"Bereskan bajumu, mulai sekarang kau tidak tinggal di sini lagi."
Ucapan suaminya itu menghentikan aktivitas Naomi yang sedang merapikan ruang tamu kontrakannya.
"Apa maksudmu?" tanyanya bingung.
"Aku sudah menjualmu kepada Tuan Bara untuk menebus hutang, jadi mulai hari ini kau bukan istriku lagi. Segera kemas pakaianmu dan pergi dari rumah ini. Utusan Tuan Bara akan sampai sebentar lagi."
Puk!
Kain setengah basah yang di pegang Naomi ia lempar dengan keras di atas lantai. "Omong kosong apa yang kau katakan itu! Dua hari tidak pulang dan sekarang kau berkata jika dirimu menjualku!!"
"SUAMI MACAM APA YANG TEGA MENJUAL ISTRINYA SENDIRI!!" Emosi dengan cepat menghampiri Naomi.
Aryo, pria yang sudah menjadi suaminya selama 5 tahun itu menatap istrinya tanpa rasa bersalah. "Untuk apa aku mempertahankanmu, kau hanya menjadi beban di rumah ini. Anggap saja itu balas budimu karena aku sudah menafkahimu selama ini."
Plak!
Tamparan kuat Naomi layangkan pada suaminya. "Jadi selama ini kau menganggapku beban? Jika begitu cukup ceraikan diriku, kenapa sampai kau menjualku! DI MANA HATI NURANIMU!!"
Aryo menatap istrinya dengan penuh amarah. "AKU TIDAK ADA PILIHAN LAIN!" bentaknya dengan frustasi.
"Kau bahkan tidak pernah bercerita jika kau memiliki hutang! Apa yang kau lakukan dengan uang itu?! Bahkan kita hidup pas-pasan selama ini!" kata Naomi dengan datar.
Aryo adalah seorang OB di sebuah hotel, gajinya tentu saja di bawah UMR. Meskipun mereka belum memiliki anak, hidup di Ibu kota membuat keuangan mereka membengkak karena kebutuhan.
Selama ini Naomi berusaha sabar dengan keadaannya, terkadang ia juga menjual bubur di pasar untuk menambah penghasilan meskipun tak seberapa.
"Jawab! Kenapa kau sampai berhutang!" desak Naomi.
Tak ada satupun kalimat yang keluar dari bibir suaminya, Naomi yang sudah tersulut emosi dengan cepat mencengkeram kerah seragam Aryo.
"Jawab! Kau apakan uang itu!"
Aryo masih setia membungkam mulutnya, cengkeraman Naomi semakin kuat. "Jawab aku brengsek! JAWAB!" teriaknya tepat di depan wajah sang suami.
Air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya, "Jika selama ini kau hanya menganggapku beban, kau bisa langsung mengatakannya padaku. Kenapa kau sampai tega menjualku?"
"Bahkan aku sendiri tidak tau kau berhutang untuk apa," lanjutnya dengan bibir bergetar.
"Aku memiliki anak! Aku berhutang untuk mencukupi kebutuhan anakku," ucap Aryo dengan datar.
Bagai tersambar petir di siang hari, Naomi membeku di tempatnya. Cengkeraman pada kerah suaminya perlahan melemah. "Anak?" lirihnya.
5 tahun yang lalu, dia membuat kesalahan fatal di masa muda. Layaknya anak muda yang sedang berada di puncak nafsunya, ia berakhir hamil.
Saat itu ia kelas 3 SMA dan sebulan lagi akan menjalani ujian nasional, tapi saat kepala sekolah mengetahui jika ia hamil, dia langsung di keluarkan dari sekolah.
Ibunya marah besar dan menyuruh pria yang menghamilinya bertanggung jawab. Tentu saja pria itu adalah Aryo, pria yang saat itu menjalin kasih dengannya.
Singkat cerita, Naomi menikah dengan Aryo karena 'kecelakaan'. Tapi saat itu takdir berkata lain, saat usia kehamilannya menginjak 5 bulan, Naomi keguguran karena terpeleset di kamar mandi.
Sekarang suaminya mengatakan jika dia berhutang untuk mencukupi kebutuhan anaknya? Anak siapa yang ia maksud?
"Kau berselingkuh? Kau berselingkuh di belakangku hingga memiliki anak!!"
Naomi tertawa sumbang, "Dulu aku terlalu bodoh hingga terbuai rayuanmu, aku harus mengubur cita-citaku dan justru hidup seperti ini. Dan sekarang kau menyelingkuhiku? Menyelingkuhi wanita yang selalu di sampingmu saat kau terpuruk?!"
"Lucunya lagi kau menjualku, yang mana adalah istri sahmu demi membayar hutang yang kau gunakan untuk menghidupi anak dan selingkuhanmu?!"
Emosi Naomi tumpah ruah, dia bahkan sudah kehilangan kata-kata. Otaknya terasa panas dengan semua kejutan tak terduga dari suaminya.
"Kau tidak ingat kata dokter? Kau akan sulit hamil karena keguguran kala itu. Aku membutuhkan keturunan!" ucap Aryo membela dirinya.
Memang laki-laki biadab!
Naomi sungguh tidak menyangka kalimat itu akan meluncur dengan begitu mudahnya dari mulut suaminya.
Tok! Tok!
Tok! Tok!
Pintu kontrakan di ketuk dari luar, "Aryo! Keluar!" teriak orang di luar. Sepertinya itu adalah orang suruhan Tuan Bara yang datang untuk membawa Naomi.
"Cepat bereskan bajumu! Aku akan menemui orang di luar!" perintah Aryo dan langsung melenggang menuju pintu.
Naomi mengelap air mata yang jatuh di pipinya dengan kasar. Dia segera masuk ke dalam kamarnya untuk membereskan bajunya.
Meskipun ia tidak tau siapa Tuan Bara dan untuk apa ia dibeli, setidaknya ia bisa terbebas dari pria brengsek seperti suaminya.
Masalah ia yang dijadikan tebusan hutang, dia akan membicarakannya nanti saat sudah bertemu Tuan Bara.
Beberapa saat kemudian, Naomi keluar dari kamar dengan membawa satu tas besar berisi barang-barangnya.
Saat di ambang pintu, dia bisa melihat Aryo dan 2 orang berpakaian hitam. "Sudah selesai? Ikutlah dengan mereka," ucap Aryo dengan santai.
Mendengar hal itu, Naomi menatap sengit suaminya. Salah satu utusan itu mengambil tasnya, "Mari," ajak pria tersebut.
"Sebentar!" kata Naomi.
Wanita itu mendekati suaminya yang berdiri di dekat tiang kontrakan. Dug!
Tanpa aba-aba Naomi menendang selangkangan suaminya, yang mana membuat pria itu berteriak kesakitan hingga ambruk ke lantai.
"Ku doakan kau terkena penyakit kelamin, dan semoga ini pertemuan terakhir kita. Dasar pria brengsek!!"
Bersambung
Terima kasih bagi yang sudah membaca🤗
Diusahakan update sehari 2 kali ya
Mobil mewah itu berbelok ke arah rumah megah dengan pagar tinggi menjulang. Selama perjalanan Naomi hanya diam, sekarang dia menganga karena baru kali ini melihat rumah sebesar ini.
"Silahkan, Tuan Bara sudah menunggu anda di dalam," ucap pria yang membawanya tadi.
Naomi mengedarkan pandangannya, halaman rumahnya sangat luas, bahkan bisa di buat untuk bermain bola. Di sisi kanan tembok pagar terdapat tumbuhan menjalar, di sudutnya terdapat gazebo yang cukup besar.
Di sisi kiri, terdapat garasi yang mungkin muat untuk 6 mobil sekaligus. Buktinya, meskipun sudah ada 4 mobil di sana, masih banyak ruang tersisa.
Tok! Tok!
Naomi mengetuk pintu dengan gugup, entah siapa dan apa yang akan terjadi padanya di dalam sana, ia meneguk ludahnya dengan kasar.
Tak menunggu lama, seorang pelayan wanita membuka pintu, "Silahkan, saya akan mengantarkan anda kepada Tuan," ucapnya.
Naomi mengangguk kecil, dan mengikuti langkah pelayan itu. Di dalam, Naomi lebih di buat lebih takjub. Di tengah ruangan, terdapat aquarium yang cukup besar, aquarium itu di jadikan sekat antara ruang tamu dan juga tangga.
Sandal lusuhnya menginjak lantai marmer yang mengkilat, dari pandangannya sekarang ia bisa melihat seorang pria yang duduk di ruang tamu.
"Tuan," sapa pelayan yang membawa Naomi.
Pria itu mengangguk, "Kembalilah bekerja," perintahnya.
Pelayan itupun menunduk kecil dan berlalu pergi dari sana, meninggalkan Naomi sendiri bersama Tuan rumah.
"Kau duduklah."
Mendengar perintah itu, Naomi segera duduk di sofa kosong yang ada di depan Tuan Bara. Dia segera menunduk karena rasa takut dan gugup yang menyelimutinya, apalagi aura yang dikeluarkan orang di depannya.
"Jadi kau istri si bodoh itu?" tanya Tuan Bara sembari menelisik penampilan Naomi.
Naomi mengangguk kecil, "Benar Tuan, saya istri...lebih tepatnya mantan istri."
Tuan Bara mendengus kecil, "Apa kau tau berapa hutang mantan suamimu itu, hingga menjualmu?"
Kali ini Naomi menggeleng keras, dia benar-benar baru mengetahui hal itu hari ini. Bahkan hatinya masih terasa sakit karena pria brengsek itu.
"500 juta belum termasuk bunganya."
Seketika Naomi mendongak menatap Tuan Bara, sebesar itu Aryo berhutang? Ia bahkan tidak tau sejak kapan pria itu berselingkuh hingga memiliki anak. Semuanya tampak buntu untuknya.
"Dan kau hanya setengah dari jumlah itu, masih ada setengahnya lagi yang harus ia bayar," jelas Tuan Bara.
Naomi menegak ludahnya kasar, "Jika boleh tau sejak kapan Aryo berhutang kepada anda? Kenapa sampai sebesar itu?"
"Dua tahun yang lalu, hotel tempatnya bekerja adalah salah satu asetku. Saat itu dia datang padaku untuk meminjam uang dengan kau sebagai jaminannya."
Lagi-lagi Naomi terlihat begitu bodoh, dua tahun ia dijadikan sebagai jaminan hutang oleh pria brengsek itu.
"Jika kau tidak tau, mantan suamimu itu suka berjudi. Uang yang ia hutang padaku ia gunakan untuk hal itu."
Naomi mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, "Dia berkata jika uang itu ia gunakan untuk menghidupi selingkuhan dan anaknya," ungkapnya.
Tuan Bara tertawa keras, "Benar, benar. Aku tau jika Aryo berselingkuh darimu dan memiliki anak, memang pria bodoh!"
"Lalu untuk apa Tuan mau membeliku?" tanya Naomi dengan hati-hati. Takdirnya benar-benar buruk hingga dipertemukan dengan pria seperti Aryo.
"Kau akan menjadi pelayan di rumah ini selama 5 tahun tanpa di bayar. Setelahnya kau bebas pergi kemanapun kau mau."
Entah kenapa Naomi bersyukur mendengar hal tersebut, selama perjalanan ia terus berpikir jika Tuan Bara adalah seorang rentenir tua bermata keranjang.
Sekarang setelah melihatnya secara langsung, sirna sudah pemikiran buruknya itu. Tuan Bara adalah pria paruh baya yang masih terlihat sehat dan bugar, tidak terlihat jelalatan dan berwibawa.
"Terima kasih, Tuan. Saya akan bekerja dengan baik," jawab Naomi dengan mantap. Senyum kecil terpatri di wajahnya.
Dia memang tidak bisa memaafkan Aryo yang menjadikannya jaminan hutang, tapi dia juga tidak bisa kabur dari masalah ini, kan? Meskipun dia korban keegoisan pria itu. Sedari dulu dia tidak pernah memiliki jalan hidup yang bagus.
"Satu lagi, selama kau bekerja di sini, kau dilarang keluar rumah. Jika ada sesuatu yang mengharuskanmu keluar, kau harus meminta ijin padaku dan ditemani orangku. Paham?"
Naomi mengangguk mantap, "Paham, tuan."
"Sarah!!"
Tuan Bara memanggil salah satu pelayan yang berkerja padanya. Tanpa menunggu lama, wanita yang terlihat berusia 50an mendekat. "Ada yang bisa saya bantu Tuan?"
Tuan Bara menoleh, "Mulai hari ini dia akan menjadi pelayan di sini. Karena kau pelayan senior, beritahu dan ajari apa yang harus ia lakukan. Aku mengandalkanmu."
"Baik, Tuan! Anda tidak perlu khawatir," jawab Sarah.
"Kau ikutlah dengannya, dia akan memberitahu apa pekerjaanmu dan kamarmu," ucap Tuan Bara kepada Naomi.
Sarah memberikan isyarat kepada Naomi agar mengikutinya, tanpa pikir panjang Naomi segera berdiri. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan," pamit Sarah.
Sarah melangkah menuju belakang di ikuti oleh Naomi. "Aku akan menunjukkan kamarmu terlebih dahulu, baru setelah itu aku akan memberitahu apa saja pekerjaanmu,"
Ruang makan juga tak kalah luasnya dengan ruang tamu, belum lagi dapurnya yang terlihat begitu mewah dengan peralatan canggih.
Sarah masih terus berjalan hingga sampai di sebuah ruangan yang tak begitu jauh dari dapur. Wanita paruh baya itu mengeluarkan kunci dan membuka pintu.
"Mulai hari ini kau akan tidur di sini. Sebenarnya para pelayan tidur di paviliun belakang, tetapi semua kamar sudah penuh, dan hanya ini yang tersisa," jelasnya.
Tidak terlalu luas tetapi sangat bersih dan lengkap, "Terima kasih---?"
"Bibi, panggil aku Bibi," sela Sarah melihat Naomi yang kebingungan.
Naomi mengembangkan senyumya "Terima kasih Bibi Sarah."
"Di sini ada 5 pelayan termasuk diriku, semuanya sudah mendapatkan tugas masing-masing. Tugasmu adalah membersikan kolam, membersihkan kamar di lantai atas, dan garasi."
Terdengar mudah, tetapi ingatlah jika rumah ini bergitu besar, sudah pasti kolam renangnya luas, kamar bukan hanya ada satu dua, dan garasi? Naomi sudah melihatnya sendiri seluas apa.
Bersambung
Terima kasih karena sudah membaca cerita ini🤗
Akan diusahakan update sehari 2 kali
Seorang pria yang baru saja pulang, menyuruh wanita yang di bawanya masuk ke kamarnya terlebih dulu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
"Siapa kau?" Pertanyaan itu ditujukan kepada Naomi yang sedang mondar-mandir di ruang tamu.
Naomi tersentak kaget dan menoleh ke arah sumber suara, dari tempatnya ia bisa melihat seorang pria dengan tubuh tinggi tegap dan juga paras tampan. Ada beberapa bagian wajahnya yang terlihat mirip Tuan Bara.
"Aku tanya siapa kau? Kenapa kau bisa di rumahku?" tanya pria itu lagi.
Rumahku? Ah, dia pasti anak Tuan Bara, batin Naomi.
"Saya pelayan baru di sini Tuan."
Pria yang di ketahui anak Tuan Bara itu menelisik penampilan Naomi dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Siapa yang membawamu kemari?"
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, membuat Naomi gugup dan gelagapan. Haruskah ia menjawab "Saya adalah istri yang dijual oleh suamiku sendiri untuk membayar hutang."
"Saya---"
"Kau baru pulang?"
Dua orang yang berada di ruang tamu menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Itu adalah Tuan Bara yang berdiri di tengah tangga.
Anak Tuan Bara mengangguk pelan. "Benarkah ia pelayan baru di sini? Atau jangan-jangan dia jalangmu yang baru."
Tuan Bara tertawa kecil dan melanjutkan langkahnya menuruni tangga, berdiri tepat di depan putranya. "Dia pelayan di rumah ini. Kau tau Aryo? Dia yang dijaminkan saat itu," ungkapnya sembari menunjuk Naomi.
Pria muda dengan tinggi 185 itu kembali menoleh ke arah Naomi. Tidak ia sangka Aryo benar-benar menjual istrinya sendiri kepada ayahnya.
"Papa akan menjadikannya pelayan di sini selama 5 tahun," lanjut Tuan Bara.
"Bukankah lebih baik jika kita jual saja dia untuk menjadi PSK?"
Saat mengatakan itu, tatapannya sama sekali tidak terlepas dari Naomi. Sedangkan Naomi sendiri sudah menegang di tempat, mendengar kemungkinan dia akan dijadikan pemuas nafsu pria-pria bejat.
Tuan Bara berdecak, "Tidak perlu, lagipula Papa masih membutuhkan pelayan di sini. Dia juga tidak akan digaji," jelasnya.
Anak Tuan Bara masih menatap Naomi, yang mana membuat wanita berusia 22 tahun itu segera menunduk takut.
"Sudahlah, biarkan dia bekerja sini. Kau urus saja jalangmu yang baru saja kau bawa itu. Tadi dia menggoda Papa di atas," kata Tuan Bara.
Anak Tuan Bara berdecak sebal dan segera melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga. Sudah tidak sabar untuk menghukum wanita yang sudah berani menggoda sang ayah.
"Dia putraku, namanya Gama. Abaikan saja jika dia menganggumu," ujar Tuan Bara. Setelah mengatakan itu, pria paruh baya tersebut kembali naik ke lantai atas.
...****************...
Seperti yang sudah diajarkan Bibi Sarah beberapa saat yang lalu, kini Naomi memulai pekerjaannya dengan membersihkan kamar-kamar yang ada di lantai dua. Ada 4 kamar yang terdiri dari 2 kamar tidur, dan 2 ruang kerja milik Tuan Bara dan anaknya.
Oh ya, dia sudah mendapatkan seragam yang sama dengan pelayan yang ada di sini.
Naomi membuka salah satu pintu berwarna putih, dia tidak tau kamar siapa yang kini ia masuki. Bibi Sarah sepertinya lupa memberitahunya.
"Permisi," monolognya sebelum masuk ke dalam kamar tersebut.
Satu tangan membawa alat pel dan ada kain yan ia sampirkan di bahunya, tak lupa cairan pembersih kaca yang ia masukkan di dalam saku celemek yang ia gunakan.
"Dengarkan aku, aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya! Sayang, percaya padaku! Aku tidak mungkin mendua---"
"Omong kosong!"
"Kau pikir aku bodoh?! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kau berciuman dengannya di club malam."
"Sekali jalang tetaplah jalang, bahkan kau menggoda ayahku sendiri!"
"Say--"
Brak!!
Suara benda jatuh yang berasal dari ambang pintu menhentikan perdebatan mereka. Pelakunya adalah Naomi, ia menjatuhkan alat pel karena terkejut dengan apa yang ia lihat di tengah kamar.
Kamar yang ia masuki ternyata milik Tuan muda rumah ini, di sana ada satu wanita yang sepertinya adalah kekasih Tuannya itu.
Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut, wanita itu hanya mengenakan celana dalam serta bra. Sedangkan Gama hanya mengenakan celana dalam ketat dengan tubuh bagian atas yang terbuka.
"Siapa kau? Beraninya kau masuk ke sini!?"
Pertanyaan yang di layangkan oleh kekasih Gama itu membuat Naomi menciut, nada suaranya terdengar marah. Di tambah ekspresi datar dari pemilik kamar.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Gama dan segera mengambil celana tidurnya dan memakainya.
Naomi menunduk, "Maaf Tuan. Saya bertugas untuk membersihkan kamar di lantai atas, saya kira kamar ini sudah kosong."
"Ah, kau pelayan baru di sini? Aku baru pertama kali melihatmu," cibir wanita di samping Gama.
"Benar, Nona," balas Naomi.
"Bersihkan kamar lain dulu, kau bisa membersihkan kamarku paling akhir," perintah Gama.
Naomi mengangguk mengerti, "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi. Maaf sudah menganggu waktu Tuan dan Nona," ucapnya penuh penyesalan.
Sekarang sudah pukul 9 pagi, sejak pagi Naomi disibukkan dengan Bibi Sarah yang mengajarinya. Jadi dia tidak tau jika Tuan mudanya ada di rumah, karena pagi tadi dia sudah melihat Tuan Bara berangkat ke kantor.
Fyuh!
Naomi menghembuskan napas kasar setelah berhasil keluar dari susana menegangkan, belum ada satu hari ia sudah membuat kesalahan.
Tidak ingin membuang-buang waktu, ia segera masuk ke dalam kamar yang ia yakini milik Tuan Bara.
Di dalam kamar, Gama menyunggingkan senyum miring. "Kenapa kau menatapnya seperti itu?!" tanya Clara, wanita yang di panggil Gama dengan sebutan jalang.
"Bukan urusanmu!"
"Mulai hari ini kau bukan partner sex ku. Jangan pernah menampakkan wajahmu di depanku lagi." ucap Gama dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Clara mengepalkan kedua tangannya, "Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?" gumamnya.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🤗
Akan diusahakan update 2 kali sehari
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!