NovelToon NovelToon

Gadis Mungil Penghancur Gunung Es

Prolog

Pengenalan tokoh dan karakter

Edwin Putratama William adalah seorang pria tampan berusia 27 tahun merupakan putra tunggal dari Presiden direktur Winner Group,

Edwin merupakan sosok pria yang sangan menjaga privasi nya, jarang menampakkan diri serta bicara hanya seperlu nya, selebih nya ia tidak peduli.

Wajah tampan dan tubuh yang atletis bak model tak selalu menjadi target para wanita manapun yang melihat nya serta melakukan berbagai macam cara demi bisa memilikinya.

Sikap nya yang dingin justru menambah daya tarik lelaki tampan itu, namun pada kenyataan nya hingga saat ini ia tak kunjung memiliki pasangan meski sudah banyak wanita yang di kenalkan oleh orang tua nya secara langsung maupun lewat kencan buta.

Bukan tidak ingin menikah, hanya saja Edwin yang sekarang sudah tidak percaya lagi dengan yang nama nya cinta lantaran ia pernah di khianati oleh orang yang sangat ia cintai, bahkan hubungan kedua nya sudah sampai ke jenjang yang lebih serius namun gagal karna suatu hal fatal yang tak ter maafkan.

Ketidak tertarikan nya pada wanita itulah yang memunculkan banyak spekulasi tak berdasar tentang sosok Edwin terutama dari sebagian wanita yang pernah mencoba dekat dengan nya. saat ini satu-satu nya orang yang ia cintai adalah dirinya sendiri, sungguh ketulusan yang di hancurkan merubah Edwin dalam sekejap, hati nya beku, mata nya tertutup rapat, pintu di hati nya terkunci nyaris berkarat, gairah nya lenyap.

Namun tak ada yang mustahil jika Tuhan berkehendak mungkin suatu saat ia akan kembali hangat, baik itu karena sebuah paksaan atau kemauan nya sendiri.

Qiana Bella adalah seorang gadis berusia 20 tahun merupakan putri bungsu dari pasangan Tuan Hengky Sanjaya dan Nyonya Erina Kumala seorang pengusaha ternama di kota A, ia bertalenta, berparas cantik serta berpenampilan menarik namun ia memiliki temperamen yang terkadang sulit di kendalikan dan sedikit keras kepala.

Paras nya yang cantik tak jarang selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada, tubuh nya yang mungil juga kerap di sangka anak di bawah umur oleh orang-orang sekitar. Satu-satu nya tempat yang ia sukai selain di rumah adalah lingkungan kerja nya, meski merupakan anak dari keluarga yang serba ada namun baginya memiliki penghasilan sendiri merupakan sebuah kepuasan sekaligus pencapaian.

Qiana tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh cinta sehingga sifat nya terkadang sangat manja dan periang, ia juga memiliki dua orang kakak laki-laki yang terkadang usil namun sangat menyayangi nya, sampai saat ini belum ada satupun laki-laki yang bisa bertahan lama ketika menjalani hubungan dengan Qiana, karena gadis mungil itu punya prinsip tak ada yang boleh melewati batas jika belum berada pada hubungan yang benar-benar sah yaitu pernikahan.

Hal itu juga di dukung oleh kedua orang tua nya beserta kedua kakak laki-laki nya, gadis itu sangan membentengi diri nya dan ia sangat pemilih alhasil ia selalu berakhir dengan kesendirian.

Di usia yang masih sangat muda Qiana justru ingin berfokus mengembangkan diri dan ingin belajar lebih banyak hal lagi, namun tidak menutup kemungkinan jika suatu saat ia menemukan lelaki yang memenuhi kriteria nya ia pasti akan menerima dengan senang hati.

sementara itu di luar sana masih banyak sekali tuan muda kaya dan tampan baik anak dari kolega ayah nya maupun teman kakak nya yang ingin merebut hatinya atau pun hanya sekedar ingin berteman dengan nya.

Pulang

Pagi-pagi sekali Edwin sudah berada di rumah orang tua nya tepat nya di kediaman Presdir Winner Group, di depan pintu utama ia sudah di sambut oleh Pak Mun dan Bu Sri serta beberapa orang pelayan lain nya

"Silakan masuk Tuan muda, Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda di ruang makan untuk sarapan bersama"

Pak Mun dan Bu Sri adalah koki dapur dan kepala pelayan yang sudah bekerja puluhan tahun melayani keluarga Presdir, meraka juga membantu merawat Tuan muda sat orang tua nya pergi dinas keluar kota atau keluar negri.

Bagi Edwin kecil mereka sudah seperti orang tua kedua yang membesarkan nya dengan sepenuh hati. Meskipun demikian Pak Mun dan Bu Sri tetap selalu menjaga batasan mereka masing-masing terlebih beberapa tahun terakhir sikap Tuan muda benar-benar berubah dari biasanya.

"Terima kasih Pak Mun, Bu Sri, Edwin mengangguk singkat lalu pergi"

Saat berjalan di koridor menuju ruang makan tiba-tiba seseorang dari belakang menepuk punggung Edwin

"Hey, wow, wow, wow siapa gerangan lelaki tampan ini ? Kenapa wajah nya tidak asing ya, hahaha....", goda seorang gadis cantik berambut pirang yang sedari tadi membuntuti Edwin.

Gadis itu tidak lain adalah Ivana Harmez, dia adalah sepupu Edwin putri dari adik perempuan Tuan William. Ivana sendiri sudah lama tinggal bersama Presdir bahkan jauh sebelum Edwin memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen pribadi milik nya. Gadis blasteran itu sudah seperti putri kandung Presdir karena kedua orang tua nya tinggal di luar negri dan memutuskan untuk mengelola bisnis di sana.

Karena hanya memiliki seorang putra jadi Presdir dan istrinya pun meminta agar keponakan nya itu bisa ikut tinggal bersama mreka, sementara Ivana sendiri sedari kecil sangat dekat dengan Nyonya Ajeng sehingga gadis cantik itu sama sekali tidak keberatan hingga kini ia sangat nyaman dan betah tinggal bersama Presdir dan Nyonya yang sudah ia anggap seperti orang tua nya sendiri.

"Hey kak, ada apa ini ? Tumben sekali kak Edwin pulang, sebentar biar ku tebak, pasti karena merindukan ku kan ? Iya kan ? Haha

"Oh iya bagaimana kabar Sekretaris Jul ? Apa rambut nya masih utuh, atau sudah banyak yang rontok karena tiap hari menghadapi mu ?"

Tak bergeming sedikit pun seolah-olah sudah terbiasa dengan gangguan Ivana yang tak pernah lelah mengejek nya.

"Memang kenapa ? Ini kan juga rumahku", sahut Edwin melirik Ivana dengan sudut mata nya

"kak biar kutanya langsung padamu, apa benar kak Edwin seorang Gay ?"

Melihat ekspresi adik nya yang tersenyum tanpa dosa itu rupa nya berhasil membuat Edwin geram membuat nya ber ancang-ancang menjentikan jari tepat di dahi Ivana, belum sampai jentikan nya mendarat gadis itu langsung gesit menghindar.

"Eitsss kalau marah tanda nya fakta, hihihi.... Ayo cepat sarapan bersama,"

Bukan nya lari, tak peduli dengan kekesalan Edwin gadis itu justru dengan santai menggandeng tangan lelaki yang sudah seperti saudara kandung bagi nya.

Di ruang makan terlihat Presdir dan Nyonya sudah duduk sembari menunggu semua semua menu sarapan di hidang kan.

Kedatangan tuan muda yang secara tiba-tiba tidak lain adalah karena rumor yang beredar semakin menjadi-jadi lantaran belum ada tanggapan atau pernyataan resmi dari pihak yang bersangkutan mengenai berita simpang siur yang tengah menimpa pewaris muda Winner Group itu.

"Selamat pagi pah, selamat pagi mah," sapa Ivana pada Presdir dan Nyonya dengan nada setengah berbisik tidak seperti biasanya seolah gadis itu bisa merasakan aura dingin yang menusuk tengah terjadi di ruang makan.

Nyonya dan Presdir kembali tersenyum menyapa Ivana tetapi raut nya berubah datar saat saat menatap Edwin, orang yang di tatap justru terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Suasana sarapan pun menjadi hening sampai semua nya selesai menyantap makanan nya masing-masing.

Setelah semua nya selesai Ivana bergegas pamit karena banyak tugas dan kegiatan di kampus yang harus segera di selesaikan

"Terima kasih atas hidangan nya mah, pah aku pamit dulu ya pak Sopir juga sudah menunggu"

Tak lupa gadis itu juga berpamitan dengan Edwin sambil berbisik pelan "Aku pergi dulu ya kak, semoga hari mu tidak menyenangkan hihihi" sambil melambaikan tangan pada Edwin.

Begitulah Ivana, dia tetaplah dia meski semua orang segan pada Tuan muda tetapi tidak dengan gadis berambut pirang itu.

Baru saja mobil yang di tumpangi Ivana melewai gerbang utama sekilas mata gadis itu tertuju pada seorang laki-laki yang tidak asing sedang berjalan menuju kediaman Presdir, sontak gadis itu menoleh ke belakang.

"Ada apa Nona ? Apakah ada yang ketinggalan ?" tanya pak Sopir yang melirik dari kaca depan

"Ahh tidak pak tidak ada yang tertinggal," sahut gadis itu menoleh ke arah depan sembari memperbaiki posisi duduk nya, sepanjang perjalanan ia hanya terdiam dalam lamunan nya.

Setelah mengambil beberapa berkas akhirnya Sekretaris Jul sampai di kediaman Presdir, di depan pintu utama ia sudah di sambut oleh Pak Mun yang mempersilakan masuk dan menyampaikan bahwa Presdir sudah menunggu di ruang kerja nya, sembari berjalan menuju ruang presdir Sekretaris Jul nampak melirik dan menyadari bahwa rumah ini jauh lebih hening dari biasa nya, Jul membatin "Kemana pergi nya semua orang-orang*, kenapa perasaan ku jadi tidak enak*"

sesampai nya di depan pintu presdir Jul menarik nafas panjang, Tuk tuk tuk "Permisi Tuan"

"Masuk" terdengar sahutan dari dalam, tidak lama setelah Jul kemudian di susul Pak Mun membawa nampan berisi minuman serta beberapa camilan.

"Bagaimana hasil tes nya ?" tanya presdir dengan tatapan dingin pada sekretaris Jul, sejenak Sekretaris Jul terdiam sembari menarik nafas memilah-milah kalimat yang kira nya tidak membuat memicu kemarahan Presdir

"Hasil tes menunjukan semua nya baik-baik saja Tuan, tidak ada masalah sedikit pun Tuan muda sangat normal secara keseluruhan" tutur Sekretaris Jul sambil menyerahkan sebuah amplop berisi berkas hasil pemeriksaan dari lab.

"Perusahaan, bagaimana dengan perusahaan ? " Deg...masih dengan pertanyaan yang tidak kalah mencekam, Sekretaris Jul perlahan menelan saliva nya melonggarkan dasi seolah ada sesuatu yang mencekik leher nya.

"Untuk harga saham sampai hari ini masih mengalami penurunan terhitung sejak awal muncul berita mengenai Tuan muda" mendengar jawaban Jul jemari presdir yang sedari tadi mengetuk-ngetuk pingiran sofa mendadak menghentikan aktifitas nya membuat Sekretaris Jul semakin keringat dingin.

"Namun masih di atas batas normal Tuan*", sambil menunjukan laporan perusahaan yang langsung di sambut oleh Presdir, lelaki paruh baya itu mendekatkan kacama nya memeriksa laporan sembari mendengarkan penuturan sekretaris Jul. "Hanya saja para pemegang saham beserta calon investor yang baru ingin menunda rapat mengenai pembangunan cabang baru di kota A sampai adanya solusi mengenai kabar yang beredar*".

Emosi yang Meluap

"Pelaku nya ? Apa sudah ada info tentang pelaku nya ? Apa ada orang yang kau curigai Jul ?"

"Sampai saat ini masih belum di ketahui secara pasti dalang di balik penyebar berita nya, karena pelaku nya menggunakan akun anonim jadi sudah pasti merupakan orang bayaran"

"Para gadis yang di kenalkan Nyonya apakah sudah ada yang cocok ?"

"Maaf tuan kalau itu belum ada satupun yang cocok dengan Tuan muda" (kalau ada yang cocok sudah pasti masalah rumor ini bisa sedikit menemukan titik terang, tapi jangankan ada yang cocok, bertemu dengan meraka secara langsung saja si gila itu tidak sudi, huh kau benar-benar merepotkan Tuan muda) Sekretaris Jul hanya bisa bergumam dalam hati.

"Apaaa ? Jangan bilang selama ini kau yang di utus oleh nya untuk menemui gadis-gadis itu Jul ? Jawab ? Katakan semuanya sekarang juga !!"

"Ma..maaf tuan", sekali lagi Jul hanya bisa meminta maaf, bahkan kata maaf pun lidah nya benar-benar kelu mengucapkan nya, tubuh nya mematung ketakutan bagaimana bisa Presdir mengetahui hal itu pikir nya".

"Hah.. sudah kuduga, anak itu masih belum sadar juga rupa nya, rumor itu akan terus berkembang jika tiap gadis yang di temui membeberkan hal serupa tanpa adanya penyangkalan dari Edwin secara langsung".

"Mati saja kau Jul" gumam Jul lunglai mengutuk diri nya sendiri

"Masalah perusahaan ku serahkan padamu, sekarang kembalilah ke kantor. Besok tidak perlu datang kemari atau menemui Edwin, anak itu akan bermalam di sini kirim semua melalui Email dan jangan kemari sebelum ku panggil" sekali lagi Presdir menegaskan artinya meski Edwin sekalipun yang menyuruh nya datang maka tetap tidak boleh datang.

"Siap Tuan" dengan lutut lemas Sekretaris Jul berjalan meninggalkan (akhir tahun sepertinya aku harus pensiun)

Sebenarnya Sekretaris Jul sendiri tahu persis betapa Presdir sangat memahami putra nya, namun karena kabar yang beredar belakangan ini sangat marak, tanpak nya membuat lelaki paruh baya itu terganggu sehingga ia ingin memastikan sekali lagi bahwa putra nya normal dan baik-baik saja, beliau juga paham kenapa sampai saat ini Edwin mengurung diri dan mengunci hati nya rapat-rapat bahkan anak nya itu berucap tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun. Itu sebab nya Presdir sangat khawatir karena jika masalah nya tentang Tuan muda sekecil apapun itu akan membuat nya tidak tenang, terlebih lagi masalah seperti itu juga berdampak pada perusahaan.

Beberapa langkah Sekretaris Jul meninggalkan ruangan Presdir dia dihampiri oleh Pak Mun sembari menyodorkan bingkisan makanan, Jul yang baru tersadar bahwa sedari pagi dirinya belum makan apapun segera menyambut bingkisan dari tangan Pak Mun.

"Terima kasih Pak Mun, maaf merepotkan anda" Jul kembali ke kantor tanpa bertemu Edwin

Sementara itu di ruangan lain, Edwin yang sudah mulai bosan mendengar rentetan pertanyaan dari sang ibu hanya bisa menjawab sekena nya, sesekali mata nya melirik arloji di tangan nya, memikirkan cara tercepat agar bisa segera mengakhiri persidangan tanpa terjadi kerusuhan berkelanjutan. Karena salah sedikit saja bisa-bisa pisau buah yang sedari tadi di gunakan ibu nya mengupas dan memotong akan beralih fungsi , membayangkan nya saja membuat anak lelaki itu bergidik. Terlebih lagi saat ibu nya tau kalau sebenarnya tidak ada satupun dari daftar gadis cantik pilihan ibu nya yang benar-benar bertemu langsung dengan Edwin. Baru saja Nyonya ingin beranjak dari tempat duduk membawa sepiring buah tiba-tiba datanglah Presdir dengan segenggam berkas di tangan nya, lelaki paruh baya itu duduk tepat di samping putra nya, melihat gelagat sang suami Nyonya Ajeng kembali duduk dan memilih untuk tidak banyak bicara.

"Berita buruk, reputasi perusahaan, anjlok nya harga saham, jelaskan bagai mana kau akan mengatasi semua nya, ku beri waktu sampai besok pagi jika belum ada solusi yang keluar dari mulut mu maka kau harus mengikuti apapun keputusan ayah. Jangan berpikir untuk mengelak lagi karna kesabaran ayah sudah hampir habis, cukup lama kau ku biarkan bermain-main dengan caramu, sudah cukup lama kami menghargai sebagai orang tua mu, jadi pikirkan baik-baik. Dan juga tidak perlu pulang ke apartemen, menginaplah disini semalaman, sore ini kita akan kedatangan tamu penting".

Mendengar kalimat terakhir Presdir Nyonya Ajeng mengernyitkan kening menatap suami nya yang di balas senyum tipis oleh Presdir kemudian menggandeng istri nya keluar sembari memegang tengkuk yang terasa berat akibat menahan Emosi yang meluap-luap.

Sementara di ruang keluarga tinggal lah Edwin seorang diri, lelaki itu menarik nafas panjang kemudian menyenderkan tubuhnya di sofa sembari memijat pelipisnya, pemuda dingin bertubuh atletis itu nampak berfikir. Ia meraih ponsel di saku nya mencoba menghubungi seseorang tetapi tidak ada jawaban.

"Sial, kemana kau Jul... Berani nya mengabaikan panggilanku, bosan hidup kau ya".

tepat sore hari sebelum jamuan makan malam keluarga presdir sudah bersiap menyambut kedatangan tamu termasuk Ivana yang belum lama sampai di rumah dan bergegas membersihkan diri sepulang dari kampus, sementara Edwin yang sedari tadi tidak tahu siapa yang akan datang hanya bisa terdiam dengan sikap dingin nya. Tak lama kemudian samar-samar terdengar suara seseorang dari arah pintu utama, suara yang tidak asing itu membuat Presdir segera beranjak menghampiri sumber suara.

"Hengky.... Oh ya Tuhan, benarkah ini Hengky saudaraku"

"Benar Hadi, ini aku Hengky"

Kedua lelaki paruh baya itu nampak berkaca-kaca sambil memeluk satu sama lain, sementara Nyonya Ajeng yang sedari tadi sudah menitikkan air mata merasa tidak percaya karena yang datang ternyata sahabat karibnya yang sekian lama tidak bertemu yaitu Nyonya Erina istri tuan Hengky.

"Bagaimana kabarmu Eri ? kemana saja kalian selama ini , sekian lama hilang kontak dan tak ada kabar bagai di telan bumi", tanya Ajeng sambil mengenggam tangan Erina.

"Sudah-sudah, mari kita masuk dulu sambil berbincang di dalam , Oh iya perkenalkan ini putraku Edwin dan ini keponakanku Ivana"

Meski nampak bingung Edwin dan Ivana pun menyapa saling bergantian memberi salam pada Tuan Hengky dan istri nya.

"Waktu benar-benar cepat berlalu, melihat putra mu aku seperti melintasi waktu melihat Hadi di ketika muda dulu" ucap Tuan Hengky tersenyum memandangi Edwin dari atas ke bawah

Obrolan dua keluarga yang lama terpisah itu terus berlanjut hingga makan malam selesai, mereka tak henti-henti nya berbincang menceritakan banyak hal satu sama lain dari awal mereka masih sama-sama remaja hingga menikah serta betapa sibuknya mereka mengurus bisnis hingga lupa dengan sahabat masing-masing. Sedangkan Edwin dan Ivana hanya diam saling tatap terkadang ia merespon dengan anggukan dan senyum kecil. Ia berusaha mengingat-ingat siapa pasangan yang sudah di anggap seperti keluarga oleh orang tua nya itu, wajar saja karena mereka hanya sempat bertemu Edwin waktu umur dua tahun, kemudian pemuda tampan itu tampak lebih yakin setelah ibu nya menunjukkan album foto lama di mana terlihat sepasang suami istri tengah menggendong Edwin kecil, ya mereka adalah Tuan Hengky dan Nyonya Eri yang memperlakukan Edwin layak nya anak mereka sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!