Dua puluh tahun kemudian.
Dorrr ....
Suara tembakan itu berbunyi hingga mengeluarkan 3 kali bunyi yang begitu keras sekali. Suara keras tersebut kira-kira berasal dari lantai ke dua, dan tempatnya berada di Hotel Elit Green House.
Hotel Elite Green House, merupakan salah satu hotel elit bintang lima di wilayah Republik, bagi orang-orang yang memiliki pangkat tinggi sajalah yang diperbolehkan masuk dan menginap di dalam sana.
Waktu itu, tepatnya di malam hari, Bos besar pemilik Perusahaan minyak bumi sedang merayakan pesta dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke 57 tahun, dan sekaligus merayakan keberhasilannya mengerjakan bisnisnya yang sudah bergerak selama 15 tahun.
Beliau memiliki banyak julukan, namun beliau hanya ingin dipanggil sesuai dengan nama yang telah almarhum ayahnya berikan kepadanya.
Julian Marga satya, itu merupakan nama Bos besar pemegang saham minyak bumi terbesar di wilayah Republik. Bukan hanya kaya, beliau merupakan Bos besar yang sangat cerdas, baik, ramah, dan suka membatu orang-orang yang membutuhkan.
Makanya tak heran, mengapa sampai saat ini, dan sampai detik ini beliau sering di incar oleh para pembunuh bayaran.
Pembunuh-pembunuh itu sebenarnya adalah pekerja suruhan yang bersifat sementara saja.
Kejadian di malam hari itu sungguh di luar dugaan, sehingga para tamu undangan dibuat takut berketerusan. Mereka semua takut dan lalu berhamburan pergi meninggalkan area ruang pesta.
Orang-orang yang berada di dalam ruang utama, khusnya bagi para tamu undangan wanita, mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak meminta pertolongan serta perlindungan kepada anak buah Bos besar.
Sementara itu di dalam ruangan hotel, tepatnya di lantai utama, ternyata di dalam sana masih ada beberapa orang, dan orang-orang tersebut adalah anak buah milik tuan Julian.
"Perhatian untuk semua! cari sumber suara itu ada di mana, dan lindungi tuan Julian dari bahaya, ini semua pasti ada hubungannya dengan beliau. Tetap waspada! jangan lengah sedikit pun! pantau semua titik yang paling strategis di hotel ini, dan lindungi semua tamu undangan tuan Julian," ucap salah satu orang kepercayaan yang di utus langsung oleh tuan Julian, sekaligus orang yang dipilih langsung oleh tuan Julian untuk menjadi tangan kanannya.
Tak lama kemudian, salah satu rekan sepekerjaannya datang menghampiri dirinya dengan raut wajah yang penuh kepanikannya itu.
Dia memberikan sebuah kabar bahwa tuan Julian hilang entah ke mana, padahal 5 menit yang lalu beliau ada dan berdiri tepat di depannya.
"Tuan Julian hilang!", ucap rekan kerjanya sambil menelan ludah.
Plakkk ....
Dengan seketika orang kepercayaan tuan Julian menampar wajah rekan kerjanya di saat itu juga. Dia sudah mengingatkan mereka untuk tetap siaga, namun mereka semua malah lengah.
"Jangan main-main kamu! bila sesuatu hal terjadi kepadanya bagaimana?", tegasnya sambil memegang erat kedua kerah baju kemeja putih rekannya itu.
"Dari awal saya sudah bilang kepada kalian semua, bahwa kita harus tetap waspada, tapi kenapa kalian malah mengabaikan perintah itu! saya engga mau tahu, cepat cari tuan Julian sampai ketemu!", perintahnya sambil melepaskan kerah baju rekannya.
Ucapan yang penuh kebencian telah dia gumamkan. Tak lama kemudian suara tembakan itu kembali berbunyi, namun sekarang suara tersebut bergema dan terdengar di lantai paling atas, tepatnya di lantai 100.
Tapp, tapp, tapp ....
Orang-orang kepercayaan tuan Julian mulai berlari ke titik di mana suara itu bergema.
....
"Haha ... , menyerah lah Bos! lebih baik sekarang anda serahkan saja semua aset berharga milik anda itu kepada kita, dan semuanya akan baik-baik saja," ancam pembunuh bayaran itu sambil menodongkan pistol ke arah kepala tuan Julian.
"Tembak saja, itu pun kalau anda berani," ucap tuan Julian seraya menatap pembunuh bayaran itu sambil tersenyum tipis.
"Ayolah ... , saya tidak mau berbasa-basi lagi Bos, lagi pula pembantu-pembantu anda itu tidak akan menjemput anda di sini, melainkan menjemput anda di pemakaman, haha," ejek sang pembunuh bayaran dengan tawa lepasnya itu.
Tuan Julian menanggapi ucapan tersebut dengan senyuman tipisnya itu. Ia sangat yakin, bahwa orang kepercayaannya akan datang menghampirinya di saat itu juga. Para pembunuh bayaran mulai muak melihat senyuman tuan Julian itu.
Ia terlihat seperti meremehkan niat mereka, padahal pistol sudah mereka todongkan, dan pemimpin dari si pembunuh bayaran itu sudah mulai menghitung waktu mundur.
"Ada pesan terakhir Bos?", tanya pembunuh bayaran seraya memberikan tatapan keseriusannya itu kepada tuan julian.
"Neraka menunggu mu," ucap tuan Julian singkat.
Clikkk ....
Suara saklar lampu tiba-tiba berbunyi.
Pada saat itu, lampu ruangan yang dijadikan sebagai tempat penyandraan pun mati. Sontak pembunuh bayaran itu terkejut, lalu dia melihat ke atas lampu yang entah kenapa bisa mati disaat seperti ini.
Tak hanya itu, orang-orang kepercayaan yang sedang menjemput tuan Julian pun panik, mereka mulai menambah kecepatan langkahnya tanpa ragu lagi.
"Ada apa ini? apakah para pembantu itu sengaja mematikan semua arus listrik di hotel ini? dasar bodoh! mereka engga tahu apa bahwa mereka membutuhkan penerangan yang jelas bilamana mereka mau menjemput mayat Bos besarnya ini."
Mereka kembali tertawa, namun tawa itu tiba-tiba terdengan semakin melemah. Dan ternyata di balik kegelapan itu ada seorang pria muda yang tentunya dia sudah ada di dalam sana sejak awal, bahkan dia mendahului para pembunuh bayaran itu.
Clikkk ....
Saklar lampu berbunyi kembali.
Satu-persatu semua lampu di dalam ruangan mulai menyala, namun tak lama kemudian lampu itu mati kembali.
Di mana disetiap lampu yang dimatikan itu, akan ada salah satu pembunuh bayaran yang mati juga.
Pada saat lampu di dalam ruangan tersebut benar-benar menyala kembali, sontak pimpinan dari pembunuh bayaran itu dibuat terkejut ketika dia melihat semua rekannya telah mati tanpa suara jeritan rasa sakitnya.
"Anda adalah pembunuh bayaran tingkat atas, nama anda sudah tersebar keseluruh dunia, namun anda terlalu naif! mengapa anda bisa mengabaikan orang seperti saya," ucap seseorang yang sedang berdiri di belakang tubunya.
Pada saat itu, pembunuh bayaran tersebut menarik pelatuk pistolnya, namun tembakan tersebut tidak membuahkan hasil dikarenakan seseorang itu menghilang dalam kedipan mata.
Duar ....
Tembakan tersebut kembali berbunyi, dan hasilnya masih sama, tidak membuahkan hasil.
Seseorang itu berseru, "Revolver 200! itu hanya senjata biasa! mengapa anda menggunakan senjata ini? padahal anda pembunuh bayaran yang sangat terkenal itu? memalukan!".
Seseorang itu mulai menunjukan jati dirinya, ia berdiri tepat di hadapan sang pembunuh. Tanpa ragu, pembunuh tersebut langsung menekan pelatuk senjatanya.
"Ini hanya peluru biasa, anda belum bisa membunuh saya bila mengandalkan senjata mainan itu," ucap seseorang itu sambil menatap model peluru Revolver tersebut yang sekarang tengah ia pegang.
Sosok itu adalah Aksara. Dia merupakan tentara yang termasuk ke dalam golongan pasukan elite, sekaligus seorang Detective yang bisa dibilang tingkat kekejamannya melebihi para pembunuh bayaran yang sekarang ada di hadapannya.
Umurnya bisa dibilang masih sangat muda, kurang lebih sekarang dia berumur 25 tahun. Azka merupakan anak dari anggota keluarga bangsawan bermarga mata biru, yang di mana seluruh anggota keluarganya memiliki mata biru, namun dia berbeda dari yang lainnya.
Askara bukan pewaris mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia mewarisi sebelah mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama meninggal.
Sang kakek memiliki dua warna mata yang berbeda, di sebelah kanan mata kakek buyutnya berwarna ungu, sementara di sebelah kiri matanya berwarna biru.
Askara hanya memiliki satu mata ungu saja di sebelah kirinya, sementara mata kanannya sama dengan mata elang, namun mata itu terlihat lebih indah, tajam, dan bersinar-sinar.
Tentunya kedua mata milik Aksara itu berbeda dari anggota keluarga yang lainnya, dan kedua mata tersebut memiliki kekuatan yang istimewa.
Ia merupakan sosok yang sangat misterius dan ia begitu dingin, bahkan tingkat kedinginannya itu membuat seorang Askara terlihat menyeramkan.
"Mengapa anda terdiam? apakah anda terkejut melihat keterampilan saya. Ya, itu adalah salah satu kelebihan yang tertanam dalam diri saya."
"Apakah anda mau melihat kelebihan saya yang lain?" tanya Askara sambil mematikan lampu ruangan kembali.
Ruangan pun kembali gelap, dan di sana si pembunuh terkejut , mengapa Aksara sudah berada di hadapannya, padahal di dalam sana tak ada satu pun penerangan yang dapat menerangi arah pandangannya.
"Ya, dan ini adalah kelebihan saya yang kedua, yakni menjadi pembunuh berdarah dingin meski sekali pun gelap menutupi arah pandang mata elang ini," sinar mata elang itu membutakan mata sang pembunuh, dan kemudian.
Syattt ....
Suara sayatan itu terdengar jelas ditelinga tuan Julian, namun sayangnya beliau tak diizinkan melihat kekejaman yang dimiliki oleh Askara sekarang ini.
Lampu ruangan tempat disanderanya tuan Julian telah dinyalakan kembali oleh Aksara. Aksara menghampiri tuan Julian dengan perlahan. Aksara memandangi wajah tuan Julian dengan begitu tajamnya, seolah itu membuat tuan Julian merasa sangat terancam.
"Anda siapa?", tanya tuan Julian penasaran sembari menatap kedua mata Aksara dengan detail.
"Tuan, anda adalah orang baik, pantang bagi saya menyakiti orang baik seperti anda," ucap Aksara singkat.
Aksara mulai mendekat, dan tak lama kemudian ia memetikan jarinya hingga tuan Julian tak sadarkan diri.
Tikkk ....
Sebuah trik hipnotis yang cukup sederhana, hanya dengan memetikan jarinya itu, Aksara dapat menghilangkan kesadaran serta menghilangkan ingatan tuan Julian di malam itu.
Aksara melakukan itu karena dia tidak mau bila tuan Julian mengingat wajah dari sosok yang telah membantunya, hingga pada akhirnya identitas Aksara terungkap.
Walaupun, malam itu Aksara menggunakan penutup wajah, matanya yang bersinar itu tak dapat membohongi ingatan semua orang.
Tak lama setelah itu, dalam kedipan mana Aksara menghilang bagaikan angin yang berhembus tanpa terlihat wujudnya.
Sementara itu, di luar ruangan, anak buah tuan Julian menyadari bahwa ada satu pintu ruangan yang nampaknya memang sengaja dibiarkan terbuka.
Ya, ternyata memang benar, tuan Julian memang disandra di dalam ruangan tersebut. Kondisi tuan Julian pada saat itu sungguh mengkhawatirkan, tubuhnya tergeletak di bawah lantai hotel, namun mereka tak melihat bekas luka apa pun di anggota tubuh tuan Julian.
Yang lebih membingungkannya lagi, kenapa bisa para pembunuh bayaran itu mati semua. Bekas luka ditubuh pembunuh bayaran pun terlihat seperti di samarkan oleh pelaku.
"Ada apa ini! siapa yang melakukan semua ini? cepat! telusuri semua ruangan ini, jangan sampai ada yang terlewatkan, orang itu pasti masih ada di sekitaran tempat ini," tegasnya, memerintahkan semua rekannya untuk menelusuri tempat itu.
"Tuan, tuan Julian ... apakah anda bisa mendengar ucapan saya? sadarlah tuan! saya berjanji akan menemukan pelaku dari semua kekacauan yang telah terjadi malam ini."
"Pertanyaannya, siapa yang telah membunuh orang-orang ini? sepertinya mereka telah dihabisi oleh seseorang yang mungkin membenci organisasi mereka, dan yang lebih membingungkannya lagi, luka-luka itu terlihat samar-samar, seperti direkayasa," ucap salah satu rekannya terlihat takjub dengan sosok misterius yang telah menghabisi 20 nyawa di dalam ruangan tersebut.
"Entahlah, tapi selama saya bekerja dengan Tuan Julian, beliau sama sekali tidak pernah menceritakan hal lain kepada saya, apalagi menceritakan kaki tangan simpanannya, siapa saja yang melakukan ini, orang itu bukanlah orang biasa! kita harus selalu waspada."
"Saya rasa orang yang telah membatu tuan Julian bukanlah kaki tangan simpanan miliknya, melainkan dia merupakan salah satu orang luar yang sangat sangat berpengaruh bagi kejahatan di wilayah kita ini, bisa jadi sampai ke wilayah lain."
"Suruh semua pengawal tuan Julian untuk menelusuri area ini, saya akan membawa tuan Julian ke rumah sakit," ucap sang ajudan sambil menggendong tubuh tuan Julian yang nampak lemas itu.
Seluruh pengawal yang berada di dalam ruangan itu benar-benar dibuat bingung, mereka berpikir orang yang telah menyelamatkan tuan Julian memang bukan orang sembarangan, dan mereka juga menganggap orang itu merupakan pasukan elite milik negara Republik yang diberi julukan sebagai, Sang Pembasmi Kejahatan.
Tak lama setelah itu, tuan Julian pun akhirnya sadar, sang ajudan pun menyuruh tuan Julian untuk tetap diam sampai mana ia membawanya pergi ke rumah sakit terdekat.
"Saya ada di mana?", tanya tuan Julian bingung.
"Apakah anda tidak mengingatnya tuan? bagaimana bisa anda menjadi pikun secepat ini," tanya sang ajudan nampak bingung juga.
"Entahlah, apakah di umur saya yang ke lima puluh tujuh tahun ini sudah bisa dibilang terlalu tua untuk seorang ayah yang belum memiliki cucu?".
....
Sang ajudan pun tertawa tipis ketika mendengar tuan Julian berkata seperti itu. Namun, kebingungan itu masih melanda dipikirannya, semakin ia mengingatnya, rasa penasaran itu malah semakin membara dihatinya.
"Bagaimana keadaan rekan kamu?", tanya tuan Julian lembut.
"Anda tidak perlu khawatir tuan mereka semua baik-baik saja."
"Tuan, mohon maaf bila saya lancang, bukan kah seni bela diri anda berada ditingkatan paling atas? tapi, mengapa anda bisa dikalahkan oleh mereka, apakah umur anda yang menghalangi ruang gerak anda," ejek sang ajudan dengan tawa tipisnya.
"Sejarahnya sudah lama terukir, semua itu hanya tinggal kenangan saja, dan sekarang giliran kamu yang meneruskannya, sementara saya tinggal duduk santai di kursi dan bermain dengan cucu saya di rumah."
Tuan Julian terus membayangkan hal itu, bermain dengan cucunya merupakan cita-cita di hari tuanya nanti, namun sampai saat ini beliau belum memiliki hal itu, dikarenakan putri semata wayangnya masih menikmati kesendiriannya dalam dunia kariernya.
"Apakah saya terlalu berat untuk kamu? saya bisa berjalan kaki sendiri, lagipula tempat terbaik untuk saat ini bukanlah rumah sakit, melainkan rumah sendiri yang di dalamnya adalah keluarga saya," ucap tuan Julian.
Dengan sigapnya sang ajudan menuruti kemauan tuannya, ia menurunkan tubuh tuan Julian dari punggungnya, lalu setelah itu tuan Julian pun menunjukan beberapa kekuatan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari energi jahat, sekaligus menunjukan kekuatan untuk menetralkan kembali energi positifnya.
Sang ajudan terkejut ketika melihat kekuatan besar yang dimiliki oleh tuan Julian itu. Namun, ia masih terlihat bingung kepada tuannya, mengapa beliau bisa dikelabui oleh orang yang sempat menolongnya itu, hingga mana orang misterius itu dapat melumpuhkan ingatan tuan Julian dengan begitu mudahnya.
"Ini aneh! mengapa di dalam tubuh tuan Julian tidak terlihat energi atau kekuatan jahat yang dapat membahayakan nyawanya. Lantas orang mana lagi yang mampu melakukan teknik ini selain orang-orang dari keluarga mata biru," ucap sang ajudan dalam hati sembari menatap tajam energi baik yang menyelimuti tubuh tuan Julian.
Tuan Julian melihat bahwa ajudannya itu sedang memperhatikannya di sana, namun ajudan tersebut tidak sadar bahwa tuan Julian dengan sengaja menyerangnya menggunakan kekuatannya secara diam-diam.
Sontak sang ajudan pun terkejut melihat tuannya menyerang dirinya secara diam-diam. Ia tak sempat menghindar, dan kekuatan tuan Julian telah menjatuhkan tubuh sang ajudan ke bawah lantai hotel.
"Mengapa anda menyerang saya tuan?", tanya sang ajudan bingung dengan suara napas yang tersengal-sengal.
"Same, kamu merupakan orang-orang terpilih yang secara langsung saya angkat dan saya didik seperti anak kandung saya sendiri, bila kamu memikirkan hal lain yang dapat mengganggu isi pikiran kamu, maka kamu sama saja melukai tuanmu sendiri," ucap tuan Julian membuat Samuel sadar.
Samuel Smith Aligator, dia merupakan anak satu-satunya dari rekan kerja tuan Julian yang bernama, Jack Smith Aligator, sang pengawal pribadi tuan Julian sekaligus di juluki sebagai, aligator darat yang paling berbahaya.
Sejak kecil Samuel didik dan dibesarkan oleh tuan Julian, hingga mana sekarang dia tumbuh menjadi pria yang tangguh dan juga kuat. Sementara itu, sekarang Samuel berumur 30 tahun.
"Kamu harus ingat Same, saya tidak ingin mengukir kembali kisah kelam yang sudah lama terjadi di dalam kehidupan saya ini, apalagi sampai kehilangan orang-orang yang paling berhaga dan paling berjasa di kehidupan saya, contohnya ayah kamu," ucap tuan Julian seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Samuel berdiri.
"Mengapa ayah saya bisa meninggal hanya karena satu tembakan peluru?", tanya Samuel penasaran, raut wajahnya terlihat seperti sedang menuntut balas kepada orang-orang yang telah berani membunuh ayahnya.
Tuan Julian menghembuskan napas beratnya dan berkata, "Huuuh ... , pistol itu sangat mematikan Same, bahkan sekarang senjata itu sudah tidak ada lagi, ditambah Jack terkena peluru kutukan tingkat tinggi, orang itu menyelimuti senjatanya dan juga pelurunya dengan energi jahat, yang bisa dibilang sebagai energi roh kematian".
"Saya akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih kuat lagi, dan setelahnya hutang nyawa itu semuanya lunas," ucap Samuel seraya mengepalkan kedua tangannya hingga urat tangannya pun menonjol.
Energi jahat itu dengan seketika membara tanpa perintah, energi tersebut juga keluar dari kedua tangan Samuel dan memancarkan cahaya berwarna merah yang agak sedikit gelap.
Dendamnya itu membuat Samuel sulit menahan energi jahatnya, sehingga sebagian dari energi baiknya dapat dikuasai oleh dendam pribadinya.
Tuan Julian terdiam, ia sepertinya melihat bahwa ada jati diri milik sahabatnya itu yang tumbuh di dalam tubuh anaknya. Samuel adalah orang yang pantas mewariskan semua kekuatan milik ayahnya itu, dari kerasnya dia, dari kuatnya dia, dari sifatnya dia, rasa pedulinya dia dan bahkan bila diperhatikan raut wajah Samuel mirip sekali dengan raut wajah yang dimiliki oleh ayahnya.
"Same, ada satu hal yang harus kamu ingat, amarah adalah puncak tertingginya kegagalan bagi orang-orang yang ingin belajar menjadi lebih kuat lagi. Sebelumnya kamu harus belajar menguasai amarah kamu terlebih dahulu, sesudah kamu menguasai hal itu, maka segala usaha dan upayamu untuk menjadi kuat akan semakin mudah terwujud."
"Tapi kamu harus sadar Same, ketika kamu menjadi kuat, akan ada banyak kelemahan yang muncul dalam diri kamu, dan akan ada banyak musuh yang mampu memahami kelemahan kamu. Tapi, ada satu kehebatan yang di mana orang-orang yang kamu maksud kuat itu tidak akan pernah mampu dan sanggup untuk mengalahkannya, tidak lain yaitu kekuatan orang-orang sabar."
Samuel tercengang mendengar hal itu. Lalu ia pun menurunkan jati dirinya, dan sedikit demi-sedikit energi jahatnya mulai menghilang.
Emosi Samuel sekarang terlihat lebih stabil, walaupun energi jahat itu masih menyelimuti jati diri Samuel, tuan Julian berpikir keadaan Samuel kali ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
Pada saat itu, Samuel merasakan bahwa ada energi baik yang masuk ke dalam tubuhnya. Ia mengamati energi baik tersebut datangnya dari mana dan dari siapa.
Dengan seketika, Samuel pun menoleh ke arah tuan Julian, dan ternyata memang benar, energi tersebut merupakan energi baik yang diberikan langsung oleh tuan Julian kepada Samuel.
"Apakah saya harus membayar semua ini tuan? berapa banyak nominal yang harus saya keluarkan untuk membayar kebaikan anda, bahkan bila perlu saya akan membayarnya dengan nyawa saya sendiri," tanya Samuel degan tatapan herannya.
"Kamu adalah salah satu orang yang paling saya banggakan Same, dam kamu juga merupakan anak dari sahabat baik saya dulu. Saya berharap anda tidak akan pernah membenci saya, mau itu sekarang, dan maupun itu di masa yang akan datang."
Tuan Julian tersenyum, bila ia melihat hal ini ia merasakan seolah-olah dirinya sekarang sedang bertemu dan berdiri bersama dengan sahabatnya itu.
"Tuan, bila saya membenci anda, maka sekarang saya tidak akan pernah hidup dan tumbuh besar seperti ini. Lagipula ayah saya pun pasti akan membenci saya di sana."
"Asalkan anda tahu tuan, dulu ayah saya pernah muncul di mimpi saya, dan dia pernah berbicara sambil tersenyum di dalam mimpi saya itu, beliau berkata bahwa saya tidak boleh membenci anda sedikit pun, dan setelah itu beliau pun berbicara seraya memerintahkan anaknya ini untuk tetap menjaga si tua bangka Julian," ucap Samuel sambil tersenyum tipis menahan rasa ingin tertawanya.
"Bila ayahmu masih ada, mungkin kita bertiga akan seakrab ini, dan mungkin yang akan menjadi tua bangka lebih dulu itu ayahmu Same," ucap Tuan Julian sambil tersenyum bersama dengan Samuel.
Malam itu terlihat ada sedikit canda tawa, Tuan Julian merasa senang bisa menatap raut wajah sahabatnya meskipun itu harus diwakilkan oleh anaknya.
Di balik canda tawanya itu ternyata, tanpa mereka sadari masih ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dalam diam. Mungkin mereka semua tidak menyadarinya bahwa orang itu adalah Aksara.
Aksara bersembunyi di balik bayangan hitam yang membuat keberadaannya tak dapat dirasakan oleh orang-orang hebat itu.
Aksara terdiam tanpa reaksi apa pun, dia tetap bersikap dingin, meskipun orang yang dia tolong itu baik-baik saja.
Di perjalanan menuju lantai 10, di mana ia melihat ada beberapa bangunan yang hancur, di sana ia melihat beberapa anak buahnya terbaring lemas.
Sekiranya ada 10 anak buah tuan Julian yang terluka karena terkena racun mematikan. Para pembunuh bayaran itu cukup cerdik, dia memberikan racun Venom tingkat menengah disenjatanya.
Racun itu memang sangat menyakitkan, racun tersebut memang tidak digunakan untuk membunuh seseorang, melainkan mereka gunakan untuk menyiksa seseorang dengan rasa sakit yang luar biasa, bila racun itu tidak segera dihilangkan, maka resikonya adalah lumpuh total.
Tuan Julian mengepalkan tangannya dengan tatapan penuh amarah. Tuan Julian tidak akan pernah menyerah untuk mencari siapa pelaku di balik semua ini.
Pesta yang dia buat malam ini, dengan seketika hancur begitu saja, padahal tuan Julian hanya ingin bersenang-senang di hari bahagianya itu bersama dengan anggota keluarganya dan juga para sahabatnya yang lain, namun hal tak terduga ini terjadi begitu saja tanpa mereka sadari sebelumnya.
"Saya akan membalas dengan harga yang setimpal atas semua yang telah mereka lakukan terhadap anda tuan!", seru Same dengan begitu marahnya.
"Ya, kali ini kita akan berkerja sama menemukan siapa pimpinan dari organisasi pembunuh bayaran itu," ucap tuan Julian terlihat kesal.
"Saya selalu ada di samping anda tuan, dan saya tidak akan pernah meninggalkan anda meskipun tubuh ini, raga ini, serta jiwa ini hancur berkeping-keping," ucap Samuel dengan tegasnya mengingatkan tuan Julian untuk tidak bergerak sendiri.
Samuel berteriak kencang di dalam ruangan, dia mencoba membangkitkan semangat rekannya yang telah lama menghilang itu. Dengan seketika, di dalam ruangan hotel terdengar gemuruh suara hati yang telah membakar semangat mereka.
"Kita jangan pernah melupakan kejadian ini begitu saja tanpa adanya dendam yang dibalaskan, mau bagaimanapun, kita harus menemukan tempat persembunyian mereka, bahkan sekalipun itu tempatnya ada di ujung dunia," tegas Samuel membara, energi jahatnya kini hadir kembali menyelimuti dendam pribadinya.
Energi di dalam hotel sudah tak beraturan lagi, hal itu menyebabkan seisi ruangan penuh dengan energi jahat dan membuat seisi ruangan menjadi terlihat begitu menyeramkan.
"Apakah ini adalah jati diri sesungguhnya milik para pengawal pribadinya tuan Julian? sungguh sangat menyeramkan, mereka semua adalah orang-orang yang sangat berbahaya, level kekuatannya begitu tinggi," ucap salah satu tamu tuan Julian yang masih berada di dalam ruangan hotel.
....
Pada saat itu, dokter yang sedang mengobati semua luka racun di dalam tubuh anak buah tuan Julian pun sangat ketakutan, mukanya terlihat pucat, dan semua tubuhnya pun mulai bergetar, konsentrasi sang dokter kala itu ikut menghilang.
"Ada apa dokter? apakah ada masalah?", tanya salah satu pengawal tuan Julian sambil memperhatikan kinerja sang dokter.
Sang dokter terdiam, tubuh dia terlihat kaku, bahkan energi medisnya pun menghilang, lalu salah satu anak buah tuan Julian menghampiri sang dokter. Pada saat itu dia terkejut ketika melihat keadaan temannya malah semakin memburuk.
"Ahhh ... , dokter ... , apa yang telah kamu lakukan kepada semua rekan-rekan saya?", teriak anak buah tuan Julian begitu terkejut.
"Tolonggg ... ," ucap rekannya yang sedang terluka sembari memasang wajah yang mengkhawatirkan.
"Dokter ... , cepat lakukan sesuatu! woyyy, jangan mati kamu! sadar-sadar," ucap rekannya lagi sedang berusaha menyadarkan temannya dengan cara menamparnya berulang kali.
Melihat hal itu, Same pun menjadi malu-malu sendiri, ia merasa tidak begitu yakin dengan rencana pembalasan dendam ini.
"Aduhhh ... , mengapa tuan Julian membiarkan orang-orang seperti mereka menjadi pengawal pribadinya, hancur sudah harga diri tuan Julian," ucap Same dalam hati sembari menggelengkan kepalanya karena malu.
Suasana kembali berubah, energi jahat perlahan-lahan mulai menghilang. Kali ini kepanikan menggantikan semua energi jahat menjadi tak beraturan.
"Hei, hei, hei, sudah hentikan! biar saya yang melakukannya. Dokter! hari ini kerjamu tidak becus! pergi dari hadapan saya!", seru Samuel dengan kerutan diwajahnya yang terlihat masih sangat kesal melihat hasil kerja dari dokter pribadi milik tuan Julian itu.
Pada saat tuan Julian melihat Samuel, dipikir-pikir raut wajah seram samuel terlihat sangat lucu bilamana di lihat pada saat dirinya sedang kesal seperti itu.
"Hahaha, muka itu mengingatkan saya kepada seseorang yang selalu membuat jantung saya seperti mau copot," ucap tuan Julian dalam hati sambil tertawa tipis, seraya mengingat raut wajah sang istri dan anaknya ketika mereka sedang kesal.
Lalu, sang dokter pun akhirnya menghampiri tuan Julian yang sedang berdiri menatapi para anak buahnya sendirian di belakang sana. Dengan perasaan gagalnya sang dokter meminta tuan Julian untuk mencari dokter pribadi yang lain yang lebih hebat dari dirinya.
"Maafkan saya tuan, saya telah gagal menjalankan tugas saya sebagai dokter," ucap sang doker merasa sangat bersalah.
"Tidak apa-apa, jangan terlalu disesali karena semua orang pernah gagal. Ini baru pertama kali di hidup anda kan Dok? tidak usah dipikirkan, anda masih bekerja dengan saya," ucap tuan Julian rendah hati, sambil sesekali menenangkan sang dokter.
"Saya pernah gagal berulang kali tuan, maka dari itu saya takut semua kegagalan saya itu malah akan mencelakai keluarga anda."
"Tapi, anda masih mencobanya kan? itulah yang membuat saya memilih anda menjadi dokter pribadi untuk keluarga saya. Besok saya tunggu di rumah saya jam sembilan pagi, jangan sampai tidak datang."
Sang dokter pun akhirnya pergi meninggalkan area hotel. Tuan Julian sudah mengetahui penyebab menghilangnya energi medis sang dokter, tidak lain karena sang dokter kehilangan konsentrasinya.
Kemampuan tenaga medis memang cukup langka di wilayah Republik, hanya ada sebagian kecil orang yang mampu menguasai teknik tersebut itu.
Seorang petarung dengan tingkat kekuatan tertinggi pun akan sulit rasanya bila mereka memaksakan untuk menguasai dua teknik keahlian sekaligus, semuanya hanya mampu menguasai satu keahlian saja, dan teknik keahlian paramedis merupakan yang tersulit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!