Tiara Anita Putri, wanita berusia dua puluh tujuh tahun ini, terlihat sangat bahagia sekali. Hari ini ia dipanggil oleh perusahaan Antariksa Grup. Tiara pernah memasukan lamaran pekerjaan sekitar satu bulan yang lalu pada perusahaan itu.
Jantung Tiara berdegup sangat kencang, dia merasa dewi fortuna sedang berpihak padanya, karena dari puluhan calon karyawan yang melamar, hanya dia yang berhasil dipanggil ke ruang CEO Antariksa Grup.
“Namamu, Tiara Anita Putri? Usia 27 tahun?”
“Iya, Pak,”
“Tuan Alvin Gunadi Raharja,” Alvin menjelaskan.
“Ah, iya, maaf Tuan, Tuan Alvin.”
“Aku bukan manager, aku adalah pemilik perusahaan. Sebutan ‘pak’ tentu saja sangat tak cocok untukku!”
“B-baik, P-pakk, eh Tuan, maaf, saya masih belum terbiasa,” Tiara menggigit bibir mungilnya.
“Kau hanya lulusan SMA?”
“I-iya,” Tiara menunduk.
Alvin mendelik, lalu ia membaca lagi resume milik Tiara. Beberapa saat kemudian …,
“Jadi, kau seorang janda?” tanya sang CEO muda Antariksa Grup.
“I-iya, Pak,” Tiara menghela napas pelan.
Antariksa Grup adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa dan properti. Beruntung sekali Tiara bisa diterima dan dipanggil oleh tim HRD, untuk interview secara langsung oleh CEO Antariksa.
“Ke mana suamimu?”
“Kami sudah bercerai,” jawab Tiara agak malas.
“Kenapa bercerai?” selidik Alvin.
“Itu ranah pribadi, Pak, eh Tuan. Saya tidak bisa menceritakannya. Saya hanya melamar menjadi costumer service saja, jadi Lebih baik Anda tanyakan hal yang berhubungan dengan pekerjaan saya nanti,” jelas Tiara.
“Makanya kutanya hal itu, karena itu berhubungan dengan pekerjaanmu nanti!”
“Maksud Anda?” Tiara tak mengerti.
“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO! Bahkan, kau bisa meminta uang dan apapun yang kau inginkan! Kecuali satu, tubuhku! Kita bisa saling melengkapi, kau butuh uang, dan aku butuh tubuhmu untuk berada disampingku, sampai batas waktu yang aku tentukan nantinya!” seru Alvin to the point.
“Aku hanya ingin bekerja di kantor ini, untuk perusahaan ini, bukan untuk menjadi istri kontrakmu! Aku bukan wanita murahan! Aku punya harga diri, cinta tak bisa dibeli dengan uang! Aku tak butuh uangmu, jika harus melakukan hal hina seperti itu!” mata Tiara berkaca-kaca, ia memberanikan diri.
“Kau bicara harga diri? Bukankah kau seorang janda? Kau harusnya bersyukur, jika seorang janda sepertimu, bisa mendapatkan lelaki seperti aku! Kau itu ibarat barang bekas, yang akan aku daur ulang! Kau harusnya beruntung, wahai janda!” tegas Alvin meledek.
“Lancang sekali Anda bicara! Meskipun aku seorang janda, meskipun menurutmu aku adalah barang bekas, tapi asal kau tau, hanya statusku saja yang bekas, tapi tidak dengan tubuhku! Tubuhku tak pernah tersentuh meskipun aku seorang janda! Aku masih perawan! Untuk itu, kuputuskan untuk tidak menerima pekerjaan hina ini! Masih banyak pekerjaan di luar sana yang bisa menghargai dan menerima janda sepertiku! Permisi!” Tiara sedikit menggebrak meja, lalu ia membawa tas nya dan pergi meninggalkan Alvin seorang diri.
Alvin termenung, ia tidak kaget atas penolakan Tiara. Yang ia kagetkan adalah, peryataan Tiara, bahwa ia memang janda, tapi ia masih perawan.
“Aku biasanya tak pernah tertarik pada wanita. Tapi kenapa wanita itu membuatku merasa tertantang? Herannya, saat pertama kali aku melihat fotonya, aku merasa jika dialah wanita yang tepat untuk menjadi istri pura-puraku! Bodoh sekali dia! Kenapa dia harus menolak pria kaya dan tampan sepertiku?”
Tiara menangis sesegukan. Ia merasa harga dirinya dilecehkan oleh CEO Antariksa Grup tersebut. Tiara memang sangat membutuhkan uang, tapi, apakah harus dengan cara menjual tubuhnya pada orang asing?
Sebenarnya, jika Tiara menerima permintaan CEO itu, mungkin Tiara akan sedikit terbantu, karena dia benar-benar membutuhkan uang untuk biaya operasi adiknya.
Tiara sudah tak memiliki orang tua, ia hanya punya satu adik yang yang tengah sakit, karena kecelakaan yang menimpa keluarganya beberapa bulan lalu. Beruntungnya, adik Tiara masih bisa diselamatkan, meskipun adiknya harus mengalami pendarahan otak, karena pembuluh darahnya pecah.
“Sial, sial, sial! Aarrgghh, kenapa juga aku harus menolaknya? Jika melihat Fani, hatiku amat sakit! Kenapa dengan bangganya aku mempertahankan harga diriku? Sementara, kesempatan itu tak mungkin datang dua kali?” Tiara menjambak-jambak rambutnya sendiri.
“Serius gak sih ini? Terus juga, kenapa juga lo gak nanya gue coba? Jadi istri CEO itu Ra! Jadi istri CEO! Masa lo gak mau sih? Gila lo emang!” Dila geleng-geleng kepala mendengar cerita Tiara.
“Tapi dia itu kayak ngerendahin aku banget! Dia lihat resume ku. Dia lihat statusku janda, dia malah ngerendahin statusku itu, Dil!”
“Lo ngimpi kali ya? Perasaan gak mungkin juga CEO ngajak lu kawin? Emang siapa lu? Dia kaya, dia tampan, dia pasti mudah dapetin cewek spek bidadari kayak Natasha Wilona sekalipun! Kenapa harus elu dih? Di prank kali itu sih! Udah udah, ngarangnya udah, sekarang lu tetep aja kerja gantiin gue dulu! Kaki gue masih bengkak, jadi lu tetep casual di cafe tempat gue kerja! Please ya, cuma tiga harian lagi deh! Udh gitu lu cari kerja di tempat lain lagi. Udah seneng gue lu diterima di kantor besar, eh malah diprank sama bosnya!” Dila terkekeh menertawakan Tiara.
Beberapa hari yang lalu, Dila jatuh dari motor, menyebabkan kakinya bengkak dan Dila belum bisa jalan normal. Akhirnya Tiara yang bekerja casual menggantikan Dila beberapa hari ini.
“Baiklah, mungkin memang bukan rezekiku kerja di kantor itu. Aku siap-siap dulu, hari ini kamu shift siang kan? Aku pasti pulang malam. Tolong suapi Fani, hangatkan saja bubur yang ada di panci ya Dil, maaf aku selalu merepotkanmu!”
“No problem. Lo juga udah bantuin gue kok, makasih udah mau maksain diri gantiin gue kerja beberapa hari ini. Padahal, lo paling anti kan kerja di club gitu! Doain gue cepet sembuh ya!” Dila memeluk Tiara, mereka pun tersenyum saling menguatkan.
.
Sudah tiga hari ini Tiara bekerja di sebuah club mewah, menggantikan Dila. Tiara bekerja casual, menggantikan sahabatnya itu. Untungnya, manager Dila tak mempermasalahkan hal tersebut.
Hari ini weekend, club n’ bar tempat Tiara bekerja nampak ramai, sehingga baru saja pukul empat sore, Tiara sudah merasa kelelahan. Bari saja beristirahat beberapa menit, atasan Dila memanggil Tiara.
“Tiara, Dila masih sakit ya?”
“Iya, Bu, kakinya masih bengkak.” jawab Tiara sopan.
“Kira-kira dia bisa gak maksain buat kerja hari ini?”
“Dia jalannya masih pakai kursi roda bu, kebetulan adik saya punya kursi roda, jadi saya rasa Dila belum bisa masuk kerja. Memangnya kenapa Bu? Kerja saya apa tidak terpakai ya?” Tiara merasa sedih.
“Oh, tidak, tidak. Saya sangat suka sekali dengan kinerja kamu di sini. Hanya saja, hari ini saya sedang kekurangan orang di tempat club golf kami. Apa kamu bersedia kerja di sana satu hari saja? Biar di sini saya tugaskan pada crew yang lain,” pinta Bu Siska.
“Tapi, Bu, saya belum paham dan tak tahu jobdesc saya di sana. Ini sangat mendadak, saya takut tidak bisa melakukannya,”
“Tidak sulit, kamu hanya melayani para konglomerat yang sedang bermain golf. Jika mereka meminta apapun, layani saja. Hanya itu. Untuk alat golf sudah ada crew-nya. Yang tak ada itu pelayan food n beverages, Tiara. Kamu tinggal membawa pesanan mereka saja. Mudah kan?”
“T-tapi, Bu …”
“Tiara, bantu Ibu sekali ini saja ya …”
Tiara pasrah, ia pun pergi berjalan ke area club golf yang berada tak jauh dari bar ini. Sulit sekali baginya untuk menolak. Tiara tak suka pekerjaan seperti ini, ia takut bertemu dengan pria nakal dan tak tahu diri.
Beberapa saat kemudian, Tiara mulai melayani para konglomerat yang akan bermain golf. Ia menyiapkan makanan dan juga minuman sesuai yang diminta oleh mereka.
Tiara sedikit risih, karena ia harus menggunakan baju yang sedikit terbuka dan juga ketat. Di bar ia tak terlalu seksi, namun seragam di tempat golf ternyata begitu ketat dan seksi.
“Waiters, come here!” perintah orang yang tengah duduk di sofa mewah nan megah.
Tiara pun bergegas membawa menu dan tulisan untuk pelanggan yang memanggilnya. “Selamat sore, dan selamat datang di club golf kami. Semoga harimu indah, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
“Aku ingin craftsteak wagyu ya! With sparkling wine and mineral water! Kau mau apa …, Tuan muda antariksa?” pria itu menyapa teman di sampingnya, yang tengah menyender ditutupi sebuah majalah.
Deg. Tiara mulai tak enak perasaan. Tuan muda Antariksa? Batin Tiara.
Pria itu pun mengibaskan majalah di kepalanya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, “I want fortified wine, please!”
Tiara sontak saja menutup wajahnya dengan buku menu yang ia pegang, “b-baik Tuan, tunggu sebentar, kami akan segera membawa pesanan anda. Terima kasih,” Tiara langsung pergi meninggalkan meja itu, untuk menghindari seseorang.
Sungguh sial, tak pernah Tiara duga sama sekali, jika sosok yang tak mau ia temui lagi, tiba-tiba malah dipertemukan lagi pada situasi seperti ini.
“Tuhan, tolong aku …, apa maksudnya semua ini? Kenapa dia harus ada di sini? Aarrgghh, gila! Kenapa juga aku harus ditempatkan di club ini, dan bertemu dia lagi?” Tiara menggerutu sendirian di depan meja bartender.
“Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? wahai janda perawan …,” tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang sudah berada belakang Tiara.
“Astaga, d-dia, di belakangku?” jantung Tiara hampir saja copot.
“K-kau …,” jantung Tiara bergemuruh, berdetak amat kencang. Dadanya sesak, rasanya sulit sekali ia berbicara saat ini.
“Kenapa? Kaget? Kenapa wajahmu seperti sedang melihat seorang pembunuh?” Alvin berdecak.
“M-maaf, jangan ganggu aku. Aku sedang bekerja,” Tiara mengalihkan pandangan dari Alvin, dan mencoba melarikan diri.
“Tunggu!” tangan Alvin refleks memegang tangan Tiara.
EH!” Tiara kaget.
“Sorry, tanganku refleks! Kau pelayan di sini rupanya? Baru saja kau menolak tawaranku, sekarang kau malah bekerja di tempat yang berbahaya seperti ini!” Alvin geleng-geleng kepala.
“Berbahaya?” Tiara memicingkan matanya.
“Sudahlah, lupakan saja. Kapan kau istirahat? Aku ingin berbicara empat mata denganmu!”
“Maaf, aku sibuk. Tuan, mohon jangan ganggu aku. Aku sedang bekerja, kuharap kau segera kembali ke tempat dudukmu, dan tunggu pesananmu tiba. Permisi …,” Tiara bergegas masuk ke dalam pantry, karena ia takut Alvin berucap yang tidak-tidak lagi.
Alvin lalu beranjak dan kembali ke tempat duduknya. Jimmy mengangkat alisnya, karena ia merasa aneh pada temannya itu. Mengapa tiba-tiba Alvin menghampiri pelayan itu lagi? Apakah ia menambah pesanannya?
“Whats wrong? Kenapa kau menemui pelayan itu?”
“Menurutmu, bagaimana wanita itu?”
“What do you mean, Vin? Kenapa aku harus menilai seorang pelayan?”
“Dia tantangan untukku! Aku penasaran padanya.”
“Apa yang dia lakukan padamu?”
“Ah, tidak. Lupakan saja. Hey bro, kau seharusnya bermain dulu. Lihat Mr. Smith, sudah menunggumu dengan tongkat saktinya!” Alvin mengalihkan pembicaraan.
“Okey! Aku pasti bisa melampauinya. Tunggu aku, jika makanan sudah tiba, panggil saja aku! Aku latihan dulu ya,” Jimmy berlalu sembari membawa tongkat golf miliknya.
“Oke, Bro!”
.
Beberapa saat kemudian …,
Alvin terlalu sibuk mengembangkan bisnisnya dengan relasi yang ia temui di club golf ini. Yang tadinya ia hanya sekadar menonton, akhirnya ia harus berdiskusi dengan rekan bisnisnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Turnamen golf Jimmy pun telah selesai. Alvin juga telah selesai berbincang dengan rekan bisnisnya. Ia baru sadar, jika Alvin tak melihat Tiara lagi.
“Ke mana dia?”
“Who is that, Bro?”
“Pelayan itu …,” pandangan Alvin mengedar ke semua arah.
“Kenapa kau begitu penasaran sekali pada pelayan itu? Apa bagusnya dia?” Jimmy keheranan.
“Tidak ada. Kau pulang duluan saja, aku ada urusan lain.”
“Baiklah, lagi pula aku sudah lelah. Take care my bro, see you again …” Jimmy menenteng jaketnya, lalu pergi meninggalkan Alvin.
“Terima kasih, Jimmy!”
Alvin berjalan mendekati bartender, ia berusaha melihat dan mencari-cari keberadaan Tiara. Wanita itu memang biasa saja, tapi entah kenapa Alvin malah tertantang dengan ucapan Tiara saat itu.
“Permisi, pelayan wanita yang tadi melayani saya, ada di mana ya?”
“Yang di ujung itu ya Tuan? Tadi deserved oleh Tiara Putri. Dia karyawan casual dari bar kita. Jadi, karena acara turnamen golf sudah selesai, dia kembali ke Bar sejak pukul sembilan tadi, Tuan,” ujar kasir yang berada tepat dihadapan Alvin.
“Bar? Memangnya dia pekerja di bar itu?”
“Iya, Tuan,” kasir itu terlihat ramah dan sopan.
Tanpa membalas perkataan kasir tadi, Alvin bergegas meninggalkan club golf tersebut, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya. Alvin langsung menelepon Doni, sang supir sekaligus sekretaris pribadinya.
“Halo, Don? Jemput aku di bar saja, tunggu aku di parkiran sampai aku memberikan instruksi lagi!”
“Baik, Bos, saya akan segera menuju ke bar.”
Alvin berjalan menuju lorong rahasia, yang bisa langsung tembus ke bar yang ada di gedung paling depan. Tak ada yang tahu jalan rahasia ini, kecuali orang-orang terpilih saja.
Suasana bar dan diskotek ini benar-benar riuh ramai. Penuh sekali orang yang sedang melantai bersama pasangan dan sahabatnya masing-masing.
Alvin begitu kesulitan mencari sosok Tiara. Tak mungkin semudah ini mencari dia, saking banyaknya orang, membuat bangunan megah ini pun jadi penuh sesak.
Sementara itu, Tiara ternyata sedang melayani tamu VIP. Ada beberapa pria tua yang tengah karaoke bersama beberapa wanitanya. Tiara nampak risih dengan keadaan ini, apalagi ia lupa mengganti kostum saat tadi masih do club golf.
Beberapa wanita itu menggelayut di tubuh pria tua yang tengah bernyanyi sembari minum. Mereka duduk di atas paha dengan manjanya. Lalu tanpa disadari, tangan nakal pria tua itu mulai menyusup memegang bagian sensitif sang LC.
Tiara benar-benar muak, dan rasa ingin muntah, karena melihat adegan yang tak sepantasnya ia lihat. Setelah menyimpan beberapa makanan dan minuman, dengan cepat Tiara keluar dari ruang VIP tersebut, dan berjalan keluar melewati lorong yang agak sepi.
Saat Tiara berjalan menuju bar, tiba-tiba langkah Tiara dihentikan oleh dua orang pria yang tak dikenal. Perawakannya tinggi, besar, dan agak menyeramkan. Tiara syok, ia sungguh takut, namun mencoba untuk tetap positif thinking pada mereka.
“Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu? Anda ingin memesan apa? Katakan saja, dan saya akan segera mengantarkan pesanan yang Tuan inginkan,” ucap Tiara dengan gugup.
“Wah, pelayan baru ya? Manis sekali kau ini. Aku ingin memesan dirimu saja, bagaimana? Berapa harganya?” goda pria yang tepat berada dihadapan Tiara.
“Ah, maaf Tuan. Saya banyak pekerjaan, saya belum bisa menemani Anda. Sepertinya, di diskotek depan banyak juga gadis-gadis yang kesepian dan ingin ditemani. Bagaimana jika aku mencarikannya untuk Tuan?” Tiara tetap berusaha sportif, meskipun takut, ia tetap berusaha santai.
“Ah, tak mau. Aku sudah bosan. Denganmu saja, biar kubayar cash 10 juta untuk malam ini, bagaimana?” pria itu mencolek dagu Tiara.
“Ah, Tuan, maaf, jangan begini. Saya hanya bekerja menjadi pelayan cafe saja, tidak untuk yang lainnya,”
“Jangan sok jual mahal! Sudah, ayo, dua puluh juta berdua dengan temanku! Room ini milikku, aku masuk!” kedua pria itu terlihat sedikit memaksa Tiara dan mencengkeram tangan Tiara dengan kencang.
“Argh, jangan, jangan! Saya akan laporkan kalian pada atasan saya! Lepas, aarrgghh, lepaskan saya!”
“Laporkan saja. Siapapun yang berani bekerja di dunia malam ini, pasti sudah pernah melewati hal seperti ini. Kau jangan munafik! Sudah untung mau kubayar kau dua puluh juta! Cepat, ikut kita ke room ini!”
“Aarrgghhh!” Tiara berontak, namun tenaganya terlalu kecil untuk melawan dua orang pria bertubuh besar ini.
Tanpa dua orang pria itu sadari, ternyata …,
“Hentikan! Lepaskan wanita itu! Berani-beraninya kalian menyentuhnya!”
Deg. Dua pria bengis itu berbalik pada sumber suara.
“Siapa kau? Beraninya menentang kami?” ujar pria pertama.
“Wanita itu sudah lebih dulu menjadi milikku! Dia sudah aku bayar!”
“Apa? Haha, tak mungkin! Kau gila! Mana buktinya? Kau ingin merasakan pukulanku? Ayo maju!”
“T-tuan …,” Tiara kaget tak menyangka, ternyata sosok pria dihadapannya adalah Alvin Gunadi Raharja, si CEO tengil Antariksa Grup.
“Tanyakan saja padanya. Ah, tapi, kurasa aku tak perlu panjang lebar dengan kalian. Biar kubayar mulut kotormu itu! Lepaskan dia, jangan ganggu dia, dan akan kubayar kalian!”
“Berani membayar kami? Kami adalah pebisnis hebat, kami adalah pemilik perusahaan ternama. Kau akan membayar kami? Sungguh penghinaan! Sudah kupastikan aku lebih kaya darimu!”
“Seratus juta, dan tinggalkan wanita ini!”
“Apa? Seratus juta!?” pria kedua melongo mendengar nominal yang disebutkan Alvin.
“Tak mungkin! Tak mungkin kau mempunya seratus juta! Mimpimu terlalu ketinggian!” ujar pria pertama tak mau kalah.
“Tuan Alvin, cukup!” Tiara sungguh tak menginginkan keadaan ini terjadi.
“Dua ratus juta! Jangan berani membantah ucapanku lagi!”
Alvin merogoh sakunya, dan mengeluarkan selembar cek, “ambil ini, lalu tinggalkan dia, dan jangan pernah sekalipun kau menampakkan diri lagi dihadapannya. Jika kau melanggar, maka habis nyawamu di tanganku!” Alvin melemparkan selembar cek berisikan nominal uang sebesar dua ratus juta.
Mereka berdua pun terheran-heran dan kaget dengan kebenaran ucapan Alvin. Akhirnya, kedua pria itu lari terbirit-birit. Meninggalkan Alvin dan Tiara di lorong sepi VIP ini.
Tiara lemas bukan main, ia refleks memegang dinding lorong, dan satu tangan lagi yang menempel di dadanya. Sungguh, Tiara tak pernah menduga sama sekali, jika bekerja di tempat seperti ini, tentu saja memiliki resiko yang tinggi.
“Tuan Alvin, terima kasih banyak atas pertolonganmu! Aku sangat-sangat mengucapkan terima kasih atas semuanya. Meskipun aku kaget, kenapa dengan mudahnya kau berikan mereka uang sebanyak dua ratus juta,” ucap Tiara ngos-ngosan.
“Ck, ternyata kau hanyalah wanita yang lemah! Dasar bodoh! Jika aku tak ada di sini, habis sudah kau ditiduri oleh mereka berdua.”
“Aku tak pernah berfikir sejauh itu. Aku sungguh takut …, Tuan Alvin, maaf, kurasa kau juga berlebihan. Setelah ini, aku malah merasa berhutang budi padamu. Harus bagaimana aku membayar uang yang tak sedikit itu?” Tiara refleks menitikkan air matanya. Ia syok berat, mendapati apa yang barusan terjadi padanya.
“Dasar wanita bodoh! Kenapa harus bertanya lagi? Ya sudah jelas, aku yang membelimu! Aku membayar mereka dua ratus juta, dan tentu saja kini kau milikku!”
Deg. Tiara mulai gemetar lagi. Semua pria yang ia temui benar-benar gila dan membuatnya stres. Terutama Alvin, apalagi yang akan ia lakukan pada Tiara? Perasaan Tiara sudah tak enak dan ia tak bisa lagi berpikir jernih.
“T-tuan, maaf, jangan aneh-aneh. Apa yang akan kau lakukan padaku? Kumohon, hentikan, aku takut …,”
Alvin memegang tangan Tiara, “Aku punya private room juga di sini. Ikut aku, dan jangan banyak bicara lagi. Ayo!”
“Astaga, Tuan Alvin! Kau gila! Lepas! Lepaskan aku! Ternyata, apa bedanya kau dengan mereka! Aarrgghhh, kau benar-benar gila, Tuan! Akan kulaporkan perbuatan gila ini!”
Alvin memaksa Tiara untuk mengikutinya. Alvin menarik Tiara, dan akhirnya Tiara pun terbawa dengan langkah Alvin yang cepat.
“Memangnya apa yang kulakukan padamu? Aku hanya memegang tanganmu, dan memintamu ikut padaku! Apa kau berfikir aku akan melakukan sesuatu pada tubuhmu? Iya?”
Tiara menggigit bibir mungilnya. Lidahnya kelu, Tiara tak tahu harus berbicara apa, karena Alvin benar-benar pandai bermain kata.
“Bukan begitu maksudku, a-aku sangat takut,”
“Oh, jadi kau memang berfikir aku akan melakukan sesuatu padamu? Baiklah jika itu maumu! Ayo, kita buktikan semua yang ada di kepalamu itu!” Alvin semakin menarik tangan Tiara.
“Tidaaaak! J-jangan! Aaarrgghhh, kurang ajaaaaar!” Tiara meronta, namun tak lama, akhirnya mereka sampai di private room milik Alvin. Alvin pun menempelkan kartu pada pintu tersebut, lalu menarik paksa Tiara untuk masuk, dan …, Alvin segera menutup pintu sekaligus mengunci pintunya, agar tak ada satupun orang yang bisa masuk ke ruangannya.
“Kau berhutang budi padaku mulai saat ini!” Alvin menyeringai.
“Hutang budi sebanyak itu? Kenapa pula harus dua ratus juta? Aku tak meminta kau melakukan hal itu!”
“Kau tak mengerti dunia malam! Memang seperti itu permainannya! Sudah jelas bukan tadi? Aku menolongmu, dan kau berhutang padaku.”
Tiara menghela napas panjang. Situasinya saat ini benar-benar rumit. Ingin menghindar dari Alvin, tapi ternyata Tiara malah jatuh dalam perangkapnya.
“Apa yang kau inginkan dari wanita sepertiku, Tuan? Aku tak memiliki apapun. Aku hanya wanita miskin, aku juga tidak cantik. Kenapa kau malah membuatku pusing dengan semua ini?”
“Menikah denganku, dan buat perjanjian kontrak pernikahan. Hanya itu saja yang kuinginkan!”
“Tapi kenapa harus aku?”
“Tak usah banyak bicara. Jika kau tak mau menerima tawaranku, akan kuhabisi kau malam ini! Toh, tanpa pernikahan pun, jika nanti kau hamil, kau pasti akan mencariku untuk meminta pertanggung jawaban!” Alvin menyeringai.
“Jangan! Jangan coba-coba kau lakukan itu! Akan kulaporkan kau pada polisi, jika kau berani macam-macam padaku!”
“Baru kuancam seperti itu saja kau sudah takut! Bagaimana jika aku benar-benar melakukannya?”
“Baiklah, baiklah. Aku mau menjadi istri kontrakmu! Bukankah semua hanya rekayasa? Sampai kapan aku harus melakukannya?”
“Sampai aku bisa jatuh cinta padamu!”
Deg. Jantung Tiara semakin berdegup sangat cepat. Ini aneh, kenapa pria menyebalkan ini tiba-tiba berkata hal yang sungguh di luar nalar?
“Aku bercanda! Kenapa kau tegang sekali? Semua akan diatur oleh sekretarisku. Nantinya dia akan membuat perjanjian pra-nikah yang harus kau pahami dengan seksama. Mengerti?”
Tiara mengangguk, “baiklah.”
“Jangan macam-macam, atau aku bisa melakukan hal kejam padamu. Ikuti saja perintahku, karena kini kau berhutang budi padaku! Sudah, Aku harus segera pergi!”
Alvin meninggalkan Tiara tanpa menunggu balasan dari perkataannya. Tiara enggan menjawab, karena ia harus segera mengikuti Alvin dari belakang, agar dirinya pun bisa segera keluar dari private room ini.
Rasanya sungguh tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Kenapa Tiara harus terjebak dengan pria seperti Alvin? Kenapa harus Tiara? Wanita yang dihinakan karena seorang janda, dan Tiara juga bukan wanita yang berasal dari kalangan orang seperti Alvin.
.
Pagi hari ini, Tiara dikejutkan oleh sebuah pesan yang datang dari sekretaris pribadi Alvin. Tiara langsung terperanjat dari tempat tidur. Mengingat, akan ada yang datang ke rumahnya sekitar satu jam lagi.
Sungguh hal ini tak pernah ia duga sama sekali. Tiara bahkan tak bisa menghubungi Alvin untuk menanyakan apa maksud dari pesan sekretarisnya.
“Dila, ini apa maksudnya coba? Ya Tuhan, aku kaget banget. Sepagi ini udah dapet pesan kayak teror gini.”
“Apaan sih lu? Drama banget baru bangun tidur juga!” Dila yang sedang memasak nasi goreng pun merasa terusik. “Pesan apa? Sini gue liat,”
Selamat pagi, Nona Tiara.
Semoga harimu indah, ya.
Pagi ini, sekitar pukul sembilan pagi, akan ada yang menjemput Anda, sesuai instruksi dari Tuan muda.
Dimohon Nona untuk mempersiapkan semuanya, ya.
Terima kasih banyak atas waktunya.
Dila pun terheran-heran membaca pesan tersebut. Apa maksudnya ini? Tiara memang tak memberi tahu Dila, perihal yang terjadi kemarin antara dirinya dan Alvin.
“Aku memang belum menceritakan ini padamu, Dil. Tapi jujur saja, semalam aku bertemu lagi dengannya. Kau sudah terlelap, dan aku enggan mengganggu tidurmu.”
“J-jadi, yang kamu bilang tempo hari lalu itu bukan prank? Jadi memang Tuan muda itu nyata Ra? Lo serius kan Ra?” Dila merasa takjub.
Tiara mengangguk, “serius, dan dia memang meminta aku untuk mau menjadi istri kontraknya. Aku tak tahu apa maksudnya, dan sepertinya dia memang memiliki tujuan.”
“Kalau yang gue baca di novel-novel, biasanya pria yang minta nikah kontrak itu, karena dia nutupin identitas gay-nya! Karena mereka tak mau reputasinya rusak, hingga akhirnya berpura-pura menikah, untuk menutupi aibnya itu!”
“Hush! Dila! Asal jeplak aja ya mulutmu itu! Ah sudahlah, aku harus segera bersiap. Hari ini kau masih libur kan? Aku titip Fani, ya. Asal dia sudah makan, dia pasti tertidur sangat lelap.” Tiara berpesan.
“Tenang saja, aku masih punya tiga hari untuk istirahat. Pokoknya, kabari aku apapun yang terjadi padamu! Ya, Ra?”
“Iya, sahabatku, tentu saja …,”
.
Benar saja, Tiara dijemput sebuah mobil mewah yang menaikinya saja ia belum pernah. Di dalam mobil itu, ada dua orang pria yang menurut Tiara, itu adalah pria yang memberinya pesan singkat tadi.
Tiara dibawa ke sebuah salon n’ spa ternama di ibu kota ini. Hal yang sangat membingungkan, tapi Tiara enggan banyak bertanya, karena sekretaris Alvin memintanya untuk tidak bertanya, sampai nanti ia dibolehkan untuk bertanya.
Tiara di make over habis-habisan oleh stylist dan make up artist di salon ini. Tiara tampil sangat cantik dan nampak anggun. Tiara sendiri takjub melihat wajah dan tubuhnya. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat wajah dan tubuhnya secantik ini.
“Nona, kali ini anda bebas bertanya apapun. Sebelum itu, akan kujelaskan, jika sebentar lagi Nona akan bertemu dengan keluarga besar Tuan muda. Dan, Nona harus bisa seanggun mungkin, jangan sampai melakukan kesalahan. Harus bisa menarik perhatian keluarga besar Tuan muda, dan jangan sampai mereka membicarakan hal jelek tentang Anda.”
“J-jadi, aku akan bertemu orang tuanya?” jantung Tiara berdebar tak karuan.
Iya, Nona. Tapi tenang saja, jika Nona butuh referensi, saya sudah menyiapkan buku ini untuk Anda baca dalam tiga puluh menit. Buku agar memunculkan feminin energy hanya dalam sekejap,” jelas Doni.
“Buku setebal ini harus aku selesaikan selama tiga puluh menit?”
“Ambil poin pentingnya saja, dan buku itu silahkan Nona baca selama melakukan perjanjian dengan Tuan muda. Point perjanjian, syarat dan ketentuan pernikahan kalian sudah tertera jelas di lembaran kertas belakang buku ini, Nona. Semoga kau bisa memahaminya,”
“Astaga, rumit sekali kehidupan orang kaya ini. Sungguh aku tak sanggup, tapi apa boleh buat, aku tak bisa lari dari kandang harimau ini,” Tiara berkata dengan pelan.
.
Alvin menjemput Tiara di salon dan mereka pergi hanya berdua saja ke kediaman keluarga besar Alvin. Alvin nampak biasa saja melihat Tiara yang telah di make over. Tiara jadi teringat ucapan Dila, apakah mungkin jika Alvin memang tak menyukai wanita?
“Aku harap, kau bisa berakting dengan baik. Jangan canggung untuk memegang tanganku, jangan canggung untuk merangkul tanganku, dan semua harus kau lakukan senatural mungkin, sampai keluargaku yakin, jika kau memang calon istriku!”
“Kenapa semudah itu kau bicara? Bagaimana bisa aku tak canggung dihadapkan pada situasi seperti itu? Aku baru kenal denganmu, aku juga belum pernah jalan denganmu. Kita tak pernah ada kedekatan apapun, bagaimana mungkin aku tak canggung? Kenapa semudah itu kau bicara?” gerutu Tiara.
“Itu bukan urusanku. Kau urus saja sendiri. Dua ratus juta itu tak sedikit, jadi, kau pikirkan sendiri bagaimana caranya agar semua bisa terlihat seperti sungguhan!”
“Sungguh keterlaluan!” Tiara menarik napas panjang penuh amarah.
.
Rumah orang tua Alvin sangat besar dan megah. Rumah ini bak istana yang mewah dan elegant. Tiara amat takjub dengan semua yang ada di rumah ini. Sungguh, ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di rumah yang megah seperti ini.
Keluarga Alvin ternyata bukan keluarga yang sombong. Meskipun mereka kuarga konglomerat, tapi mereka begitu ramah dan baik pada Tiara. Bahkan, mereka menyambut Tiara dengan suka cita.
Keberadaan Tiara seperti angin segar bagi kedua orang tua Alvin. Hal ini membuat Tiara sangat yakin, jika Alvin memang tak menyukai wanita. Tiara tak peduli, dan ia malah merasa bersyukur, jika hal itu benar adanya.
“Siapapun calonnya, apapun latar belakangnya, aku tak peduli. Yang terpenting, kalian segera menikah dan berikan cucu untuk kami!” ujar ibunda Alvin.
“Uhuk-uhuk,” Tiara refleks tersedak.
“Mama, jangan terburu-buru seperti itu. Aku baru pertama kali mengenalkannya, dia masih gugup dan malu.” tutur Alvin.
“Pokoknya segera persiapkan untuk pernikahan kalian, Papa ingin pernikahan yang mewah dan luar biasa. Papa harap, jangan ditunda-tunda lagi, ya,”
“Nah gitu dong Kak, akhirnya kamu pecah telor juga,” Adik Alvin pun terkekeh.
Tiara hanya tersenyum mendengar permintaan keluarga besar Alvin. Pertemuan itu diakhiri dengan makan siang bersama. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti pasangan yang sedang berbahagia.
Semuanya terlihat natural, Tiara mampu meyakinkan keluarga Alvin, jika mereka memang sepasang kekasih. Tak ada satupun yang curiga, jika semua ini hanyalah rekayasa semata.
.
Hari bahagia itu pun telah tiba. Keluarga besar Antariksa Grup tengah mengadakan pesta pernikahan putra sulung mereka dengan mewah dan glamour. Semua tamu undangan hadir merayakan momen kebahagiaan ini.
Mulai dari pejabat, relasi bisnis, dan semua rekan sejawat mereka datang menghadiri pesta pernikahan ini. Tiara nampak cantik dan anggun dengan gaun mewahnya, Alvin juga begitu tampan dan berwibawa dengan jas yang dikenakannya.
Satu persatu mulai menyalami Alvin dan Tiara. Mereka mengucapkan rasa bahagia dan suka cita atas pernikahan ini. Beberapa saat kemudian, pihak keluarga dari Gelora Utama Grup pun hadir di pesta ini dan mulai menyalami kedua pengantin.
Tiara tak sadar, jika ada sosok pria yang teramat sangat dibenci olehnya, hadir di pesta pernikahan ini. Alvin yang mulai mendapatkan jackpotnya pun, merasa sangat amat puas melihat pemandangan ini.
Pria itu …, menatap Tiara dari kejauhan. Pria itu tak henti melihat Tiara dengan penuh rasa bersalah. Dia tak berkedip, matanya berbinar, seperti merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya terluka.
“Sayang, ayo kita ke atas pelaminan, kita harus memberikan ucapan selamat pada Alvin dan juga istrinya!” ajak wanita yang tengah menggandeng pria tersebut.
......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!