"Bruuuk",Erikha melempar sebuah majalah lama ditempat tidur sang kakak.
"Apaan sihh."menoleh dan mematikan laptop yang sedari tadi menyala.
"Kak,coba lihat ini."membolak balikkan halaman majalah.
"Apa?"
"Ini,Mamikan?"menunjukkan seseorang yang ada digambar dengan senyum sumringah.
"Masa sih?"garuk-garuk kepala masih tidak percaya.
"Kakak tahu gak,ini coverboynya familiar banget cuma aku gak tau namanya."(menunjuk wajah coverboy).
Richi pun menarik majalah dan mengamati dengan cermat,sedikit berfikir dengan menggosok,gosokan tangan dihidung.
"Eri(begitulah panggilannya)kalau gak salah sih dia masih aktif diband sebagai drummer."
"Benarkah?"seakan tidak percaya.
"He emh,"mangut mangut seraya melamparkan kembali majalah kepangkuan adiknya.
"Sudah sana keluar tugasku masih banyak."mengusir Erikha
Erikha mendekap kembali majalahnya dan berkata"iya-iya aku keluar sekarang,tapi janji dulu ya esok hari kita cari dia,ok kak."dengan memainkan jari-jarinya.
"Terserah kamu."kesal karena waktunya diganggu,tapi berfikir juga bahwa adiknya ada benarnya.Mami sudah lama sendiri,akhirnya Richi mencari berita tentang teman Maminya diinternet.Dan dia tersenyum karena mendapati bahwa teman Maminya sekarang jomblo.
"Pagi Mami,"Erikha mencium Mami yang sedang sibuk dengan roti ditangannya.
"Pagi sayang,Mana kakak"?menanyakan Richi yang belum turun untuk sarapan.
"He hem."mengangkat bahu dan mengoles roti dengan madu.
"Kok tumben kalian turunnya gak bareng?gak lagi berantemkan?"memastikan anak-anaknya baik-baik saja.
"Aku disini,Mi!telat bentar aja kok."duduk didekat Mami dan mulai sarapan."oh ya,Mami jadi ke kota S hari ini?"
"Iya,penerbangan jam 10."jawab Mami
"Hati-hati ya,Mi."jawaban kami kompak.
Didalam mobil menuju kesekolah Richi memberikan beberapa file tentang teman Maminya.
"Sepulang sekolah kita temui dia."menutup kepala dengan topi dan memberi sinyal dengan tangan kepada adiknya untuk diam.
Sepulang sekolah Richi dan Eri menuju sebuah rumah mungil dengan halaman yang redup dan sejuk.Terlihat seorang bibi menghampiri mereka.
"Kalian cari siapa?"sapa Bibi
"Maaf bi,apa benar ini rumah pak Didi?"tanya Richi sopan."Apa beliau ada?"
"Ah,iya benar sebentar Bibi panggilkan dulu kalian masuk dan duduk."mempersilahkan duduk.
"Ah,iya.Terimakasih banyak ya Bi."Richi menunduk menghormati Bibi
"Iya,sama-sama."sembari jalan berlalu memanggil sang majikan.
"Kak,kok aku deg-degan ya."mengelus,elus dada dan menarik nafas.
"Kamu ini,katanya mau nyariin pacar buat mami harusnya yang deg-degan Mami bukan kamu"menjitak kepala Eri.
"Selamat sore."sapa Didi lembut.
Seketika itupun deg-deg,jantung Didi serasa mau copot saat melihat wajah Eri amat sangat mirip dengan mantan kekasihnya.Keduanya hanya saling memandang tanpa bisa mengucapkan kata-kata,ketika Bibi datang membuyarkankan pandangan mereka.
"Lho kenapa berdiri semua?ayo duduk dulu sambil minum tehnya,diluar sudah mulai gerimis."menuangkan teh.
"Ah,iya ya Bi,perasaan panas disini nyatanya gerimis ya?"kata Eri dengan menarik dan mengatur nafas.
"Kalian siapa?tanya Didi masih terus memandangi Eri.
"Aku Richi,Om!"memperkenalkan diri,"Kita berdua anak dari Carlista Sari,mungkin om pernah kenal dengan nama itu.Dan ini adik saya,namanya Erikha biasa dipanggil Eri."
Akhirnya mereka bertiga mengobrol dan bercanda seakan sudah saling mengenal dalam waktu yang lama.Inilah perjalanan pertama Kakak dan adik demi mencari kebahagiaan untuk Maminya.Tak terasa waktu pun cepat bergulir,matahari mulai tergelincir minta bagian shiftnya diganti dengan gelap malam yang bertabur cahaya bulan dan bintang.
Beberapa hari kemudian tepatnya malam Minggu,Om Didi menghubungi Richi dan Eri.Dia ingin datang kerumah dengan membuat kejutan buat Carlista.
"Jadi sekarang mami kalian suka apa?"tanya Didi kepada Richi.
"Tidak banyak yang mami suka,sesekali saja mami ngajak makan bakso dipinggir jalan,setiap kali kutanya jawabanya adalah mengenang masa lalu."kata Richi menunjukkan suatu tempat.
Didi hanya manggut-manggut mendengar cerita dari calon anaknya,bahkan dia sendiri juga tengah mengingat-ingat tempat kenangan tersebut.Dulunya dia sangat suka nongkrong ditempat tersebut bahkan pertemuan pertama dengan dengan Carlista dia kembali ingat dan hanya senyum-senyum.
Ya,pertama kali bertemu dengan Carlista adalah hari yang sial baginya,karena dia harus telat kesekolah dan mendapatkan hukuman.
"Eh,elo Namanya Didikan?"tanya Carlista buru-buru."tolong pinjam duit lima ribu buat bayar angkot,sumpah gue lupa tadi gak bawa duit!"kata Carlista dengan menodongkan tangan dan wajah memelas.
Dengan berat Didi menyerahkan lembaran uang lima ribuan kepada Carlista sempat terjadi tarik ulur dan pada akhirnya Didi pun mengalah memberikan uangnya kepada Carlista.
"Apaan sih,nanti gue ganti!"kata Carlista cemberut."gue adiknya Bagas tetangga baru dikomplek lo,elo kenal kakak gue kan?"
Akhirnya angkutan umum yang mereka tumpangi berhenti didepan Sekolah Menengah Pertama dimana Carlista belajar disana.
"Jadi elo adiknya si Bagas?"tersenyum pasti seakan tengah menyusun strategi.
Siang harinya Didi kembali bertemu Carlista dijalan saat pulang sekolah,namum Carlista tidak melihat ada Didi yang tengah memperhatikannya.
Carlista mempercepat jalannya menuju sebuah rumah dengan gedung sederhana tetapi tetap bersih dan nyaman.
Ya,Carlista tinggal disebuah rumah kontrakan yang ada dikomplek rumah Didi.
"Disini rumahmu?"tanya Didi lirih.
Malam harinya dengan alasan mengajak Bagas main band Didi datang kerumah Carlista,padahal cuma modus mau mendekati Carlista.
"Tok-tok-tok"terdengar suara pintu rumah Carlista diketuk,mama Haya membukakan pintu.
"Cari siapa"?tanya mama Haya.
"Bagas ada tante?"tanya Didi sopan.
"Oh,iya ada"!mama Haya masuk dan memanggil Bara.
Bagas keluar dengan mulut masih berisi makanan maklum baru makan malam dan belum selesai dengan buru-buru menelan sisa makanan dimulutnya.
"Ada apa?"tanya bagas sedikit tersedak.
Didi hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Bagas yang sedikit konyol,ternyata kakak dan adik sama.
"Ternyata elo dan adik lo sama aja!"dengan pelan Didi memberikan buku catatan milik Bagas yang sengaja dipinjam tadi siang.
"Kapan kalian bertemu?"tanya Bagas sedikit heran pasalnya adiknya itu sering buat masalah takutnya Didi datang kerumahnya gara-gara Carlista bikin masalah.
"Tadi pagi gue kena palak sama dia!"kata Didi.
Belum sempat Bagas dan Didi melanjutkan pembicaraan tiba-tiba Carlista keluar dengan membawa buku milik Bagas yang hendak dipinjam.
"Kak,aku pinjam bukumu ya!kata Catlista dengan menunjukkan buku yang dibawanya namun tiba-tiba terhenti karena ada Didi disamping Bagas.
"Eh,ada teman kakak ya?"aku masuk dulu ya!"namun ketika hendak berbalik masuk kerumah sudah ditahan sama Bara.
"Ei tunggu dulu."Bagas menarik tangan Carlista dan menyuruhnya untuk duduk."Selesaikan masalah kalian."kata Bagas dengan menunjuk-nunjuk kearah Didi dan Catlista.
"Om,kok malah bengong sih!"sebuah colekan membuyarkan lamunan Didi dan dengan senyum Didi bangkit dan merangkul Richi.
"Ayo kita kejutkan mami kalian!"ajak Didi.
Akhirnya sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah rumah mewah dikawasan elit,rumah dengan penjagaan ketat beberapa orang berjaga didepan komplek,bahkan disetiap rumah ada security.
Mobil hitam melaju perlahan memasuki sebuah rumah mewah dengan desain modern,rumahnya berbeda dari rumah yang lain lebih besar karena memang berada disudut dan dibuat membelakangi jalan.
Semua tertata rapi ditambah kolam ikan dan beberapa tanaman hias,buah dan sayur dalam pot.
"Tiiinn"!mobil Didi memasuki area parkir dalam.tampak Eri dan Richi segera turun disusul oleh Didi.
Didalam rumah Mami yang sedang bekerja memeriksa beberapa file yang diterima dari mbak Monic.(Mbak Monic adalah asisten terpercaya mami).
"Tang-tang seng!"terdengar suara mbak Lia tengah beradu dengan peralatan dapur,jadi lumayan gaduh dirumah ditambah suara televisi yang menyala dan beberapa kali bunyi dering telpon,maklum sudah waktunya makan malam.
"Monic,kemana anak-anak dari tadi siang masih belum pulang?"tanya mami kepada mbak Monic.
"Tadi bilangnya sih mau nonton!"kata mbak monic yang masih fokus membereskan berkas-berkas.
"Assalamualaikum,mi!"Salam dari Eri dan Richi kompak.
"Waalaikumussalam,kalian dari mana aja?"tanya mami dengan senyum dan menoleh kearah anak-anaknya.
"Nyari buku,mi"!
"Nonton,mi"!jawaban Eri dan Richi tidak kompak membuat mami penasaran dengan apa yang sudah mereka lakukan.
"Jadi kalian sudah melakukan kesalahan apa hati ini?tanya mami terus memandangi mata anak-anaknya yang tidak jujur.
Kedua anak Carlista berusaha untuk ngeles namun sang mami amat sangat tidak percaya dengan kedua anaknya,karena anak-anak nampak sekali dari sorot matanya bahwa mereka sedang berbohong.
"Lista,jangan marah sama mereka ya kebetulan tadi kami ketemu didepan sebuah toko dan aku nampak wajah Eri sangat mirip denganmu dulu makanya aku coba tanya sama mereka,dan akhirnya aku mengantar mereka sekalian"kata Didi yang sedari tadi sudah ada dibelakang pintu dan tiba-tiba muncul.
"Kamu,Didi?tanya Carlista tidak percaya bahkan sampai melongo.
"Iya,kamu apa kabar?"tersenyum dan mengajak berjabat tangan.
Lista begitulah panggilan masa remajanya,oh nama itu dulu sangatlah populer dikalangan siswa seangkatannya karena mampu menembus covergirl disebuah majalah bergengsi dijamannya.
ya,wajahnya juga wira-wiri dibeberapa iklan ditelevisi bahkan ada yang dibintanginya bersama Didi.
Namum nama itu perlahan-lahan pudar ditengah-tengah sebuah skandal yang sedikit menjerumuskan.
"Lis"!panggilan Didi dengan nada lembut."kok bengong sih"!
"Ups,sorry!"membenarkan hijabnya.
Carlista sekarang berbeda,lebih anggun dengan tampilan baru berhijab,hijab abu-abu yang dipadukan dengan baju warna pink dusty sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
"Ayo duduk dulu om,rasanya mami masih spechless bertemu kembali dengan kawan lama"!Richi menarik tangan Didi membawanya keruang tamu,sementara Eri mengikuti dan menarik tangan maminya diajaknya duduk bersama.
"oh ya om,sebentar lagi kita makan malam aku sama Eri mau bersih-bersih dulu,kalian ngobrol dulu ya!"menarik tangan Eri dan mengajaknya naik keatas.
Suasananya jadi hening untuk sementara mereka berdua seakan tengah menyusun kata-kata yang hendak diucapakan,bahkan tampak kedua tangan Carlista bertemu dan sedikit berkeringat.
yah,itu tandanya sedang tidak nyaman.Didi melihat kegelisahan Carlista dan berusaha untuk menenangkan.
"Kamu kenapa?tanya Did halus.
"hee"!menoleh kearah Didi dan pandangan mata mereka beradu kembali,terlihat sorotan mata Didi yang seakan sedang merindukannya.
"Kamu apa kabar?"tanya Didi lagi.
"Aku baik,seperti yang kamu lihat!"tersenyum kearah Didi.
"Jadi kamu kemana aja selama ini"?tanya Didi lagi tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ceritanya begitu panjang,butuh waktu lama untuk menceritakan semua padamu"!jawab Lista dengan sedikit menahan air mata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!