, di bayar tunai. "
"Bagaimana para saksi sah...? "
"Sah... "
"Alhamdulillah... "
Kini Amara Elvira Celsea yang akrab di panggil Amara telah resmi di persunting Raditia Bagaskara lelaki tampan bertubuh tinggi tegap dengan tatapan mata yang tajam. Raditia yang biasa di panggil Radit itu seorang CEO muda berbakat di sebuah perusahaan ternama di jakarta. Raditia CEO di PT Trikomindo kharis utama adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi .
Amara gadis cantik imut bertubuh mungil kulitnya sangat putih bersih dan ber pipi cabi harus menerima perjodohan ini. Padahal umur Amara saat ini masih 23 tahun terpaut cukup jauh dengan umur suaminya yang saat ini sudah berumur 32 tahun.
Pernikahan ini atas permintaan ayah Amara yang kini terbaring tak berdaya di ranjang ICU rumah sakit. Ayah Amara sudah cukup lama menderita penyakit jantung semenjak di tinggal ibu Amara untuk selamanya. Ibu Amara meninggal saat Amara menginjak bangku SD kini hanya dia seorang yang merawat ayahnya.
Amara harus kerja sambil berkuliah, kini kuliah Amara tinggal semester akhir .Dia rela melakukan pekerjaan apapun demi mencari uang untuk biaya berobat Ayah nya.Amara anak yang periang dan kuat walau kadang dia sangat manja kepada ayah nya dan omongan nya ceplas ceplos apa adanya.
Wajah kusam nya menandakan betapa lelah nya dia beberapa hari menemani dan merawat ayah nya di rumah sakit seorang diri. Entah berapa hari Amara tidak keramas atau bahkan hanya menyisir rambut nya. walau begitu Amara masih terlihat cantik dan manis.
Raditia hanya memperhatikan wanita yang kini menjadi istrinya itu. Dia melihat istrinya tampak kusam dan berantakan membuatnya muak. Maklum Raditia biasa melihat wanita cantik yang selalu wangi, berdandan dan berpakaian rapi saat di kantor. Berbeda jauh dengan wanita yang kini menjadi istrinya.
Pernikahan mereka memang di adakan secara mendadak tanpa persiapan apapun dan di laksanakan di ruang ICU rumah sakit. Dan di saksikan hanya kedua orang tua Radit dan satu orang saksi.
"Kini ayah bisa pergi dengan tenang. "Ucap Dermawan ayah Amara. "Kini kamu tidak akan jadi sebatang kara setelah kepergian ayah. "
Amara menggenggam erat tangan ayahnya. "Ayah tidak boleh berbicara seperti itu. Apa ayah tega meninggalkan Amara sendiri ?"
"Kamu tidak sendirian nak, Bu Sintha dan pak Argadana pasti akan menjaga mu dengan baik ."
"Tapi Amara tidak mengenal mereka apa lagi dia. "Amara menunjuk ke arah Radit.
Radit menatap penuh intimidasi.
"Jaga sikap mu Amara. Dia sekarang suami mu panggil dia mas Radit. Dia anak dari teman ayah, Ayah yakin dia akan menjaga dan menyayangi mu. "
Raditia merupakan anak dari pasangan Argadana dan sintha teman lama ayah Amara. Sewaktu mereka susah ayah Amara banyak membantu mereka hingga mereka sukses seperti saat ini. Itulah mengapa Argadana dan Sintha meminta anak pertama nya untuk menikahi Amara.
Raditia pada awalnya sangat menentang pernikahan ini. Dia tak mencintai Amara bahkan namanya saja baru dia ketahui saat ijab kabul. Atas paksaan ibu nya Raditia terpaksa menyetujuinya karena Raditia sangat menyayangi ibu nya. Apa pun perintah ibu nya pasti akan dia turuti.
Dukung Author dengan Like, Koment dan vote.
Walaupun Radit dan Amara menerima pernikahan ini namun hati mereka berkata sebaliknya. Mereka hanya tidak kuasa menolak permintaan terakhir Ayah Amara.Radit bersumpah di dalam hatinya akan membuat Amara tidak tahan hidup dengannya dan akhirnya meminta cerai darinya. Dengan begitu ibunya juga pasti akan pasrah menerima keputusan Amara.
Sintha mendekati Amara. "Sayang kamu jangan khawatir kami pasti menjaga dan menyayangi mu seperti putri kami sendiri. "Ungkap Sintha.
"Tapi dia terlihat sangat membenci Amara.Dari tadi dia melirik ke arah Amara dengan tatapan seram. " Rengek Amara.
"Tidak sayang Radit memang seperti itu ,sifat nya kaku dan pendiam. tapi sebenarnya dia anak yang baik dan penyayang. " Ungkap sintha sembari menginjak kaki Radit.
"Sakit ma...!!" Lirih Radit.
"Kenapa tatapan mu dari tadi seperti itu.Mau buat mama malu ya. ?"Bisik Sintha.
"Enggak ma. Radit cuma memperhatikan istri pilihan mama itu.. "
"Nak Radit, Tolong jaga anak bapak, sayangi dia lindungi dia seperti bapak menjaganya. Bapak tau nak Radit anak yang dapat di percaya.. "Tutur Darmawan. "Dan untuk mu Amara ,hormati suami mi kurangi sifat manja dan omongan mu yang suka ceplas ceplos. Amara bukan anak kecil lagi yang harus selalu di beri tahu ya nak ? "
"Iya ayah Amara ngerti. Tapi kenapa ayah bicara seolah ayah akan pergi, Ayah gak boleh pergi atau Amara gak akan dengerin semua perkataan Ayah."Pinta Amara.
"Ayah percaya Amara akan selalu ingat pesan ayah. "
"Kamu tenang saja Darmawan kami akan menjaga dan menyayangi Amara.. "Sahut Argadana.
"Uhuk.... Uhuk.... "
Keadaan Darmawan semakin memburuk nafasnya sesak dadanya sakit, sampai membuatnya susah untuk bernafas. Amara keluar memanggil suster tak lama dokter berlari memasuki ruangan.
Suster meminta mereka untuk meninggalkan ruangan. Amara enggan beranjak dari sana sintha merengkuh dan membawanya keluar. Amara terduduk memeluk lututnya dia tak sanggup membayangkan jika harus kehilangan ayahnya.
Air matanya terus menerus membasahi pipi cabi nya.Semua kenangan manis bersama ayahnya membayangi otaknya. Dia tak sanggup jika harus hidup sendiri di dunia ini. Sintha memeluk suaminya dia merasa prihatin dengan keadaan Darmawan dan Amara.
Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar dari dalam ruangan. Muka lesu dokter membuat Amara semakin gelisah.
"Dok bagaimana keadaan ayah saya? "
"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tuhan berkehendak lain. Pak Darmawan sudah meninggal. "
Mendengar pernyataan dokter Amara terjatuh lemas, kakinya seakan mati rasa. Dia menangis tanpa suara karena sesak di dadanya. Hatinya hancur cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya namun kini telah pergi untuk selamanya.
Sintha memeluk dan menguatkan Amara. "Sabar sayang ini sudah ketentuan yang kuasa Amara harus kuat dan ikhlas menerima ya? "
"Kini Amara sendiri."Lirih nya.
"Amara gak sendiri sayang ada mama sintha ada ayah Argadana dan juga ada Radit suami Amara. "
Radit sedikit iba melihat Amara yang harus kehilangan ayah dan ibunya. Dia tak bisa membayangkan jika dia yang di posisi Amara. Sebenarnya Radit mempunyai hati yang lembut namun egonya lebih besar.
Amara bangkit dan berlari menghampiri tubuh ayah nya yang kini terbujur kaku tak bernyawa. Dia memeluk dan mencium kening ayah nya untuk yang terakhir kalinya.
Radit dan Argadana ayahnya mengurus semua keperluan untuk pemakaman ayah Amara. Mereka terus mendampingi Amara sampai pemakaman selesai .Amara tak mempunyai sanak saudara sama sekali di sini.
Dermawan berpesan dia ingin di makamkan di samping kuburan mending istrinya. Sebegitu cintanya pada istrinya Darmawan memilih tidak menikah lagi setelah istrinya meninggal. Dia lebih memilih membesarkan Amara seorang diri.
Dukung Author dengan Like, koment dan vote.
Proses pemakaman telah usai keluarga Argadana memutuskan memboyong Amara ke Jakarta. Radit harus segara kembali ke perusahaan sudah beberapa hari dia meninggalkan nya .Hingga banyak pekerjaan yang tertunda.
"Radit coba liat Amara di kamar. katanya dia mau berkemas dan berikan teh hangat ini. "Pinta Sintha.
"Kenapa harus Radit sih ma?"Sahut Radit malas.
Sintha memukul bahu Radit. "Dasar anak nakal Amara itu kan istri mu ya sudah sepatutnya kamu bantuin dia.. "
"Aduh sakit ma!! Iya iya Radit kesana. "
Radit berjalan menuju kamar Amara. Radit mengetuk pintu kamar namun pintunya tak terkunci. Di bukanya pintu itu dia letakkan nya teh di atas meja. Radit berjalan celingak celinguk mencari keberadaan Amara.
"Aaaaaaa...!!!! "
Radit langsung membekam mulut Amara. Amara terkejut Radit di dalam kamarnya saat dia keluar dari kamar mandi. Amara hanya mengenakan handuk yang di lilitkan di dadanya. Mata mereka saling pandang .Amara menelan sivanya tubuh Radit sangat dekat dengan nya.Amara memperhatikan setiap lekuk tubuh Radit, Radit sangat tinggi sehingga membuat Amara harus mendongak jika ingin melihat wajahnya. sedangkan Amara hanya sebahu Radit
Radit membekap mulut Amara dengan satu tangannya sedang tangan satunya merengkuh pinggang ramping Amara. Radit tak ingin ibu nya salah sangka padanya hingga membuat Amara menjerit.Radit memperhatikan mata indah Amara yang hampir membuatnya lengah.
Amara menendang betis Radit.
" Auuuu..... Apa yang kamu lakukan? "Pekik Radit.
"Harunya aku yang tanya. Ngapain kamu ke kamar ku. Aku kan lagi mandi.Kamu mau mesum ya. !" Ketus Amara
"Dih mesum? Mana bisa aku punya fikiran seperti itu dengan anak kecil kayak kamu. Lagian siapa suruh kamu tidak mengunci pintu."
"Anak kecil kata mu... Aku tu sudah besar tau sembarangan aja kalo ngomong. Kamu juga kan bisa ketuk pintu dulu. "
"Aku sudah mengetuk pintu tapi kamu yang gak dengar."
"Alasan..Biarpun kamu suamiku tapi jangan berani macam macam dengan ku! "
Radit memperhatikan Amara dari atas sampai bawah. "Aku gak bakal tertarik dengan modelan kayak gini."Sambil menunjuk tubuh Amara.
Amara segera menyilangkan kedua tangannya di atas dada nya.
Padahal dalam hatinya Radit sedikit tergoda. Apa lagi melihat kulit putih mulus milik Amara membuat nya ingin menyentuh tubuh Amara. Dada milik Amara sangat montok. Handuk yang mengikat setengah payu*ranya membuat nya terlihat lebih berbentuk. Walaupun Amara tak terlalu tinggi tapi boby amara sangat menggoda. badannya sintal padat berisi tapi memiliki pinggang yang ramping. Selama ini tak terlihat karena Amara selalu menggunakan baju over size.
Sintha mengetuk pintu. "Ada apa sayang mama kayak dengar teriakan.. "
"Gak ada apa apa kok ma.Amara hanya takut kecoa.. "Jawab Radit.
"Oh ya sudah jangan lama lama ya sebentar lagi kita berangkat. "Sintha berjalan meninggalkan kamar Amara.
"Apa kamu tidak mau berganti pakaian .Mau ke bandara cuma pake handuk."Ucap Radit.
Amara mengambil pakaian dan berganti di kamar mandi. Radit berjalan menuju pintu langkahnya terhenti tatkala dia melihat banyak foto yang menghiasi dinding kamar. Di lihatnya satu persatu foto itu. semua foto itu bergambarkan foto Amara dan ayahnya. Amara terlihat begitu bahagia dan ceria di dalam foto itu.
Amara keluar dari kamar mandi. Dia menggunakan atasan hoodie dan celana pendek di atas lutut rambutnya di cepol ke atas. Radit melirik, Amara tampak sangat menggemaskan .
"Katanya sudah besar tapi gaya pakaian aja masih kayak anak kecil. "Sindir Radit.
"Bawel... aku lebih nyaman menggunakan ini."
Amara menarik koper keluar dari kamar. Radit mengikuti dari belakang. Mereka bersiap masuk ke dalam mobil. Radit sudah memesan dua taxi online. Amara dan Radit duduk bersebelahan di bagian belakang sopir. sementara ibu dan ayahnya naik mobil yang lain.
Sepanjang perjalanan mereka tak saling bertegur sapa Amara sibuk melihat pemandangan di luar jendela sedang Radit tengah sibuk dengan gawainya. Ponselnya tak henti henti berdering. semua telfon itu berasal dari kantor dan klien perusahaan.
Tak sampai satu jam mereka telah tiba di bandara. Amara mengambil koper dari dalam bagasi. Koper berisi penuh dengan barang Amara hingga Amara terlihat kesulitan menurunkan nya. Radit mengangkat dengan satu tangannya dan meletakkan di depan Amara lalu pergi mengangkat telefon lagi.
"Sok pamer... "Gumam Amara.
Dukung Author dengan Like, Koment dan Vote.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!