Hikssss........hiksss.........hikss..........
suara tangisan Cynthia terdengar dari kamarnya.
"Thiaaaa... Ayolah sayang, bukakan pintunya untuk Mami" bujuk maminya yang kerap disapa Jeng Ana itu.
"Hiksssss..... Thia mau sendiri dulu Mii, nanti thia bakal keluar" Sahut Thia dari dalam kamarnya.
Dengan rasa khawatir Mami nya kembali keruang keluarga dan memilih untuk berbicara dengan suaminya.
"Papi...., lihatlah Thia jadi ngerasa tertekan karna perintah papi, ayolah pii biarin aja dia berkarya di bagian entertainment, kan gak semuanya harus jadi pemimpin perusahaan kayak papi" ucap Jeng Ana mencoba membujuk suaminya yang kerap disapa Tuan Fedrik itu.
"Mamii, ini sudah keputusan papi, lagian kalau bukan Thia siapa lagi mi yang bisa lanjutin jabatan papi, hanya dia satu-satunya anak kita mi" kata papinya
"Sudahlah tidak usah memikirkan gadis manja itu, nanti juga dia bakal nurut, ini itu jalan yang baik bukan jalan yang salah" ujarnya lagi .
Jeng ana bingung untuk melanjutkannha lagi dan memilih untuk masuk ke kamarnya.
......................
Malam harinya, sudah menunjukkan pukul 20.00 yang artinya adalah jam makan malam untuk keluarga Cynthia atau yang kerap di sapa Thia.
Thia menuruni tangga rumahnya dengan wajah lesu tanpa semangat sedikit pun, sedangkan kedua orangtuanya sudah ada di di ruang makan.
"Kenapa kamu lesu sekali?" tanya papi nya dengan suara tegas
"Lagi gak mood pii" jawabnya singkat lantaran masih kesal dengan papinya.
"Sudah-sudah duduk dulu sini" ajak mami nya
Ketiga orang itu pun menikmati makan malam di ruangan itu, dan Thia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dia hanya asik menyendoki makanan kedalam mulutnya.
Tak lama Ketiga ya selesai makan, dan Thia langsung bergegas berdiri, namun saat dia hendak melangkah dari tempat itu papinya langsung menyanggah nya.
"Nak, kamu mau kemana? pernah kah papi dan mami ngajarin kau tidak sopan?" kata papi nya kesal
"Kenapa sih Pi, kalau papi mau bahas soal Thia harus ninggalin dunia entertainment thia, okeyyy Pi Thia bakal lakuin dan mulai besok Thia bakal ikut magang di tempat yang papi mau" ucapnya dengan nada lesu tak bersemangat
"Kamu serius nak?" tanya papi nya dengan penuh semangat.
"Iyaaa pii, Thia bakal ikutin permintaan papi tapi dengan satu syarat, kalau dalam jangka waktu setahun Thia sama sekali gak berkembang di bidang yang papi mau, Thia bakal balik lagi jadi model" Ucapnya dengan tegas
"Okehhh papi yakin kamu pasti minat di bagian yang papi pilih" kata Papinya dengan percaya diri.
"Yaudah piii Thia mau kluar sebentar boleh gak?" ucapnya tiba-tiba ijin kluar
"Mau kemana kamu, kan besok mau magang nak, itu berangkat nya harus pagi-pagi kalau kamu main keluar yang ada kamu gak bangun dong besok pagi"
"Thia hanya mau ke Alfamart doang pii dan gak bakalan sampe satu jam bahkan setengah jam pun tidak papiku sayangku" kata Thia
"Hahahha yaudahlah sana, jangan sampe panjang kaki yahhh" Pintah papi nya
"Hemmmmmm" Thia hanya berdehemm saja
Tepat di persimpangan rumah Thia ada Alfamart, jadi Thia memutuskan untuk mengendarai sepeda motor saja.
Dia membawa motor pesva pink kesayangannya menuju Alfamart.
Tak butuh waktu lama dia sampai di depan Alfamart itu, lalu memarkirkan motornya di depan.
Thia hanya membeli beberapa cemilan yang biasa dia stok di dalam kamarnya, dan yahh tidak lupa membeli Chimory kesukaannya.
Setelah memilih beberapa jajanannya dia ke arah kasir, dan berdiri mengantri karna di depannya masih ada pelanggan lainnya.
Menunggu sekitaran 5 menit, saat dia hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba kepalanya tertabrak dengan punggung keras milik pria yang memotong antriannya dan menyelipnnya.
"Auuhhhhh" kesalnya
"Woiii om saya antri deluan lohh kok om main nyelip-nyelip aja sihh" katanya dengan kesal.
Tapi pria itu sama sekali tak peduli dengan omongan Thia.
"Dasarr om om gak tau aturan'' dumelnya karna masih kesal lantaran sampai selesai membayar pria itu sama sekali tak memperdulikan Thia.
Setelah selesai membayar belanjaannya, ternyata si pria yang tadi menyelipnnya masih berdiri di depan sebuah mobil yang terparkir di depan Alfamart itu.
"Ituu kan si om songong tadi, gue harus kasih pelajaran sama dia" Thiapun dengan kesal berjalan seperti harimau yang marah kearah pria itu.
"Heiiiii om om budek" panggilnya dengan suara kencang dan nada marah
Dengan santai pria itu masih menunjuk kearah nya tanpa merasa dia yang dipanggil.
"Iyaa looo, masih bisa dengarkan Lo masih bisa melihat juga kan?" katanya kesal
Dengan kesal dan merasa membuang-buang waktu pria itu berbalik badan dan tak mau menanggapi Thia.
"Heiiii, gue masih mau ngomong yahhh" dengan emosi tinggi Thia menarik badan pria itu.
"Anj* Lo ngapain nyentuh gue" pria itu kesal dengan sentuhan Thia.
"Lagian Lo itu sopan dikit dong, orang lagi ngomong malah sok gak di dengar"
Pria itu dengan santai melepaskan kacamata hitam nya dan menyergitkan dahinya, menatap tajam kearah wanita yang saat ini begong melihat kearahnya.
"Kenapa? Lo nyesal teriakin gue karna gue ganteng?" ucapnya dengan penuh percaya diri
"Idihhh gak usah ngarep yahh, hehhh Lo itu sebagai manusia yang berakal dan berakhlak harusnya tau dong budaya antri, gue tadi udah antro di kasir tapi Lo malah main nyelip nyelip, atau Lo gak sekolah yahh makanya gak punya sopan santun" katanya
"Ouhh soal itu gue buru-buru" jawabnya singkat
"Buru-buru apanya, Lo aja masih disini kecuali tadi Lo langsung pergi"
"kayaknya ngomong sama cewek kayak Lo gak bakal nguntungin gue apa-apa, mending Lo pergi sana" ketusnya mengusir Thia
Sebenarnya Thia masih merasa tak terima namun dia memiliki ide cemerlang. Dia langsung memutar balik tubuhnya dan berjalan menuju motornya, dihidupkan motornya itu dan dilakukannya kearah pria itu.
Pria itu hanya menatap dan ingin melihat apa yang ingin dilakukan oleh Thia padanya tanpa menyadari bahwa ada genangan air tepat di sampingnya.
Dengan penuh semangat untuk membalaskan dendam nya, Thia melakukan motornya dan membuat genangan air itu mengotori celana pria itu.
"Kurang Aj*r....." ucap Pria itu dengan kesal dan tak terima di perlakukan begitu oleh gadis yang baru saja dia temui.
"Lihat Lo, gue bakal buat Lo nyesal dan berlutut di depan gue" kesalnya yang langsung masuk kedalam mobil dan memilih untuk pulang kerumahnya.
......................
Sementara di tempat lain ada Thia yang merasa sangat puas karna bisa membalaskan dendamnya pada si pria itu.
"Kamu kenapa baru pulang udah cengar-cengir gitu?" tanya Mami nya yang menyadari anak perempuannya itu kelihatan senang.
"Heheh gak ada apa-apa kok mi, Thia ke kamar dulu yahh" jawabnya tanpa memberitahu kepada mami nya.
"Sayang jangan lupa pasang alarm kamu, jangan sampai bangunnya kesiangan bisa-bisa kamu ditegur sama CEO nya" Pintah papinya
"Iyaa papi, Thia langsung istirahat kok, selamat malam papi dan mami" ucapnya sembari mencium pipi kedua orang tua nya itu satu persatu.
"Selamat malam sayang" ucap papi dan mami nya.
Malam pun sangat cepat bertukar dengan pagi hari yang indah dan cerah, namun cuaca hari ini tak sama dengan suasana hati Thia yang masih merasa terpaksa.
Thia menuruni tangga dengan baju setelan kantor yang sangat tidak nyaman dipakainya.
"Wahhh cantik sekali anak mami" puji mami nya menyapa putrinya itu
"Makasih mi, papi dimana?"
"Papi kamu udah berangkat, sini kamu sarapan dulu baru berangkat" ajak mami nya
"Tadi papi udah kirim alamat perusahaan nya sama kamu, kamu cek handphone kamu yahh" uajranya
"Oke mi, tapi Thia gak selera makan mi nanti thia makannya di kantor aja ya mi, lagian lokasi sekitaran 30 menitan dari sini nanti telat lagi, kata papi telat sedetik pun bakal dapat hukuman" Ucap Thia
"Yasudah kalau begitu, ini kamu bawa bekal aja yahh, kalau sempat sambil makan saja di mobil" Pintah mami nya
"Oke mi, makasih yah mi" Thia mencium maminya lalu berangkat ke kantor yang dimaksud papinya menggunakan mobil pink kesayangannya.
"Gue gak lesu, kusut, dan kayak kurang tidur, gue harus cetar dan cantik, jadi apapun yang Lo dapat hari ini Lo harus tersenyum" ucapnya pada dirinya sebelum menginjakkan gas.
Thia pun menyusuri berbagai jenis jalan di kota itu untuk menuju ke perusahaan besar bernama Group LGE itu. Sembari menyetir Thia memakan roti yang disiapkan mami nya.
Dan tak terasa mengendarai mobilnya sekitar 30 menitan dia sampai di depan gedung tinggi yang berlogo LGE itu.
Drttttttt drttttttttt derttttttttttt
Handphone nya berbunyi dan dilayar tertera nama Aisya.
"Halo sya, kenapa?" tanya nya saat baru saja mengangkat telepon dari sahabatnya itu
" Main yok hari ini, Lo ada jadwal pemotretan gak atau Lo lagi sibuk kah?" tanya Aisya
"Iya nih gue lagi ada kerjaan baru, ceritanya panjang banget nanti gue atur jadwal kita main yahh, sory banget gue buru-buru jadi gue tutup langsung yahh, Babay" ucapnya langsung menutup telponnya.
Dengan bergegas dia turun dari dalam mobilnya dan memasuki gedung tempat pekerjaan baru nya itu.
Sebelumnya dia sudah mendapatkan kartu magang dari papi nya sehingga dia dengan mudah untuk masuk kedalam.
"Permisi... Kalau boleh tau ruangan HRD nya dimana ya?" tanya Thia dengan sopan kepada seorang wanita yang menggunakan nametage perusahaan itu.
"Ouhhh saya sendiri mbak" ucap wanita yang tampak seumuran dengan Thia.
"Ouhh ibu ternyata, kenalin Bu saya Cynthia anak magang baru disini Bu" ucapnya sembari menjulurkan tangannya untuk menyalam HRD itu
"Ouhhh Thia, iya iya saya tau kamu di panggil Thia kan, oke baiklah salam kenal juga saya HRD disini dan panggil saja Nita gak usah pakai Ibu, soalnya saya udah baca CV kamu juga kok kita seumuran" ucap nya membalas salaman tangan Thia dengan santai
"Baik Bu..., ehhh Nita" ucap nya menurut
"Ayo ikuti saya, kamu bakalan bekerja langsung jadi asisten pribadinya pimpinan, tapi aku mau ngasih tau sebelumnya, kalau sama Pak Cristian itu gak boleh main main, dia terkenal gila lohh" ucap nita
"Hah? Gila? Emang boleh yah orang gila jadi pimpinan" ucapnya polos
"Yahh bukan orang gila, maksudnya itu dia gak bakal main-main kalau soal kerja, serius, tukang marah dan gak pernah Mandang mau perempuan atau laki-laki. Dan paling seramnya lagi dia gak bakal segan malu maluin orang yang di anggap nya salah di depan publik, banyak karyawan disini yang takut sama dia, makanya sampai sekarang gak punya asisten pribadi, karna gak ada yang tahan" Ujar nita menjelaskan
"Kok seram yahhh, waduhh gimana nihh kok saya malah takut" kata Thia menelan ludah nya kasar.
"Saya ngasih tau ini biar kamu gak terkejut aja, tapi selagi kamu bisa nanganin semua pekerjaan yang di kasih ke kamu, pasti aman kok" Seru Nita
"Ouhh gitu yahh, oke dehh lagian kan saya belum nyoba ngapain langsung takut, saya sih bisa lebih gila kalau dia gila" ucap nya berubah menjadi lebih santai.
Tak terasa naik beberapa lantai, mereka pun sampai di depan ruangan Cristian.
Tok tok tok.......
Nita mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu, lalu masuk bersama Thia.
Cristian yang tampak sibuk menandatangani surat yang menumpuk di mejanya pun tak menghiraukan bahkan tak melihat kearah mereka.
"Permisi pak Tian, saya membawa Asisten pribadi bapak yang akan mengikuti magang mulai hari ini" ucap Nita dengan sopan
"Selamat pagi pak, saya Cynthia anak magang baru di bagian asisten bapak" sambung Thia memperkenalkan dirinya.
"Oke" ucapnya dengan singkat.
Karna sudah mengerti dengan sikap pimpinannya itu Nita langsung mengarahkan Thia keruangannya yang berada di dalam ruangan Cristian juga.
"Hah? gini doang? gak ada kata sambutan gitu?" ucap Thia kesal karna tak dihiraukan semenjak datang tadi.
Suara Thia terdengar hingga ke telinga Tian, itupun membuat Nita merasa takut jika Tian murka.
"Terus gue harus lihat wajah Lo dulu gitu?" kata pria yang di sebut sebagai CEO gila itu sambil mengangkat wajah nya dan mengarahkan matanya ke Thia
Kedua pasang mata itu pun saling bertatapan sejenak.
"Looooooo" Ucap keduanya secara bersamaan
Hal itu membuat Nita terkejut dan membisikkan pada Thia supaya tidak mencari keributan.
"Jadi Lo yang mau belajar jadi asisten CEO? ngapain Lo pilih perusahaan ini" ucap Tian ketus
"Apaan sihh, kalau gue tau Lo yang jadi CEO nya, gue juga gak bakal Sudi kali magang disini, dasar pria gak tau aturan" serangnya balik
"Jangan omongan Lo yahh, gue gak Madang muka buat lakuin hal kasar, harus nya Lo minta maaf dan ngerasa bersalah udah buat celana gue basah kuyup semalam"
"Idihhh emang Lo siapa, ngapain harus minta maaf" ucapnya lagi tak terima
Melihat keduanya tak berhenti adu mulut, Nita pun menjadi penengah
"Stopppppp..." Keduanya terdiam dan menatap secara bersamaan ke arah Nita
"Maaf pak Tian saya tidak bermaksud untuk memotong pembicaraan kalian, tapi alangkah lebih baiknya jika pak Tian dan Thia menyelesaikan persoalan pribadi kalian di luar kantor saja, mengingat masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan."
"Baiklah kalau boleh kamu boleh keluar" Pintah Cristian
"Baiklah pak, untuk Thia silahkan ke ruangan anda saja" kata Nita
"Kalau begitu saya ijin keluar pak, terimakasih" Ucap Nita sembari meninggalkan ruangan itu
"Waduhh kacau nihh gue gak CEO gak asisten nya sama sama gila" ucap Nita saat baru keluar dari ruangan itu.
"Apaan Lo lihat-lihat!!!" ketus Thia karna masih ditatap sinis oleh Tian
"Lo gak bakal betah disini!!!" katanya memberikan peringatan.
Namun Thia tak menghiraukan perkataan Tian dia masuk keruangan nya dengan hati yang masih kesal.
Sudah habis setengah hati dia menghabiskan waktunya hanya melihat CEO itu bekerja sendiri tanpa menyuruhnya melakukan apapun.
sungguh hari pertama yang tak pernah dibayangkan oleh Thia, kesal, marah, emosi dan rasanya dia ingin menjambak rambut pria yang sedang sibuk sendiri.
Tak tahan diperlakukan seperti itu, Thia berjalan kearah meja Tian.
"Pak Tian yang terhormat sekarang saya harus mengerjakan apa?" tanya Thia depan logat sopan namun menahan emosi.
"Lo gak usah gangguin gue itu pekerjaan Lo!!" ketua Tian
"Jadi maksud bapak saya hanya duduk-duduk saja? Sayakan kesini untuk belajar pak Tian bukan untuk melihat anda bekerja sementara saya hanya duduk, sudah setengah hari ini pekerjaan yang sangat membosankan" ucap Thia mulai terbawa emosi
Takkkkk.......
Tian tak kuasa mendengar ucapan Thia diapun memukul meja dan berdiri.
"Kalau Lo bosan duduk disana Lo bisa kluar!!! Jangan ajak gue ngobrol!!!!" bentak nya keras dengan wajah memerah seperti harimau yang sedang kelaparan.
Sontak hal tersebut malah membuat Thia merasa sangat takut, dan tak sadar mata Thia berkaca-kaca menahan air matanya yang ingin terjatuh.
Thia menatap tajam kearah pria yang masih menatapnya penuh amarah sembari mengepal kuat tangan nya.
Karna merasa air matanya akan jatuh diapun keluar dari ruangan itu dan pergi ke arah toilet.
Melihat Thia sudah menghilang dari pandangannya, Tian menarik nafasnya kasar dan kembali duduk. Setelah menetralkan kembali emosi nya diapun mengerjakan pekerjaan nya lagi.
Sedangkan Thia menangis histeris di dalam toilet karena seumur hidupnya dia belum pernah dibentak seperti itu. Bahkan saat melakukan kesalahan pun dia tidak pernah Samapi diperlakukan seperti itu.
Beberapa karyawan melihat Thia menangis didalam toilet, mereka sudah tau pasti jika itu perbuatan sang CEO gila itu.
"Pasti dia tertekan sekali dihari pertama nya kerja" Ucap salah satu karyawan
"Iyaaa kalau gue jadi dia sihh udah pasti langsung mundur" sambing temannya lagi.
Hiksssss...........Hiksssssss..............Hikssssssss........ Hikssssssss........Hiksssssssss
Suara tangisan itu masih terdengar dan tak kuasa terhenti.
"Hufffffffff, enggak-enggak gue gak bisa kekgini, gue harus bisa tenang, ayooo Thia Lo gak boleh cengeng, Lo harus bisa lawan si pria gila itu" katanya sambil menatap dirinya didepan cermin.
Thia pun berusaha menenangkan dirinya walau membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Setelah merasa puas menangiskan semua keluhannya dihari itu dia pun keluar dari toilet dengan mata yang terlihat sembab.
Para karyawan yang melihatnya ikut prihatin mengetahui anak magang itu mengalami hari yang sulit dihari pertamanya.
"Yang sabar yah.... Lo pasti bisa kok" ucap salah satu karyawan wanita yang tampaknya seumuran dengannya, wanita itu pemilik nama Salva
"Hemmmm" Thia hanya berdehem dan menganggukkan kepalanya.
Dia kembali berjalan dan masuk keruangan nya yang berada satu ruangan dengan Tian.
Tanpa melihat kearah Tian dia langsung duduk di kursinya dan memilih untuk mencari kesibukannya sendiri.
Sementara Tian yang menyadari kedatangannya langsung sadar jika wanita yang kini menjadi asisten pribadinya itu pasti bari selesai menangis.
Namun tak ada respon sama sekali dari Tian dia kembali sibuk dengan tumpukan berkas di depannya.
Thia yang tak tau apa pekerjaan nya pun mencari di internet apa apa saja yang menjadi job desk seorang Asisten pribadi CEO di perusahaan pada umumnya.
Dia membaca dari portal portal resmi lalu mencatat bagian-bagian penting yang harus dia kerjakan mulai besok.
...----------------...
CEO gila itu tiba-tiba keluar ruangan membawa tas kerjanya tanpa memberitahu sepatah kata apapun pada Thia yang kini asistennya.
"Hemm seharusnya Lo ngasih tau gue gila" kesal Thia berbicara sendiri
Tapi Thia memilih tak menanyakan itu dan membiarkan pria itu pergi begitu saja.
Thia dengan semangat kembali mencatat hal.hal penting dan umum yang akan menjadi pekerjaannya selama setahun kedepan, entah akan bertahan atau berhenti di tengah jalan Thia tak peduli karna yang ada dalam kamus nya adalah dia harus melakukan yang terbaik saat sedang menjalankan sebuah tugas yang dibebankan padanya.
Tanpa dia sadari rasa lelahnya satu hari membuatkan tertidur di depan komputer yang masih terlihat hidup.
Dan hari pun sudah gelap saat itu, bahkan karyawan-karyawan lainnya pun sudah berpulangan.
Tepat pukul 8 malam Tian kembali lagi ke perusahaan itu dan masuk ke ruangannya, dia tak ber ekpektasi bahwa Thia masih ada Disana.
Dia melihat lampu ruangan mereka masih menyala dan sempat berdecak karna dia mengira ini pasti ulah asistennya yang tak mematikan lampu.
Namun saat masuk di justru heran karna Thia belum juga pulang sementara gedung sudah ditutup tadinya.
Tian mendekat kearah Thia dan melihat ke arah layar komputer yang masih hidup, dia memperhatikan apa yang sedang Thia buka dan ternyata dia sadar bahwa Thia masih berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi pekerjaannya.
Bahkan catatan kecil milik Thia pun dia lihat dan dia baca.
Tian pun menatap kearah wajah Thia dan membayangkan bagaimana wajah cantik yang ada dihadapan nya tadi menangis karna ucapan kasarnya, dihati Tian yang paling dalam doa merasa sedikit menyesal akibat perbuatannya itu.
Dia pun kembali meletakkan buku itu dan membangunkan Thia dengan mencolek lengannya.
"Lo ngapain tidur disini bangunnn!!!; ini buka. rumah Lo!!" katanya masih dengan anda yang ketus.
"Hemmmm, ehhhhhh gueee ketiduran yahhh" ucapnya masih setengah sadar
"Ehhh pak Tian" katanya dengan nada yang agak terkejut karna baru sadar yang membangunkan nya adalah Tian
"Ngapain Lo??!" tanya Tian pura pura tak melihat apa apa
"Ketiduran pak, maaf ya pak saya akan segera pulang kok" jawab nya lagi
Setelah itu Thia bergegas menyusun barangnya kedalam tas dan mematikan. Komputernya.
"Kalau begitu saya permisi pulang ya pak, sampai jumpa besok" ucap nya berusaha ramah pada atasannya itu
Namun baru saja dia melangkah dari pintu ruangan itu dia langsung mundur lagi.
"Pak......"
"Hemmmm"
"Semuanya udah pulang yah pak, gelap banget pak jalan nya" ucap Thia yang sebenarnya agak takut
"Kalau gue gak balek kesini kayaknya Lo bakal tidur sampe besok deh disini" kata Tian
"Hehehheh maaf pak, kalau begitu bapak sendiri ngapain kesini lagi?" tanya Thia
"Ambil berkas, gue juga mau balek yaudah bareng aja turun ke bawahnya" kata Tian
Keduanya pun keluar dari ruangan itu dan menyusuri jalan menuju lantai satu dengan keadaan yang sudah gelap karena lampu di lantai itu sudah di matikan.
Thia memang agak penakut jadi selama berjalan dia terpaksa lumayan menempel kearah Tian, namun karna sadar Thia takut Tian tak melarang nya.
Keduanya pun sampai hingga ke parkiran, dengan sopan Thia yang sebenarnya menyimpan dendam dengan pria itu pun mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih banyak yahh pak Tian, saya tidak takut lagi, selamat malam dan hati-hati di perjalanan pak" ucap nya dengan sopan pada Tian.
Keduanya meninggal tempat itu secara bersamaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!