Perkenalan Tokoh
*
Namanya Hana Putri Ahmad, anak pertama dari tiga bersaudara, adiknya ada dua perempuan semua. Adik pertama bernama Hasna Ahmad, adik kedua bernama Husna Ahmad. Ayahnya bernama Ahmad Sholeh, ibunya bernama Ramlah Zubair.
Mereka tinggal disebuah desa terpencil di Kota Malili, nama desanya Mahalona. Mereka tinggal dengan keadaan yang miskin, ayahnya petani dan ibunya juga petani. Mereka hidup bahagia meski cukup untuk makan sehari², kehangatan keluarga yang membuat orang iri dengan keluarganya.
**
Namanya Hasyim Asy'ari, terinspirasi oleh tokoh Ulama terkenal di NU (Nahdatul Ulama). Orang tuanya berharap supaya anaknya menjadi anak yang sholeh, membanggakan keluarga. Nama ayahnya Limin Putra dan ibunya Setia Wati. Hasyim memiliki dua adik kandung bernama Sulastri Putri, dan Abdul Wahab.
Keluarga Hasyim tergolong orang berada, ayahnya PNS yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian di Kota Palopo. Sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga dan ibu sosialita di Kota yang harus mampu mengimbangi pekerjaan suaminya. Hasyim bekerja di bidang Pertanian sesuai dengan pekerjaan sang ayah.
...****************...
"Hasyim, kamu bantu² ayahmu mumpung masih bujang. Nanti kalau sudah nikah belum tentu kamu bisa bantu kami." ujar Ibu Setia.
"Iya bu." jawab Hasyim singkat.
"Kamu juga gak usah nongkrong, bantu² itu ayahmu supaya gak pergi² sendiri."
"Iya bu." jawabnya lagi.
"Kamu itu kalau dikasih tau orang tua hanya iya iya saja, kamu dengar gak sih?" ucap ibu Setia pelan tapi penuh tekanan.
"Iya bu, Hasyim dengar ucapan ibu, kapan kah Hasyim bantah bu?" tanya Hasyim masih sabar.
"Kamu itu kalau diajak bicara main hp saja Syim!" ujar ibu Setia.
"Saya dengar ji bu, ibu tenang saja! Kapan saya nongkrong ibu!" ujarnya lembut.
"Sana cuci mobilnya dulu, nanti ayahmu bangun mobilnya masih kotor." perintah ibu Setia. Kebetulan hari Ahad libur kerja, dan ini siang hari sekitar pukul 11.00, Hasyim duduk² diteras bersama ibu Setia.
"Iya bu, sebentar dulu. Baru juga duduk bu!"
"Iya, tapi nanti ayahmu keburu bangun nak." ucapnya lembut.
"Iya iya ini dikerjakan sekarang bu." langsung menuju keran air yang ada selangnya untuk mencuci mobil Avanza Putih. "Mau kemana lagi nanti ini, ya sudah lah ikuti saja." Gumam Hasyim dalam hati.
Seusai cuci mobil Hasyim lapar dan hendak makan.
"Wah ada tahu goreng, ambil deh! Mantap ada sambalnya juga." gumam Hasyim dalam hati. Hasyim mengambil tahu baru matang, masih panas²nya baru diangkat dari penggorengan lalu dicolek ke sambal.
"Kamu ini, kenapa malah dimakan tahunya?" ujar Ibu Setia.
"Ini mau dipake apakah bu?" tanya Hasyim heran.
"Ya dimakan tapi pakai nasi Hasyim!" Ucap Ibu Setia. Hasyim nurut, lalu mengambil piring dan diisi oleh nasi. Hasyim hendak mengambil ikan goreng satu ekor dengan ukuran sedang.
"Kamu itu yang hemat Hasyim, ikan itu mahal lo! Harganya 20rb hanya empat ekor." jelas ibu Setia. Hasyim yang sedang menyuapkan nasi ke dalam mulutnya akhirnya terhenti karena perkara makanan.
"Iya bu, aku hanya makan nasi, tahu goreng dan sambal." ujar Hasyim. Kemudian dia kembalikan ikan satu ekor ukuran sedang tersebut ke dalam piring ikan sebelumnya karena dia belum sempat memakannya. Hasyim melanjutkan makannya, lalu ayah Limin datang.
"Kenapa ini orang makan ribut²?" tanyanya. Ibu Setia masih sibuk memasak sendiri didapur.
"Ini yah, ikannya mahal." ujar Hasyim asal.
"Hasyim yah, sudah ambil tahu ambil ikan juga, kan jadi boros!" bela ibu Setia pada dirinya.
"Sudahlah, kalau ada ya dimakan saja! Nanti ayah carikan uang lagi untuk beli ikan. Selagi ayah masih kuat kerja nanti ayah akan belikan apa kalian mau!" ujarnya sombong.
"Iya ayah yang terbaik." puji Ibu Setia pada ayah Limin. Ayah Limin hanya tersenyum mendengar pujian isteri tercintanya.
"Ayo lanjutkan makanmu Hasyim, ayo bu makan!" ajak ayah pada Hasyim dan Ibu Setia. Lalu ibu Setia mendekat dan mengambilkan ayah piring lalu dituangkan nasi dan ikan rebus kesukaan ayah Limin.
"Ibu makan sini sama ayah." ibu Setia hanya mengangguk lalu menemani ayah makan, mengambil makanan dipiringnya sendiri dengan tahu dan sambal.
"Mana Lastri dan Abdul bu?" tanya Ayah Limin.
"Lastri dikamar yah, mungkin masih tidur. Kalau Abdul masih di luar, pergi ke pesta dia yah!" jelas ibu Setia.
"Siapa menikah?" tanya ayah heran. Pasalnya Ahmad baru lulus SMA tapi temannya sudah pada nikah.
"Ika kalau gak salah namanya Yah, ibu juga kurang paham."
"Oh bukan orang sini?"
"Orang Belopa katanya yah." jawab ibu Setia singkat.
"Jauh juga! Apa teman SMA disini?" tanyanya lagi.
"Iya yah, SMA disini, memang asalnya dari Belopa ayah." Ayah Limin hanya manggut² mendengar ucapan ibu Setia, sedangkan Hasyim menjadi pendengar!
Seusia makan mereka menuju ruang tamu + ruang televisi, duduk² seraya bercengkrama.
"Kamu itu kapan mau berhenti merokok Hasyim?" tanya ayah Limin heran.
"Entahlah yah,, kan dengan merokok dapat menghilangkan stres!" jawabnya spontan.
"Jaga kesehatan Hasyim, kesehatan itu mahal." Mode serius.
"Iya ayah." jawab Hasyim singkat.
"Nanti jam dua kita pergi ke Lamasi ya, ada undangan kegiatan disana. Sudah kamu cuci mobil?" tanyanya beruntun.
"Sudah ayah, iya. Kalau gitu saya keluar dulu merokok." ucap Hasyim.
"Kamu kapan nikahnya Hasyim, begitu terus!" gerutu ibu Setia.
"Nanti² lah bu, kan masih mau bantu² ayah dan ibu dulu!" ucapnya.
"Umur kamu sudah 26 Hasyim, sudah bisa menikah. Teman adik kamu saja sudah pada nikah padahal masih 20 tahun. Kamu juga sudah Sarjana, sudah kerja, tunggu apalagi Hasyim?" tanya ibu Setia gemas ingin punya menantu.
"Iya bu, nanti ku bawa teman cewekku kesini, sebelumnya saja ku bawakan teman cewek, ibu gak suka!" jelasnya.
"Cari yang bagus dong Hasyim, masak yang model begituan, yang guru gitu biar jadi pendidik yang baik buat kamu Hasyim." jelasnya lagi.
"Mau ibu yang kayak gimana? Atau ibu saja yang pilihkan?" tanya Hasyim pasrah.
"Nanti ibu jodohkan kamu dengan anak teman ibu." ujar ibu Setia semangat.
"Iya bu." pasrah lalu keluar rumah menuju teras samping untuk menenangkan diri dengan merokok dan game online.
***
Tut tut tut
Ibu Setia menelfon temannya bernama Mawar, teman sosialita.
"Halo, ada apa bu Setia?" tanya bu Mawar.
"Bu Mawar apa kabar?" basa basi.
"Baik bu, ada apa bu tumben?"
"Begini bu, anak ibu yang namanya Melati sudah adakah pacarnya?" tanya ibu Setia antusias.
"Sudah bu, dia dapat pacar PNS bu, guru di SMK Palopo." jawabnya bangga.
"Alhamdulillah kalau gitu bu Mawar, padahal saya pengen jadikan dia mantuku." jawabnya sambil tersenyum membayangkan.
"Maaf ya bu, terlambat ki bilang." sesalnya pura². "Anaknya hanya honorer, lebih baik yang PNS lah hidupnya terjamin." gumam bu Mawar dalam hati.
"Ya sudah gak apa² bu. Saya tutup ya telfonnya bu." pamit bu Setia kecewa. "Siapa ya yang harus ku kenalkan buat Hasyim?" gumamnya pelan.
***
Game online Sebagai pelampiasan terhadap tekanan orang tua.
Flashback On
Hasyim punya pacar namanya Nana, perkenalannya itu karena iseng. Saat kuliah Hasyim suka nongkrong sepulang kuliah, biasa di cafe atau di Sekret Kampus, itupun tanpa diketahui oleh orang tuanya.
"Hay, kamu anak baru ya?" tanya Hasyim.
"Iya kak." jawabnya malu². Mereka ketemu di Sekret kampus.
"Kamu kuliah di kesehatan ya? Kenapa sampai disini?" tanya Hasyim heran.
"Iya kak, antar teman kak."
"Nama kamu siapa? Namaku Hasyim."
"Saya Nana kak, boleh minta nomor hpnya kak?"
"Untuk apa?" tanya Hasyim heran.
"Kalau ada perlu kan enak tinggal telfon karena saya dari Lamasi kak." ucapnya lembut.
"Iya boleh. Ini 085xxxxxx230. Sms saja ya, jarang terima telfon saya de." ucap Hasyim ramah.
"Iya kak." jawabnya sambil tersenyum. "Kalau gitu saya duluan kak, itu teman saya sudah keluar." Hasyim hanya mengangguk sambil tersenyum.
Flashback Off
...----------------...
Bersambung ☆☆☆
"Hasyim mana bu?" tanya ayah Limin yang siap dengan pakaian batik untuk memenuhi undangan di Lamasi.
"Di teras samping ayah." jawab ibu Setia. "Hasyim, ayah sudah siap." ucapnya lagi.
"Iya bu." segera bergegas mengenakan baju kaos berkerah lalu masuk dalam rumah hendak mengambil kunci mobil.
"Pakai baju yang rapi Hasyim, kau itu!" tegur ayah Limin.
"Rapi ini yah, ini kaos berkerah!" ujarnya.
"Sana cari baju batik Hasyim." perintah ibu Setia.
"Tidak usah mi, sudah jam dua ini nanti terlambat." ucapnya kesal. Melangkah keluar rumah menuju mobil, duduk didepan pas samping kemudi.
"Kamu itu kalau diajak pergi² harus rapi, bikin malu saja!" gerutu ayah Limin.
"Iya yah." jawab Hasyim singkat.
"Kamu itu kerja yang bagus Hasyim, kalau ke kantor itu yang pagi, masak ayah harus kena tegur karena kamu jarang ke kantor." omel ayah Limin.
"Ke kantor ji selalu yah, ayah selalu minta tolong jadi sopirkan?" tanya Hasyim.
"Kenapa lagi saya kamu salahkan? Bahkan itu, teman saya bertanya kalau kamu jarang ke kampus!" lanjut omelannya.
"Bagaimana mau ke kampus mengurus yah, harus membayar dulu, selain itu harus k juga standby jadi sopir, pekerjaanku juga terbengkalai." jelasnya.
"Banyak alasan kamu ya!" sangkal ayah Limin. Hasyim hanya diam saja tanpa menjawab ucapan ayahnya lagi, karena kalau diteruskan akan panjang.
"Kamu kalau diajak bicara itu didengar!"
"Didengar ji yah!"
"Kenapa pale diam saja?"
"Aku harus gimana yah? Dijawab katanya dikasih tau malah jawab, didiami malah disalahkan juga, jadi maunya gimana ayah?" tanyanya masih lembut dan sabar.
"Kau ini kalau dikasih tau!" pembelaan diri.
Kurang lebih empat puluh lima menit mereka tiba ditujuan, ayah Limin langsung disambut baik oleh warga, sedangkan Hasyim masih parkir mobil lalu menyusul ke acara.
"Hay pak, apa kabar?" sapa Hasyim kepada teman kantornya. Meski masih kuliah, Hasyim belajar bekerja meski penuh tekanan, belum lagi ketika orang tuanya membutuhkannya maka dia harus ada.
"Kabar baik. Kamu Hasyim kan?" tanya pak Kahar heran, pasalnya jarang masuk kantor padahal masih honor.
"Iya pak. Saya jarang ke kantor pak, masih menyusun Skripsi pak." ucapnya jujur meski tidak sepenuhnya.
"Bagus itu, harusnya Sarjana dulu baru kerja!" Saran pak Kahar.
"Maunya gitu pak. Tapi sambil cari pengalaman lah pak!" Sangkal Hasyim meski ada benarnya juga. Mereka asyik berbincang sambil menikmati acaranya, kemudian waktunya makan.
"Makan yang banyak deh! Mumpung gratis." gumamnya semangat. "Wah mantap! Ada sayur tahu santan, kecap tempe ubi, ada ikan bakar, ambil semua deh!" gumamnya lagi.
Seusai makan² lalu pulang, tidak lupa Hasyim berpamitan dengan Pak Kahar juga tamu lainnya.
"Kamu ketemu keluarga?" tanya ayah Limin.
"Iya ada beberapa saya temui."
"Sapa mereka, baik semua kan keluargaku?" ucapnya bangga.
"Iya yah." jawab Hasyim singkat. "Ada maunya iya! Kalau pensiun apa masih na ingat ki ayah?" gumamnya dalam hati sambil bertanya². Ayah Limin tertidur saat diperjalanan pulang, Hasyim fokus sendiri.
***
Flashback On
Tring tring
Hpnya Hasyim bunyi, ada pesan masuk. Dia rogoh saku celananya untuk meraih hpnya, dia buka kunci untuk membaca pesan.
'Hai kak, ini aku Nana, ingat gak?' isi pesannya.
'Iya ingat dong, siapa sih yang gak ingat cewek cantik?' gombalnya, dia anggap bercanda tapi ceweknya kebawa perasaan.
'Beneran kak?' balasnya. 'Simpan nomor aku ya kak!' ucap Nana melalui sms.
'Ok.' jawab Hasyim singkat.
'Kakak dimana?' tanyanya lagi.
'Diperjalanan mau ke Palopo!'
'Emang darimana?'
'Dari Lamasi.'
'Kok gak mampir kak?'
'Gak tau rumah kamu!'
'Wah, kalau berkabar pasti aku kasih tau kak!'
'Iya lain kali saja ya!' jawab Hasyim singkat, kembali fokus pada kemudinya karena rumahnya sudah makin dekat. Saat itu Hasyim dari rumah keluarganya yang mengadakan pesta.
'Hati² ya kak.' Sambil senyum² Nana berbalas pesan dengan Hasyim. "Ya udah gak dibalas." gumamnya pelan.
Flashback Off
Setibanya di Palopo Hasyim membangunkan ayahnya.
"Sudah sampai yah." Hasyim bangunkan ayah Limin dengan menyenggol lengannya pelan.
"Hm." hanya berdehem saja lalu membuka matanya dan bersiap turun dari mobil.
"Hay, lagi apa kamu nak?" tanyanya pada gadis kesayangannya.
"Ini ayah, lihat² foto kucing lucu²." dia perlihatkan hpnya kepada ayah Limin. Iya gadis kesayangan ayah Limin namanya Lastri, sudah Sarjana tapi masih menganggur.
"Iya bagus itu Lastri. Beli satu! Gampang uangnya nanti ayah kasih, kamu gak usah kerja dulu ayah masih sanggup biayai hidupmu." ujarnya.
"Iya ayah." ucapnya bahagia. "Sayang ayah." mereka berpelukan.
"Ada apa ini? Ibu gak diajak!" seru ibu Wati yang baru keluar dari dapur.
"Ibu sudah selesai memasak? Aku pengen makan ayam goreng ayah!" adunya pada ayah Limin.
"Ibu sudah masakkan kamu ikan goreng nak, ada sambalnya juga. Sana makan!" perintahnya. "Dari pagi dia belum makan ayah, sana ditemani ayah Lastri." bujuk ibu Setia.
"Iya ayah, ayah temani aku?" pintanya seperti anak kecil. Ayah Limin hanya mengangguk setuju lalu menuju dapur bersama putri semata wayangnya.
"Ayah mau makan juga?" tawar Lastri.
"Ayah sudah makan nak! Kamu makanlah, ayah disini menemani." ucapnya lembut.
"Ok ayah." lalu Lastri mengambil makanan ke dalam piring yang telah disediakan ibu Setia. "Ibu makan yuk?" ajak Lastri mencari teman.
"Ibu sudah makan tadi siang nak, kamu makanlah!" perintahnya.
"Ibu diet ya?" tanyanya curiga pada ibu Setia.
"Hm iya ibu mau diet nak, naik lagi berat badan ibu nak." jawab ibu Setia lembut.
"Gak usah diet ibu, ibu kan harus makan jangan sakit²." bujuk Lastri.
"Ya sudah, kamu ditemai ibumu ya? Ayah mau mandi terus ganti baju, mau istirahat juga!" Lastri hanya menjawab dengan anggukan saja. "Mana pale Hasyim bu?" tanya Lastri.
"Diluar mungkin, ibu belum lihat dia masuk! Mungkin jg dikamarnya." ujar ibu Setia. Lastri hanya manggut² tanda dia paham.
"Kalau Abdul dimana bu?" tanyanya lagi.
"Gak tau kemana itu anak, apa kuliah ya?"
"Emang sudah masuk bu? Belum bu, baru pendaftaran orang." ujar Lastri geleng² kepala, ibunya dijelaskan gak paham² tentang kuliah karena memang ibunya hanya tamat SMA.
"Kasih tau Hasyim itu Lastri supaya urus Skripsinya, biar cepat selesai. Gantian Abdul lagi mau kuliah!" pinta ibu dengan memelas.
"Iya bu, nanti aku kasih tau Hasyim." ujar Lastri malas. Dia gak suka ikut campur urusan orang lain meski itu saudaranya.
Seusai makan, mereka ngemil didepan televisi sambil nonton.
"Lagi apa nih! Wah asyik, makan sambil nonton kayak di bioskop." ujarnya sambil bercanda.
"Iyalah biar seru!" jawab Lastri. "Hasyim bagaimana Skripsimu?" tanyanya.
"Belum pi, ganti² pembimbing k bah!"
"Kenapa itu pernah ku dengar gak masuk kerja ki, tidak bimbingan juga, tapi ada ki di Kantornya ayah? Bagaimana kah maksudnya?" tanya Lastri heran dengan info samar² yang didengar.
"Itu, saya dikantor ayah menemani tugas! Saya kan sopirnya, kemudian saya tidak bimbingan padahal sudah waktunya. Pas saya baru tiba dikantor, saya ditelfon disuruh ke kantornya ayah. Pas baru tiba dikantornya ayah ketemu k pembimbingku, na bilang 'Apa kamu bikin disini? Kenapa tidak bimbingan?' Begitu Lastri. Kalau kamu percaya syukur, kalau tidak juga gak apa²." jelas Hasyim.
"Kenapa lagi ayahmu kamu salahkan Hasyim?" tanya ibu Setia.
"Saya tidak menyalahkan ibu, saya hanya menjelaskan dan menjawab pertanyaan Lastri bu."
"Terus apa kamu bilang ke dosenmu?" tanya Lastri penasaran.
"Saya jawab jujur lah, saya bilang kalau saya disuruh ayah kesini, saya mau bimbingan tapi ayah bilang 'Itu masih bisa besok.' Begitu! Tapi na bilang pembimbingku 'Kenapa na bilang ayahmu gak tau apa na bikin Hasyim di rumah!' Pembimbingku saja bingung apalagi saya?"
Hening
Hening
"Mau k mandi dulu. Mau k nongkrong nanti bu, di lorong sini ji bu." izin Hasyim pada ibu Setia.
"Cari adikmu Hasyim, dari tadi belum pulang itu!" perintah ibu.
"Iya bu." jawab Hasyim singkat.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆
Seusai mandi Hasyim ke rumah temannya namanya Hardi. Anak yatim piatu tetapi banyak harta peninggalan orang tuanya, hanya Hardi dan kakak²nya tidak mampu mengelolanya.
"Kamu tadi lihat Abdul?" tanya.
"Gak tuh! Aku juga baru pulang. Emang kenapa Hasyim?" tanya Hardi.
"Biasa ibu nyariin anak kesayangan." canda Hasyim.
"Kamu anak pungut ya?" canda Hardi juga.
"Iya, anak pungut di Got. Hahaha." jawabnya asal. "Emang aku gak mirip orang tuaku ya?" tanya Hasyim.
"Mirip sih tapi kayak di anak tirikan. Hahaha." ledek Hardi.
"Ya sudah deh! Aku mau pulang saja. By." ujar Hasyim seraya meninggalkan rumah Hardi. Hasyim pulang ke rumahnya dengan berjalan lesu, samar² dia mendengar percakapan ibunya.
"Halo, iya bu Rahma apa kabar?" tanya bu Setia.
"Kabar baik bu Setia, kita sekeluarga bagaimana kabarnya?" tanya balik.
"Alhamdulillah kami baik bu Rahma, dimana posisi sekarang bu?"
"Di Toraja bu, ini lagi ada tugas sekolah untuk mengabdi kepada masyarakat Toraja bu."
"Wah sibuk rupanya bu Rahma."
"Tidak juga bu karena sedang dipenginapan ini. Ada apa bi Setia?"
"Begini bu Rahma, adakah teman ta cewek yang baik, ya menurut kita bagus untuk anak saya bu Rahma! Saya sudah mau punya mantu bu! Hihihi." ujar bu Setia jujur.
"Nanti saya tanya teman saya ya bu, ada yang masih jomlo bu, ya meski pun rata² sudah menikah bu." jelasnya.
"Iya bu Rahma, segera kabari saya kalau ada ya!" ucapnya semangat.
"Iya bu, nanti saya kabari kalau sudah ada informasi. Saya tutup dulu ya bu, sebentar lagi kegiatan saya akan dimulai lagi." ucapnya ramah.
"Siap bu Rahma, maaf saya sudah mengganggu. Assalamu'alaikum."
"Gak apa² bu santai saja. Waalaikumsalam."
***
"Gencarnya ibu mencarikan jodoh buatku, ya sudah lah terserah ibu saja yang penting ibu bahagia." gumamnya dalam hati lalu masuk ke dalam rumah.
"Gak ada Abdul bu, mungkin di rumah temannya di Kota bu."
"Sudah kamu telfon kah?" Hasyim hanya geleng² kepala sebagai jawaban. "Biar ibu yang telfon saja." lalu melakukan panggilan pada Abdul.
"Kamu dimana nak?"
"Abdul masih di Kota bu, masih sama teman²."
"Ya sudah hati² nak."
"Iya bu." jawabnya singkat.
"Ibu gak suruh Abdul pulang?" tanya Hasyim heran.
"Dia masih ada acara sama temannya di Kota." jawabnya enteng.
"Kenapa kalau saya yang keluar di telfon kanan kiri bu?"
"Kamu dimintai tolong orang tua gak mau ya?" tanya ayah Limin yang tiba² muncul.
"Bukannya gak mau Yah, kan sekali² juga aku ingin nongkrong sama teman²!" ujar Hasyim memelas.
"Kamu lebih pentingkan teman kamu daripada orang tua kamu?" tanya ayah Limin bernada tinggi yang mulai terpancing emosi.
"Ya Yah maaf." lebih baik mengalah daripada harus emosi.
Hening
Hening
"Saya mau ke rumah kebun ya bu? Saya nginap disana!"
"Iya, jangan lupa besok pagi² antar ayahmu ke kantor nak." jawab ibu Setia lembut penuh maksud.
"Iya bu." jawab Hasyim singkat.
***
Flashback On
'Hai kak, lagi apa kak?' chat dari Nana untuk Hasyim.
'Di rumah kebun de. Kenapa?'
'Saya di Kota kak, bisa tolong jemput kak?'
'Memang darimana mau kemana de?'
'Dari Kampung kak mau ke kampus, mau pulang tapi sudah kesorean kak.'
'Iya tunggu de biar saya antar.' Hasyim berganti pakaian lalu mengambil kunci motornya untuk menjemput Nana.
"Dia dimana ya? Depan kampusnya kapang!" gumamnya pada diri sendiri. Lalu menuju Kampus Kesehatan yang ditempati Nana.
"Hay de, sudah lama nunggu ya?" tanya Hasyim.
"Belum kok kak. Maaf merepotkan kak."
"Gak kok de!"
"Ciee pacarnya ya!" Ujar Rara teman Nana.
"Bukan tau!" ucap Nana malu².
"Pacar juga gak apa² kok, kalian cocok." ucap Rara sambil kedipkan mata pada Nana. "Ciee salah tingkah Nana." ledek Rara.
"Ayo kak, jangan diladeni teman aku itu. By." Nana melambaikan tangan pada Rara ketika meninggalkan Rara di depan kampusnya. "Kita singgah dulu makan yuk kak, aku lapar!" ajaknya.
"Iya. Dimana?" tanya Hasyim.
"Di Warung Bakso terenak di Palopo kak, kita saja yang pilihkan tempatnya." ucapnya penuh semangat.
"Ok bos." Hasyim memang dasarnya baik jadi bikin perempuan baper.
"Wah ramai tempatnya kak, pasti enak baksonya." turun dari boncengan motor dengan semangat. "Ini helmnya kak." ujarnya. Kemudian mereka masuk untuk memesan bakso.
"Baksonya 2 ya Mbak, dengan Es tehnya 1 dan air mineral 1 Mbak." ucap Nana.
"Kamu tau saya suka minum air mineral setelah makan?" Nana hanya mengangguk.
"Kakak suka gak sama aku?" tanyanya serius.
"Ha?" Hasyim blank. "Suka lah, kalau gak suka gak aku temani kesini." Nah kan Nana makin baper!
"Ih kakak So Sweet banget. Aku makin sayang. Kalau aku cinta sama kakak boleh gak?"
"Kenapa?" tanya Hasyim asal.
"Iya aku suka sama kakak, cinta. Aku mau kakak jadi pacar aku!" tembaknya.
"Kamu sekolah saja dulu supaya pintar, kuliah yanh bener, nanti kalau kita jodoh gak akan kemana!" jelas Hasyim.
"Jadi aku ditolak?" tanyanya dengan wajah memelas supaya Hasyim luluh, diimut²kan juga!
"Ya sudah kita jalani saja ya!" ujar Hasyim. Nana mengangguk bahagia seraya tersenyum. Tiba² makanan dan minuman datang.
"Makanlah, katanya lapar."
"Kakak juga makan ya?" Hasyim hanya mengangguk sambil memperhatikan Nana.
"Benarkah keputusanku menerima cintanya?" gumam Hasyim dalam hati. Kemudian dia memakan baksonya.
"Mbak ini bayarannya." saat Hasyim menuju kasir.
"Meja sana ya Mas?" Hasyim mengangguk. "Semua 35rb Mas." Lalu Hasyim menyodorkan uang berwarna biru 50rb. Sambil menunggu kembalian Hasyim melihat Nana masih duduk dikursi dengan memegang hp sambil tersenyum.
"Mungkin dia balas chat." gumam Hasyim dalam hati. Lalu Hasyim menerima sisa uangnya kemudian menghampiri Nana. "Ayo pulang." ajaknya.
"Ayo kak. Tapi gak jalan atau nonton dulu gitu, kan kita baru jadian!" tawar Nana.
"Gak de, kakak harus segera pulang karena sudah dicari sama orang tua."
"Ok lah kak." jawabnya sambil tertunduk lesu. Mereka menaiki motor menuju Lamasi dengan suasana hening dengan pikiran masing².
"Eh, kayaknya motor mogok de, tunggu kakak cek bensinnya! Masih ada kok. Apa businya ya?" gumamnya pelan yang masih didengar Nana.
"Rumah aku dah dekat kok kak, ayo didorong saja." ajak Nana. Hasyim mengangguk lalu mendorong motornya menuju rumah Nana.
"Rumah kamu yang mana?" tanya Hasyim. "Kayak gak asing ini rumah sekitar sini." gumamnya dalam hati.
"Itu kak yang pagar hitam. Dekatkan?" ucapnya semangat.
"Ha? Kamu anaknya siapa?"
"Pak Wandi, mamakku Winda." jawabnya.
"Jadi Nando dan Nanda kakak kamu?" tanyanya penasaran.
"Iya kak. Kakak kenal?" makin girang.
"Iya. Astaghfirullah salah orang maka ini." gumam Hasyim pelan yang didengar samar oleh Nana.
"Kenapa kak?"
"Gak, nanti aku langsung saja ya karena motorku harus segera dibawa ke bengkel."
"Iya kak, lain kali ke rumah ya?" Hasyim hanya mengangguk lalu pamit saat Nana sudah masuk pagar rumahnya.
Saat perjalanan ke bengkel, Hasyim merutuk pada dirinya sendiri.
"Awah kenapa juga gak selidiki dulu, keluarganya pale ayah itu!" gerutunya pada diri sendiri. "Ini harapannya nah supaya anaknya dapat keluarganya, tapi bagaimana mi pesan Mbah Buyut dulu gak mungkin juga mau dilanggar." lanjutnya.
Setibanya dibengkel motornya diperbaiki, berselang satu jam baru Hasyim bisa pulang ke Palopo.
"Capek juga." Lalu terlelap dalam mimpi. Hasyim pulang ke rumah kebun yang biasa dia tempati untuk mencari ketenangan.
Flashback off
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!