***
Tentang Kos Pratama:
Kos Pratama terletak di Ibu kota. Kosan ini, terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama terdapat 2 kamar yang cukup luas, dapur bersama, serta ruangan yang cukup luas sebagai tempat berkumpul.
Kemudian, di lantai atas terdapat 8 kamar yang saling berhadapan, luasnya sekitar 5×4 meter, lebih kecil dibanding 2 kamar yang berada di lantai bawah.
Kamar 1 dan 2 terletak di lantai bawah. Sedangkan Kamar 2 sampai 10 terletak di lantai atas. Setiap kamar memiliki fasilitas kamar mandi. Hanya dapur dan ruang TV yang juga merupakan ruang berkumpul--merupakan fasilitas bersama
Penghuni Kos Pratama sangat dekat, mereka seperti keluarga yang saling melengkapi.
Tentang Tokoh:
1. Naraka Aditya Pratama-Penghuni Kamar 1 (Pemilik Kos)
Raka merupakan pemilik Kos Pratama. Berusia 28 tahun, yang merupakan seorang manager di salah satu Perusahaan BUMN. Karena masih belum menikah, Raka memutuskan untuk tinggal di Kosan miliknya sendiri bersama dengan penghuni lainnya. Raka sosok yang ramah, dewasa, dan bijak, ia terbuka dengan para penghuni kos dan berusaha menjaga kedamaian di Kos Pratama.
Raka berasal dari keluarga berada di daerah Sulawesi. Sebagai anak bungsu di keluarganya, Raka lebih memilih hidup mandiri di Ibu Kota, dengan membuka kos sebagai usaha sampingan. Ia enggan berkecimpung di perusahaan orang tuanya seperti kakak-kakaknya yang lain, lebih tepatnya belum. Yah, walaupun biaya untuk membangun kos, masih dibantu oleh orang tuanya, tapi secara keseluruhan dia tidak terlalu membebani mereka.
2. Bima Setiawan-Penghuni Kamar 3
Bima merupakan mahasiswa Teknik Sipil semester akhir. Berusia 23 tahun, dengan tubuh tinggi dan tampan, hanya saja ia kerap kali tampil urakan dengan rambut cukup panjang khas anak teknik. Meski begitu, Bima adalah sosok yang cerdas walaupun omongannya terkesan sinis. Ia punya kemampuan berpikir logis yang tinggi, tapi sering menunda pekerjaan dan sangat malas beres-beres. Bima ini penghuni pertama Kos Pratama. Bima adalah penghuni terlama di Kos Pratama, ia terhitung sudah tinggal di sana selama 3 tahun, sejak Kos Pratama selesai dibangun.
3. Tiyana Larasati-Penghuni Kamar 4
Tiyana bekerja sebagai Pramuniaga di sebuah mall yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kos Pratama. Berusia 25 tahun, ia sosok yang ramah, blak-blakan dan cukup emosian jika dipancing. Namun, Tiya sangat peduli dengan semua penghuni Kos Pratama. Sama dengan Bima, Tiya juga tinggal di Kos Pratama sudah 3 tahun.
4. Ardito Permana-Penghuni Kamar 8
Dito bekerja sebagai Event Coordinator di sebuah hotel. Kadang juga dia merangkap sebagai fotografer di acara yang ditanganinya, karena kemampuan fotografinya yang bagus. Dito berusia 24 tahun, ia orangnya supel, ceria, energik dan berisik serta suka bergosip dengan Tiyana. Dia pandai bergaul dan mudah akrab dengan siapa saja. Dito datang pertama ke Kos Pratama sekitar kurang dari 3 tahun lalu.
5. Sarah Pramudya-Penghuni Kamar 5
Sarah merupakan mahasiswa sastra inggris semester dua. Sarah baru berusia 19 tahun, dia yang paling muda di Kos Pratama. Ia sosok yang ceria, ramah, suka menolong. Dia juga sering mengajak penghuni kos lainnya untuk mengobrol bersama. Karena menjadi yang paling muda, Sarah kerap kali menjadi objek keisengan penghuni kos lainnya. Sarah bergabung di Kos Pratama sekitar setahun yang lalu.
6. Rafael Trias Mahendra-Penghuni Kamar 9
Rafa bekerja sebagai Graphic Designer, di sebuah perusahaan telekomunikasi. Kemampuannya dalam desain grafis, sering kali juga dia menyalurkan bakatnya dengan menawarkan jasa desain grafis kepada yang membutuhkan, melalui platform online. Rafa berusia 26 tahun, ia sosok yang disiplin, tenang, fokus dan cukup ramah. Ia orangnya tidak neko-neko, hidupnya sangat terarah sekali, karena memang sudah direncanakan dengan baik. Rafa sudah tinggal selama 2 tahun di Kos Pratama.
7. Masayu Kartika-Penghuni Kamar 6
Ayu seorang guru Bimbel Anak-anak, ia sudah menjalani profesinya sejak ia lulus kuliah. Dia menjalani profesinya via online, namun di akhir pekan dia memiliki anak didik khusus, sehingga Ayu akan menyambangi rumah anak didiknya langsung.
Ayu berusia 24 tahun, ia sosok yang ramah, penyabar, pandai memasak, rajin dan suka membantu orang lain. Ayu juga sering mengadakan sesi belajar bersama untuk penghuni kos. Kata Bima, Ayu itu istriable banget. Ayu tinggal di Kos Pratama selama 2 tahun.
8. Arion G. Wiratama-Penghuni Kamar 2
Arion berusia 26 tahun, selain usia tidak hal lain yang diketahui tentang Arion oleh penghuni Kos yang lain. Arion sosok yang pendiam, dingin, dan misterius. Arion jarang berinteraksi dengan penghuni lain dan sering keluar di malam hari. Namun, ia selalu muncul tepat waktu saat penghuni kos mengalami kesulitan. Arion baru tinggal di Kos Pratama selama 6 bulan.
9. Keinara Evelyn G. -Penghuni Kamar 10
Keinara merupakan seorang mahasiswa semester enam, di kampus yang sama dengan Bima dan Sarah. Keinara berusia 22 tahun, ia sosok yang pendiam, namun peduli dengan penghuni kos lainnya. Walaupun terkesan tertutup tentang kehidupan pribadi, Keinara tetap berinteraksi dengan hangat dengan yang lainnya. Keinara merasa mendapatkan keluarga baru di Kos Pratama. Keinara merupakan penghuni baru Kos Pratama.
****
Bayangin aja Kos Pratama, tampilannya kayak gini :
...Lantai Bawah...
...Lantai atas...
Semoga bisa dibayangin yah, tata letak kamar mereka tuh gimana, jadi ke depannya nggak bakal lupa hehe
Sekian itulah perkenalannya, selamat membaca semuanya. Semoga banyak yang suka dengan cerita ini ke depannya.
Btw, Kamar 7-Masih belum ada penghuni yah, ada yang mau? Wkkwwk
Awal Mei 2022
Seorang perempuan menatap penasaran sebuah kosan dua lantai di hadapannya di balik pagar yang cukup tinggi. Ia juga melihat garasi yang cukup luas, terdapat beberapa kendaraan bermotor dan sebuah mobil di sana.
Dia melihat banner tergantung cukup tinggi bertuliskan "KOS PRATAMA"
Terdengar suara-suara dari belakangnya, sontak membuat gadis itu berbalik untuk melihat yang datang.
"Duh mbak, kebiasaan banget deh kalau lagi di motor suka nyubit gini," gerutu seorang pemuda tampan yang mengemudikan motor, dengan seorang perempuan di boncengannya.
"Abisnya Lo Dit, rese banget jadi orang. Buruan masukin motor ke garasi. Gue udah lapar, malas kalau harus nungguin Lo. Lama!" seorang perempuan dengan seragam khas pramuniaga, turun dari motor menenteng kresek berisi makanan.
Dua orang itu belum menyadari keberadaan seorang perempuan dengan tas ransel dan sebuah koper berukuran sedang di samping tubuhnya, karena terlalu asik berdebat.
"Permisi," sapa perempuan itu, agar keberadaannya di sana diketahui.
"Ehh."
Tiya sedikit terperanjat melihat keberadaan perempuan asing di sana, lalu melirik ke arah Dito, mengkode melalui ekor matanya agar pemuda itu segera memarkirkan motornya. Sepertinya di sore yang hampir Maghrib ini, Raka--pemilik Kos, akan mendapatkan penghuni Kos baru.
Tersenyum menghampiri gadis itu, Tiya menunjukkan wajah seramah mungkin "Halo, mau cari kos yah?" tanyanya.
Perempuan asing itu mengangguk ragu-ragu "Iya Kak, saya cari Kos. Apa di sini bisa untuk putri?"
Tiya mengangguk antusias "Bagus sekali, bisa kok. Di sini kebetulan campuran. Masih ada kamar kosong juga. Kamu tertarik? Saya panggilkan pemilik kosnya dulu.
Belum sempat perempuan itu mengangguk, Tiya sudah berteriak "Ditooooo!!! Panggilin Raka, bilangin ada yang lagi nyari kos."
Dito yang berada tidak jauh dari sana, mendelik ke arah Tiya. "Mbak, Lo gak perlu teriak-teriak gitu, gue dekat loh ini. Bentar!!!!" Ikut berteriak di akhir kalimatnya.
"Ck. bawel banget si Dito."
Perempuan asing yang memperhatikan interaksi dua orang itu hanya tersenyum tipis, cukup terhibur.
Menunggu tidak sampai dua menit, datanglah seorang pria tampan. Terlihat berwibawa, namun pembawaannya cukup santai.
"Tiya, kata Dito ada yang nyari Kos?"
"Iya nih. Ini anaknya." Tiya menunjuk perempuan di hadapannya. "Gue duluan yah, mau mandi dulu," pamit Tiya, tidak lupa dia juga tersenyum pada perempuan itu.
Raka yang melihat itu melempar senyum ramah pada tamunya. "Kamu nyari kamar kos? Kebetulan sekali masih ada kamar kosong. Mau lihat dulu?"
Perempuan itu menatap Raka dengan pandangan ragu, namun tak urung menyampaikan pertanyaan yang bercokol di kepalanya. "Mmm, maaf...."
"Perkenalkan saya Naraka. Di sini anak-anak manggil Mas Raka, Kak Raka, Bang Raka, ada juga yang cuman manggil nama. Kamu bebas manggil apa aja, senyamannya kamu." Raka memperkenalkan dirinya, ketika menyadari kebingungan perempuan itu.
Perempuan itu mengangguk, "Saya Keinara, maaf Kak. Apa di sini boleh bayar sebulan dulu?" tanyanya ragu.
Raka memahami keraguan Keinara, "Tentu saja, di sini tidak terlalu mahal. 600 ribu perbulan, tapi belum include air dan listriknya. Biasanya anak-anak patungan 50 ribu perbulan. Bagaimana?" tanyanya. "Atau gini, kamu liat-liat aja dulu. Nanti kamu boleh ambil keputusan kalau udah liat kondisi kamarnya," lanjutnya lagi.
Keinara sempat berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Saya langsung ambil aja, Kak," jawabnya.
Raka pun mengangguk, lalu membimbing Keinara memasuki wilayah Kos Pratama, sambil menjelaskan detail tentang Kosan itu.
"Jadi Kosan ini, ada dua lantai, setiap kamar memiliki fasilitas kamar mandi. Kalau untuk dapur, ruang tamu, ruang makan, semuanya fasilitas bersama. Kamu tidak keberatan kan, Nara? Saya panggil Nara yah, kalau Keinara kepanjangan rasanya."
Keinara hanya mengangguk karena memang itu nama panggilannya, melanjutkan langkah bersisian dengan Raka yang membantu membawa kopernya.
Mereka tiba di lantai bawah Kos, Raka masih terus menjelaskan sambil menunjuk objek-objek yang dia sebutkan kepada Keinara.
"Di lantai ini, hanya terdapat dua kamar. Itu kamar saya, dan di depannya Kamar Arion, penghuni di sini. Lalu di sana dapur, ada dua kompor yang bisa kamu gunakan bersama yang lainnya. Nah di sini juga biasa anak-anak makan, dan berkumpul bersama. Bisa nonton TV juga."
"Mari kita ke atas, kebetulan kamar yang kosong hanya di atas. Kamu bisa pilih salah satu dari dua kamar yang kosong."
Di lantai atas juga, Raka menyebutkan nama-nama penghuni kamar yang terlihat tertutup semuanya, dengan tatapan tujuan agar Nara tidak sungkan dan cepat akrab dengan yang lainnya. Keinara juga tidak terlalu ingat nama-nama yang di sebutkan Raka. Tapi dia tetap mengangguk saja seolah mengerti.
Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Keinara memutuskan untuk memilih kamar yang berada di pojok berhadapan dengan kamar nomor 6. Keinara memilih kamar nomor 10.
"Sudah Maghrib, kamu silahkan masuk beres-beres yah. Saya mau sholat dulu. Semoga kamu nyaman di sini. Oh ya, jangan malu-malu. Biasanya semua akan makan malam bersama di bawah."
Keinara mengangguk saja, lalu masuk dalam kamar mulai membersihkan. Karena kamar tersebut terlihat cukup terawat, Keinara tidak memerlukan banyak tenaga untuk membersihkan.
Nara pikir karena harganya lumayan murah, fasilitas yang ada akan terbatas. Namun, justru fasilitas di dalamnya sudah cukup lengkap, Sudah ada kasur dan lemari yang bisa memuat pakaiannya yang bisa terbilang cukup sedikit
***
Sudah pukul 8 malam, perut Nara sudah keroncongan. Dapur bersama ternyata cukup sulit juga. Nara sungkan, ia belum terbiasa. Jika ia ke bawah pasti banyak penghuni kos lainnya yang berada di sana juga.
Lama Nara menimbang-nimbang untuk turun atau tidak. Kamarnya diketuk dari luar. Nara melangkah ke arah pintu dan membukanya perlahan.
Ceklek
Seorang perempuan dengan kerudung instan yang menutupi kepalanya berdiri di sana. Memandang Nara dengan mata teduh dan senyum yang ramah. Nara membalas dengan senyuman tipis.
"Kamu anak baru di sini?" tanya perempuan itu, yang Nara tebak usianya pasti di atas Nara.
Nara mengangguk, "Iya, Kak."
"Kenalin aku Ayu. Kamar aku nih tepat di depan kamarmu. Yuk turun ke bawah, makan malam. Kebetulan Kak Rafa, penghuni kamar sebelah kamu lagi gajian. Kita ditraktir makanan sama dia," ajak Ayu pada Nara. Ia paham sekali, kalau Nara masih sungkan untuk beradaptasi dengan yang lain.
"Apa tidak apa-apa?" tanya Nara ragu.
Ayu menggeleng, "Tentu saja, anak-anak di sini sudah seperti keluarga. Kita semua harus akrab. Ayo!!"
Mereka berjalan bersama ke lantai bawah. Sampai di tangga keraguan Nara bertambah, terlebih dari atas tangga ia dapat melihat suasana ramai di bawah sana. Namun, senyuman yang dilemparkan Ayu ke arahnya, seolah meyakinkannya.
Menyadari kehadiran dua orang yang baru saja bergabung, sontak 6 orang yang sedang mengelilingi meja berisi makanan, berbalik ke arah keduanya.
"Eh, sini-sini gabung. Ternyata kamu jadi yah, ambil kamar di sini. Kita nambah member lagi." Tiya, menjadi orang pertama yang berseru menyambut Nara di sana.
"Akhirnya ada penghuni baru lagi. Bang Raka buruan deh nyari tuh buat penghuni satu kamar kosong lagi, biar lengkap. Udah lama kosong itu." Bima juga menambahkan.
"Doain secepatnya," jawab Raka. "Hampir lupa, ternyata kita ada member baru ini. Ayo Nara kenalan dulu sama yang lain," lanjut Raka.
Nara pun berkenalan dengan semua penghuni Kos Pratama. Untungnya Nara cukup cepat mengingat nama-nama mereka.
Nara menyadari, beragam sifat yang dimiliki oleh penghuni Kos Pratama itu. Tiya, Dito dan Bimo yang terus berdebat. Celetukan polos Sarah, kelembutan tergambar dari sosok Ayu. Rafa sosok yang dewasa. Lalu ada sosok lain yang seperti halnya sosok ayah di sana, yaitu Raka-si pemilik kos.
Dari cerita Raka sore tadi, harusnya ada satu penghuni kos lagi. Namun, sosok itu tidak terlihat, Nara juga tidak ingin menanyakannya. Toh nanti pasti juga bertemu.
"Kak kita sekampus loh. Aku juga kuliah di UBN, tapi aku masih semester dua jurusan sastra Inggris. Kak Nara Jurusan apa?"
"Aku jurusan Ilmu Komunikasi, semester enam," jawab Nara.
"Wah, asik. Kak nanti kalau kita ada jadwal yang sama. Ke kampus bareng yah. Aku boncengin. Kebetulan fakultas kita dekat." Sarah antusias, akhirnya dia tidak perlu sendiri ke kampus.
"Dih si bocah, pake ajak-ajak. Semester enam itu udah nggak banyak kelas di kampus kayak Lo," cibir Bima.
"Apa sih, Kak Bima yang sudah semester delapan aja, masih sering tuh ke kampus," balas Sarah.
"Aduhh bocah, si Bima sering ke kampus tuh karena dia ngulang matkul. Dia tuh calon mahasiswa abadi." Dito ikut menimpali.
"HAHAHAHHA." Tiya tertawa keras melihat ekspresi tidak terima Bima. Yang lain juga ikut terkekeh karena perkataan Dito memang benar adanya.
"Bangsatt, Dito homo," maki Bima, hampir meraih kerah baju Dito. Namun aksinya terhenti oleh Ayu yang menyiapkan piring makanan.
"Udah-udah, makan yuk. Ini Kak Rafa, udah traktir kita makanan masa dianggurin sih."
Mereka pun menyantap makanan yang dibawa oleh Rafa dalam suasana yang hangat, yang dibumbui oleh aksi nyeleneh mereka.
***
Hiiii, ini ceritanya bagus pake Lo gue semuanya? Atau sesuaiin aja yah? Kayak tergantung karakternya gitu, gapapa kan? Nyaman gak kalau kalian baca?
Nara merenggangkan tangannya setelah berjam-jam berkutat dengan tugas.
Tenggorokannya terasa kering, Nara butuh minum. Karena tidak ada minuman di kamarnya, Nara memutuskan untuk ke bawah.
Sebelum menutup pintu kamarnya, Nara melihat jam di ponselnya. Ternyata sudah sangat larut. Pukul 1.28 dini hari.
Pelan-pelan Nara menutup pintunya, takut kalau sampai mengganggu penghuni kamar yang lain. Nara berjalan di lorong dengan pelan. Pintu-pintu kamar yang lain terlihat tertutup.
Nara juga melihat dari sela-sela pintu bagian bawah, semuanya sudah mematikan lampu, kecuali kamar 9 yang tepat berada di samping kamarnya. Penghuninya adalah Rafa. Pria itu mungkin sedang mendesain, pikir Nara.
Sampai di lantai bawah, tampak temaram. Lampu juga sudah dimatikan, hanya sedikit cahaya dari arah dapur.
Nara mendekat, dia cukup kaget melihat seorang pria di sana. Tampak berdiri di depan kompor yang menyala.
"Eh, Nara yah?" tanya pria itu seolah memastikan.
Nara sedikit gugup, dia sedikit berdehem untuk meredakan kegugupannya, "Mm, iya Kak. Aku Nara."
"Kamu ingat aku kan? Atau perlu kenalan lagi," tanya pria itu lembut.
"Ingat kok. Kak Rafa kan?"
Rafa mengangguk, "Cepet juga ingatnya ternyata. Kamu ngapain belum tidur?" tanyanya lagi.
"Ini Kak, aku mau ngambil minum. Belum sempat beli galon buat di kamar," jawab Nara.
"Oh iya silahkan, maaf ya, nggak nyalain lampu. Kamu boleh nyalain lampunya dulu kalau kesusahan." ujarnya sambil menuang mie yang baru saja masak, ke dalam mangkok dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk memegang ponselnya sendiri sebagai penerangan.
"Bisa kok, Kak." Seperti Rafa, Nara juga menyalakan senter dengan ponselnya.
"Kakak, laper yah jam segini?"tanya Nara, untuk menghindari kecanggungan yang terjadi.
"Iya laper, abis nyelesain beberapa kerjaan tadi. Kamu mau? Aku buatin satu lagi kalau mau," tawar Rafa
Nara menggeleng, "Enggak Kak. Aku kenyang," tolak Nara halus.
Bertepatan dengan itu, pintu yang letaknya tidak jauh dari dapur, tepat berhadapan dengan kamar Raka terbuka cukup lebar. Tubuh Nara memegang melihat seseorang.
Seorang pria dengan jacket kulit hitam, dengan topi dan masker juga berwarna hitam menutupi sebagian wajahnya.
Pria itu menoleh ke arah Nara dan Rafa sepersekian detik. Walaupun cukup gelap, namun pria itu sepertinya menyadari, ada penghuni baru di kosan itu.
"Mau keluar, Ar?" tanya Rafa pada pria itu. Sedangkan Nara hanya memperhatikan dalam diam dengan nafas tertahan.
Pria itu mengangguk pelan lalu bergumam,"Hmm."
Pria itu berlalu dari sana, keluar dari pintu Kos. Nara menatap bahu pria itu, bahkan sampai pria itu menghilang dari pintu. Ada kelegaan melihat pria itu pergi.
"Ra!"
"Hah, Iya Kak,"
"Kenapa, Ra? Kamu nggak takut kan?"
Nara menggeleng, "Enggak kok, Kak. Itu siapa?"
"Itu Arion, dia memang seperti itu. Kata anak sini, dia cukup misterius. Tapi dia peduli kok, beberapa kali dia bantuin permasalahan anak kos sini," jelas Rafa.
Nara terdiam menyimak, "Dia mau ke mana, Kak?" tanya Nara kemudian.
"Kurang tau, Ra. Dia memang sering begitu. Tapi besok pagi banget, dia udah di kos lagi."
Nara hanya mengangguk, ada sesuatu yang bercokol di ingatannya. Tapi sepertinya dia salah.
"Yaudah, Ra. Kakak duluan ke kamar ya. Atau mau bareng sekalian?"
"Umm iya Kak, bareng aja. Kebetulan aku udah gak ada keperluan lagi di dapur."
Mereka jalan beriringan, menuju kamar mereka masing-masing.
***
Nara bangun sudah pukul 10 pagi. Kuliahnya dimulai sekitar satu jam lagi. Cepat-cepat ia membersihkan diri dan menyiapkan keperluannya.
Nara keluar dari kamar, melihat pintu kamar lain tertutup. Tentu saja, karena mereka semua pasti sedang bekerja.
Sampai di depan gerbang, Nara melirik ke arah garasi. Hanya terdapat dua motor di sana. Berarti di dalam sana, masih ada orang. Tidak ingin memikirkan, karena dia akan terlambat jika tidak segera ke kampus.
Walaupun jarak kampus cukup dekat, hanya di seberang jalan raya. Tapi Nara juga harus berjalan kaki sekitar 700 m dari Kos untuk sampai ke depan jalan raya.
Demi menghemat, Nara memang memilih berjalan kaki saja. Toh, sangat tidak worth it juga, jika dia harus memesan ojek online untuk ke kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh. Jalan kaki kan sehat, yah walaupun matahari sangat terik.
Namun, belum jauh ia melangkah sebuah motor scoopy berhenti di sebelahnya. Seorang gadis manis berada di atas motor itu.
"Kak Naraa! Kan aku udah bilang, kalau kita tuh bisa ke kampus bareng kalau sama-sama ada kelas. Kok kakak nggak bilang sih, padahal kayaknya tadi pas kakak keluar, aku udah mau keluar kamar tau," keluh gadis itu.
"Maaf yah Sarah, Aku nggak tau kalau kamu hari ini ngampus juga," ujar Nara tidak enak hati.
"Yaudah kak, ayok buruan naik. Entar aku kasih tau Kak Raka, suruh masukin kak Nara ke grup. Aku suka ngabarin di sana mau ke kampus atau enggak."
Nara mengangguk, dia bergegas naik ke atas motor Sarah. Walaupun tidak jauh, di atas motor sempat-sempatnya Sarah bercerita tentang kehidupan di Kos Pratama terhadap Nara.
***
Malam hari
Semua penghuni Kos Pratama, berkumpul di lantai bawah, kecuali dua orang. Rafa sedang pulang ke rumah Ibunya. Dan tentu saja Arion tidak ada di sana.
Sarah terlihat duduk di depan laptop bersama Raka di sampingnya. "Kak Raka, terus ini maksudnya apa?"
Raka dengan sabar menjelaskan pada Sarah, tentang tugas gadis itu. Kebetulan sekali tugas Sarah ini cukup di kuasai oleh Raka
"Cih, si bocah nyusahin Raka mulu. Tugas tuh di kerjain sendiri," cibir Tiya, sambil memasukkan potongan keripik pisang ke dalam mulutnya.
"Kak Tiya sirik banget. Kak Raka aja gak protes aku minta tolong," balas Sarah tidak mau kalah, lalu kembali memfokuskan dirinya pada laptop.
"Lagian, Lo kenapa mbak? Sirik banget sama si bocah. Mbak mau juga yah cari kesempatan kayak dia, biar deket-deket Mas Raka?" tanya Dito, bermaksud menjahili.
Melihat ekspresi Tiya yang berubah, Dito tertawa puas. Raka hanya geleng-geleng kepala melihat mereka saling mengganggu.
"Lo bisa diam nggak, Dit. Ngaco banget deh, siapa juga yang sirik sama si bocah." Tiya mengelak tuduhan secara tidak langsung Dito.
Bima yang sedang mengunyah makanan yang di buat oleh Ayu ikut menimpali. "Halah, Lo jujur aja mbak, yang dibilang Dito tuh bener kan?"
"Diam!! Lo berdua emang aneh yah. Nggak usah ngarang." marah Tiya.
"Cih." Bima mencibir, sambil melanjutkan makannya. Sebenarnya ia ingin lanjut membuat Tiya emosi. Tapi karena ia sedang makan, ia tidak ingin mengambil resiko piringnya dilempar ke lantai oleh perempuan itu.
Ayu yang sejak tadi makan bersama Bima, melihat ke arah Nara yang duduk di hadapannya yang terhalang oleh meja.
"Makan mie, Ra?" tanyanya, melihat Nara makan mie.
"Iya, Kak." Nara menjawab singkat.
"Nggak baik makan mie, Ra. Kurang-kurangin."
"Nggak kok, ini juga baru makan," jawabnya.
"Oke deh, Aku tadi masak. Kamu mau coba nggak? Ini enak loh." Ayu menawarkan masakannya pada Nara.
Walaupun ragu, tak urung Nara mengangguk. "Boleh, Kak.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!