Di ruang tamu megah kediaman keluarga Estelle kehadiran keluarga Magnusson membuat Tuan George Estelle dan istrinya berdebar dengan kegembiraan tersembunyi Frederick Magnusson seorang taipan kaya raya dari negara A, memegang kendali di hampir semua sektor ekonomi bersama istrinya, Evelyn pasangan ini adalah simbol kekuatan dan kesuksesan, membuat mereka diinginkan oleh banyak keluarga terhormat.
George berbisik kepada istrinya dengan penuh antusias "panggil Arabelle suruh dia berdandan secantik mungkin ini kesempatan emas untuk menjalin ikatan keluarga".
Istrinya tersenyum bangga dan bergegas menaiki tangga memanggil arabelle yang dianggap sebagai putri yang paling berharga tak lama kemudian, arabelle turun dengan gaun berwarna merah muda lembut dan riasan sempurna tampak cantik sesuai ekspektasi ayahnya.
Saat arabelle memperkenalkan diri Evelyn sedikit mengernyit meskipun tetap tersenyum ramah.
"Aku senang bertemu denganmu arabelle" kata Evelyn lembut menjaga kesan pertama.
"Terima kasih nyonya Evelyn," jawab arabelle dengan senyum lemah lembut yang dia pelajari selama bertahun-tahun George dan istrinya tampak puas tetapi Evelyn tetap tampak tidak sepenuhnya tertarik.
Ketenangan malam itu mendadak terpecah ketika suara pintu terdengar terbuka semua orang di ruang tamu menoleh dan terlihat sosok Elara yang baru pulang dari rumah sakit dia tidak memakai riasan dan mengenakan pakaian sederhana namun kecantikannya yang alami langsung mencuri perhatian Evelyn bahkan melebihi arabelle yang sudah berdandan sempurna.
Evelyn tak dapat menutupi rasa kagumnya dia menoleh kepada suaminya dengan mata berbinar dan berbisik “Itu dia Elara yang selama ini kucari.”
Frederick pun mengangguk setuju dan tanpa sadar senyum merekah di wajahnya evelyn segera menyapa dengan antusias.
"Apakah ini putri kedua kalian elara ?? sayang kau baru pulang ya?" Evelyn bertanya ramah.
Elara yang tadinya ingin langsung melewati mereka terpaksa berhenti dan menatap Evelyn dengan ragu Biasanya tamu keluarga akan mengabaikan atau memandang rendah dirinya tapi kali ini berbeda.
"Iya.. Nyonya ..maaf mengganggu" jawab Elara dengan sopan, melirik ayah dan ibunya yang tampak tidak senang melihatnya menarik perhatian keluarga Magnusson.
Ibu Elara buru-buru melangkah mendekat dan menarik tangan Elara menyuruhnya duduk di samping ayahnya.
"Elara..duduk di sini dan bersikap sopan jangan membuat masalah" perintah ibunya dengan tegas sambil melirik Evelyn dengan tatapan tidak nyaman.
Evelyn tersenyum, mengabaikan ketegangan itu. "Elara... apakah kamu baru pulang dari universitas?"
Elara sempat tertegun tak menyangka Evelyn tampak begitu tertarik padanya dia mengangguk perlahan "Iya nyonya baru selesai beberapa urusan".
"Bagus sekali " Evelyn menanggapi tampak benar-benar tertarik "Aku senang mendengar itu orang muda yang berdedikasi seperti kamu adalah hal yang sangat langka".
Arabelle dan kedua orang tuanya mulai tampak resah terutama ketika mereka menyadari perhatian Evelyn sepenuhnya tertuju pada Elara, bukan arabelle dalam usaha mengalihkan perhatian ibu Elara berdehem pelan dan berkata dengan senyum palsu.
"Ah..tapi sayang sekali Elara ini masih sibuk kuliah.. Evelyn belum pantas untuk menjadi seorang istri Mungkin Arabelle yang lebih cocok untuk itu."
Evelyn menatap ibu Elara sejenak dengan tatapan tajam namun tetap tersenyum "Oh.. kami sudah memikirkan ini matang-matang kami datang bukan untuk melihat yang lain selain Elara".
George terbatuk kecil dan tertawa canggung "nyonya Evelyn bukankah Arabelle adalah anak kami yang paling berprestasi dan selalu kami banggakan nyonya tidak akan kecewa menjadikan arabelle sebagai menantu kalian di banding elara ? "
Frederick yang akhirnya ikut bicara menatap George dan menjawab "tuan george kami ingin yang terbaik untuk putra kami yang saat ini membutuhkan perawatan khusus kami mendengar hal baik tentang elara dan merasa dia tepat untuk mendampingi putra kami yang baru saja mengalami kecelakaan".
"Aa..apa?!" Suara arabelle terdengar kaget wajahnya yang biasanya tenang berubah seketika "Maksud Tuan Frederick putra pertama yang..."
"Ya... " jawab Evelyn tegas putra pertama kami Alistair membutuhkan seseorang yang bisa menjaga dan mendukungnya dalam kondisinya yang sekarang".
George dan istrinya juga arabelle tampak lega bahkan senang setelah mendengar kata lumpuh mereka bertukar pandang seolah merasa beruntung Elara lah yang diminta bukan arabelle.
Namun evelyn tidak membiarkan itu terjadi begitu saja dia menoleh ke Elara dan berkata lembut "Elara.. kamu tidak keberatan bukan sayang?".
Elara menatap Evelyn dengan ragu tetapi ada rasa simpati ketika mendengar keadaan Alistair meski dia tidak tahu apa yang diharapkan dari pernikahan itu hatinya merasa tertarik pada keluarga yang terlihat hangat ini.
"Aku... akan melakukan yang terbaik nyonya" jawab Elara akhirnya meskipun tanpa disadari ada keyakinan dalam suaranya.
Sementara george, istrinya dan arabelle saling berpandangan dengan ekspresi penuh ketidakrelaan mereka tak pernah membayangkan Elara akan diterima dengan begitu baik oleh keluarga sekelas Magnusson.
"Jadi...kapan kita akan merayakan pernikahan ini?" tanya miranda suaranya mengandung rasa ingin tau dan antisipasi.
Evelyn tersenyum lebar, "Kami berencana menggelar pernikahan dalam waktu satu bulan keluarga Magnusson akan menyiapkan segalanya jadi kalian tidak perlu khawatir tentang itu".
George menanggapi dengan wajah penuh semangat "itu terdengar luar biasa kami sangat berterima kasih atas semua bantuan dari keluarga Magnusson".
Evelyn melanjutkan "dan jangan khawatir elara akan tetap berkuliah biaya pendidikannya akan ditanggung sepenuhnya oleh keluarga Magnusson setelah dia bergabung dengan keluarga kami kami ingin memastikan bahwa dia tidak kehilangan kesempatan itu".
Melihat Elara yang duduk di sudut dengan wajah datar, Evelyn menambahkan "kami berharap kalian bisa menjaga Elara sampai hari pernikahan".
Setelah beberapa saat evelyn dan Frederick berpamitan dan kehangatan pertemuan itu segera sirna begitu mereka pergi miranda memutar tubuhnya wajahnya berubah menjadi serius.
"Elara..." seru Miranda dengan nada marah "Apa yang kau lakukan? Kenapa kamu berusaha untuk menarik perhatian keluarga Magnusson?".
Elara mengangkat alisnya, menanggapi "aku tidak ingin menarik perhatian siapa pun ini semua terjadi terlalu cepat".
Belum sempat elara menyelesaikan kalimatnya, arabelle yang sudah merasa terancam oleh perhatian keluarga Magnusson mengangkat tangannya seolah ingin menampar elara namun george cepat-cepat mencegahnya.
"arabelle, jangan !!" serunya "ingat ucapan nyonya evelyn Kita harus menjaga elara"
Dengan marah george memandang elara "kau pergi ke mana saja jam segini baru pulang ? Datang tiba-tiba malah mencuri perhatian mereka ".
Elara merasa tertekan, menggelengkan kepalanya "apa maksudnya ayah.. kau menuduhku ?"
George tidak sabar lagi "Masuk ke kamar sekarang!" teriaknya suaranya menggema di seluruh ruang tamu.
Elara menatap ayahnya dengan penuh kekecewaan "Ini tidak adil... Kenapa aku yang selalu disalahkan?"
"Karena kau selalu membuat masalah !!" George menjawab dengan tegas "naik ke atas dan tenangkan dirimu".
Elara akhirnya pergi langkahnya terasa berat saat menaiki tangga tidak peduli pada ketiganya yang masih berada di ruang tamu hatinya terasa penuh kemarahan dan kebencian.
Setelah Elara pergi Arabelle mulai merengek "ayah... kenapa aku harus bersaing dengan elara ? dia tidak pantas mendapatkan semua perhatian itu".
George berusaha menenangkan putri kesayangannya menjawab dengan lembut "dengarkan, arabelle kita harus merencanakan sesuatu kita bisa membuat agar kau menarik perhatian putra kedua keluarga Magnusson, Sebastian.
Mendengar nama itu wajah Arabelle langsung bersinar. "Sebastian? Yaa.. dia pria yang tampan dan... normal tidak seperti Alistair yang lumpuh".
"Betul ... "kata Miranda, ikut menambahkan "kita bisa membuat rencana untuk mendekatinya siapa tau jika kau bisa membuat kesan yang baik dan merebut hati sebastian kau bisa mencuci otaknya untuk bersaing dengan kakak nya dan kekayaan keluarga Magnusson mungkin akan jatuh ke tanganmu".
Arabelle tersenyum berfantasi tentang masa depannya "aku bisa bayangkan hidupku menjadi nyonya Magnusson mungkin aku bisa lebih berkuasa dibandingkan elara".
Dia lalu menambahkan, "meskipun aku sedikit tidak rela melihat elara menjadi menantu keluarga kaya raya aku tau kita akan mendapatkan posisi yang lebih baik di keluarga Magnusson".
George mengangguk merasa puas dengan rencana tersebut "baiklah, kita akan mulai merencanakan strategi kita aku tidak ingin melihatmu murung seperti ini lagi"
Dengan semangat baru arabelle mulai merancang langkah-langkah untuk merebut perhatian sebastian, berharap kekayaan dan kekuasaan keluarga Magnusson akan jatuh ke tangannya bukan ke tangan alistair dan elara sementara itu di kamarnya elara terjebak dalam pikirannya merindukan kebebasan yang selalu dia impikan sambil menyimpan rencana balas dendam yang perlahan-lahan mulai muncul di benaknya.
Di sebuah rumah sakit yang sibuk elara terlihat fokus di ruang operasi suasana di dalam ruang operasi terasa tegang namun dia tampak tenang melakukan tugasnya dengan keahlian luar biasa setelah menyelesaikan prosedur dia melangkah keluar melepas sarung tangan, dan mengeluarkan napas lega di luar Dr.Adrian rekannya sedang menunggunya.
"Elara..kau tau pernikahanmu hanya tinggal menghitung hari kan? " tanya adrian sambil tersenyum lebar berusaha menarik perhatian elara.
Elara hanya mengangkat bahu, terlihat tidak terpengaruh "aku lebih peduli dengan pasienku daripada urusan pernikahan yang sudah ditentukan ini
ini seperti terjebak dalam neraka".
"Bisa kau bayangkan? Calon suamimu adalah Alistair Magnusson Semua orang membicarakannya" jawab Adrian dengan nada bercanda berusaha membuat elara merespons.
Dia menatap Adrian dengan sinis "jangan berlebihan aku bahkan belum bertemu dengannya dan sejujurnya aku tidak peduli tentang siapa dia".
Adrian tertawa "kau pasti ingin bebas dari semua ini kenapa tidak mempertimbangkan untuk menerima perasaanku ? aku bisa membantumu keluar dari situasi ini".
Elara menggelengkan kepala merasa ragu "adrian. .kita sudah membahas ini aku tidak ingin menyakiti perasaanmu jau adalah teman yang baik itu sudah cukup".
"Cukup ? Kau tidak bisa hanya berpura-pura tidak merasakan apa-apa" balas Adrian, tampak frustrasi "jika kau ingin bebas seharusnya kau melihatku sebagai jalan keluarnya".
Elara menatapnya, ragu "bebas? apakah itu berarti aku harus mencintaimu juga? aku belum siap untuk itu sejujurnya aku bahkan tidak menyukai calon suamiku Kita bahkan belum bertemu".
"Jadi kau tidak suka padanya?" adrian bertanya memperhatikan reaksi Elara.
"Tentu saja... bertemu saja belum, bagaimana bisa menyukainya?" elara menjawab dengan tawa kecil.
Adrian menatap Elara dengan serius "kau tahu jika aku bisa memutuskan hubungan dengan orang tuaku demi bersamamu aku akan melakukannya mereka tidak mengerti betapa istimewanya dirimu".
"Adrian ..jangan berlebihan aku tidak ingin kau mengalami masalah karena aku hubungan kita sekarang sudah cukup baik" elara menjawab suaranya lembut "dan aku tidak ingin terluka lagi karena penolakan dari keluarga mu".
"Tidak ada yang akan melukaimu jika kau bersamaku" jawab adrian, berusaha meyakinkan elara.
Sementara itu, di tempat lain, sebastian magnusson sedang bercanda dengan kakaknya alistair yang sedang duduk di kursi roda.
"Kakak ...pernikahanmu sudah dekat rasanya seperti kita sedang merayakan festival sebentar lagi" Sebastian berkomentar tersenyum lebar sambil menggoda.
Alistair menggelengkan kepalanya "kau tidak mengerti aku hanya merasa terbebani ini adalah tanggung jawab besar".
Sebastian tersenyum, "Tanggung jawab ? kak...kau tidak perlu merasa seperti itu kau itu mewarisi sifat ayah dingin dan penuh tanggung jawab tapi kau tahu semua orang mencintaimu".
"Ya... tapi berbeda dengan cara mereka mencintaimu" alistair menjawab tatapannya serius.
Sebastian melanjutkan "tapi kau hebat kak ...bisnismu sudah sangat dihormati semua orang takut padamu bahkan meskipun kau lumpuh".
"Bukan karena aku itu karena warisan yang ditinggalkan ayah kita" alistair menjawab.
"Jangan merendahkan dirimu kita membesarkan diri kita sendiri dan ibu telah mengajarkan kita tentang cinta dan keluarga" sebastian menjelaskan berusaha mengangkat semangat kakaknya.
"Dan semua itu untuk apa ? Hanya untuk menikah dengan orang yang tidak kukenal? Ini tidak adil sebastian" alistair berkata suaranya mulai tertekan.
Sebastian menepuk bahu alistair "setidaknya kau akan memiliki seorang istri yang mencintaimu kita berdua harus belajar menerima keadaan ini siapa tau mungkin elara adalah orang yang tepat untukmu".
"Harapanku hanya satu Semoga dia tidak merasa tertekan dan bisa mencintaiku" alistair menjawab suara keraguan terlihat di wajahnya.
Sementara itu pikiran elara kembali ke ruangannya setelah berbincang dengan adrian meski dia ingin bebas dari keluarganya yang menyakitkan rasa sakit yang pernah dialaminya masih membekas dia bertekad untuk terus fokus pada kariernya dan tidak terjebak dalam rencana pernikahan yang tidak diinginkannya.
Di tengah kegalauan itu elara tidak menyadari bahwa kehidupan yang dia impikan untuk bebas justru akan membawanya ke arah yang sama sekali berbeda di mana dia akan bertemu dengan Alistair dan menghadapi segala tantangan baru yang mengubah hidupnya selamanya.
Setelah berbincang dengan Dr. Adrian, Elara kembali ke ruang kerjanya di rumah sakit dia berusaha berkonsentrasi pada pasiennya tetapi pikiran tentang pernikahan dan tekanan dari keluarganya terus mengganggu. Saat dia duduk di meja, sahabatnya, Sofia masuk ke dalam ruangan.
"Hey..Elara apa kabar ? aku mendengar tentang pernikahanmu kapan kau akan beristirahat ?" tanya Sofia sambil duduk di sebelahnya.
Elara menghela napas "entahlah rasanya tidak ada waktu untuk beristirahat aku lebih peduli dengan pasienku daripada pernikahan yang tidak kuinginkan ini".
Sofia mengangkat alisnya "tapi itu pernikahan kau seharusnya memikirkan tentang masa depanmu".
Elara menatap Sofia dengan serius "masa depanku ? aku sudah memiliki rencana untuk masa depan dan itu bukan pernikahan aku ingin menjadi dokter yang sukses".
Sofia menggelengkan kepala, tapi kau tidak bisa mengabaikan pernikahan ini selamanya apa kau benar-benar tidak mau mengenal Alistair?".
"Aku bahkan belum bertemu dengannya... aku tidak tahu apa-apa tentang dia dan sejujurnya aku tidak ingin tahu ini semua terasa seperti tekanan dari keluargaku" elara menjawab suara frustrasinya terdengar.
Sofia mengangguk mencoba memahami "kau tahu.. mungkin jika kau bertemu dengannya kau bisa mengubah pikiranmu siapa tahu dia sebenarnya orang yang baik".
Elara meremas tangan "Aku tidak ingin berharap pada sesuatu yang mungkin tidak ada dan aku tidak mau terjebak dalam drama keluarga yang lebih menyakitkan".
Di sisi lain kota, Sebastian masih berusaha menghibur alistair mereka berdua duduk di ruang tamu di mansion keluarga Magnusson.
“C'mon... kak ini bukan akhir dari dunia kita akan membuat pesta yang luar biasa untuk pernikahanmu Semua orang akan mengingatnya" sebastian bersikeras.
"Sebastian...pesta itu tidak mengubah kenyataan aku akan menikahi seseorang yang bahkan tidak kukenal aku tidak yakin bisa melakukannya" jawab Alistair terlihat merenung.
"Jangan berpikir seperti itu Kau tahu elara itu seorang wanita yang hebat ku dengar bahkan dia berkuliah dengan uangnya sendiri kau beruntung bisa menikahinya" kata sebastian berusaha positif.
"Tapi bagaimana jika dia tidak mau menikah denganku ? bagaimana jika dia hanya ingin kabur dari semua ini ?" Alistair berkomentar tatapan khawatir terpancar di wajahnya.
Sebastian tersenyum lebar "kau harus percaya diri dan jika dia tidak menerima cintamu maka aku akan melindungi mu keluarga kita punya banyak cara untuk membuatnya menyukaimu".
"Cara apa? Mengancamnya?" Alistair bertanya setengah bercanda tetapi dengan nada serius.
"Tentu saja tidak kita akan membuatnya nyaman mungkin aku bisa mengajak elara untuk berkunjung ke sini jika dia mengenal kita lebih baik mungkin dia bisa melihat sisi lain dari pernikahan ini"kata sebastian bersemangat.
"Entahlah sebastian aku tidak ingin memaksakan sesuatu" alistair menjawab tetapi senyumnya sedikit merekah.
Kembali ke rumah sakit elara mendapat pesan dari Dr. Adrian.
Adrian: Hey, apakah kau punya waktu untuk makan siang?
Elara melihat jam di dinding "baiklah, satu jam untuk santai sejenak tidak ada salahnya " pikirnya.
Elara: Tentu, di kafe dekat rumah sakit?
Adrian membalas cepat "yaaa... aku akan menunggumu!"
Setelah beberapa saat elara sampai di kafe dan melihat Adrian sudah menunggu di meja.
"Hey...aku senang kau datang" kata Adrian sambil menyambut Elara.
"Ya aku butuh sedikit jeda apa yang ingin kau bicarakan?" elara bertanya sedikit curiga.
"Pertama aku ingin memastikan kau baik-baik saja dengan semua ini" kata adrian menatap Elara dengan serius.
"Jujur? Aku tidak tahu. Semuanya terasa sangat menekan" elara mengakui.
Adrian mengangguk "dan kau tau jika kau butuh seseorang untuk berbagi aku ada di sini Aku ingin membantu tidak hanya sebagai rekan kerjamu tetapi juga sebagai teman".
Elara menatapnya merasakan ketulusan di balik kata-katanya "adrian aku menghargai itu tapi aku tidak ingin kau terjebak dalam drama ini aku tidak ingin menyakiti perasaanmu".
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan aku sudah siap untuk apa pun jika kau butuh untuk bebas kau bisa bersamaku" adrian menawarkan suaranya lembut.
Elara menghela napas "terima kasih adrian namun, aku masih ragu rasa sakit dari masa lalu masih menghantuiku".
"Biarkan itu di belakangmu aku akan membantumu menghadapi apapun yang datang" adrian menjawab memberi semangat.
Elara dan adrian melanjutkan percakapan mereka berusaha menemukan solusi atas situasi rumit yang dihadapi elara di sisi lain, ketidakpastian di antara alistair dan Sebastian terus meningkat dan semuanya mulai terhubung menuju pertemuan yang tak terhindarkan.
Di sebuah restoran eksklusif dengan ruang pribadi elara dan alistair duduk saling berhadapan tidak ada tanda-tanda kegugupan atau kesan hangat di antara mereka elara hanya merasa ini adalah pertemuan bisnis lain yang harus dia jalani sedangkan alistair meski tetap tenang di kursi rodanya sebenarnya cukup tertarik dengan keberanian dan sikap dingin calon istrinya ini.
Keduanya duduk dalam keheningan alistair menatap elara yang langsung memfokuskan diri pada makanannya dengan lahap tanpa merasa canggung sedikit pun seolah-olah dia tidak makan seharian alistair tersenyum tipis sedikit terhibur.
"Apakah kau mau pesan sesuatu lagi..Elara?" alistair menawarkan dengan nada tenang.
Elara berhenti sejenak melihat alistair kemudian menggeleng sambil menelan makanannya "terima kasih tapi ini sudah cukup".
Alistair mengangguk pelan sebagai jawaban "baiklah...semoga cara makanku tidak mengganggumu" elara menambahkan ucapan nya singkat meski wajahnya tampak sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran.
"Tidak..sama sekali saya tidak terganggu dengan cara makanan mu" jawab Alistair tersenyum kecil "kau tampak sangat menikmati makan mu Itu… bagus".
Tanpa banyak kata elara kembali fokus ke makanannya hingga akhirnya dia selesai dia menghela napas puas meneguk airndan meletakkan serbetnya.
"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan?" tanya Elara tanpa basa-basi menatap Alistair lurus.
Alistair mengangguk lalu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam jaketnya "aku tidak akan membuang-buang waktumu jadi langsung ke intinya". alistair menyodorkan surat perjanjian pada Elara "ini perjanjian pernikahan kita Aku ingin kau membacanya sebelum menandatangani".
Elara dengan senang hati mengambil surat itu dan membaca isinya dengan teliti dili dalam perjanjian itu tertulis jelas bahwa pernikahan mereka hanyalah formalitas elara tidak akan diminta untuk memenuhi peran seorang istri pada umumnya mereka akan hidup terpisah dan memiliki kebebasan masing-masing. Alistair tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi elara dan sebaliknya elara juga tidak diharapkan untuk mengurus atau merawatnya keduanya akan menjalani hidup masing-masing dengan syarat bahwa pernikahan ini akan bertahan demi penampilan di mata publik dan keluarga.
Setelah selesai membaca elara langsung mengambil pena dan menandatangani perjanjian itu tanpa ragu sedikit pun.
Alistair terkejut melihat betapa cepatnya Elara mengambil keputusan dia mengerutkan alis lalu bertanya "kau tidak ingin bertanya apa pun? Apakah kau yakin dengan semua ini?".
Elara menatap Alistair dengan ekspresi tenang "tentu saja perjanjian ini menguntungkan bagi kita berdua aku bisa keluar dari keluarga Estelle dan bebas dari tekanan mereka aku tidak peduli dengan peran istri penurut yang selama ini diharapkan dariku dan aku pikir kau juga akan mendapat keuntungan dari peraturan ini"
Alistair menaikkan alis, penasaran "keuntungan apa yang kau maksud?"
"Dengan begin...kau juga tidak perlu merasa terbebani atau diharapkan untuk menjadi suami yang sempurna "jawab Elara datar "aku tahu pernikahan ini bukan keinginan kita dan aku yakin kau juga ingin kebebasan tanpa dihakimi atau dianggap… tidak kompeten kan?”
Alistair tertawa kecil sedikit kagum "kau benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah kutemui".
Elara tersenyum tipis tanpa menunjukkan tanda-tanda tersanjung "dan aku tak butuh pujian untuk itu jadi. .apa lagi yang ingin kau bahas?"
Alistair tersenyum "tidak ada hanya itu aku hanya ingin memastikan bahwa kau mengerti dan setuju dengan syarat-syarat perjanjian ini"
Elara menatap Alistair dengan tatapan mantap "jadi, jika semua sudah jelas kapan pernikahan ini akan dilaksanakan?"
"Dua hari lagi"... jawab Alistair singkat.
"Bagus "ujar Elara sambil mengangguk! "semakin cepat selesai maka semakin baik".
Keduanya terdiam sejenak sebelum akhirnya alistair menatap elara dengan penuh rasa penasaran "Boleh aku bertanya sesuatu yang pribadi"
Elara menatapnya dengan tatapan waspada. "Tergantung pertanyaannya"
Alistair tersenyum samar. “Apa yang sebenarnya membuatmu sangat tidak peduli dengan semua ini apakah karena keluargamu?"
Elara menarik napas dalam dan menghela napas pelan matanya sedikit gelap. "mungkin begitu mungkin juga karena aku sudah cukup lelah menghadapi dunia yang selalu menuntut lebih dariku Aku tidak lagi peduli pada apa yang orang pikirkan atau harapkan dariku".
Alistair mengangguk memahami "aku juga merasa lelah dengan segala tuntutan dan ekspektasi yang datang dari semua arah mungkin kita sebenarnya mirip"
Elara tersenyum tipis, tapi tidak menjawab setelah beberapa detik dia berdiri "Kalau begitu aku akan kembali bekerja terima kasih untuk pertemuan ini".
Alistair mengangguk "terima kasih sudah menyetujuinya tanpa ada keributan aku pikir perjanjian ini akan jadi awal yang baik bagi kita".
Elara menatapnya sekali lagi sebelum berbalik dan pergi. Tanpa kata perpisahan yang berlebihan, tanpa janji-janji manis hanya kesepakatan formal antara dua orang yang sama-sama mencari kebebasan dalam dunia yang penuh tekanan dan harapan berlebihan.
Hari-hari telah berlalu tidak terasa besok adalah acara pernikahan elara dan alistair.
Malam itu, elara baru saja tiba di rumah keluarga Estelle saat dia melangkah menuju tangga untuk pergi ke kamarnya suara teriakan ibunya Miranda terdengar menggelegar dari ruang tamu.
"Elara..dari mana saja kau?" Miranda melotot penuh amarah "besok adalah hari pernikahanmu kau seharusnya berada di rumah bukannya pulang selarut ini..!!" padahal, jam baru menunjukkan pukul 9 malam namun Miranda sudah memperlakukannya seolah-olah dia pulang larut malam dan mengacaukan persiapan.
Elara tetap berdiri di tempat mendengarkan amarah ibunya tanpa emosi seolah-olah kemarahan itu hanyalah angin lalu sebelum dia sempat membalas, arabelle muncul dari tangga atas berpura-pura prihatin pada kesehatan ibunya.
"Ibu... jangan marah-marah besok adalah hari besar kita dan kesehatan ibu harus terjaga" ucap Arabelle dengan nada manis menahan senyum sinis "bukankah tidak pantas kalau ibu terus marah-marah malam ini ?" meskipun dalam hatinya arabelle belum rela bahwa Elara akan memiliki posisi terhormat sebagai menantu keluarga Magnusson dia berpura-pura bersikap baik seolah-olah tidak merasa tersaingi.
Elara mengangkat alis tetap tenang sambil memandang keduanya dia sudah terbiasa menghadapi sikap dingin dan ketidakpedulian keluarga ini dalam pikirannya dia selalu yakin bahwa dia bukan bagian dari keluarga Estelle baik secara wajah maupun postur tubuh dia tidak memiliki kemiripan sedikit pun dengan Miranda ataupun George hanya Arabelle yang mewarisi ciri-ciri fisik keluarga Estelle sementara Elara berbeda ditambah lagi kecerdasan Elara sangat menonjol sejak kecil sehingga dia kerap diincar oleh perguruan tinggi terkemuka.
Setelah Miranda dan Arabelle selesai berbicara elara akhirnya membuka suara dengan nada dingin yang hampir tanpa emosi "apakah kalian sudah selesai bicara?" Elara menatap ibunya dan Arabelle bergantian "jika sudah aku ingin mengingatkan kalian bahwa pernikahanku ini tidak ada hubungannya dengan kalian Keluarga Magnusson yang menyiapkan segalanya dan kalian hanya perlu datang saja".
Miranda dan Arabelle terdiam sejenak terkejut dengan ucapan elara yang begitu tegas miranda, dengan wajah yang masih kesal hendak memotong ucapan elara namun elara melanjutkan tanpa memberinya kesempatan.
"Selain itu aku baru saja bertemu dengan calon suamiku Alistair Magnusson" lanjut elara dengan nada datar sambil menatap ibunya tanpa rasa takut "sekarang.. tolong minggir aku ingin istirahat".
Kata-kata elara membuat miranda dan arabelle tertegun mereka sama sekali tidak menyangka bahwa alistair akan mau bertemu dengan elara dalam pikiran mereka alistair pastilah membenci pernikahan yang mendadak ini bahkan mungkin meremehkan elara namun, pernyataan elara baru saja mengguncang pemikiran mereka.
Arabelle yang masih merasa tidak puas mencoba memastikan lagi "apa benar Alistair yang mengajakmu bertemu.. elara ??".
Elara menatap arabelle dengan wajah acuh lalu berkata dengan datar "kalau kau tidak percaya kau bisa bertanya sendiri pada keluarga Magnusson" tanpa menunggu reaksi dari Arabelle atau ibunya elara melangkah pergi dengan tenang menuju kamarnya di lantai atas.
Saat punggung elara menghilang di balik tangga kemarahan miranda kembali memuncak dia mendesah kesal menatap Arabelle dengan tatapan frustrasi "anak itu semakin berani" gumamnya dengan nada geram.
Arabelle yang juga merasa terganggu segera mendekati ibunya dan mulai meracuni pikirannya "ibu...kita tidak bisa membiarkan alistair jatuh cinta pada elara bayangkan jika mereka menjadi dekat suatu hari elara bisa saja mengadukan kita pada Alistair tentang bagaimana perlakuan kita selama ini kita bisa dalam masalah besar".
Miranda mengerutkan kening, berusaha meredam rasa kesalnya "aku tahu arabelle... tapi percayalah jika elara berani mengadu aku sendiri yang akan membuatnya menyesal pernah dilahirkan" dia mengucapkan kalimat itu dengan penuh kebencian, seolah-olah elara adalah aib yang harus dihilangkan.
Arabelle tersenyum licik merasa puas dengan reaksi ibunya dalam hatinya dia merasa aman karena baginya posisi elara tidak akan pernah mengancam kedudukannya bahkan Arabelle sudah merencanakan untuk menarik perhatian sebastian Magnusson adik dari alistair dia yang tampan dan sukses dengan sedikit rayuan dan waktu yang tepat dia yakin akan mampu menjadi bagian dari keluarga Magnusson yang lebih normal dan tidak cacat seperti Alistair.
Arabelle menatap ibunya dengan pandangan penuh keyakinan "ibu aku akan memastikan keluarga ini tidak pernah kehilangan kehormatannya aku tau apa yang harus kulakukan".
Miranda mengangguk setuju hatinya tenang melihat kepercayaan diri putrinya yang lebih dia anggap berharga daripada elara bagi miranda elara hanyalah alat untuk mendapatkan keuntungan bukan keluarga dia tidak pernah menginginkan elara menjadi bagian dari keluarganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!