Setelah hampir lima tahun menjalani pernikahan dengan Thomas, hidup Natasha dipenuhi kebahagiaan yang tiada henti-hentinya. Thomas yang makin sukses dengan bisnisnya selalu memanjakan istrinya dengan membelikan barang-barang mewah.
namun sayangnya Natasha merasa bersalah pada Thomas karena dirinya belum kunjung juga memberikan keturunan untuk Thomas.
walaupun hidup Natasha bergelimang harta ia merasa sedih setiap kali melihat seorang anak kecil berlarian dengan tawa yang riang, Thomas yang selalu melihat istrinya duduk termenung memandangi anak-anak, menghampirinya dan memberi kecupan kecil untuknya.
"sayang, kenapa kau duduk termenung disini, apakah ada sesuatu hal yang kau inginkan?."
Natasha memberikan senyuman ringan kepada Thomas. "Thomas kau lihatlah anak-anak yang berlarian disana, alangkah bahagianya aku jika dirumah ini juga penuh dengan tawa anak-anak seperti itu."
Thomas menghela nafas panjang karena istrinya selalu membahas tentang anak.
"sayang kau jangan terus membahas hal tentang anak terus, bukankah aku sudah menyarankanmu untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan?, tapi kau malah menolaknya karena kau bilang anak itu bukan dari darah dagingku."
Thomas beranjak pergi meninggalkan Natasha sendiri, karena merasa lelah dengan masalah yang dibicarakan istrinya. Natasha menitikkan air matanya karena Thomas berbicara kepadanya dengan suara lantang.
namun seketika itu Natasha terlintas suatu ide yang makin membuat suaminya tercengang.
Natasha berlari kedalam menghampiri Thomas untuk mengutarakan tentang ide yang dia miliki. "Thomas, tunggu aku ingin membicarakan sesuatu hal yang penting denganmu."
Namun sepertinya Thomas tak mendengar teriakkan istrinya, ia berjalan terus masuk kedalam kamar, tanpa mengetahui jika Natasha sudah berdiri dibelakangnya.
dan saat Thomas hendak akan menutup pintu kamar ia melihat wajah istrinya yang sudah memasang tampang kesal.
"Acha, sejak kapan kau berada dibelakangku?."
Natasha hanya mendengus mendengar ucapan Thomas, dan berjalan masuk kedalam kamar. Thomas mengetahui benar sifat istrinya, pasti kali ini ada sesuatu hal lain yang diinginkan Natasha darinya. Thomas menutup pintu kamar dan menghampiri istrinya.
"sayang janganlah kau memasang wajah masam seperti itu, apakah ada yang kau inginkan dariku?."
wajah Natasha berubah menjadi cerah dan menjawab pertanyaan dari suaminya. "apakah kau akan mengabulkan permintaanku kali ini?."
"Acha sayang, mengapa kau bertanya seperti itu. bukankah selama kau selalu mendapatkan apa yang kau mau?."
"Thomas perkataanmu memang benar adanya, namun mungkin kali ini permintaanku agak berat untukmu?."
Thomas makin penasaran dengan istrinya, ia memeluk Natasha dengan erat dan berbisik kepadanya dengan lembut.
"katakanlah sayang, aku akan melakukan apapun untukmu. apakah kau ingin kita pergi liburan menikmati waktu kita berdua?."
Natasha merinding mendengar bisikan Thomas, dan Natasha jadi semakin sulit mengutarakan maksud keinginannya. ia takut jika Thomas akan marah besar kepadanya, namun Natasha juga tak mau memendam keinginannya untuk mempunyai anak.
"Thomas, . . . " Natasha menatap mata suaminya yang berbinar-binar dan hal itu makin membuat Natasha bersalah.
"katakanlah sayang." ucap Thomas sambil mengecup kening istrinya.
"Thomas, sebenarnya aku tidak ada maksud untuk menyinggung perasaanmu, namun bagaimana jikalau kita memiliki anak dengan cara menggunakan rahim wanita lain?."
Thomas tercengang mendengar ucapan istrinya, "sayang apa yang kau bicarakan, bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?."
Natasha langsung menundukkan kepalanya saat Thomas mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi kepadanya.
"maafkan aku Thomas, aku hanya ingin mendapatkan anak dari darah dagingmu, bukannya mengadopsi dari panti asuhan, yang tidak tahu siapa orang tua kandungnya."
Thomas menghela nafas panjang mendengar jawaban dari istrinya, sebenarnya Thomas juga sudah lama menginginkan kehadiran seorang anak didalam rumahnya. namun Thomas tidak mau menyinggung perasaan istrinya jika membahas soal anak dihadapannya.
Thomas langsung memeluk istrinya, dan menenangkan hatinya yang sedang gelisah.
"sayang, sayang, sayang . . . bagaimana bisa aku mempunyai anak dari wanita lain hanya karena keinginan kita untuk memiliki seorang anak didalam rumah ini?, bukankah aku sudah berjanji padamu jika didalam hidupku hanya ada satu wanita yaitu dirimu sayang, Natasha addrew."
"aku juga tidak rela berbagi dirimu dengan wanita lain Thomas, namun aku sudah lama menantikan kehadiran anak didalam rumah ini."
Thomas membelai rambut Natasha dengan lembut. "bersabarlah sayang, mungkin suatu saat nanti Tuhan akan memberikan anak pada kita."
Natasha menghela nafasnya. "tapi Thomas aku sudah sangat bersabar, dan kali ini aku tidak mau bersabar untuk kesekian kalinya."
Thomas yang tidak mengerti ucapan istrinya hanya duduk terdiam menganga, ia bingung harus dengan cara apa agar istrinya melupakan soal anak, dan tiba-tiba terlintas suatu ide didalam pikiran Thomas. "baiklah sayang bagaimana jika pergi berlibur terlebih dahulu?."
Natasha berdiri tegap dihadapan Thomas dengan pose yang menantang. " Thomas kenapa kau malah membicarakan soal liburan terus, bukankah kita sedang membicarakan bagaimana kita bisa cepat memiliki anak?."
Thomas langsung menarik lengan istrinya, dan Natasha yang berdiri tidak seimbang langsung jatuh kepelukan suaminya, dan tentu saja Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia langsung mendekap istrinya dengan erat serta mencumbuinya.
tentu saja Natasha melakukan perlawanan karena masih kesal dengan suaminya.
"Thomas apa yang lakukan?."
"sayang bukankah kau ingin kita cepat memiliki keturunan?."
"yang kau ucapkan itu memang benar, tapi bukan seperti ini maksudku!."
Thomas tersenyum menggoda Mendengar jawaban Natasha, dan ia akhirnya melepaskan pelukannya. "baiklah sayang aku mengerti maksudmu, tapi aku punya satu permintaan untukmu sebelum aku mengabulkan keinginanmu."
Natasha tersenyum sumringah mendengar ucapan suaminya. "baiklah Thomas, katakan apa keinginanmu?."
"sayang, maukah kau menemaniku bekerja dipinggiran kota ini, karena aku ada proyek disana. dan kupikir kita bisa sambil berlibur disana, dan dari cerita yang kudengar didesa itu ada tempat yang menarik yang belum pernah kita kunjungi."
Natasha merasa bersemangat mendengar cerita suaminya, dan ia melupakan keinginannya sejenak. "benarkah itu?, bagaimana bisa ada tempat menarik dikota ini yang belum kita kunjungi?."
Thomas tersenyum simpul karena istrinya merasa termakan bujuk rayuannya. "tentu saja ada sayang, bagaimana apakah kau mau ikut denganku?, atau aku pergi sendiri?."
Natasha merasa tertarik dengan apa yang diceritakan oleh Thomas, dan ia akhirnya menyetujui dan ikut pergi bersama suaminya.
"baiklah Thomas, aku akan ikut pergi denganmu."
Thomas tersenyum lebar mendengar jawaban istrinya dan tidak sabar menantikan hari liburannya. "terimakasih sayang, kali ini aku merasa bersemangat untuk melakukan perjalanan bisnis karena kau yang pergi menemaniku."
************
disaat Thomas dan Natasha mempersiapkan liburan mereka, Malika justru disibukkan dengan Louis selalu menanyakan tentang keberadaan ayahnya. Malika merasa bingung harus menjawab apa pertanyaan dari putranya itu. karena semakin bertambahnya waktu Louis akan menyadari siapa ayahnya yang sebenarnya, akhirnya Malika memutuskan untuk pergi kekota untuk mencari kabar tentang Thomas.
Natasha yang sudah tak sabar melakukan perjalanan bisnis dengan suaminya, segera melakukan packing pakaian walaupun waktu perjalanannya masih sekitar dua hari lagi.
Thomas merasa senang karena rencananya untuk membuat istrinya melupakan soal anak berhasil, kini Natasha tidak menggangu dan menanyakan tentang rencana punya anak dihadapannya lagi.
Thomas menghubungi Jonathan untuk mencari tahu tentang detail seluk-beluk wilayah dipinggir kota tempat tujuannya, sebenarnya Thomas sendiri tidak pernah berkunjung ketempat yang pernah ia ceritakan kepada istrinya, Thomas hanya mendengar cerita itu dari salah satu anak buahnya yang berasal dari pinggiran kota.
dan sebenarnya juga Thomas tidak mempunyai urusan bisnis ditempat yang akan ia dan istrinya kunjungi, hanya saja Thomas ingin membawa istrinya berlibur, dan menghilangkan kejenuhan didalam dirumah tangganya.
Thomas gembira melihat istrinya yang merasa tak sabar bersemangat menyiapkan liburannya. "sayang apakah kau masih belum selesai mengemas pakaiannya?."
Natasha menatap kearah Thomas sambil memanyunkan bibirnya. " Thomas bisakah kau bantu aku sejenak memilih pakaian ini?, aku bingung baju yang mana yang harus aku pakai!."
Thomas tertawa geli mendengar permintaan istrinya. "memilihkan baju untukmu?."
Thomas menghampiri Natasha dan memilah-milah baju sesuai permintaan istrinya, namun tampaknya Thomas juga bingung, sebab semua pakaian ini terlihat menawan jika istrinya yang memakai.
"sayang bagaimana jika kau memakai yang ini saja." ucap Thomas sambil menunjuk asal salah satu dari setumpuk pakaian istrinya.
Natasha melihat pakaian yang dipilihkan suaminya, dan tersenyum senang sebab pilihan Thomas tepat dengan seleranya.
"terimakasih Thomas, kini aku tak perlu repot-repot memilih pakaian-pakaian ini."
Thomas menaikkan alisnya sebelah merasa terkejut karena istrinya menerima saran yang diberikan olehnya. "iya sayang."
***************
Malika yang tengah sibuk mempersiapkan kepindahannya kekota, berusaha mengumpulkan informasi tentang Thomas.
ia menyewa seorang informan untuk mengetahui segala sesuatu tentang Thomas.
dan setelah Malika mengetahui semuanya, ia mengatakan pada putranya bahwa mereka akan pindah kekota dua hari lagi.
"Louis sayang, bagaimana jika kita pindah kekota?."
Louis menatap mata ibunya Sambil tersenyum. " kekota?, kenapa kita harus pindah kekota?, bukankah ibu bilang dikota banyak orang jahat?."
Malika terdiam mendapat sederet pertanyaan dari putranya, ia tidak menyangka putranya akan mengingat perkataan dahulu.
Malika menggaruk pelipisnya berusaha mencari ide untuk menjawab pertanyaan dari putranya.
"sayang, . . . . tujuan kepindahan kita kekota untuk memperbaiki kehidupan kita, bukankah kamu bosan terus-menerus dihina oleh temanmu karena tidak mempunyai seorang ayah?."
Malika melihat Louis menundukkan kepalanya, dan tidak menjawab pertanyaan darinya. ia mencoba mengangkat dagunya dan Malika melihat ada sedikit air mata dicelah tatapan putranya.
"Louis . . . . apakah kau menangis sayang?, apakah pertanyaan ibu menyakiti hatimu?, maafkan ibu sayang, ibu tidak bermaksud berbicara seperti itu."
Louis langsung memeluk ibunya dan menangis sesenggukan. "ibu tidak usah minta maaf padaku, aku hanya sedih jika membahas tentang ayah, oh ya ibu apakah jika kita pindah kekota aku akan memiliki seorang ayah?."
pertanyaan yang keluar dari mulut Louis begitu polos, membuat Malika geli menahan tawanya. "apakah kau sangat menginginkan seorang ayah?."
Louis yang tadinya berwajah sedih terlihat antusias mendengar perkataan ibunya.
"tentu saja Bu, pasti akan sangat menyenangkan jika aku memiliki seorang ayah, dan akan lebih menyenangkan lagi jika aku dapat bermain sepak bola dengannya setiap hari."
Malika sangat terharu mendengar perkataan putranya, ia merasa bersalah karena tidak dapat memberikan seorang ayah yang selalu menemaninya bermain.
sesaat terlintas dipikirannya akankah Thomas menerima kehadiran putranya jika ia tiba-tiba datang dihadapan Thomas dan bilang jika Louis adalah putranya. tiba-tiba Malika teringat sebuah video yang berisikan adegan Thomas dan Malika sedang bercumbu, Malika dengan segera mencari keberadaan video tersebut agar Thomas mempercayainya dan dapat menerima Louis sebagai putranya.
*************
Berbekal video yang ada ditangannya Malika memantapkan hatinya untuk menemui Thomas dan mempertemukannya pada putranya, namun tanpa diduga ia justru bertemu Thomas dipelabuhan saat hendak pergi ke kota.
Malika melihat Thomas tersenyum dari kejauhan membuat hatinya merasa berdebar, dan ingin segera menghampirinya. namun langkahnya terhenti saat ia melihat seorang wanita disamping Thomas dan tidak lain itu adalah Natasha addrew istri Thomas.
Malika melihat Natasha merangkul Thomas dengan begitu mesra membuat hatinya terasa terbakar api cemburu, namun ia sadar jika dirinya bukanlah siapa-siapa bagi Thomas.
Louis yang melihat ibunya terdiam saat dipanggil, menarik-narik lengannya agar ibunya tersadar. "ibu . . . ibu . . . ibu . . . "
dan seketika itu juga Malika tersadar.
"iya sayang."
Louis mengedipkan matanya "kenapa ibu diam saja, bukankah kita akan menaiki kapal itu?."
Malika yang baru tersadar tiba-tiba memutuskan untuk tidak menaiki kapal, dan mengikuti kemana Thomas pergi.
"sayang bagaimana jika kepergian kita hari ini ditunda terlebih dahulu?."
kekecewaan tampak diwajah Louis, ia memanyunkan bibirnya dan merajuk kepada ibunya. " tapi mengapa ibu?, apakah ibu sakit?."
Malika menatap buah hatinya, dan langsung memeluknya dengan erat. "tidak sayang, bagaimana jika sekarang kita pulang?, karena ibu lupa ada pekerjaan yang harus ibu lakukan hari ini, maka dari itu kita harus menunda kepergian kita hari ini."
walaupun Louis kecewa karena tidak dapat pergi hari ini, ia dapat mengerti keadaan ibunya, dan menuruti perkataannya.
"baiklah ibu."
Malika tersenyum kepada putranya. "terimakasih sayang, mari kita berjalan kearah rumah kita."
Louis menganggukkan kepalanya dan berjalan sambil menggandeng lengan ibunya, sementara itu Malika memikirkan cara untuk menemui Thomas tanpa diketahui oleh Natasha.
setibanya dirumah Malika langsung pamit kepada Louis untuk pergi dengan beralasan ada pekerjaan yang harus dikerjakan, Louis yang mendengar perkataan ibunya langsung menganggukkan kepalanya.
"baik ibu, kau pergilah dan selesaikan pekerjaanmu. aku akan menunggu ibu dan bermain di rumah."
sebelum pergi Malika memeluk putranya, dan memberikan uang kepadanya. "terimakasih sayang, karena kau begitu mengerti ibu, dan ini uang jajan untukmu. jika kau merasa lapar kau dapat membeli makanan yang kau mau."
Louis mengambil uang pemberian ibunya, dan mencium pipi maliki "terimakasih ibu."
dan tak lama kemudian Malika pergi meninggalkan putranya seorang diri dirumah, ia berjalan kembali kepelabuhan untuk mencari keberadaan Thomas dan mencari informasi tentang tujuan dia dan istrinya datang ketempat terpencil seperti ini.
***************
Thomas dan Natasha berjalan mengelilingi kota kecil tempat tujuannya melihat-lihat hal menarik yang tidak ada dikota besar, dan saat Natasha hendak melangkah ketoko kelontong ia menabrak seorang anak kecil.
Natasha yang melihat anak lelaki tersebut terjatuh saat bertabrakan dengannya, langsung membantunya berdiri, dan memeriksa keadaannya.
"apa kau baik-baik saja adik kecil?."
Anak lelaki itu mengusap luka kecil dilututnya sambil berkata.
"tidak apa-apa Tante, aku baik-baik saja. maafkan aku karena tidak telah menabrakmu!."
Natasha melihat anak lelaki itu terluka, dan sontak saja Natasha merasa panik dan langsung membantu anak lelaki tersebut untuk bangkit dari duduknya.
Louis tersenyum kepada Natasha karena tidak memarahinya, dan malah membantunya berdiri.
"terimakasih Tante, kau cantik dan baik. aku baru pertama kali bertemu orang seramah anda."
Natasha ternganga mendengar perkataan anak lelaki tersebut, namun yang lebih membuat ia lebih terkejut saat Natasha melihat senyuman anak tersebut yang sangat mirip sekali dengan suaminya.
Louis pergi meninggalkan Natasha yang masih bingung karena melihat kemiripan anak lelaki tersebut dengan suaminya, ia tak menyangka jika ada seorang anak kecil yang sangat mirip sekali dengan suaminya.
Thomas yang melihat istrinya terdiam diri langsung menghampirinya. "ada apa sayang?, kenapa kau terlihat seperti orang kebingungan?, apakah ada suatu hal yang mengusikmu?."
Lamunan Natasha langsung buyar merasa terkejut Mendengar suara suaminya yang lantang. "Thomas . . . ?, kau ini selalu saja mengejutkanku dengan suaramu itu." gerutu Natasha.
Thomas menaikkan alisnya sebelah merasa heran dengan sikap istrinya. "ada apa sayang?, kenapa kau merasa terkejut?, apakah kau habis melihat hantu?." canda Thomas.
Mata Natasha langsung berputar dan melotot kearah suaminya. "Thomas kau pasti tidak akan percaya apa yang tadi kulihat, dan ini bukan hanya sekedar hantu."
Kali ini Thomas lebih bingung dengan ucapan istrinya. "Natasha apa yang kau ucapkan?, bisa kau ceritakan apa yang tadi kau lihat?."
Natasha menarik lengan panjang Thomas untuk mengikuti kearah anak lelaki yang baru saja pergi, namun sayangnya anak lelaki tersebut sudah tidak terlihat dari pandangannya lagi.
Natasha menarik nafasnya dengan berat.
"oh tidak, cepat sekali anak itu menghilang?."
Thomas yang hanya mengikuti langkah istrinya menggaruk pelipisnya karena semakin bingung dengan sikap Natasha.
"sayang lebih baik kita mencari tempat untuk istirahat sejenak, sepertinya kau sangat kelelahan." ucap Thomas sambil merapikan rambut Natasha yang tertiup angin.
Natasha sedikit kecewa karena tidak menghentikan kepergian anak lelaki tersebut,
ia menganggukkan kepalanya mendengar ucapan suaminya. didalam hatinya ia bergumam dan berharap. "semoga saja dirinya dapat bertemu dengan anak lelaki tersebut."
Natasha dan Thomas beranjak pergi untuk mencari tempat peristirahatan sekaligus mencari tempat bermalam, dan tak lama kemudian ponsel Thomas berdering.
Thomas mengambil ponsel disaku celananya dan melihat kelayar ponselnya, dan ia melihat nama Jonathan sontak saja Thomas segera menjawab panggilan teleponnya.
"hallo Jo, dimana dirimu?, aku sudah lama menunggumu."
"maaf kawan, aku ada urusan mendesak. dan sekarang aku sudah berada tak jauh darimu."
ucap Jonathan sambil melambaikan tangan dihadapan Thomas.
Thomas merasa geram terhadap Jonathan karena membuatnya menunggu lama.
"Jo apa-apaan kau ini, mengapa kau meneleponku jika kau sudah berada dihadapanku?."
Jonathan mematikan ponselnya, dan segera menghampiri Thomas. "kenapa kau selalu marah-marah kawan?, bukankah aku sudah berada disini."
Jonathan melihat kearah Natasha yang sudah terlihat lelah. "Thomas bagaimana jika sekarang kita ketempat peristirahatan?, tampaknya istrimu sudah terlihat kelelahan."
Thomas melihat kearah Natasha dan memang benar seperti ucapan Jonathan, istrinya tampak begitu kelelahan.
"sayang mari pergi ketempat istirahatan?."
namun tampaknya Natasha enggan beranjak dari tempat tersebut, didalam hatinya ia masih ingin mencari anak lelaki yang mirip dengan suaminya.
"tapi Thomas, aku masih ingin berada disini."
Thomas membujuk sambil membelai rambut Natasha dengan lembut agar hatinya merasa luluh. "sayang besok kita bisa datang ketempat ini kembali, dan sekarang lebih baik kita mencari tempat istirahat agar tubuh kita kembali segar."
Natasha memikirkan ucapan Thomas ada benarnya, dan Natasha juga sudah mulai terasa lelah karena berjalan kaki dari tadi.
"baiklah Thomas, dan Jonathan apakah hotel masih jauh dari tempat ini?."
Jonathan tersenyum lebar mendengar pertanyaan dari Natasha. "hotel . . . ?."
Natasha bingung dengan ucapan Jonathan.
"tentu saja hotel Jo, bukankah kita akan menginap dihotel malam ini?."
Sebenarnya Jonathan ingin mengatakan pada Natasha jika dikota kecil ini tidak ada hotel melainkan tempat penginapan yang kecil, dan tidak ada fasilitas mewah didalamnya. namun tampaknya Jonathan tidak ingin membuat Natasha dan Thomas kecewa, dan berkata bohong kepada mereka. "baiklah Thomas dan juga Natasha aku kan membawa kalian kehotel agar kalian dapat beristirahat."
Dan tak setelah berjalan tibalah mereka disebuah bangunan tua yang berdiri kokoh dihadapan mereka, Natasha ternganga melihat bangunan tua tersebut, langsung menanyakannya kepada Jonathan.
"Jo, bukankah tadi kau bilang bahwa akan membawa kami kehotel?, lalu mengapa kau mengajak kami ketempat ini."
Sebelum Jonathan sempat menjawab pertanyaan Natasha, Thomas lebih dahulu menimpali pertanyaan Natasha.
"benar yang diucapkan istriku, mengapa kau membawa kami kesini, apakah kau tidak lihat jika Natasha sudah sangat lelah?, mengapa kau terus mengajak kami melihat bangunan tua ini?."
Jonathan menelan ludah mendengar pertanyaan dari sepasang suami istri yang kini berdiri dihadapannya. ia menarik nafas perlahan dan mencoba menjelaskan kepada mereka. "Thomas, dan juga Natasha aku sangat mengerti jika kalian pasti saat ini sudah sangat lelah, dan aku tidak bermaksud mengajak kalian berjalan mengelilingi kota ini. dan aku juga berharap kalian tidak akan kecewa denganku karena asal kalian tahu jika bangunan tua dihadapan kalian saat ini adalah hotel terbaik yang ada dikota ini."
Jonathan melihat ekspresi Natasha dan Thomas yang terlihat kecewa, namun Jonathan juga tidak bisa berbuat banyak karena memang tempat inilah yang terbaik yang ada dikota kecil seperti ini.
Thomas beserta istrinya dengan terpaksa menginap dihotel tua tersebut, mereka bertiga masuk kedalam hotel dan beristirahat didalamnya.
Setelah semalaman beristirahat, pikiran Natasha kembali kepada anak lelaki yang ia jumpai didekat pasar tadi. ia melihat suaminya yang masih tertidur disampingnya, dan ini merupakan kesempatan bagi Natasha untuk mencari keberadaan anak lelaki itu tanpa harus menganggu Thomas yang sedang beristirahat.
Natasha keluar perlahan dari kamar hotel, dan pergi dengan meninggalkan sepucuk surat yang berisikan pesan singkat jika dirinya pergi untuk sekedar jalan-jalan mencuci mata, kepada Thomas agar suaminya tidak khawatir dan mencarinya saat terbangun dari tidurnya.
Setelah keluar dari hotel, Natasha merasa bingung harus melangkah kemana untuk menuju pasar tempat dimana ia bertemu anak lelaki tersebut. sebab Natasha sama sekali tidak mengingat jalan yang ia lalui kemarin untuk sampai kehotel tua ini, namun sepertinya tekadnya sangat kuat, Natasha memantapkan langkahnya dan pergi tanpa harus memperdulikan kemana arah kepergiannya.
Jonathan yang sudah bangun lebih pagi dari mereka sedang menikmati kopinya dikafe yang berada diluar hotel, dengan tak sengaja melihat Natasha. Jonathan berteriak memanggilnya, namun sepertinya Natasha sedang terburu-buru. Jonathan sangat heran melihat gerak-gerik Natasha yang terlihat kebingungan. melihat hal tersebut Jonathan tak bisa berdiam diri, dengan segera ia menyeruput habis kopinya untuk mengikuti kemana Natasha akan pergi.
Setelah berjalan hampir satu jam Natasha tak kunjung juga tiba ditempat dimana ia bertemu dengan anak kecil tersebut, kini Natasha merasa tersesat dan tak tahu berada dimana. ia bingung harus bertanya kepada siapa tentang anak kecil yang ia jumpai kemarin, karena mengetahui namanya saja Natasha tidak tahu.
Namun Natasha kali ini beruntung seperti pepatah pucuk dimata ulan pun tiba, seketika itu juga ia melihat dari arah kejauhan wajah anak lelaki tersebut, Natasha bisa mengenali jika anak itu adalah anak lelaki yang ia jumpai kemarin hanya dari melihat senyumannya yang sangat mirip dengan suaminya.
akan tetapi sepertinya ia tidak sendirian karena ia melihat ada seorang wanita yang memegang tangannya, "sepertinya itu ibu dari anak tersebut, jika demikian maka sekalian saja aku berkenalan dengannya." ucap Natasha didalam hatinya.
Namun sayangnya wanita itu pergi terlebih dahulu meninggalkan anak lelaki tersebut sebelum Natasha sempat melihat wajahnya, Natasha segera menghampiri anak kecil tersebut sebelum ia kehilangan anak itu lagi.
"adik kecil . . . " teriak Natasha, namun sepertinya Louis tak mendengar jika ada yang memanggilnya, ia tetap berjalan masuk kedalam sekolah sebelum gerbang ditutup.
Dengan langkah terburu-buru Natasha menghampirinya, namun sayangnya anak tersebut sudah masuk kedalam sekolah dan Natasha hanya bisa berdiri didepan gerbang sekolah yang sudah ditutup hanya sambil memandangi punggung anak lelaki tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!