Seorang wanita tampak duduk menyisir rambutnya di depan cermin. Sesekali ia menoleh kearah suaminya yang sedang berganti pakaian.
Meskipun ini bukan pernikahan pertamanya namun Marni masih saja merasakan kegugupan di malam pertamanya. Ia semakin gugup saat sang suami berjalan mendekatinya.
Seulas senyum terpancar dari wajah sang suami yang menatapnya penuh cinta.
"Sudah malam, apa kamu tidak mau tidur," ucap Amar memecah keheningan diantara mereka.
Marni pun segera beranjak dari duduknya dan tersenyum kearah sang suami. Amar menggandeng lengan wanita itu dan berjalan menuju peraduan mereka.
Wajah cantik Marni bersemu merah saat sang suami tak berkedip menatapnya. Memang tak dipungkiri jika kecantikan Marni mampu membuat kaum pria tergila-gila padanya. Mata Amar terus menelusuri wajah cantik Marni membuat wanita itu semakin salah tingkah dibuatnya.
"Mas,"
Tiba-tiba Amar terkesiap mendengar panggilan mesra sang istri.
"Iya sayang," jawabnya gugup
"Kamu mau berdiri saja di situ atau mau tidur di sampingku," ucap Marni membuat Amar seketika menelan ludahnya
*Glek!
Reflek pemuda 30 tahun itu langsung mengangguk setuju. Matanya tetap fokus menikmati senyuman manis yang disuguhkan oleh sang istri.
Amar, pria berusia 30 tahun itu, tak tahan untuk mencoba hal baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia begitu beringas menikmati setiap lekuk tubuh sintal sang istri. Orang-orang menyebutnya sebagai surga dunia, dan Amar sudah menantinya sejak lama. Jadi wajar saja jika pria itu begitu bersemangat untuk melakukannya.
Marni pun hanya pasrah dan menikmati setiap sentuhan lembut dari suaminya itu. Suara desah*n marni seolah menjadi pemacu adrenalin Amar untuk melakukan hal lain yang lebih menantang. Hingga ia berhenti saat melihat sesuatu yang mengerikan di bagian sensitif sang istri.
Tangan pria itu bergetar saat menyentuh gambar yang mirip seperti kulit terbakar.
Sebuah tanda lahir (toh) berwarna merah muda berbentuk Kalajengking terpahat di tubuh Marni. Ekornya menempel tepat di payud*ra sebelah kiri sedangkan kepalanya tepat berada di kemalu*nnya.
Toh itu hampir mirip seperti tato, bentukannya yang timbul dengan permukaan lebih tinggi dari kulit aslinya membuat gambar itu terlihat begitu nyata dan seolah hidup.
Ia pun memberanikan diri menyentuh gambar itu dari ekor sampai kepala. Sementara itu Marni hanya menggeliat menikmati sentuhan yang membuatnya semakin bergairah.
Tatapan mata Amar tak bergeming memperhatikan Kalajengking merah itu. Semakin lama ia memperhatikan tanda lahir itu ia seperti melihat kalajengking itu seolah hidup dan bergerak.
Melihat sang suami tiba-tiba terdiam Marni pun penasaran.
"Mas...Mas!"
"Hah!" Amar segera mengangkat tangannya
"Kamu lihat apa??" tanya Marni saat melihat wajah kaget sang suami
Amar hanya diam dengan ekspresi wajah ketakutan.
"Kamu takut lihat ini?" tanya Marni menyentuh tanda lahirnya
Amar masih belum berbicara. Ia masih shock dan terus menatap tajam kearah tanda lahir di tubuh sang istri. Amar tak habis pikir bagaimana wanita cantik dan kalem seperti Marni bisa memiliki tanda lahir yang begitu besar mengerikan. Sangat berbeda dengan kepribadian wanita itu yang begitu lembut dan manis.
"Aku tahu kamu pasti takut, normal sih...sama seperti mantan-mantan suamiku yang dulu. Mereka juga ketakutan sama seperti mu," ucap Marni.
Ia kemudian mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Maafkan aku dek," ucap Amar seketika melihat wajah kecewa sang istri
"Gak papa kok Mas, aku sudah biasa," jawab Marni semakin membuat Amar merasa iba padanya
Amar berpikir pasti Marni berat menerima semua itu. Apa toh itu juga yang membuatnya menjadi Janda. Pasti mantan suaminya meninggalkannya karena tanda lahir itu. Begitupun dengan teman-temannya, ia dikucilkan karena tanda lahir yang membuat ia terlihat aneh.
"Kalau Mas masih takut, sebaiknya tidur saja. Kita bisa melanjutkannya kalau mas sudah siap," ucap Marni kemudian membaringkan tubuhnya
Kali ini Amar benar-benar merasa bersalah kepada wanita itu. Ia pun segera membaringkan tubuhnya di sampingnya dan memeluknya erat.
"Maafkan aku yang sayang," ucap Amar menatap sendu wajah sang istri
Marni tersenyum dan mengangguk pelan.
"Iya Mas, gak papa,"
Marni pun menempelkan kepala di dada bidang sang suami.
Amar mengusap lembut rambut panjang Marni membuat wanita itu terlelap.
Saat tidur Marni terlihat lebih cantik dan menggoda. Tubuh seksi dengan bibir merah yang sedikit terbuka membuat dada Amar bergemuruh. Meskipun hatinya berkata tidak namun tidak dengan tubuhnya.
Rasa penasaran dan jiwa mudanya yang penuh gejolak membuatnya tak bisa menahan hasrat seks*alnya.
Ia pun mulai mengusap wajah sang istri yang sudah terlelap. Beruntung Marni pun terbangun saat merasakan sentuhan berbeda dari suaminya.
Ia tersenyum simpul membuat Amar semakin menggila dibuatnya.
"Aku sudah siap Mas," ucap Marni membuat lelaki itu seketika tergagap dan salah tingkah saat melihat istrinya yang sudah terlentang dengan selimut menutupi tubuhnya. Tak mau mengecewakan sang istri untuk kedua kalinya, ia pun mulai bersiap untuk melakukan kewajiban pertamanya sebagai seorang suami.
Wajah tegang Amar membuat Marni harus melakukan sesuatu. Ia tahu jika suaminya adalah seorang perjaka polos yang belum berpengalaman. Ia tahu Amar pasti grogi karena ini adalah pengalaman pertamanya
"Mau aku bantu Mas??" ucap Marni dengan suara lembut membuat Amar membelalak
Pemuda itu tampak malu saat mengetahui sang istri lebih berpengalaman darinya. Marni pun mulai bergerak seperti pemain ulung. Amar dibuat semakin terbakar oleh permainannya. Pemuda itu semakin tak bisa menahan gejolaknya hingga menarik tubuh Marni hingga wanita itu jatuh dibawah kungkungannya.
Sepertinya gejolak itu sudah di ubun-ubun hingga ia tak bisa menahannya lagi. Namun tiba-tiba adik kecilnya seketika menciut saat melihat kepala kalajengking dan dua capitnya yang seolah hendak mengatupnya. Sekali dua kali Amar berusaha mencoba lagi namun ia tetap tidak bisa. Adik kecilnya selalu tertidur saat ia hendak menggerakkannya.
"Ah sial!" gerutu Amar
"Gak papa Mas wajar saja, kamu itu baru pertama, jadi jangan terlalu dipaksakan," ucap Marni membuat Amar semakin malu padanya.
"Kita coba lagi besok, nanti biar aku saja yang pegang kendali, kamu cukup diam dan nikmati saja," ucap Marni berusaha membesarkan hati suaminya
Amar mengangguk setuju meskipun sebenarnya ia sangat malu pada wanita itu.
"Sekali lagi maaf ya dek," ucap Amar
"Iya Mas," jawab Marni
"Sebaiknya kamu tidur, kamu pasti capek," ucap Amar kemudian mengecup kening sang istri
Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa sih malam-malam ganggu saja!" celetuk Amar
Ia buru-buru bangun dan membuka pintu kamarnya.
Ia terkejut saat melihat kedua orang tuanya berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ada apa toh Bapak dan Ibu, malam-malam ke sini, ganggu aja!" celetuk Amar
Parto dan Surti seketika mengamati penampilan Amar yang acak-acakan.
"Apa kamu sudah melakukannya Le?" tanya Surti dengan wajah ketakutan
"Apa toh Bu," jawab Amar
"Kamu sudah menggauli istrimu atau belum?" kali ini Surti benar-benar ketakutan hingga mengguncang tubuh Amar
"Emangnya kenapa Bu kalau sudah, kan wajar toh namanya suami istri,"
"Jagan Le, kamu gak boleh mati. Asal kamu tahu Marni itu jadi janda bukan ditinggalkan suaminya tapi semua suaminya itu mati setelah melakukan malam pertama dengannya!"
Amar termangu mendengar ucapan sang ibu. Ia semakin tercengang saat mendengar semua cerita tentang istrinya dari sang ibu.
"Kamu harus segera menceraikan istrimu itu le,"
Ucapan Surti seketika membuat Amar benar-benar tak percaya. Bagaimana mungkin ia menceraikan Marni yang belum genap sehari ia nikahi, tanpa alasan yang jelas. Apalagi ia tidak berbuat salah apapun padanya.
"Ya tidak bisa seperti itu dong bu, lagipula Marni itu gak salah apapun sama aku. Jadi aneh kalau aku menceraikannya tiba-tiba, apa kata orang-orang nanti?"
"Kamu benar juga le, tapi aku takut kamu kenapa-kenapa," jawab Surti
"Hidup mati seseorang itu sudah ditentukan sama Gusti Allah Bu, jadi jangan pernah percaya dengan cerita takhayul seperti itu,"
"Mudah-mudahan semua itu gak bener ya le, dan jangan pernah kejadian sama kamu. Tapi bagaimanapun juga kamu harus waspada, karena hanya kamu yang bisa menyelamatkan dirimu sendiri," ucap Surti
"Inggih Bu, ya sudah kalau begitu aku balik lagi ke kamar, gak enak sama Marni kalau aku ninggalin dia lama-lama," ucap Amar berpamitan
Surti pun mengizinkan putranya itu kembali ke kamarnya, meksipun rasa was-was masih menghantuinya.
Amar duduk di bibir ranjang sambil memandangi wajah polos Marni yang sudah terlelap. Tak terasa ia sudah meninggalkannya cukup lama hingga membuat wanita itu terlelap. Marni dengan sejuta pesonanya tengah terlelap dengan damai. Polos seperti bayi, damai seolah tanpa beban. Kecantikan Marni membuat Amar tergila-gila padanya. Wajar saja Selain cantik Marni memiliki perangai yang lembut dan santun membuat semua pria tergila-gila padanya.
Amar masih ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu. Marni memikatnya dengan kebaikan hatinya yang selalu peduli terhadap orang-orang miskin.
Selain terkenal dermawan Marni juga terkenal sebagai janda kaya yang cantik jelita dan ramah terhadap siapapun. Hampir setiap hari Amar selalu bertemu dengannya karena Marni adalah pemilik rumah makan di depan tempatnya bekerja.
Hampir setiap jam makan siang Amar selalu mendatangi rumah makan Marni untuk mengisi perutnya yang lapar juga untuk menikmati kecantikan wanita itu hingga menumbuhkan benih-benih cinta.
Gayung bersambut ternyata Marni juga menyukai Amar, dan keduanya kemudian menjalin kasih hingga memutuskan untuk menikah.
Malam semakin larut namun Amar tak bisa tertidur. Ia masih memikirkan tentang toh istrinya. Bagaimanapun juga ucapan sang ibu membuat pria itu sedikit khawatir. Apalagi setelah melihat sendiri wujudnya.
"Ya Allah semoga ini hanya tanda lahir biasa dan tidak ada hubungannya dengan cerita ibu,"
Malam berlalu begitu lambat, pagi-pagi sekali Amar sengaja pergi ke kampung sebelah. Tujuannya adalah untuk mencari tahu tentang Toh yang dimiliki sang istri. Amar mengumpulkan banyak informasi mengenai istrinya termasuk mantan suaminya di desa kelahiran Marni.
Amar mulai takut dengan Marni saat ia tahu jika mantan suami Marni meninggal setelah melakukan malam pertama dengannya. Hampir sama dengan yang diucapkan oleh sang ibu.
"Masnya ini suami barunya Mbak Mur toh?" tanya seorang wanita paruh baya
"Inggih Bu," jawab Amar lirih
"Sudah berapa lama?" tanya wanita itu lagi
"Baru sehari Bu,"
"Oh syukurlah kamu masih hidup, biasanya gak ada yang di lolos setelah malam pertama. Kamu pasti belum melakukannya ya?" ucap wanita itu balik bertanya
"Maksudnya gimana toh Bu??" tanya Amar dengan wajah penasaran
Kali ini Amar benar-benar di buat penasaran oleh wanita itu. Meskipun sebelumnya ia sudah mendengar cerita ini dari ibunya dan juga orang tua mantan suami Murni, namun entah kenapa ucapan wanita itu benar-benar membuatnya penasaran.
Wanita itu menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis menatap wajah penasaran Amar.
"Harusnya kamu lebih tahu dari aku le, apalagi kamu sudah mengunjungi kediaman mantan suami Marni. Aku yakin mereka pasti sudah menceritakan padamu kenapa anak mereka meninggal dan bagaimana kondisinya?" terang wanita itu
"Iya aku sudah tahu semuanya Bu, tapi aku yakin kamu punya versi berbeda, dan aku ingin mendengarnya,"
Wanita itu tiba-tiba membuka pakaiannya membuat Amar gugup dan memalingkan wajahnya.
"Tanda seperti ini bukan??" ucap wanita itu menunjukkan sebuah tanda lahir berwarna coklat kepada Amar
Dengan sedikit malu Amar memperhatikan tanda lahir itu secara seksama. Ternyata tanda lahir itu memang mirip seperti punya Marni istrinya.
Hanya saja bedanya tanda lahir itu sudah memudar dan berwarna coklat.
"Tapi warnanya berbeda," jawab Amar
"Itu karena aku berhasil membuangnya," jawab wanita itu kemudian sambil mengancingkan pakaiannya
"Jadi tanda lahir itu bisa di hilangkan???" tanya Amar
"Bisa hanya saja nyawa taruhannya," jawab wanita itu seketika membuat Amar terdiam seribu bahasa.
Setelah berkeliling kampung dan mendapatkan apa yang di cari, Amar pun kembali pulang. Setibanya di rumah Marni menyambutnya dengan senyum manisnya.
Seperti sihir senyuman Marni mampu menghilangkan rasa lelah Amar setelah seharian berputar-putar di kampung kelahiran Sang istri.
"Kamu pasti capek ya setelah seharian bekerja, kalau begitu biar Marni bikinin teh anget dulu ya buat Mas," ucap Marni
Amar hanya mengangguk pelan, membuat Marni langsung bergegas menuju ke dapur.
Tidak lama wanita itu kembali menghampiri Amar sambil membawa segelas teh hangat untuknya.
"Monggo silakan diminum Mas," ucap Marni dengan seulas senyum terpancar di wajahnya
Marni benar-benar membuat Amar tak bisa berkutik jika berada di sampingnya. Wanita itu selalu bisa membuatnya nyaman bersamanya.
"Kamu kenapa sih Mas, kenapa sekarang kamu lebih banyak diam, padahal kamu dulu sangat agresif. Apa kamu menyesal telah menikahi ku,"
salah bisa membaca pikiran suaminya tiba-tiba ucapan manis langsung membuat Amar terkesiap mendengarnya.
"Ah, tidak kok, siapa yang menyesal menikahi mu dek. Justru aku senang karena bisa menikahi wanita cantik dan baik hati seperti mu," ucap Amar berusaha menepis praduga sang istri
Ia bahkan memeluk erat wanita itu untuk meyakinkannya.
"Semoga saja ucapan mu itu benar Mas," ucap Marni menatap wajah suaminya
"Asal kamu tahu aku sangat bahagia karena kamu bisa melewati malam itu, malam yang selalu membuat ku ketakutan karena selalu kehilangan pria yang aku cintai," imbuh Marni membuat netra Amar seketika membulat sempurna.
Jadi dia tahu semuanya, tapi kenapa ia menutupinya dariku?
Melihat tatapan ketakutan sang suaminya membuat Marni tersenyum dan mengusap lemak wajah tampan suaminya itu.
Marni dengan sejuta pesonanya membuat Amar tak berani mengatakan apa yang dirasakannya kepada wanita itu. Entah kenapa semua rasa takut itu seketika sirna saat melihat senyuman manisnya.
Malam mulai menjelang, seperti sebelumnya Amar tampak ketakutan saat hendak memasuki kamar tidurnya. Meskipun begitu ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya itu. Ia tak mau membuat istrinya kecewa.
Bagaimanapun juga Amar tidak mau menyakiti hati Wanita yang dicintainya itu. Apapun yang terjadi ia tak ingin meninggalkan Marni. Ia bahkan banyak mengumpulkan informasi bagaimana caranya untuk menghilangkan toh tersebut.
"Mas,"
Suara Marni membuat Amar terkesiap. Wanita itu terlihat begitu cantik meksipun tanpa make up di wajahnya. Ia bahkan sengaja menggunakan gaun tidur seksi untuk menggoda sang suami. Sepertinya ia tahu jika suaminya itu sedang galau. Ia pun menghampiri Amar dan mulai mencumbuinya membuat bir*hi Amar seketika membara dibuatnya.
Saat keduanya tengah bergumul, tiba-tiba sebuah benda jatuh tepat diatas atap kamar mereka. Seketika Marni bertingkah aneh setelah itu. Marni tiba-tiba menyanyikan sebuah kidung jawa yang terdengar aneh.
"Mas,"
Suara Marni membuat Amar terkesiap. Wanita itu tiba-tiba saja berdiri di hadapannya. Entah kapan ia datang bahkan Amar tak menyadarinya.
Seperti biasa Marni selalu tersenyum manis saat menatap wajah suaminya. Senyuman yang selalu membuat lelaki manapun luluh tak terkecuali Amar. Lelaki yang begitu tergila-gila padanya hingga nekat menikahinya meski jarak usia mereka terpaut begitu jauh. Cinta memang tak memandang usia, ataupun kasta dan itulah yang dirasakan oleh Amar.
Malam itu Marni terlihat begitu cantik meksipun tanpa make up di wajahnya. Ia bahkan sengaja menggunakan gaun tidur seksi untuk menggoda sang suami. Sebagai seorang Janda, Marni tahu benar bagaimana cara menggoda suaminya. Sepertinya ia tahu jika suaminya itu sedang galau. Ia pun menghampiri Amar dan mulai mencumbuinya membuat bir*hi Amar seketika membara dibuatnya.
Siapapun tidak ada yang bisa menolak pesona Marni, apalagi saat wanita itu sudah memainkan kartu as miliknya.
Saat keduanya tengah bergumul, tiba-tiba terdengar suara sebuah benda jatuh tepat diatas atap kamar mereka.
*Brakkk!
Keduanya terkesiap dan menatap satu sama lain.
Seketika Amar langsung menghentikan aktivitasnya. Ia buru-buru bangun dan memakai pakaiannya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh hingga harus mengeceknya.
"Maaf Dek, sepertinya kita tidak bisa melanjutkannya malam ini. Tiba-tiba saja perasaan ku tidak enak. Aku harus segera mengecek apa yang jatuh di atas sana!" ucap Amar
Marni hanya diam tanpa berbicara apapun. Ekspresinya begitu datar saat mendengar ucapan sang suami. Meski Amar heran dengannya namun ia tak punya waktu untuk bertanya saat itu. Baginya yang terpenting saat itu adalah mengecek benda apa yang jatuh diatas genting kamarnya.
Namun saat ia hendak meninggalkan kamarnya tiba-tiba Marni bangun sambil bersenandung.
Wanita itu turun dari ranjang dan merapikan penampilannya. Ia mengikat rambutnya yang terurai kemudian menggerakkan tangannya seperti seorang penari. Sambil menari ia pun bersenandung.
Suara begitu merdu dan anehnya. Marni menyanyikan lagu jawa kuno yang tidak di ketahui oleh sang suami.
"Lagu apa ini, kenapa liriknya seperti sebuah mantera," gerutu Amar
Marni terus meliuk-liukan tubuhnya sambil menggerakkan tangannya. Membuat Amar pun mengurungkan niatnya untuk meninggalkannya.
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Marni terus meliuk-liukan tubuhnya sambil terus bernyanyi. Amar merasa ada yang aneh dengan istrinya itu. Bagaimana tidak wanita itu tiba-tiba pandai menari layaknya seorang penari profesional. Begitupun dengan lagu yang dinyanyiin kannya. Ia merasa Marni seperti tidak sedang bernyanyi, namun ia seperti seorang yang sedang membaca Mantera. Saat itu Amar berpikir jika istrinya itu tengah kerasukan. Hingga ia berusaha untuk menyadarkannya.
"Dek... Dek, sadar Dek," ucap Amar memberanikan diri mendekati wanita itu
Ia hanya ingin menyadarkannya, namun sayangnya Marni tak bergeming. Ia terus bersenandung sambil menari. Sepertinya Amar harus menggunakan cara lain untuk menyembuhkan wanita itu dari kesurupan.
"Apa yang harus aju lakukan??" ucapnya bingung
Tiba-tiba Amar di kagetkan dengan kemunculan bola api yang terlihat di kaca kamarnya.
"Banas pati, Teluh???" ucap Amar dengan wajah pucat
Ia buru-buru berlari kearah jendela kamar untuk menutup gorden kamarnya.
Saat Amar tengah ketakutan Marni justru berhenti bernyanyi. Wanita itu tiba-tiba jatuh ke lantai dan kejang-kejang.
"Argghhh!!" wanita itu tiba-tiba menggeliat tak beraturan membuat Amar panik
Lelaki itu terkesiap melihat tubuh sang istri menggelepar ke lantai dan kejang-kejang. Ia segera menghampiri wanita itu untuk menolongnya.
"Dek, kamu kenapa Dek," ucapnya panik
Kembali Amar di buat kaget saat mendengar sesuatu menghantam Jendela kaca kamarnya.
*Dug, dug!!
Bukan hanya suara benda yang terus menghantam jendela kamarnya, suara puluhan batu kerikil seperti jatuh menimpa genting kamarnya menambah suasana semakin mencekam.
*Kratak, kratak!
"Duh Gusti, apalagi ini," ucapnya dengan wajah panik
Sementara itu Marni masih kejang-kejang, ingin rasanya Amar menolongnya tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
"Dek bangun Dek, sadar Dek, sadar!" ucap Amar sambil menepuk-nepuk pipi sang istri
Tiba-tiba Marni tersadar membuat Amar terkejut saat melihat bola matanya yang berubah putih semua.
Tiba-tiba Amar merasakan bulu kuduknya berdiri saat melihat Marni tersenyum padanya. Wanita itu memperlihatkan gigi-giginya yang hitam membuat Amar seketika mendorong wanita itu.
"Argghhh!!"
Seketika Amar merasa bersalah saat melihat wanita itu kesakitan. Bagaimanapun juga harusnya ia tidak mendorongnya.
Ingin mendekat untuk menolongnya, namun tiba-tiba nyalinya seketika menciut, bulu kuduknya meremang saat mendengar alunan kidung kembali mengalun dari mulut istrinya.
"Sial, kidung itu lagi,"
Kali ini suara Marni terdengar lebih lirih hingga terdengar seperti seorang yang merintih.
*Brakkkk, Brakkk!!
Kembali sesuatu menghantam jendela kamar bertubi-tubi membuat Amar semakin ketakutan. Rasa penasaran membuat Amar memberanikan diri mendekat kearah jendela dan mengabaikan kondisi Marni.
Jantung Amar kian berpacu, tangannya bergetar saat memegang gorden yang menutupi jendela kaca tersebut. Baru sedikit ia membuka kain berwarna merah marun itu tiba-tiba ia dikejutkan dengan sekelebat cahaya berwarna merah yang melintas di depan jendela kamarnya.
*Wush, wush!
Pria itu segera menutup kembali gorden kamarnya. Niat untuk membuka Jendela pun diurungkannya. Matanya awas melihat cahaya merah yang terus bolak-balik menghampiri kamarnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, siapa yang mengirim banas pati itu, siapa yang berusaha mencelakai kami,"
Amar pun mundur menjauh dari jendela. Ia tahu benar jika bahaya sedang mengancamnya. Karena ia tahu benar jika bola api itu adalah sebuah tanda petaka, petaka yang bisa mengancam keselamatannya dan juga keluarganya.
Ia buru-buru menghampiri Rinjani yang masih tergolek di lantai.
Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya hingga menabrak sesuatu.
*Buughhh!!
"Astaghfirullah hal adzim!" pekik Amar saat melihat sosok Rinjani berubah menjadi sosok yang menakutkan.
Ia buru-buru membalikkan badannya saat melihat Rinjani berdiri. Wanita itu menyeret kakinya seperti orang pincang berjalan mendekati jendela.
Amar hanya menahan nafas saat wanita itu melewatinya.
Marni dengan kasar menarik gorden kamarnya. Matanya melotot memperhatikan bola api yang terus mencoba menabrak Jendela kamarnya.
Mulutnya bergerak cepat seolah membaca sesuatu yang begitu asing di telinga Amar.
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!