“Bagaimana! Apa kali ini kalian datang dengan membawa kabar baik? Alea, apa kamu sudah hamil?!”
Baru dua langkah Abraham dan Alea memasuki kediaman besar Tuan Liam, pertanyaan nyelekit menyambar telinga. Ini bukan sekedar pertanyaan, lebih tepatnya ledekan untuk Menantu Keluarga Liam yang tidak kunjung hamil di usia pernikahan yang sudah memasuki tahun ketiga.
Alea Kim, yang merupakan menantu pertama Keluarga Liam, hanya bisa menunduk dan berucap, “Maaf, Ma. Aku belum hamil,” sebuah jawaban yang menunjukkan ketidakberdayaan.
Nyonya Liam, mendengus kesal. “Maaf-maaf! Sudah berapa ratus kali kamu minta maaf, Alea! Saya bosan mendengarnya. Apa sebenarnya kamu ini mandul?!”
Alea yang tertunduk langsung mengangkat wajah, menatap Nyonya Liam. Namun ia tidak bisa berucap apapun bahkan, sekedar untuk membela diri.
“Kenapa! Apa kamu tidak terima dengan kata-kata, saya?!”
“Cukup!”
Pria yang sejak tadi diam saat istrinya di olok-olok, akhirnya membuka suara membuat Nyonya Liam langsung menutup mulutnya.
Siapapun akan langsung diam ketika anak sekaligus cucu pertama Keluarga Liam bersuara dengan dingin dan tegas karena itu menandakan jika ia terganggu, tidak ada yang berani mengganggu dan menyinggung seorang Abraham, Yang memiliki kekuasaannya melebihi, Tuan Liam sendiri, termasuk Nyonya Liam, yang bernama Sandra.
“Abraham, maafkan mama, mama hanya….”
Nyonya Liam tidak lagi melanjutkan kata-katanya, saat Abraham melangkah, mengacuhkan dirinya. Bahkan Abraham tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan.
Abraham bukan hanya mengacuhkan Sandra, tapi juga Alea, Istrinya.
“Ma, aku permisi,” pamit Alea dan buru-buru menyusul Abraham.
“Sial!” Umpat, Nyonya Liam, pelan.
“Selamat datang Tuan Muda Abraham, Nenek Rossela, sudah menunggu Anda di kamar,” sapa kepala pelayan sangat sopan, dengan menundukkan setengah badannya.
Abraham tidak menjawab dan ini sudah sangat biasa, ia langsung menaiki anak tangga menuju kamar Nenek Rossela diikuti dengan kepala pelayan di belakangnya.
“Abraham, oh…cucuku, akhirnya kamu datang juga,” Nenek Rossela yang sudah lama menunggu merentangkan kedua tangan, menyambut kedatangan cucu tersayang.
Abraham memeluk Nenek Rossela dengan sangat lembut penuh kasih, “Apa yang terjadi? Kepala pelayan bilang, kamu tidak mau makan.”
“Apa aku masih punya alasan untuk berselera makan saat cucuku tidak berkunjung lebih dari dua Minggu?”
“Maafkan aku, kedepannya aku akan meluangkan waktu lebih untukmu.”
Alea yang mematung di ambang pintu kamar Nenek Rossela, tertegun melihat interaksi mereka, Abraham begitu sangat lembut, sabar dan penuh kasih saat bersama, Nenek Rossela, tanpa Alea sadari timbul rasa iri dihatinya.
Abraham sangat menyayangi Nenek Rossela, bisakah lelaki itu memperlakukan aku seperti Nenek Rossela? Bisakah lelaki itu menyayangi aku sama seperti dia menyayangi Nenek Rossela? Bisakah lelaki itu bersikap hangat padaku?
Bisakah!
Bisakah!
Bisakah!
Alea tersenyum getir, dia hanya bisa berandai-andai dan berharap, tapi semakin ia berharap semakin jauh dan tidak terjangkau. Abraham begitu dingin padanya, bukan hanya itu, Abraham juga sangat membenci dirinya. Alea tidak marah, karena ini memang kesalahan keluarganya.
Abraham merasa ditipu hingga ia harus menikah dengan Alea Kim, gadis yang sama sekali tidak ada di hatinya, lelaki itu tidak pernah membayangkan akan beristrikan Alea, gadis bodoh! Yang selalu menjadi bahan ejekan dan bully saat masih sekolah.
Begitu juga dengan Alea yang tidak pernah membayangkan akan menjadi Istri lelaki yang nyaris sempurna, hebat, kebanggaan keluarga besar Liam, Abraham William, lelaki yang sangat ia kagumi sejak kecil.
Semua orang tahu, jika pernikahan Alea dan Abraham, sebuah jebakan yang disusun oleh Keluarga Kim, Keluarga besar Liam juga tahu, jika Alea diam-diam mengagumi dan mencintai Abraham.
Siapa yang tidak akan mengagumi dan mencintai sosok tampan, gagah dan kaya raya, seperti Abraham William.
Namun tidak ada yang tau, pernikahan jebakan yang di duga demi kepentingan Keluarga Kim, adalah penjara yang menyakitkan bagi seorang Alea.
“Alea! Kenapa berdiri disitu, ayo! Kemari lah, nak!”
Lamunan Alea buyar, saat Nenek Rossela, menyandarkannya.
Alea mengangguk, berjalan mendekati Nenek Rossela, “Nenek, bagaimana dengan kabarmu?”
Nenek Rossela memeluk Alea dengan lembut, “Aku tidak baik, karena kamu jarang berkunjung menemani orang yang sudah tua ini.”
“Maafkan aku Nek.”
Nenek Rossela menguraikan pelukannya, “Bagaimana dengan kabarmu, Alea? Apa Abraham memperlakukanmu dengan baik?”
Pertanyaan ini selalu muncul saat Alea bertemu dengan Nenek Rossela, wanita tua ini sangat mengkhawatirkan kebahagiaan dan kenyamanan Alea, dan Nenek Rossela satu-satunya Keluarga Liam yang bahagia atas pernikahan Alea dan Abraham.
“Nenek jangan mengkhawatirkan apapun, aku baik dan Abraham selalu memperlakukan aku dengan sangat baik.”
“Syukurlah, aku senang mendengarnya. Jika Abraham sampai tidak berbuat baik dan menyakiti hatimu, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku, aku yang akan memberi dia hukuman.”
Alea tersenyum, jika ia mau mengadu entah membutuhkan berapa hari untuk menceritakan kelakuan Abraham pada Nenek Rossela, lelaki itu selalu membuatnya sedih.
“Aku mengerti, Nek.”
Abraham yang disinggung namanya, menatap Alea dengan penuh arti, tatapan yang begitu dalam dan gelap. Membuat orang yang ditatap akan merasakan terkubur dalam liang yang sempit dan pengap.
**
Lebih dari setengah hari Abraham menemani Nenek Rossela, menghibur wanita yang sudah sangat rentan itu. Nenek Rosella, satu-satunya keluarga yang sangat Abraham sayangi dan percayai. Atas bujukan Nenek Rossela jagalah ia bersedia menikahi Alea.
“Abraham, apa kamu masih belum memikirkan untuk punya anak?”
Abraham yang sedang memijat punggung Nenek Rossela, terdiam. Lelaki ini sama sekali tidak peduli dan berniat untuk menjawab pertanyaan macam ini, pertanyaan yang selalu di ulang-ulang Nyonya Liam. Tapi karena Nenek Rossela yang bertanya, Abraham terpaksa menjawab dengan lembut, “Nek, Alea masih sangat muda. Bukankah akan lebih baik membiarkan dia menikmati dulu masa mudanya, sebelum menjadi Ibu!” Abraham menjawab sambil melempar tatapan pada Alea, maksud dari menikmati masa muda adalah sebaliknya dan Alea paham itu.
Di malam hari, Abraham memutuskan ingin kembali ke Vila Mars, tempatnya selama ini tinggal bersama Alea.
“Kenapa tidak menginap walau satu malam? Abraham, kamu tidak pernah menginap di rumah ini, masih banyak yang ingin Mama ceritakan padamu, setiap kali kamu berkunjung, kamu hanya menghabiskan waktu bersama Nenek Rossela, sungguh Mama sangat cemburu,” kata Nyonya Liam, dengan sedih, Sandra sangat baik dalam memainkan perannya.
“Aku sibuk,” jawab Abraham, dengan singkat.
“Ya, Mama tau kamu sangat sibuk, tidak seperti istrimu yang hanya diam di rumah tanpa melakukan apapun.”
Lagi-lagi, Nyonya Liam menjatuhkan Alea, agaknya dia tidak akan tenang dan merasa puas jika belum menindas wanita itu.
Abraham hanya diam, ia tidak berniat untuk membela atau melindungi istrinya, akibat dari kelakukan masa bodo lelaki ini, membuat Nyonya Liam terus-menerus menindas dan merendahkan Alea, bukan hanya Nyonya Sandra bahkan beberapa kerabat, Keluarga besar bahkan pelayan di kediaman itu tidak segan-segan menjelek-jelekkan, Alea. Mereka pikir, tidak akan dihukum, toh! Alea menantu yang tidak diinginkan di Keluarga Liam.
Alea memang menantu yang tidak diharapkan Keluarga Liam, Alea juga bukan istri yang dicinta, semenjak Keluarga Kim bangkrut Alea bukan siapa-siapa di mata mereka, tidak ada apapun yang bisa dibanggakan dari wanita ini. Jika bukan karena Nenek Rossela yang sangat menyayanginya, mungkin Alea sudah ditendang sejak tiga tahun yang lalu. Namun, meskipun Alea tau tidak diharapkan, tidak di cintai dan sebagainya, Alea tetep bertahan dan setia mengabdi pada Abraham dan Keluarga Liam.
Dengan langkah panjang, Abraham mengabaikan ucapan Nyonya Sandra. Ia berjalan dengan tegap dan gagah menuju
Sekertaris Lee, yang sudah menunggunya.
Dengan menundukkan sedikit kepalanya, Sekertaris Lee, membuka pintu mobil untuk Abraham dan juga untuk Alea. Tugas Lee, bukan hanya Sekertaris yang merangkap Asisten Abraham, dia juga sopir untuk lelaki itu.
***
Suasana didalam mobil begitu hening dan dingin, bukan karena udara tapi karena di mobil itu di isi dengan orang-orang yang berhati Es, terkecuali Alea.
Alea merasa sedang berada di tengah-tengah gunung Es yang tidak akan pernah bisa cair meski Matahari menyinari.
“Apa yang Nenek bicarakan, padamu?”
Alea yang sejak tadi melempar pandangan pada kaca mobil, kini menoleh, ia tersentak saat matanya yang sayu dan terlihat rapuh menatap mata tajam milik Abraham, “Tidak ada, Nenek tidak mengatakan apapun padaku,” sahut Alea yang langsung menundukkan kepalanya.
Abraham tersenyum sinis, “Apa kamu ingin menutupi sesuatu? Nenek pasti membahas soal anak, kan?!”
Dia sudah tahu, seharusnya tidak perlu bertanya lagi, kan!
“I…iya.”
“Kamu tidak berpikir untuk memenuhi keinginan, Nenek, kan?”
Memenuhi keinginan Nenek! Tentu sajak tidak, sekalipun ingin melakukannya, bagaimana bisa hamil jika kamu tidak pernah menyentuh istrimu, seharusnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Abraham.
“Tidak! tentu tidak,” sahut Alea dengan getir.
“Bagus jika kamu tau diri untuk itu,” cemooh Abraham.
Saat malam pertama mereka, Abraham meninggalkan Alea sendiri di Villa Mars. Pada malam itu jugalah Alea baru sadar jika Abraham sama sekali tidak menginginkan dirinya.
“Jangan pernah berharap apapun pada pernikahan ini. Alea, aku tidak pernah berniat memiliki anak darimu.”
“Kenapa?” Tanya Alea dengan mata yang berkaca-kaca, harapan besar ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama lelaki ini pupus hanya dengan kata-kata Abraham, yang begitu menusuk.
“Masih tanya kenapa? Kamu yang memilih untuk masuk dalam lingkaran ini, kamu yang memilih jalan hidupmu sendiri. Jadi, nikmatilah kesendirian mu.”
Nikmatilah kesendirian mu, Alea mengerti apa yang dikatakan lelaki ini, ia ingin membuat Alea menderita dalam kesepian, kesendirian, tanpa memiliki siapapun yang menyayangi dan menemaninya.
Saat mengingat malam tiga tahun yang lalu, Alea hanya bisa meremas jari-jari tangannya, sungguh itu menyakitkan tapi ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Abraham.
Abraham tidak berkata apapun lagi. Ia rasa tidak perlu banyak bicara dengan wanita yang duduk di sampingnya, karena itu hanya membuang-buang tenaga dan waktu.
**
Mobil memasuki Villa Mars, beberapa pengawal sudah berjaga menyambut kedatangan sang Tuan Muda, satu penjaga kekar langsung membuka pintu mobi,l ia menundukkan kepala dengan penuh hormat, “Selamat malam, Tuan Muda.”
Seperti yang sudah-sudah, Abraham tidak akan pernah membuang suaranya yang merdu untuk membalas sapaan dari pelayan atau pengawal. Ia terus berjalan dengan angkuh dan penuh kekuasaan memasuki Villa Mars.
“Nyonya Muda, selamat malam,” sapa pelayan yang ingin mengambil alih tas yang ada di tangan Alea, meskipun Alea bukan istri yang dicinta tapi ia tetap di hormati saat berada di Villa Mars, sebagai Nyonya Muda.
“Terima kasih, tapi biarkan aku bawa sendiri,” timpal Alea, kembali menarik tasnya.
***
Keesokan harinya.
“Tuan, Axel kembali membuat masalah,” Sekertaris Lee menyampaikan kabar atas laporan yang ia terima dari lapangan.
Abraham yang fokus pada dokumen menjawab tanpa melihat, “Apa lagi yang dia lakukan anak itu?”
“Upah pekerja proyek pembangunan Danau Senja, tidak dibayarkan. Padahal dana pembayaran sudah dicairkan kantor sejak satu bulan yang lalu.”
Abraham langsung menutup dokumen yang sedang ia teliti, “Bawa dia kehadapan ku.”
Sekertaris Lee, mengangguk, “Baik Tuan.”
Axel, adalah adik lelaki Alea, ia bekerja di perusahaan keluarga Liam yang di pimpin oleh Abraham. Kemampuan Axel tidak memenuhi standar bagi William Grup, tapi karena Alea memohon agar adik lelakinya di terima, Axel pun mendapat kesempatan. Tapi ia selalu membuat masalah hingga tidak jarang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.
Villa Mars
Alea baru selesai memasak, ini rutinitas kesehariannya, memasak dan mengantar makan siang di Kantor, untuk Abraham pastinya, meskipun lelaki itu kerap kali memperingati Alea, untuk tidak lagi mengantar makan siang, tapi wanita ini tetep melakukanya, kadang dia memang keras kepala.
Alea juga, selalu menyempurnakan tugas lainya sebagai istri, menyiapkan baju kerja, memperhatikan apa yang dibutuhkan Abraham. Merapihkan ruang kerja laki-laki itu dan hal-hal kecil lainnya. Tapi Abraham malah menganggap Alea terlalu berlebihan. Entah apa yang membuat Abraham beranggapan demikian.
Sopir Villa Mars, mengantar Alea menuju Kantor Wiliam Grup. Jaraknya tidak terlalu jauh, dalam waktu dua puluh menit Alea sudah sampai di kantor. Meskipun ia istri dari Presdir Abraham, ia tetep harus mengkonfirmasi kedatangan yang ingin bertemu Abraham, pada Sekertaris Lee.
Orang-orang di kantor selalu memandang rendah Alea, mereka tau taktik apa yang dilakukan Alea dan keluarganya hingga bisa menjadi Nyonya Muda Abraham.
Itu taktik kotor dan amat memalukan, inilah yang sering Alea dengar.
“Nyonya, mari ikut saya,” ajak Sekertaris Lee.
Alea mengangguk dan langsung mengikuti Sekertaris Lee menuju lift, melihat apa yang ada di tangan Alea, Sekertaris Lee sudah tau apa yang dibawah wanita itu dan Sekertaris Lee juga tau jika pada akhirnya makanan itu tidak akan pernah disentuh oleh, Abraham.
Saat keluar lift dan ingin menuju ruangan Abraham, Alea berpapasan dengan Axel. Ia terkejut melihat kehadiran adiknya. Bukankah Axel bertugas di lapangan, kenapa ada di sini? Alea tambah terkejut melihat wajah Axel yang lebam.
Alea menghentikan langkah kakinya sedangkan Sekertaris Lee terus berjalan meninggalkan Alea, “Axel! Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa wajahmu? Kamu tidak membuat masalah lagi, kan?!”
“Apa kamu pikir aku ini selalu membuat masalah?!” Axel sama sekali tidak mempunyai rasa hormat pada Kakaknya sendiri, ia balik bertanya, menantang Alea.
“Axel, Abraham tidak mungkin memanggilmu jika kamu tidak melakukan kesalahan, aku mohon Axel, jangan pernah lagi membuat masalah, bekerjalah dengan benar!”
Karena aku yang harus bertanggung jawab, memohon pada Abraham agar kamu tetap dipertahankan di Perusahaan ini.
Sudah puluhan kali Alea memperingati Axel, puluhan kali juga pemuda itu mengabaikannya, “Suamimu itu yang tidak waras, jadi jangan selalu salahkan aku.”
“Axel, jaga ucapanmu!”
“Kenapa! Kamu tidak terima, Alea, lelaki itu memang gila, dan kamu sama gilanya karena sudah bertahun-tahun mengejar dia, tapi dia sama sekali tidak perduli padamu, kasihan sekali.”
Apa yang dikatakan Axel tidak bisa Alea bantah, tapi ia juga tidak terima dengan kata-kata tidak sopan dari adiknya.
“Axel!”
“Stop! Aku tidak mau mendengar ocehan darimu, kamu mau mengantarkan makan siang untuk Abraham, kan! Pergilah, Lelaki itu sudah tidak sabar ingin membuang makanan yang kau bawa.”
Membuang?
Alea tertegun.
**
“Bukankah aku sudah bilang, untuk tidak perlu mengantarkan makan siang atau apapun itu!”
“Aku minta maaf, aku lupa.”
Abraham menutup laptop lalu menatap dingin, Alea.
Alea tidak akan pernah sanggup melihat sorot mata yang penuh kebencian itu, ia hanya bisa menunduk dan menunduk.
“Lupa! Apa daya ingat mu kian hari semakin lemah?! Sebaiknya kamu pergi ke Dokter.”
Alea tidak menjawab ia hanya menunduk dan kembali meminta maaf.
Abraham kesal, Alea selalu berucap dengan kata itu-itu saja, “Pulanglah, dan jangan pernah lakukan ini lagi.”
“Baik,” jawabnya singkat dan langsung keluar dari ruangan Abraham.
“Sekertaris Lee!”
“Eem, apa Nyonya membutuhkan sesuatu?”
“Tidak! Aku hanya ingin bertanya, apa Abraham selalu memakan, makanan yang aku bawakan?”
“Menurut Anda?”
Alea yang memang tidak mengerti, menggeleng.
“Nyonya, seharusnya Anda sudah tau jawabannya tanpa perlu bertanya pada saya. Apa Tuan Muda, selalu memakan masakan Anda, di Villa?”
Alea terdiam.
Jarang, bahkan tidak pernah, sebanyak apapun Alea masak lelaki itu jarang bahkan tidak menyentuhnya.
“Silahkan Nyonya, Sopir Villa sudah menunggu Anda.”
Sekertaris Lee menundukkan sedikit kepalanya, setelah ia mengantar Alea keluar kantor.
“Iya, terima kasih.”
“Tidak perlu sungkan, berhati-hatilah Nyonya,” timpal Sekertaris Lee, dan kembali menuju lift.
“Apa dia yang mendapatkan gelar Nyonya Muda Keluarga Liam? Hah! Sungguh memalukan, bahkan penampilannya tidak jauh lebih baik dari pelayan Keluarga terhormat itu.”
“Hei! Hati-hati bicara, dia Nyonya Muda Keluarga Liam, bagaimana jika Tuan Abraham tau, kalau kita menggunjing nya?”
“Dia wanita yang tidak diinginkan, jadi aku yakin, Tuan Abraham, tidak peduli.”
Saat berpapasan dengan para pekerja Wiliam Grup, Alea sudah sangat terbiasa dengan sindiran orang-orang ini, ia malah menganggap itu adalah sebuah pujian.
Tapi Alea berharap, suatu hari nanti ia tidak akan lagi mendengar pujian ini.
Villa Mars.
“Ibu, kenapa datang kemari? bukankah Ibu tau, jika Abraham tidak menyukainya.”
“Ibu juga tidak akan datang jika tidak ada sesuatu yang penting.”
Wanita ini adalah Vika, atau Nyonya Kim. Orang Tua, Alea.
“Ada apa? Apa ini masalah Axel? Ibu jangan khawatir, aku akan memohon pada Abraham, agar memaafkan, Axel.”
Nyonya Kim, selalu menganggap penting masalah Axel, ia akan rela melanggar aturan Abraham, mendatangi Villa Mars, toh! Bukan dia yang akan di marahi oleh Abraham, tapi Alea.
Tapi, kedatangannya kali ini bukan hanya menyangkut masalah Axel.
“Alea, apa kamu sudah hamil?”
Lagi-lagi pertanyaan hamil, seandainya Alea bisa berkata dengan berteriak! ‘aku tidak akan hamil, karena Abraham tidak pernah menyentuhku ‘
“Belum.”
“Belum! Astaga Alea, kamu ini bodoh sekali! ini sudah tiga tahun, mau menunggu berapa lama lagi? Kamu harus segera melahirkan pewaris Keluarga Liam! Apa, yang dikatakan Nyonya Liam benar, jika kamu ini mandul?”
Alea langsung terbelalak, bisa-bisanya Ibu kandungannya sendiri, meragukan kesuburannya.
“Bu!”
“Alea, kamu ini Putri satu-satunya Keluarga Kim, harapan kami. Semenjak Ayahmu mati, keluarga Kim bangkrut, tapi kamu masih bisa membantu Keluarga Kim bangkit dengan menikah dan memberi keturunan untuk Keluarga Liam, tapi kamu malah menyia-nyiakan kesempatan ini. Bodoh!”
“Bu!”
Nyonya Kim, mengangkat tangannya. Ia tidak mau mendengar pembelaan dari Putrinya.
“Alea, kamu lihat ini!” Ucap Vika, seraya melemparkan sebuah majalah, tepat di wajah Alea, selain mengenai wajahnya majalah itu juga terjatuh di kaki Alea.
“Cepat ambil dan baca, setelah itu aku yakin, otakmu yang kosong bisa digunakan untuk berpikir,” kata Vika, ucapannya sungguh menyakitkan. Namun Alea sudah sangat terbiasa. Sejak kecil ia selalu menerima perlakuan seperti ini dari Ibunya, ini juga yang membuat Axel berani pada Alea karena ia mencontoh Ibunya.
Alea berjongkok, mengambil majalah, masih dengan posisi yang sama dan tanpa perlu ia membuka isi majalah itu, Alea sudah tau maksud Vika memberikan majalah itu. Sampul depan dari majalah beken yang ada di tangan Alea, menampilkan sosok yang cemerlang dan indah. Seketika, sekujur tubuh Alea bergetar dengan perasaan yang tidak nyaman dan takut.
“Je…Jesi…Jessika!” Bibir Alea bergetar, kala menyebut nama Jessika.
“Ya, itu Jessika. Bagus kamu masih bisa mengenalinya, walaupun dia sudah sangat berubah jauh lebih cantik dari tiga tahun yang lalu.”
Alea tidak memperdulikan omongan Vika, ia tertegun dengan wajah yang sangat muram saat melihat tulisan besar yang menyertai foto Jessika.
(Jessika Lucia, Model Cantik Berbakat Telah Kembali, Setelah Tiga Tahun Pergi Untuk Menenangkan Diri, Pasca Kekasihnya Direbut Gadis Lain)
Direbut gadis lain!
“Alea, bangun!” Titah Vika.
“Bu, Jessika kembali.”
“Iya! dia sudah kembali, gadis licik itu sudah kembali, artinya kamu harus segera bertindak, Alea!”
Segera bertindak!
Apa! Tindakan seperti apa yang bisa dilakukan?
“Lea, kamu harus segera melahirkan Anak untuk, Abraham.”
Anak!
Anak!
Anak!
Abraham tidak menginginkan anak dari istrinya, bagaimana aku bisa melahirkan anak untuknya!
Alea menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. “Bu, sebaiknya Ibu pulang, sebentar lagi Abraham pulang, jangan sampai membuat ia tambah marah usai masalah yang di akibatkan, Axel.”
“Baiklah, aku pulang, tapi ingat Alea, kamu harus segera hamil. Aku yakin kembalinya Jessika pasti ingin merebut Abraham dari tanganmu, jangan sampai itu terjadi.”
Alea kembali ke kamarnya, sekali lagi ia menatap dan membaca majalah yang memberitakan Jessika.
Alea tau, Jessika dan Abraham memiliki hubungan dekat tiga tahun yang lalu, dan semua orang mengklaim Jessika adalah kekasih yang sangat di cinta Abraham, meskipun Abraham tidak pernah membenarkan rumor itu tapi lelaki itu juga tidak membantahnya.
Sekarang Jessika kembali! Apa yang akan terjadi kedepannya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!