****
"Aku tidak berselingkuh darinya, Jericho!"
Velicia berusaha dengan keras membela diri untuk meyakini Jericho bahwa dirinya sema sekali tidak berselingkuh. Meskipun sekarang Velicia melihat beberapa poto yang berada di atas meja besar, Velicia tetap berusaha keras untuk menyangkal dugaan tersebut.
"Apakah kamu berpikir jika aku sangat bodoh?"
Mereka saling bertatapan. Velicia sejak tadi sudah memohon dan berkata jika poto yang memperlihatkan dirinya bersama sahabatnya tidak sesuai yang Jericho duga. Velicia tidak berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Semua yang ada di atas meja adalah fitnah, tetapi sayangnya Velicia tidak tahu siapa orang dibalik semua itu.
"Aku sudah tidak tahan lagi, Velicia. Sejak awal pernikahan kita, aku sudah berkata padamu jika kau berani berselingkuh dariku hingga tidur bersama maka aku ...." Jericho menahan perkataannya. Sementara Velicia sudah menatap wajahnya dengan cemas.
"Jericho ... aku tidak seburuk itu. Ini fitnah."
"Aku akan segera menceraikanmu, Velicia. Aku tidak sudi memiliki istri yang sudah pernah melayani pria lain di atas ranjang."
Suara berat dari pria itu berhasil menyakiti perasaan Velicia. Perempuan itu terdiam di tempat dengan derai air mata yang mulai turun membasahi kedua pipinya. Sementara Jericho, pria itu sudah bergegas pergi dari dalam kamar mereka dengan membanting pintu cukup keras.
Velicia menunduk. Mengelus perut ratanya yang baru saja ia periksa tadi siang. Padahal, malam ini saat mereka akan tidur, Velicia berencana untuk memberitahukan soal kehamilannya kepada Jericho yang sudah menantikan kehadiran seorang bayi dalam kehidupan mereka.
"Jangan dengarkan ayahmu ya, Sayang. Meskipun kau mungkin belum bisa mendengar di balik perutku. Tetapi aku yakin jika kau pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini."
****
Sejak Jericho meninggalkan Velicia di dalam kamar, pria itu belum juga kembali. Hujan deras turun semalam bersama petir dan gunturnya. Velicia masih berharap Jericho akan kembali dibalik ketakutannya pada hujan. Akan tetapi, ia masih terjaga sampai matahari akhirnya terbit.
"Bibi, apakah Jericho benar-benar tidak pulang semalam?" tanya Velicia pada seorang pelayan wanita paruh baya di rumahnya.
Velicia tidak mendapatkan jawaban spontan. Pelayan paruh baya itu terdiam dalam beberapa detik, sehingga membuat Velicia mulai merasa bingung dengan respon wanita di hadapannya.
"Ada apa Bibi Anne?"
"Maafkan saya, Nona. Tuan tadi menghubungi saya melalui telepon." Bibi Anne tidak melanjutkan perkataannya.
"Lalu? Apa yang dia katakan pada Bibi?"
Bibi Anne terlihat ragu untuk mengatakannya. Sejak Jericho menikah dengan Velicia, Velicia selalu memperlakukan bibi Anne tidak selayaknya seorang pelayan. Velicia selalu menghormati bibi Anne layaknya seorang anak kepada ibu. Velicia adalah yatim piatu yang Jericho temui di panti asuhan. Mungkin, itu lah yang menjadi alasan mengapa Velicia begitu dekat dengan bibi Anne.
"Tuan Jericho meminta Nona Velicia untuk berkemas."
Mendengar jawaban bibi Anne, tubuh Velicia rasanya begitu lemas secara mendadak. Ia buru-buru bersandar pada tembok yang ada di belakangnya. Menunduk beberapa detik, kemudian kembali menatap wajah bibi Anne setelah menghela napas dalam.
"Malam ini, Nona harus segera meninggalkan rumah ini. Saya minta maaf karena telah menyampaikan kabar buruk ini padamu, Nona. Maafkan saya." Bibi Anne membungkukkan badannya sekilas.
"Tidak apa-apa, Bi. Jangan meminta maaf. Ini semua salahku. Aku akan segera berkemas sekarang. Jika dia menghubungimu lagi, katakan aku akan segera meninggalkan rumah ini."
Meskipun berat, Velicia akhirnya mengatakan hal itu juga kepada bibi Anne. Ia sama sekali belum tahu ke mana ia harus segera pergi. Sedang sahabatnya tidak bisa menolongnya. Andrew—pria yang dituduh menjadi selingkuhannya sedang melakukan pekerjaan di luar negeri. Pria itu juga belum tahu kabar tentang kekacauan rumah tangga Velicia, sebab perempuan itu memilih bungkam saja.
Pergi meninggalkan rumah dalam kondisi sedang hamil muda membuat perasaan Velicia teriris. Ini sama sekali bukan bayangan yang selama ini ia nantikan. Sama sekali tidak. Bahkan untuk membicarakan soal kehamilannya kepada Jericho pun sangat beresiko besar. Bisa-bisa Velicia dianggap sedang mengandung bayi milik Andrew.
"Nona, jika Nona membutuhkan bantuan saya, Nona boleh mengatakannya kepada saya. Saya akan usahakan membantumu, Nona."
Velicia menggeleng. Ia sama sekali tidak ingin merepotkan orang lain untuk sekarang. Beberapa detik yang lalu, ia sempat terpikirkan pada beberapa tabungan miliknya sebelum menikah dengan Jericho. Jadi, kemungkinan besar Velicia akan menggunakannya selama ia tinggal seorang diri di luar sana bersama bayi di dalam kandungannya.
"Aku akan mencari tempat tinggal sesegera mungkin. Jangan khawatirkan aku, Bibi. Semuanya akan baik-baik saja. Meskipun aku tidak tahu, siapa yang telah mengatakan omong kosong semua ini kepada Jericho."
"Saya akan mencari tahunya, Nona. Saya percaya, Nona Velicia adalah perempuan yang sangat baik. Tidak mungkin Nona mengkhianati Tuan Jericho. Saya tidak percaya itu, Nona."
Velicia meraih kedua tangan bibi Anne. Menggenggamnya dengan begitu lembut dan pelan. "Terima kasih, Bibi. Hanya kau yang ada di pihakku sekarang. Terima kasih banyak."
****
Velicia memandang lekat poto pernikahannya bersama Jericho. Tidak terasa, air matanya turun begitu saja. Membereskan barang-barang miliknya cukup menguras tenaga. Apalagi Velicia tengah mengandung. Beruntungnya, Velicia tidak merasakan mual layaknya ibu hamil. Entah mengapa hal itu tidak terjadi kepada Velicia. Apa mungkin karena bayi di dalam kandungannya tahu jika ibunya sedang tidak baik-baik saja sekarang?
Di tengah lamunannya, pandangan Velicia teralihkan pada ponsel miliknya yang berdering. Di balik layar benda persegi itu tertera sebuah nama yang sudah ia nantikan sejak tadi. Sharine—sahabat perempuannya yang baru saja kembali dari luar negeri.
"Kau di mana sekarang? Aku sudah meninggalkan bandara. Aku akan segera menjemputmu. Ayo kita tinggalkan pria sialan itu, Velicia."
Velicia mengulas senyum. Baru saja ia mengangkat telepon dari perempuan di seberang sana, Velicia sudah terkena omelan. Wajar jika Sharine sebagai sahabat dekatnya ikut kesal, sebab Jericho sejak dulu selalu menyelesaikan masalah mereka dengan hati-hati agar tidak ada perpisahan. Akan tetapi, sekarang Jericho lah orang pertama yang meminta mereka berpisah.
"Aku sudah mengemas seluruh barangku. Datang saja, Sharine. Jericho sedang tidak berada di rumah."
"Kau sudah makan atau belum? Kau pasti belum makan, kan?"
Sharine tahu apa yang Velicia lupakan sekarang. Padahal di dalam perutnya ada malaikat kecil yang perlu Velicia perhatikan di dalam kondisi seperti ini. Sekejap, Velicia merasa sangat bersalah.
"Benarkan? Kau diam, berarti kau memang belum memakan apa pun. Kau tidak mencemaskan bayimu? Kau sudah menantikan kehadirannya sejak lama, Velicia. Bagaimana dia juga ikut pergi seperti Jericho?"
"Jemput aku sekarang, Sharine. Nanti kita obrolkan masalah ini," ujar Velicia meminta Sharine menghentikkan perkataannya. Ia tahu, jika tidak dihentikkan, maka Sharine akan berbicara semakin panjang.
"Ya. Aku akan segera datang menjemputmu sekarang."
****
****
"Kau sama sekali tidak mencurigai siapa pun di dalam rumah itu?"
Velicia menggelengkan kepalanya. Sejak keluar dari dalam rumah Jericho, Sharine tidak berhenti bertanya. Perempuan itu berulang kali mengatakan pada Velicia jika dia adalah satu-satunya orang yang sangat tidak terima dengan keputusan Jericho dan sikapnya.
"Dia harus tahu tentang kehamilanmu, Velic."
"Untuk apa? Aku yakin dia tidak akan percaya padaku. Di mata Jericho, aku adalah perempuan murahan sekarang. Akan sangat sulit mendapatkan kepercayaannya lagi."
Sharine hanya bisa berdecak. Benar juga apa yang dikatakan Velicia padanya. Jericho pasti tidak akan mempercayai Velicia. Meskipun pria itu sebelumnya sangat menantikan kehadiran buah hati di antara mereka berdua.
Sharine memarkirkan mobilnya di sebuah rumah kosong di dalam perkompleksan. Rumah kosong yang ia beli, namun tidak pernah ia tempati sejak membelinya. Velicia sejak awal menolak bantuan Sharine, tetapi perempuan itu tetap memaksa Velicia. Katanya, Sharine akan jauh lebih tersiksa jika tidak bisa menolong Velicia dalam keadaan seperti sekarang.
"Ayo masuk! Aku sudah meminta salah satu asisten rumah tanggaku membersihkannya beberapa jam yang lalu sebelum menjemputmu."
Velicia merasa sungkan, tetapi Sharine yang menyadari hal itu buru-buru meraih salah satu lengan Velicia dan membawanya masuk ke dalam. Rumahnya memang tidak terlalu besar seperti rumah milik Jericho, tetapi rumah tersebut Sharine yakinkan bisa membuat Velicia merasa tenang, dan damai.
"Nanti aku akan mencarikan asisten untuk membantumu di sini."
"Tidak perlu, Sharine. Aku bisa mengurusnya sendiri."
"Baiklah. Lihat saja nanti."
Sharine mengulas senyum khas miliknya. Mereka kemudian berjalan masuk ke dalam rumah tersebut. Velicia tidak perlu membeli barang-barang baru, sebab Sharine sudah mengisi rumah tersebut. Velicia hanya perlu tinggal menempatinya saja.
"Kalau kau membutuhkan teman saat merasa kesepian, aku akan menyenggangkan waktu untukmu."
"Tidak perlu, Sharine."
"Kau tahu, kan kalau aku tidak suka jika pertolonganku kau tolak?"
Velicia mengangguk pelan. Rumahnya memiliki dua lantai, tetapi kemungkinan Velicia akan lebih sering tinggal di lantai bawah demi menjaga kesehatannya. Sementara itu, Sharine tetap akan mencarikan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah tersebut agar Velicia tidak kelelahan.
****
Jericho berdiri mematung di dalam kamarnya. Mendapati lemari pakaian milik Velicia yang sudah kosong tanpa meninggalkan satu hela pakaian pun membuat perasaan Jericho terasa sesak.
Pria itu mengusap wajahnya dengan frustasi. Velicia adalah perempuan yang sangat ia cintai dalam hidupnya. Selama memiliki hubungan dengan perempuan lain, hanya Velicia lah yang paling pria itu cintai habis-habisan. Bahkan Jericho sempat memperluas panti asuhan di mana Velicia tumbuh di sana.
"Seharusnya kau tidak mengkhianatiku seperti ini, Velicia."
Jericho menunduk, kemudian menghela napas dalam. Tak lama, suara langkah dari luar mendekat ke arahnya. Wanita setengah baya baru saja masuk dengan menundukkan tubuhnya sekilas di hadapan Jericho.
"Tuan, ada yang perlu saya bantu? Misalkan barang-barang Nona Velicia yang masih tertinggal di rumah ini untuk saya buang?"
"Tidak perlu, Bibi. Velicia sudah membawa seluruh barang-barangnya. Tidak ada yang tersisa di dalam kamarku."
"Baiklah."
Jericho kemudian memutar balik tubuhnya. Ia hendak bergegas pergi karena menurutnya tinggal di dalam kamarnya untuk waktu sekarang bukanlah waktu yang tepat. Ia masih merasa terkejut dengan semuanya. Karena sejak awal pun, Jericho paling tidak suka jika seseorang berani mengkhianatinya.
"Tuan Jericho ...." Bibi pelayan memanggil.
Jericho berhenti berjalan, kemudian ia menoleh pada Bibi pelayan lagi. "Ada apa, Bi?"
"Saya minta maaf karena telah menyebabkan kekacauan ini. Tapi jika saya terus menahannya, saya takut Tuan Jericho akan semakin dibodohi oleh Nona Velicia. Saya sekali lagi meminta maaf sebanyak-banyaknya, Tuan," katanya, sembari menundukkan setengah badannya.
"Tidak apa-apa, Bibi. Saya justru sangat berterima kasih padamu. Jika bukan karenamu, perselingkuhan Velicia pasti masih berlangsung ketika saya tidak berada di rumah."
Ketika bibi pelayan sibuk menundukkan tubuhnya, ia tersenyum licik. Apa yang ia usahakan selama ini rupanya membawakan hasil. Velicia pergi dari rumah besar itu dan ia sudah siap untuk memasang jebakan lainnya agar Jericho bisa menjadi seseorang yang paling ia inginkan.
****
"Jadi, perempuan yatim piatu itu sudah pergi dari rumah Tuan Jericho, Bu?"
"Ya. Dia sudah pergi setelah Ibu memberikan bukti-bukti palsu tentang perselingkuhan Velicia."
Seina—putri kesayangan bibi Anne terlihat begitu gembira setelah mendengar kabar baik yang wanita itu bawakan. Sejak Jericho menikah dengan Velicia, Seina selalu merasa geram lantaran pria itu menikahi perempuan di kelas bawah. Yatim piatu dan tinggal di panti asuhan. Pikir Seina, Velicia pasti memiliki suatu tabiat buruk yang belum terungkap.
Namun, untuk menyingkirkan Velicia tidaklah mudah bagi Anne dan juga Seina, sebab Velicia bagaikan perempuan sempurna yang tanpa memiliki kekurangan terkecuali latar belakangnya yang hidup di panti asuhan.
Velicia selalu bersikap baik dan lemah lembut. Ketika Anne sempat memancing amarah perempuan itu, Velicia sama sekali tidak memperlihatkan amarah yang besar. Anne tidak mendapatkan omelan. Justru Velicia memberinya nasihat untuk bekerja secara hati-hati agar nyawanya tidak menjadi taruhan.
Velicia nyaris tidak memiliki kekurangan. Itulah mengapa Seina dan Anne sangat kesulitan menghancurkan hidup perempuan itu.
"Kapan aku bisa mendekati Tuan Jericho, Ibu?"
"Ibu akan meminta pekerjaan kepada Jericho agar kau bisa bersampingan terus-menerus denganmu. Kemudian, ia jatuh cinta padamu, dan kalian bisa menikah." Anne mengungkapkan isi pikirannya dengan senang hati.
"Aku tidak sabar, Ibu."
"Tentu saja. Ibu juga sudah lelah bekerja menjadi pembantu di sana. Tidak ada yang bisa Ibu dapatkan dengan lebih. Untungnya dia sangat mempercayai Ibu. Jadi, untuk mendapatkan posisi menjadi istri Jericho sangatlah besar, Seina. Kau harus menggunakannya dengan baik."
"Tentu saja. Aku akan menggunakan kesempatan emas ini dengan baik, Bu."
"Ya. Putriku memang sangat pintar."
****
"Andrew belum tahu soal ini?"
Velicia menggelengkan kepalanya. "Belum, Sharine. Aku belum sempat mengobrolkan hal ini padanya. Dia sedang memiliki urusan di luat negeri. Aku tidak ingin membuatnya tidak tenang."
Sharine memperhatikan dengan seksama beberapa poto yang telah Velicia berikan padanya. Poto-poto yang dijadikan bukti perselingkuhan Velicia dengan Andrew. Jericho mendapatkannya dari seseorang yang entah itu siapa, tetapi yang jelas orang tersebut sangat berniat untuk menghancurkan rumah tangga Jericho dan Velicia.
"Selain poto-poto ini, apakah ada bukti lainnya?"
"Ada dan menurutku itu adalah hal yang paling fatal."
"Apa?"
"Seseorang mengiriminya video ketika aku berjalan menuju sebuah hotel bersama Andrew. Aku hampir tertabrak dan Andrew tak sengaja memelukku. Itu adalah bukti yang paling tidak bisa aku tepis. Ya, meskipun kebenarannya tidak seperti itu."
"Lalu, mengapa kalian bisa pergi ke hotel bersama?" tanya Sharine, merasa masih penasaran.
"Kau tahu, kan kedua orang tua Andrew tinggal di luar negeri? Mereka datang dan menginap di hotel itu. Jadi, aku memutuskan untuk menemuinya bersama Andrew. Aku tidak tahu semuanya harus berakhir seperti ini."
****
****
Jericho masih merasa bimbang harus berkata apa kepada kedua orang tuanya. Mengatakan ingin bercerai dengan Velicia pasti akan membuat mereka berdua sangat terkejut. Tidak hanya Jericho, tetapi kedua orang tua pria itu sangat menyayangi Velicia.
Mungkin kebanyakan kisah CEO jatuh cinta terhadap gadis yatim piatu yang hidup dan besar di sebuah panti asuhan akan kesulitan mendapatkan restu. Akan tetapi, Velicia tidak begitu. Perempuan itu mendapatkan restu kedua orang tua Jericho dengan sekali pertemuan. Mungkin karena Velicia yang memiliki aura kebaikan yang memancar dari dirinya.
"Jadi, kau semalam menginap di sini? Tidak biasanya kau pulang ke rumah. Ada masalah?" Pertanyaan itu keluar dari Jaks—ayah Jericho yang baru saja duduk di meja makan.
"Awalnya aku akan lembur, tapi tiba-tiba aku ingin pulang dan merasa lelah. Jadi, aku memutuskan untuk pulang ke rumah ini."
"Kau sudah menghubungi Velicia jika kau akan menginap di sini?" Suara Nathalie—ibu dari Jericho menyambar obrolan mereka.
"Tentu saja sudah," jawab Jericho, bohong.
Selama sarapan di sana, Jericho berusaha dengan keras menjauhi pembahasan soal Velicia. Ia tidak tahu apakah kedua orang tuanya menyadari hal tersebut atau justru tidak sama sekali. Jericho berharap mereka tidak menyadarinya. Sebab, semuanya akan kacau jika mereka sadar semisal Jericho sedang memiliki masalah sekarang.
"Kapan-kapan kau harus mengajak Velicia datang menemui kami. Aku tahu dia tidak sempat karena kesibukanmu juga."
"Kami akan pergi ke luar negeri dalam beberapa hari ke depan. Jadi, belum ada waktu untuk menemui Ayah dan Ibu."
"Lihat, Sayang. Jericho selalu saja membuat alasan agar aku tidak bisa bertemu dengan Velicia." Natahalie mengadu kepada Jaks.
Jaks menanggapi aduan Nathalie dengan tawa renyah. Sementara Jericho hanya mengulas senyum singkat, kemudian sibuk mengelap bibirnya memakai tisu.
"Akan aku usahakan jika aku sudah tidak sibuk lagi."
"Kalau begitu Ibu akan datang ke rumahmu saja secara mandiri."
"Tidak Ibu. Nanti semisal penyakitmu kambuh lagi bagaimana?"
Untungnya Jericho masih memiliki alasan agar Nathalie tidak dapat berkunjung ke rumahnya secara suka rela. Wanita setengah baya itu memiliki serangan jantung. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Jericho dan Jaks tidak pernah mengijinkan Nathalie untuk membawa mobil secara mandiri.
Dulu, wanita itu hampir saja mengalami lala lantas akibat serangan jantung mendadak. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Jericho lebih menyarankan agar Nathalie tetap di rumah dan hanya pergi saat Jaks sedang luang. Bahkan Velicia pun selalu mengunjungi Nathalie ke sana. Hanya saja, sudah satu bulan ini Velicia terkadang selalu sibuk dengan program kehamilannya.
"Andai saja penyakit ini bisa hilang."
"Sudahlah jangan mengeluh. Nanti aku akan datang bersama Velicia jika semuanya sudah membaik," ujar Jericho berusaha menenangkan Nathalie.
Meskipun Jericho tidak tahu kapan ia bisa melakukannya, sebab mendengar namanya saja sudah membuat ulu hatinya terasa sakit.
Velicia sudah bukan Velicia lagi. Di mata Jericho, Velicia sudah berubah menjadi perempuan jahat yang tidak tahu diri dan bersikap seperti layaknya sampah. Padahal, apa yang tidak Jericho berikan kepadanya. Apa pun yang Velicia inginkan selalu Jericho berikan.
****
Tidur seorang diri di dalam rumah yang sudah lama tidak ditempati itu membuat perasaan Velicia semakin terasa hampa dan kosong. Ia kesulitan tertidur dengan sibuk menangis dan melamun. Sampai ketika matahari akan terbit, barulah perempuan itu memaksakan diri untuk terlelap.
Sekarang, Velicia sedang berada di dapur. Membuat sarapan untuk dirinya agar sang bayi tidak kelaparan di dalam sana, meskipun sejujurnya ia sama sekali tidak memiliki minat untuk mengisi perut kosongnya.
"Bertahanlah di dalam sana, Sayangku. Jangan khawatir, Ibu akan menyayangimu meskipun ayahmu sama sekali tidak peduli denganmu. Selama ada Ibu, semuanya akan baik-baik saja. Berjanjilah di dalam sana untuk tetap bertahan dan kuat," Velicia mengelus perut datarnya dengan lembut.
Kehamilannya sudah berusia dua bulan. Dia akan terus berkembang jika sang ibu tidak terjebak stres untuk waktu yang lama. Jadi, Velicia berusaha dengan keras agar ia bisa mempertahankan janin di dalam kandungannya.
Saat perempuan itu hendak memakan roti yang sudah ia panggang, suara bunyi bel dari luar seketika menghentikkan aktifitasnya. Velicia dengan cepat menaruh kembali roti tersebut ke atas piring dan segera bergegas meninggalkan dapur. Takutnya, Sharine memang telah mengirimkan seseorang ke rumah tersebut sesuai dengan perkataannya.
Namun, itu bukanlah orang yang Sharine kirim. Saat Velicia membuka pintu rumah tersebut dengan pelan, Velicia merasa terkejut saat melihat seseorang tengah berdiri tepat di hadapannya. Raut wajahnya begitu kentara jika orang tersebut tengah mengkhawatirkannya sekarang.
"Andrew ...."
"Maaf aku datang secara tiba-tiba. Aku meminta Sharine untuk memberikan alamatmu. Aku baru saja pulang dari luar negeri semalam. Aku mengkhawatirkanmu, Velicia."
Velicia sangat berharap jika orang yang ada di hadapannya saat ini adalah Jericho, bukan Andrew. Kepeduliannya, kekhawatirannya. Velicia sangat merindukan hal tersebut dari Jericho.
"Terima kasih, Andrew. Jangan mengkhawatirkan aku seperti itu. Aku baik-baik saja. Kau bisa melihatnya sendiri, kan?"
Tidak disangka, Andrew menghamburkan tubuhnya pada Velicia. Sangat jarang Andrew melakukannya pada perempuan itu, tetapi entah mengapa juga Velicia seakan tidak menolak dan hanya diam saja sampai akhirnya Andrew kembali menarik diri dari tubuh Velicia.
"Maaf. Aku terlalu mengkhawatirkanmu, Velicia."
****
Velicia menatap meja di ruang tengah yang dipenuhi oleh makanan termasuk roti-rotian. Andrew baru saja membawakannya dari luar dengan alasan takut jika Velicia akan kelaparan selama berada di rumah itu sendirian.
"Jika kau membutuhkan mobil, aku akan membelikannya untukmu. Anggap saja untuk membantumu selama tinggal di sini." Tawar Andrew.
"Tidak perlu. Aku bisa menggunakan busway. Tidak terlalu jauh dari kompleks ini."
"Tidak. Aku tidak ingin jika kau kelelahan. Kau sedang mengandung, Velic. Bayi itu sudah lama kau nantikan. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."
Velicia mengulas senyum. Ia merasa sangat bersyukur karena Tuhan masih memberikannya orang-orang yang baik di sekelilingnya. Tidak terbayangkan oleh Velicia jika dia tidak memiliki orang sebaik Andrew dan juga Sharine, meskipun mereka membuatnya merasa sangat sungkan.
"Terima kasih, Andrew."
"Jika kau setuju ... aku bisa mendatangi Jericho untuk menjelaskan semuanya. Tentang fitnah yang telah dia lemparkan untukmu."
Velicia menautkan alis, lantaran ia merasa heran dengan Andrew yang baru saja kembali dari luar negeri, tetapi seakan sudah mengetahui semuanya. Padahal, selama Andrew berasa di luar negeri, Velicia sama sekali tidak menghubungi pria itu.
"Sharine yang sudah memberitahumu semuanya?"
"Jangan salahkan dia. Aku yang memaksanya karena aku terlalu mengkhawatirkanmu, Velicia."
"Padahal aku sudah berkata berulang kali padanya agar dia tidak membocorkan masalah ini."
"Dia mengkhawatirkanmu, sama halnya denganku. Itulah mengapa dia menghubungiku kemarin."
Velicia terdiam seketika. Sharine selalu saja bersikap demikian. Padahal niat Velicia juga baik untuk Andrew. Ia tidak ingin mengganggu pekerjaan pria itu, tetapi Sharine tetap melakukannya.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!