Aroma pagi yang menyejukkan dan menunjukkan warnanya. Harum angin pagi yang hangat.
Anita, wanita itu termenung memandang langit biru yang cerah. Ya.. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Doni. Pria muda lajang yang mencintai dirinya, tapi kenyataannya itu benar atau tidak Doni benar-benar mencintai dirinya atau hanya hartanya saja.. Itu semua hanya Doni yang tau.
Satu hal yang masih ia ingat jika anak-anaknya tidak menyukai Doni. Karena anak-anaknya menganggap Doni hanya memanfaatkan dirinya sebagai mesin uang.
...****************...
"Mama disini.. Mama baik-baik saja kan?" tanya anak Anita, Sella.
"Mama baik kok." Jawabnya.
"Ma.. kalau Mama tidak siap, jangan paksakan hatimu untuk ini! Mama yakin.. Jika dia adalah laki-laki yang baik? Mengingat Papa dulu seperti itu Ma.."
"Mama sudah yakin. Mama dan Doni sudah saling cinta. Kami saling tau sama tau kehidupan masa lalu. Kamu tidak perlu khawatir dengan ini. Doakan saja kami sampai maut memisahkan."
"Mama.." Sella tak melanjutkan perkataannya. Ia langsung memeluk Anita dan menangis. Ia tau, pasti hati sang ibu sedang tidak baik.
Dari kejauhan seorang lelaki tampan dengan setelan tuxedo tampak gagah. Tersenyum melihat sang pengantin yang sudah memakai
gaun pengantin sederhana namun elegan.
"Kalian disini! Sayang aku tadi mencarimu dan ternyata disini. Kamu baik-baik saja?"
Tapi bukan wanita yang mau dinikahinya yang menjawab tapi calon anak tirinya.
"Memangnya tidak lihat, kami baik-baik saja. Hanya meluapkan emosi kami masing-masing." Potong Sella kemudian meninggalkan mereka.
Doni yang sadar akan hal itu tidak memperdulikannya. Ia berjalan mendekati kekasihnya itu yang akan beberapa jam lagi menjadi istrinya yang sah.
"Kamu baik-baik saja kan sayang!" ujarnya khawatir.
"Ya.. Aku baik-baik saja. Tidak ada apa-apa. Ada apa kamu cari aku?"
"Tidak. Aku hanya ingin melihatmu memakai gaun ini." Menatap dengan penuh bahagia. "Aku tidak menyangka sayang! Kita akhirnya sampai juga dalam pernikahan. Kamu mencintaiku kan?"
Anita hanya mengangguk. Tapi hatinya masih diambang gelisah. Mengingat yang baru saja Sella katakan. Benar.. Ia harus lebih dalam bertanya dengan dirinya sendiri. Karena ini adalah urusan hidup bersama sampai mati.
...****************...
"Sah..!!"
Para saksi berkata dan dilanjutkan dengan doa. Hari ini Doni telah sah menjadi suami Anita. Jelas senyum bahagia tampak pada keduanya. Tapi tidak dengan anak-anak Anita. Mereka terpaksa menerima karena tidak mau dibilang durhaka, mementingkan kehendak mereka sedangkan ibunya menderita.
Lain dengan Doni. Ini adalah awal dimana ia menjadi "Pemburu Uang" . Yang berhasil memikat wanita itu. Cinta? Entahlah.. Hanya Doni saja yang tau perasaannya kepada Anita. Wanita paruh baya yang masih energik, yang dikenalnya satu tahun yang lalu di tempat fitness. Tempat dimana mereka berkenalan, berdekatan dan kemudian berakhir dengan pernikahan. Dan itu semua tidak gampang berhubungan karena anak-anak dari Anita awalnya tidak menyetujui hubungan mereka yang jarak umur mereka terpaut sangat jauh. Tapi siapa sangka, bahwa cinta dan rasa sayang dapat menyatukan mereka kesebuah pernikahan. Dimana awal dan akhir cerita cinta mereka berdua..
Berlanjut atau tidak.. yang pastinya hanya mereka saja yang tau kehidupan selanjutnya seperti apa..
Mungkinkah rasa cinta Doni dan Anita sampai selamanya? Akh.. Entahlah.. Itu semuaTuhan yang punya rencana.
Manusia bisa apa..!!
"Ddrrrttttt..."
Ponselnya berdering. Jauh dari sana suara seorang wanita. Diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Beib.. Kamu dimana? Sudah bangun belum?" tanya si wanita itu.
"Hem.. sabar ya, dua jam lagi aku kesana."
"Kamu gak lupa kan beib..?"
"Tidak.. Tunggu saja oke. Love you..!" Langsung mematikan ponselnya.
Ia bergegas bangun kemudian duduk ditepi ranjang miliknya. Menatap cahaya pagi dari jendela apartemennya.
Hari ini ia akan pergi menemui "pacarnya". Ya.. Bisa dibilang begitu karena hanya status. Karena memang sejujurnya ia hanya mendekati wanita kaya raya dan itu bukan wanita muda melainkan wanita-wanita paruh baya yang notabenenya merupakan wanita yang kesepian dan haus kasih sayang belaian.
Doni yang sudah selesai bersiap-siap untuk pergi. "Ternyata kamu itu tampan Doni.. Ayo.. Kejar mereka yang membutuhkan belaianmu." gumamnya tersenyum miring didepan cermin.
Ia pun keluar turun dari apartemennya. Sesampainya di lobby apartemen ia seketika tertegun dengan yang dilihatnya.
"Itu kan.. Wanita itu pernah datang di tempat gym. Oke juga ini cewek." gumamnya. Akhirnya ia pun pergi menuju tempat yang tadi menelpon dirinya.
Tak lama pun ia sampai ke sebuah apartemen mewah berlantaikan 22 lantai. Apartemen mewah yang ditempati "pacar" Doni. Ia pun sampai dan memencet bel. Si pemilik apartemen pun membukakan pintu untuknya.
Ia pun masuk dan langsung memeluk wanita itu, di akhiri dengan ciuman.
"Beib.. Lama sekali sih datangnya." Ujar wanita yang tampak berumur empat puluh delapan tahun. Seksi dan menggoda. Terlebih lagi seorang janda yang masih belum jelas statusnya. Bercerai dari suaminya tapi belum jelas karna suaminya masih menggantungkan proses perceraian. Jelas Doni jugalah penyebab kerusakan rumah tangga wanita itu.
"Macet sayang." beralasan.
"Bohong.." sahut Jaslyn. Ya namanya Jaslyn.
Karena tak mau di cap pembohong. Doni merayu Jaslyn agar tidak cemberut. Mencium bibirnya dengan mesra dan bertautan. Tanpa sengaja Jaslyn membuka kancing depan milik Doni dan... Aakkhh sudahlah mereka yang tau..
****************
Modern Fitness
Sore ini Doni sudah berada di tempat gym. Memang jam segini adalah rutinitas ia. Karena Doni pelatih di tempat gym di tempat fitness tersebut. Dan ditempat ini jugalah ia banyak berkenalan dengan wanita-wanita kaya dan janda kaya untuk targetnya. Ya.. ya.. Sudah tidak hal yang tabu lagi untuknya menjalankan rutinitas itu. Entah sejak kapan ia memulai pekerjaan itu. Menjadi seorang "player".. Tapi dengan wanita yang sudah berumur.
"Don..Doni.." sapa Cacha. Cacha adalah teman kerja sesama pelatih.
"Ya Cha ada apa?"
"Begini.. Hari ini mau gak gantiin aku Don.. Soalnya aku ada perlu, penting banget!"
"Terus..!"
"Gantiin.. Hari ini ada klienku bentar lagi udah mau sampai. Tadi aku sudah bilang ke dia kalau ada yang gantiin aku. Tenang orangnya santai gak "genit-genit" kok." ujar Cacha sembari tersenyum.
Doni berdecak. "Kamu ya kebiasaan, lain kali kalau lagi kerja jangan dibiasakan dicampur urusan pribadi."
"Gaya lu... Kayak gak pernah ada masalah saja. Ya sudah, aku titip klienku ya."
"Hem." Doni mengangguk malas.
"Eh.. Tapi ini "macan" tau. Cantik." Goda Cacha sambil berjalan kemudian pergi.
Benar saja tak lama wanita yang di maksud pun datang. Ia seperti agak bingung mencari pengganti pelatih centilnya itu. Kemudian Doni menghampiri Anita.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Candra.
" Saya lagi nyari Doni pengganti pelatih saya Cacha ."
Doni tersenyum. "Kebetulan itu saya, Anda Anita?"
"Ya benar." jawab Anita.
"Kalau begitu mari kita mulai sekarang." ajak Doni.
Kali ini Doni salah tingkah, menunjukkan gelagat tebar-tebar pesonanya. "Benar kata Cacha "macan".. Cantik.. Wanita karir.. dan kaya." pikirnya.
"Oke.. Kita istirahat dua puluh lima menit." memberi aba-aba.
"By the way. Anda sudah lama mengikuti kelas! Soalnya saya baru lihat Anda."
"Sudah dua bulan, dari awal saya memang sama Cacha. Jelas Anita.
"Hem.. Begitu ya. Oh iya boleh saya minta nomor ponsel Anda!" pintanya.
Anita mengerutkan keningnya. "Untuk apa ya?"
"Akh.. Tidak ada apa-apa, jika Cacha tidak hadir Anda bisa bersama saya, kebetulan saya di kelas gym."
"Oh ya."
Kemudian keduanya bertukar nomer ponsel masing-masing.
...****************...
"Hallo Cha kamu dimana?" tanya Doni.
"Sudah dirumah memangnya kenapa! Tumben telpon..Kayaknya ada bau-bau "kepo".
Timpal Cacha.
Doni tertawa. "Tau aja lu.. Ia kepo sih. Omong-omong, itu klien yang kamu bilang "macan" memangnya beneran single?"
"Wah-wah.. memang nih orang. Pantang lihat yang indah-indah." Timpal Cacha.
...****************...
"Hallo Cha kamu dimana?" tanya Doni.
"Sudah dirumah memangnya kenapa! Tumben telpon..Kayaknya ada bau-bau "kepo".
Timpal Cacha.
Doni tertawa. "Tau aja lu.. Ia kepo sih. Omong-omong, itu klien yang kamu bilang "macan" memangnya beneran single?"
"Wah-wah.. memang nih orang. Pantang lihat yang indah-indah." Timpal Cacha.
"Ayolah Cha.. Aku hanya ingin tau saja tidak macam-macam." Doni memaksa.
"Oke-oke.. Tapi ingat ya Don. Jangan macam-macam beliau itu orang baik-baik, kamu jangan berharap yang lain. Memangnya apa yang ingin kau tanya dengan ingin tau saja itu?"
"Banyak.. Semua tentang dia."
"Yang aku tau. Dia itu janda, punya anak tiga yang semuanya sudah sukses. Terus dia juga wanita karir sih. Eemm.. Apalagi ya.. Maaf ya Doni aku juga tidak tau banyak sekali. Yang aku tau itu saja. Tunggu.. Aku heran sama kamu. Kok tiba-tiba tanya-tanya soal dia?"
POV : Cacha
Ia adalah teman kerja Doni. Ia tau banyak hal tentang Doni. Mereka sebenarnya teman lama saat masih di bangku kuliah tapi beda jurusan. Bertemu juga tidak sengaja saat Cacha mengikuti kelas Yoga di tempat Fitness. Ia mengetahui jika Doni suka gonta-ganti pacar. Tapi juga ia tau tidak sepenuhnya ia suka, bahkan ia juga pernah menegur akan hal yang dilakukan Doni ini. Tapi apa daya.. Doni tetap dengan sampingannya itu.
"Hem.. Yakinlah Cha aku cuma mau tau dia saja. Dan tidak akan macam-macam."
"Ya sudah kalau begitu. Tapi ingat ya Doni jangan macam-macam kamu"
"Iya.. Iya.." Doni meyakinkan.
Dan keduanya menutup telponnya. Tampak dari Doni tersenyum sumringah. Karena apa yang ia inginkan untuk tau tentang target sekarangnya ini membuatnya menantang. Anita bukan tipe wanita yang mudah percaya dengan laki-laki. Apalagi ia pernah disakiti oleh suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Itu yang membuat ia tidak mudah percaya lagi. Yang sampai pada saat ini juga ia tidak menikah lagi. Dulu.. anak-anaknya sempat memberikan kesempatan kepadanya untuk menikah lagi, beralasan agar ia tidak kesepian. Tapi ia tetap tidak mau.
...****************...
"Ting..Ting.. Ting..."
Malam ini Doni menghampiri Jaslyn. Pria itu datang ketika ia menginginkan suatu dari Jaslyn. Tentunya keinginan apa saja untuk dirinya. Dan yang disayangkan Jaslyn selalu memberi.
Jaslyn membukakan pintu. "Hai sayang.."
Kecintaannya terhadap Doni membuat ia selalu lupa bahwa dirinya sudah wanita yang lebih dewasa. Bucin.. tentunya seperti itu. Ia sudah memiliki anak bersama suaminya. Anak gadis semata wayangnya yang sudah berumur lima belas tahun. Yang Sekang tinggal bersama suaminya.
Perkenalannya saat pertama kali dengan Doni, adalah saat itu berawal dari arisan berondong yang di saat itu, ia yang memenangkan arisanya. Selain uang puluhan juta juga dapat enaknya.. Yang tak lain tentunya berondong dong!
Tanpa disadari ternyata dia jatuh cinta pada pria muda itu hingga sampai sekarang.
"Hai." Sahut Doni.
"Kamu nginap?" tanya Jaslyn.
Doni mengangguk.
"Berapa hari?" tanya Jaslyn lagi.
"Belum tau. Soalnya aku nanti tidak enak. Karena pasti anak perempuanmu datang dan aku tidak mau kamu bertengkar dengannya gara-gara aku." bujuk Doni.
"Itu bisa diatur. Lagian dia lagi sama Papanya. Aku tidak mempersalahkannya." ujarnya.
"Ia tapi aku tidak enak sayang. Jika ia datang aku tidak bisa memelukmu seperti sekarang.. kamu mengertikan." bujuk Doni lagi.
"Baiklah." ia mengalah.
Doni mencium bibir Jaslyn agar tidak cemberut. Tapi ciuman itu bertaut. Terlena. Kalau sudah seperti itu pasti keduanya menginginkan lebih.
Jelas saja Doni memulai duluan. Ya.. Laki-laki normal mana yang jika sudah dimulai dengan cumbuan panas tidak terlena. Hingga keduanya tak sadarkan diri, jika keduanya sudah tanpa busana.
Dan.. Sesuatulah terjadi. Hasrat yang sama-sama menggebu untuk saling memuaskan.
Hingga akhirnya..
"Sayang.. Aku ada mau yang aku tunjukkan ke kamu." Jaslyn mengambil kotak, sepertinya kotak jam tangan. Yang baru ia beli untuk diberikan dengan Doni.
"Apa itu?" tanya pura-pura Doni.
"Taaa..rraaa.. Yang kamu idam-idamkan. Ini buat kamu sayang."
Doni tersenyum. Jam tangan brand ternama. "Wah.. Terima kasih banyak sayangku. Kamu tau banget yang aku mau."
"Pastinya.. Yang penting awas aja kalau kamu berpaling dari aku. Awas saja coba-coba ya. Kamu kan tau aku sudah berkorban banyak untuk kita bisa bersama. Kalau kamu tidak menghargai aku.. Awas saja. Aku buat perhitungan nantinya." ketusnya.
"lhh galaknya." Ucap Doni sambil memegang dagu Jaslyn dan mencium keningnya.
Tak lama Jaslyn tertidur. Ia melirik Jaslyn yang tertidur pulas, memastikan sudah benar-benar tidur. Ia memikirkan bagaimana bisa mengelabuhi Jaslyn agak ia bisa berdekatan dengan Anita. Wanita yang baru ia kenal. Ia pun menggapai ponselnya dan mencari nomor telepon Anita.
"Sedang apa dia.." gumamnya dalam hati.
Sepertinya ia sudah mulai suka dengan Anita. Bagaimana tidak. Anita, wanita yang sudah berumur lima puluh tujuh tahun itu terlihat masih energik dan cantik. Langsing. Tinggi. Berpenampilan menarik. Wanita yang masih berkarir dan kaya. Bukan berarti Jaslyn tidak juga kalah cantik dan kaya.
Anita seperti sudah mulai membuat hatinya bergejolak. Seketika rasa ingin memiliki itu hadir.
...****************...
Hari ini jadwal Anita tidak ada. Doni menunggu kedatangan tapi sayang ia salah jadwal. Doni yang melihat Cacha yang sedang melatih kliennya yang lain, ia pun menghampirinya.
"Cacha.." sapa Doni.
"Hem.." jawabnya.
"Sebentar.. Bentar banget!" bujuknya.
"Oke kita istirahat lima belas menit." ujar Cacha kepada yang di dampinginya.
Doni tersenyum.
"Ikhh... Tidak usah sok manis begitu kamu. Ada apa lagi Doni..? Nada menggoda.
"Eemm.. Dia hari ini tidak datang?"
"Siapa?"
"Macan."
Cacha melongo. Kemudian tersenyum miring. "Cciik.. Ya ampun, jadi kamu nyari Bu Anita?"
Doni mengaguk "Iya."
"Enggak datang dia. Hari ini Bu Anita gak ada kelas. Dua hari lagi baru ada. Itu juga dia info dulu. Biasa orang sibuk. Kenapa... Ayo.. Kamu ketahuan. Suka ya..!"
Doni terdiam.
Cacha menarik nafas. Melirik Doni. "Begini Don.. Please!! Kamu mau kapan sih mau berubahnya. Sudah dong.. Memangnya kamu gak cukup Jaslyn?."
"Cha.. Aku gak bisa lama-lama sama dia. Karena dia masih belum selesai sama mantan suaminya. Aku akui, semua gara-gara aku. Kami sudah sejauh ini. Terkadang aku jenuh juga menghadapi dia yang manja itu."
"Tapi kan kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan dari Jaslyn! Apa itu kurang? Sudahlah Doni. Stop.. Please! Katanya mau berubah."
"Tidak semudah itu Cacha, aku juga jadi begini itu karena kebutuhan! Aku cuma sama kamu bisa seluas ini ngobrol karena kamu sudah tau aku dari dulu."
"Dan kamu juga harus sadar, kamu.. Akan kena batunya suatu saat nanti jika kamu masih kayak gini terus! Ya sudahlah aku mau balik kerja."
Cacha meninggalkan Doni yang masih termenung. Menyerap semua perkataan Cacha barusan.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!