Annyeong readers 💜
Masih sehat?
Tentu ngga dong, kan kita mau halu lagi, mana boleh sehat 😁
Sesuai spoiler otor di cerita halu otor yang kedua Jodoh Dari Kakek Buyut, dimana nona muda Venus Jenina Wijaya aka Betania Oliver aka Jeje atau Jenny memilih untuk tetap bersama dengan pria yang pernah terpaksa ditinggakannya.
Maka dari itu, dalam cerita halu kali ini kita akan bahas habis semua seluk beluk kehidupan dokter weweha kita Jung Joon Young, yang dimana setelah Jenny kembali ke asalnya Joon Young juga pergi, untuk menemukan kebahagiaan yang memang disediakan untuknya, kebahagiaan yang memang datang sendiri tanpa ia sibuk mencari, tanpa mengemis dan memohon seperti yang ia lakukan selama ini.
Ia harap setelah ini ia bisa menemukan Tania yang lain, maksudnya bukan orang yang sama persis seperti Tania aka Jenny, tapi ia ingin menemukan seseorang yang bisa membuatnya jatuh hati sekeras Jenny, bahkan jika ada ia ingin lebih dari itu.
Ps : Seperti biasa kita akan pakai kota fiksi yang hanya ada Timio Universe, Mithnite, Orion, Seleste Ville, dll.
Visual :
Jung Joon Young
Joy Nathania Giddens
Bryan David (Iyan)
🌼🌼
Happy Reading 💜💜
Pov Tania :
Halo, namaku Tania. Dibabtis dengan nama indah Joy Nathania Giddens. Aku merasa namaku terlalu panjang dan merepotkan, jadi aku berinisiatif memotongnya sedikit supaya memudahkanku dan menghemat waktu, dan terbentuklah 'Tania Giddens' di setiap kertas yang membutuhkan namaku.
Aku seorang gadis yang biasa saja, bukan berasak dari darah biru, bukan seorang populer, bukan seorang yang secantik Irene Red Velvet, Jisoo BP, atau IU, tidak ya yeorobun. Aku hanya seorang yang lebih ke arah tak terlihat dan biasa saja. Aku suka ilmu ekonomi, naik turunnya kurva, inflasi, defisit, dan semua perhitungan rumit didalamnya.
Mama menyuruhku untuk masuk sekolah kedokteran pada masanya, Ohh ... Sedikit penegasan aku memang bukan darah biru, tapi aku tidak miskin. Paham? Aku cukup kaya di kalanganku, bukan pamer tapi aku bicara fakta.
Namaku mungkin terdengar lembut, kalem, dan baik hati, lugu juga kan? Jangan sekali-kali tersirat di benakmu aku seperti Bunda Teresa, atau St. Bernadette, karena aku adalah kebalikannya.
Aku seorang introvert, bukan berarti aku anti sosial hanya saja aku lebih suka menyendiri, terhitung selama kuliah aku hanya punya beberapa teman saja , dan mereka tidak jauh berbeda denganku, agak barbar. Demikianlah aku lulus dari jurusan ekonomi.
Semakin tua, aku semakin takut bertindak. Ekspektasiku dulunya bekerja sebagai orang yang berpengaruh di Badan Pemeriksaan Keuangan Negara, atau sebagai akuntan di sebuah kantor besar, Ohh.. Atau jadi seorang teller bank atau customer service populer di sebuah bank terkenal, dan pada kenyataannya aku berakhir di sebuah perusahaan aksesoris kecil yang bahkan tidak diketahui orang-orang sebagai seorang admin marketing.
It's okay, I still have Bryan, my doctor boyfriend hehehe. Entah bagaimana ceritanya cowo se ganteng, se wadaw itu kepincut sama aku. Kita udah pacaran kurang lebih dua tahun, dan selama itu kami tidak pernah bertengkar serius, ngambek-ngambek sedikit, dua jam kelar. Dia perlakuin aku dengan sangat baik, entah kenapa dia selalu aja ngalah, sabaaar banget sama mood ku yang selalu berubah-ubah. Sekarang dia lagi koas dan sering aku bantuin ngerjain ini dan itu.
By the way, tadi aku bilang mama nyuruh aku sekolah dokter kan? Itu karena selama ini dia yang jadi wali sepupuku yang kuliah kedokteran, alesan mama ngawur banget dan engga ada faedahnya sama sekali
"Jasnya keren, putih-putih gitu, cakep banget"
Hanya karena alasan tidak penting itulah aku disuruh untuk kuliah kedokteran yang sulit sampai ke ubun-ubun itu yeorobun, untung aku nolak.Tapi si sepupu ku ini udah jadi dokter beneran dan udah bekerja di sebuah rumah sakit besar di perbatasan antara Mithnite dan Orion, Timio Medical Centre.
Nah, segala jenis makalah dan sampah-sampah tulisan si mas sepupu ini masih tersimpan rapi dibekas kamarnya di rumahku, dan makalah itulah yang aku cabutin satu-satu untuk ngebantu, my lovely Bryan, yang aku panggil Iyan.
.
.
.
Tbc ... 💜
.
.
.
Sekian perkenalannya yeorobun 💜
.
.
Bryan duduk didekat jendela cafe, siluetnya sempurna, proporsional, jika dalam boy band ia cocok jadi visualnya. Kulit putih nya, potongan rambutnya yang rapi, wahhh... pahatannya sempurna sekali. Ia mengenakan kaos berkerah dan jam tangan bertali hitam di tangan kirinya, menambah kesan 'tampan' bagi gadis yang baru datang ini.
Terlihat Tania muncul dengan senyum mengembangnya memasuki pintu cafe, Bryan melambaikan tangannya dan terseyum.
"Gimana hari ini?", Bryan membuka pembicaraan ketika Tania mendaratkan bokongnya di kursi sebelah pacarnya itu.
"Apanya?"
"Kisah admin marketing kita hari ini, yang mirip Irene Red Velvet ini hehe.
Tania, yang kata cowonya mirip Irene RV gaes
"Ish ... kamu durhaka banget jadi pacar, mau di kutuk jadi apa? Pisau bedah atau post it?." Kesal Tania menyunggingkan bibirnya.
"Jadi suami, ahahhaha...", tawa Bryan meledak.
"Kamu kayaknya kebanyakan nyium ethanol kali ya." ledek Tania.
"Sayang."
"Hmm?"
"Boleh minta makalah sepupu kamu lagi ngga? Aku butuh nih."
"Lagi?"
"Iya, Boo. Boleh kan? Lagian sepupu kamu juga ngga butuh lagi kan?."
"Boleh aja sih, tapi dokter senior kamu hobi banget ya nyuruh ginian, yang bener aja bikin makalah sampe tiga kali seminggu. Kali ini tentang apa Boo?"
"Jantung buatan."
"Serem. Ntar aku cari ya Boo." jawab Tania, Bryan tersenyum lebar sambil mengusak surai Tania kebelakang.
"Boo, Sabtu ini libur ngga? Jalan yuk. Udah lama engga." tawar Bryan.
"Kalo ngga ada kerjaan yang numpuk , biasanya sih libur. Tapi kalo ada target, aku lembur sampe besok-besoknya Boo, aku ngga bisa janji."
"Ada cafe baru sayang, kata orang-orang tempatnya bagus, makanannya juga enak. Kalo libur kabarin aku ya Boo, mau nyobain main kesana bareng kamu." tawar Bryan.
"Iya sayang, nanti aku kabarin."
🌼🌼
Pov Tania :
Memiliki Bryan di sampingku jadi satu kebanggaan untukku, dia hangat dan boyfriend material sekali yeorobun. Dia memperlakukanku dengan sangat baik, dan engga tahu kenapa, mama benci banget sama dia. Aku juga bingung, ada momen dimana secara tidak sengaja aku nyebut Bryan di cerita kami, biasalah cengkerama mama dan anak, padalah aku hanya sebut nama, tapi mama langsung beri penolakan terang-terangan. Masih sebut nama, aku belum menceritakan betapa baik dan mengagumkannya pacarku itu, tapi mama tantrum duluan.
Setiap ditanya kenapa, mama enggan menjawab, enggang ngasih jawaban. Sampai aku narik kesimpulan sendiri kalau mama ''cuma ngga suka'. Tanpa mengindahkan larangan mama aku terus melanjutkan hubungan ku seolah tanpa beban dan masalah. Toh aku sudah dewasa, sudah waktunya aku punya pandanganku sendiri, sekali pun mama, tidak semua urusanku harus dicampur tangani mama kan?
Aku sayang Iyan, Bryanku. Dia benar-benar seorang yang berarti buat aku dan akan selalu ku dukung dia. Sebegitulah yakinnya aku dengan hubungan ini. Sekali lagi ku tegaskan sifatku dan namaku jauh berbeda. Ingat? Sangat berbeda. Betapa bersyukurnya aku, Tuhan benar-benar mengasihiku, ia melindungiku dari segala jenis setan yang selama ini ini mengelilingiku. Dan kalian tahu? Bryan adalah setan yang ku maksud.
🌼🌼
Jumat malam Tania mengabari Bryan bahwa mereka tidak bisa pergi bersama dikarenakan ada pekerjaan tambahan di kantornya.
"Yaah... Boo, ngga asik ah." keluh Bryan pada ponsel yang melekat di salah satu daun telinganya.
"Ya mau gimana lagi, aku kan budak korporat sih Boo, jadi wajib nurut hehe. Maaf ya sayang, kamu pergi bareng Sony aja."
"Yaudah deh, kalo udah pulang kabarin ya Boo. Aku kangen.", rengek Bryan.
"Mee too. Kamu istirahat gih. Bye Boo..", telepon di putus.
"Hooekkk...",seru Bryan di hadapan teman-temannya dan tawa mereka meledak.
Sabtu Esok Paginya
Cafe yang Bryan bicarakan tempo hari pada Tanua cukup bagus, luas, dan asri. Hari sabtu cerah di cafe yang dijanjikan geng dokter yang di pimpin Bryan itu membawa setumpuk makalah pemberian Tania. Suasana cafe itu cocok untuk belajar atau mengerjakan tugas.
"Sabar ya, Yan, sampai selesai ujian sertifikasi deh lu tahan-tahanin pacaran sama tuh cewe." seru Sony.
"Ya mau gimana lagi. Dia kartu magic buat gua, selain cantik dia juga ngga neko-neko. Ngga malu-maluin juga buat di bawa jalan." balas Bryan. Mereka terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, Bryan, Sony, dan Yona.
"Iya Yan, ntar selesai ujian serah lu deh, mau putus, mau buang dia, yang penting urusan kita kelar dulu." tambah Yona lagi.
"Beruntung banget gua kenal sepupunya dia, modal tampang, kelar, heheh... ", songong Bryan dengan tawa girangnya.
Tanpa mereka sadari Tania sudah berdiri hanya beberapa meter dari mereka yang di halangi sebuah pot besar, jelas percakapan mereka terdengar oleh orang yang di maksud.
Sapp sapp buk buk Tania menumpuk semua makalah pemberiannya, wajah ketiga dokter itu panik sekaligus takut.
"Ta... Tan... Tania sayang..." gagap Bryan.
Kamu bukannya kerja Boo?"
Tania tidak menanggapi sedikit pun, ia memindahkan makalah yang di tumpuknya jadi satu dan menjauhkannya dari meja. Ketiga sahabat itu semakin bingung.
"Ini minum siapa?", tanya Tania dengan tenang mengangkat satu gelas panjang berisi jus alpukat.
"A-aku Tan." ragu Sony.
Byurrr.... Tania menyiramkan jus itu secara horizontal dan cepat, sehingga ketiganya mendapatkan bagian masing-masing, tepat mendarat di wajah mereka. Bryan sontak berdiri.
"Gimana? Enak jusnya?".
"Kurang ajar lu y ...!", bentak Yona.
"Emang. Masalah? Elu bertiga jauh lebih kurang ajar, ngga lebih dari dokter yang begonya melebih-lebihi bego. Ngerti kan maksud gua? Gua ngga kebayang pasien-pasien lu apa kabar nantinya. Dirawat sama dokter-dokter bego yang modal nyontek doang." sergah Tania.
Ketiganya terdiam dan terpaku. Orang-orang disekeliling mereka mulai penasaran apa yang terjadi.
"Bryan."
Deg
Hati Bryan mencelos mendengar Tania memanggil nama aslinya, kenapa tidak Iyan atau Boo?
"Makasih buat dua tahun ini. Ternyata aku salah nilai orang, tapi kamu bisa liat kan? Aku ngga jatuh, aku ngga tertunduk. Untuk seterusnya lu bertiga berusaha sendiri ya, semua makalah dan hasil kerja keras kakak sepupu gua, gua bawa balik. Mending semuanya dimakan ngengat ketimbang ilmunya di ambil sama orang bego ngga tahu diri kaya lu bertiga." Bentak Tania lalu pergi dengan semua makalah usang itu.
Meninggalkan Bryan yang masih membeku, dengan lelehan jus alpukat diwajahnya, hatinya agak perih dan tiba-tiba rasanya kosong.
"Makasih buat dua tahun ini. Ternyata aku salah nilai orang"
"Makasih buat dua tahun ini. Ternyata aku salah nilai orang"
"Makasih buat dua tahun ini. Ternyata aku salah nilai orang"
Sebaris kalimat Tania yang itu terus terngiang-ngiang di telinganya, itu itu saja, bahkan ia tidak mendengar rengekan Yona dan makian Sony tentang bagaimana berantakannya penampilan mereka karena ulah Tania.
Yona
Sony
.
.
.
Tbc ... 💜
Pov Joon Young :
Sepi? Sepi itu temanku.
Apa lagi memangnya? Apa yang ku harapkan. Gadis itu, oh tidak, wanita itu, wanita yang selalu terlihat seperti gadis muda pada umumnya, padahal jelas-jelas aku yang membedah dan mengeluarkan sendiri bayi yang tinggal selama 9 bulan diperutnya.
Bukan hanya hari itu, bahkan aku sudah merawatnya sejak masih hamil, aku yang memberinya vitamin, merekomendasikan semua hal yang baik untuk kehamilannya. Ahh Gilanya, kukira aku masih melakukan semua ini karena aku seorang dokter, tapi bahkan untuk menilai diriku sendiri saja aku salah.
Aku bahkan lebih ke arah seorang yang bertingkah sebagai suaminya waktu itu. Gemetar tanganku ini masih ku ingat ketika menyayat perut buncit mulusnya itu.
Ah Tania... oh tidak Jenina, nama aslinya ternyata Jenina, Venus Jenina Askara. Wanita hamil yang kabur dari suaminya yang sampai saat ini permasalahannya aku tidak tahu dan tidak mau tahu juga, itu hanya akan lebih menyakitiku. Satu hal yang ku tahu, suaminya mencintainya, sangat mencintainya.
Dan disinilah aku sekarang di Seleste Ville. Tujuanku memulai hidup baru, melupakan semua yang sakit. Bertemu Tania membuatku sedikit lupa akan hal tersakit dalam hidupku, alasan terbesarku meninggalkan Korea dan memulai karir di Westminster.
Tapi, selepas aku kehilangan wanita yang membuat hatiku jatuh se keras ini, rasanya trauma ku kembali bahkan dua kali lipat parahnya. Aku takut memulai operasi, aku takut semua yang berisik, semuanya.
Apa yang akan lakukan setelahnya, apa ada rumah sakit yang menerima dokter yang tak bisa operasi? Mereka akan mempertanyakan kesuskesan gemilang yang ku raih, dengan kondisiku sekarang.
Untunglah Tania, maksudku Jenny mengajariku bahasanya. Bahasa Indonesia, bahasa ibu di negaranya. Entah kenapa aku malah datang ke negara yang sama dengannya. Aku hanya tertarik dengan nama kota yang ku tuju, Seleste Ville. Tanpa aku tahu bahwa kota itu adalah bagian dari negara tempat tinggal Jenny.
Setidaknya skill berbahasa yang dibekali Jenny sangat berguna sekarang ini. Aku tidak terlalu kesulitan menjalani hari disini. Meski aksenku sangat berbeda dari mereka, setidaknya mereka paham apa yang ku ucapkan.
Dengan gelarku yang spesialis kandungan dan susah susah juga aku berjuang mengambil spesialisasi kedua ku yang bedah anak ini, kini aku tidak yakin melakukan operasi. Tapi sebisa mungkin aku akan berusaha, melakukan yang terbaik, yang jelas aku tidak akan membahayakan pasienku.
Tuhan mungkin mengasihaniku, ada sebuah rumah sakit di Seleste Ville yang menerimaku. Jelas saja aku punya orang dalam disana. Seorang profesor disana adalah kenalanku, kami cukup dekat karena dulunya dia adalah dosenku semasa aku berkuliah, dan aku asistennya kala itu.
Terkhusus untuk dokter senior ini, Professor Johan, aku jujur tentang semua yang ku lalui dan keadaanku sekarang ini. Jadinya, dia lah pelindungku disini, di rumah sakit ini, rumah sakit besar di Seleste Ville, Emery Hospital.
Kalian tahu EXO kan? Pasti tahu lah, hanya Megalodon dan Titanoboa yang tidak mengenal mereka di Dunia Timio ini. Aku suka semua karya Kyung Soo, atau nama panggungnya D.O .
Salah satu lagunya benar-benar menggambarkan keadaanku sekarang ini.
I want somebody
(Aku ingin seseorang)
georeumi deodigin haedo
(Meski langkahku lambat)
I want somebody
(Aku ingin seseorang)
tteugeopge tajin anhdeorado
(Meski tidak panas membara)
modeun nae bangsikdeuri
(semua jalanku)
da dabin deusi
(Seolah semuanya adalah jawabannya)
tto gamanhi nae soneul jabajuneun
(Dan kamu diam-diam memegang tanganku)
nae mamsoge nugunga
(seseorang di hatiku)
dagawa jugil barae
(Aku harap kamu mendekat)
Aku juga ingin begitu, meski tidak sama seperti sebelumnya, meski nantinya tidak se membara yang lama, aku berharap seseorang datang padaku.
Aku berharap ditemukan, atau menemukan seseorang yang mampu menutup lubang dihatiku, meski tidak seluruhnya, setengahnya juga tidak apa.
Disini, di Seleste Ville.
.
.
.
Gimana yeorobun? Siap??
.
.
.
Tbc ... 💜
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!