Namaku Derel berumur 37 tahun dan menikah dengan Sinta berumur 35 tahun serta sudah dikarunia dua orang putra. Putra pertama bernama Dafa berumur 17 tahun dan yang kedua bernama Dhani berumur 15 tahun.Kehidupan perekonomian keluargaku lumayan mapan saat itu hingga pandemi menghancurkan segalanya.
Usaha yang kami rintis dari nol kembali lagi ketitik terendah. Awal - awal terpuruk masih ada ibu yang membantu. Setiap bulan selalu memberi kami sekarung beras dan berbagi macam sayuran serta uang jajan untuk kedua cucunya.
Saat pandemi akhir ibu tiba - tiba jatuh sakit. Aku bersaudarakan tiga orang bahu membahu menjaga ibu. Takdir berkata lain,Allah lebih sayang sama ibu. Sepuluh hari dirawat di rumah sakit akhirnya ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Kami berempat beserta Sinta istriku melepas kepergian ibu dengan ikhlas. Sebelum meninggal ibu berpesan bahwa jika ia di panggil Allah. Ia mau nanti dikebumikan satu liang dengan almarhum suaminya yang ada di jakarta. Dan beliau juga mengatakan agar kami saling menyayangi setelah kepergiannya.
Kami berembuk berempat dan akhirnya memutuskan menjalankan wasiat dari ibu dan kebetulan aku dan beberapa keluarga juga bermukim disana.
Setelah mengurus semua administrasi dan prosedur yang diperlukan ,tengah malam kami berangkat jakarta menggunakan ambulance dan beberapa mobil pribadi mengikuti dari belakang berisikan sanak saudara dan beberapa orang tetangga.
Dua jam lebih kami pun sampai di jakarta,jenazah ibu di bawa ke rumah salah seorang adeknya ya g bernama Ida.
"Dek,maaf ibu ga jadi dibawa kerumah." ujar Derel kepada istrinya.
"Kenapa bang kok ga jadi?" tanya Sinta karna ia sudah menyuruh saudaranya juga untuk merapikan rumah.
"Keluarga maunya begitu dek,abang ga bisa nolak. Adek ga apa - apakan?" tanya Derel sendu.
"Ga apa - apa bang. Yang penting ibu diurus dengan baik hingga penguburannya." Sinta berusaha membesarkan hatinya yang sedikit kecewa.
"Dek nanti kamu urus kuburan ibu ya,kan suratnya kamu yang pegang sekalian tolong beli perlengkapan jenazah ke pasar." perintah Derel dengan wajah yang kusut.
"Baik bang,nanti aku urus. Aku mau pulang kerumah dulu mengambil surat - surat yang diperlukan. " pamit Sinta pada suaminya.
Untung Derel mempunyai istri yang penurut dan tidak banyak tingkah. Sinta dengan gesit berjalan kesana kesini diantar oleh tetangga rumahnya. Tak satu pun keluarga tidak yang mau membantu dirinya.
"Mbak Sinta kok ngurus semuanya sendiri sih? Apa ga ada keluarga yang lain?" harusnya di saat berduka seperti ini ada keluarga yang turun membantu mengurus pemakaman. Ini malah anak dan menantu sendiri yang mengurus semuanya." protes tetangga Sinta.
Sementara Suaminya mengurus ke puskemas untuk meminta surat pernyataan bebas covid agar bisa di kubur di pemakaman umum.
Saudara dan adik - adiknya tidak satu pun mau membantu. Mereka asik bercengkrama dengan keluarga masing - masing dan asik sarapan tanpa peduli kepada anak - anak Sinta.
Dafa dan Dhani mengerti dengan kesibukan orang tuanya sama sekali tidak mengeluh. Mereka berdua pulang kerumah untuk sarapan karan tidak ada satu pun kelurga yang menawari mereka untuk sarapan.
Perut keduanya terasa perih karan belum makan dari semalam. Di rumah mereka memasak mie pakai telur dan sayuran karna hanya itu makanan yang cepat untuk mereka makan. Kalau tunggu memasak nasi akan membutuhkan waktu yang lama. Sementara mereka harus kembali kerumah adik neneknya untuk mengikuti proses pemakaman nenek.
Keduanya makan dengan sangat lahapnya tanpa menyisakan setetes pun di mangkok. Setelah kenyang mereka berganti pakaian dan kembali kerumah adik neneknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Assalamualaikum kk,selamat malam .
Jangan lupa mampir di novel terbaru thor ya. Silahkan tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya agar thor semakin semangat
Sinta dan Derel pun belum sempat sarapan apapun dari kemaren sore. Mereka berdua sibuk kesana kesini mengurusi kepulangan jenazah ibu dari rumah sakit menuju jakarta.
Hanya sebotol air putih yang sempat Sinta minum. Mau membeli makanan takut uangnya tidak cukup untuk membeli perlengkapan jenazah mertuanya.
Untung ada tetangganya yang ikut membantu dirinya,kalau tidak ia bingung bolak balik sana sini mengurus ini itu.
"Mas Ari makasih ya sudah mau membantu saya." ucap Sinta terharu.
"Sama - sama mbak. Hanya ini yang bisa saya bantu." kekeh Ari menyerahkan sebuah kantong kresek ketangan Sinta.
"Ini apa mas?" tanya Sinta saat melihat Ari mengulurkan tanganya menyerahkan kantong kresek pada dirinya.
"Saya tau mbak Sinta belum makan kan? Lebih baik mbak Sinta makan dulu,biar ada tenaganya." ujar Ari memaksa Sinta menerima pemberiannya.
"Makasih mas." sudut mata Sinta berkaca - kaca,ia tidak menyangka orang yang tidak punya hubungan apa - apa dengan dirinya saja begitu pedulinya dirinya.
Sinta membuka kantong itu dan mengeluarkannya. Satu bungkus nasi kuning lengkap dengan lauknya mengungah selera dan membaut cacing di perutnya meronta - ronta minta diisi.
Saat akan menyendok nasi Sinta teringat akan putranya. Apakah mereka sudah makan ? lalu ia menghubungi Dafa melalui ponselnya.
"Assalamualaikum, bu. Ada apa?" suara Dafa di ujung kabel.
"Waalaikumsalam, kamu dan adek sudah makan belum?"
"Sudah,bu. Tadi aku dan adek pulang kerumah mau ganti baju selain sarapan berdua sama adek."
"Beneran kamu ga bohong?"
"Sumpah aku ga bohong bu. Ibu dimana?" tanya putra sulungnya.
"Ini ibu lagi di TPU bentar lagi ibu kesana. Ayah sudah datang belum?" tanya Sinta.
"Sudah bu,baru saja ayah sampai bersama beberapa petugas puskesmas."
"Ya udah ibu matiin dulu ya,kalau ayah tanya bilang ibu bentar lagi kesana."
"Baik,bu. Assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam. "komunikasi terputus seketika.
Sinta kembali melanjutkan sarapannya yang tertunda sembari menunggu surat - surat rampung. Ari merasa kasihan melihat Sinta. Sudah hampir jam sepuluh baru sempat sarapan.
Selesai membeli perlengkapan jenazah Sinta langsung membawanya kerumah adik mertuanya,tante Ida.
"Lama amat sih,emang beli kemana sih?" hardik salah seorang sepupu suami.
"Tadi ngurus surat kuburan dulu, kak." Sinta menjawab dengan sopan.
"Masa ngurus gitu aja lama,udah tau mayit mertuanya mau segera dimandikan, kan jadi w lama karna nungguin kamu." sarkas sepupu Derel sembari mencibir.
"Maaf kak." sudut mata Sinta mengembun dan hampir saja menetes jika tidak segera buru - buru ia hapus dengan ujung jilbabnya.
Hari yang melelahkan bagi Sinta dan Derel. Setelah pemakaman ibu. Semua kelurga besar kembali kerumah adik mertua,tante Ida.
Semua keluarga langsung makan nasi bungkus yang sudah dibeli oleh salah satu pengurus perkumpulan keluarga besar yang baru saja datang.
Dafa dan Dhani beserta Derel juga sudah mengambil jatah mereka. Pada saat Sinta mau mengambil bagiannya ia kalah cepat dengan adik iparnya.
"Ini untuk suami aku kak." ujar mercy melenggang membawa nasi jatah Sinta. Padahal jatah suaminya sudah ia ambil dari tadi. Sinta hanya mengurut dada melihat tingkah iparnya.
" Dek,sini kita makan bareng. " Ari memanggil istrinya ,ia tau pasti istrinya juga lapar. Bukannya tidak mau menegur adiknya tapi ia malas ribut dengan adiknya ,makanya ia memilih diam saja dari tadi. Ia tidak mau ditengah duka ada pertengkaran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Alhamdullilah akhirnya thor bisa up bab 2,jangan bosan untuk membaca karya2 thor ya kk😊😘😘😘🙏🙏
Ditunggu like dan koment😊😘🙏
Dulu Sinta dan Derel termasuk orang yang sukses. Usaha mereka cukup memenuhi kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Sinta juga tidak membatasi suaminya untuk membantu ibu dan adik dan keluarganya yang lain.
Hampir setiap minggu Derel dan Sinta membawa kedua orang putranya untuk keliling kota atau keluar kota untuk sekedar menghilangkan jenuh setelah hampir seminggu berkutat dengan pekerjaan.
"Bang,sabtu ini kita pulang ke ibu ya?" Sinta sangat menyayangi mertuanya karna mertuanya sangat baik dan perhatian kepada dirinya. Ibu mertua sudah seperti ibu kandung bagi Sinta yang sudah lima tahun ditinggal ibu kandungnya.
"Kita liat aja nanti, kalau barang mas masuknya pagi kita berangkat tapi kalau masuknya malam mas ga janji." jawab Derel sambil menyesap kopi hitam kesukaannya.
Dafa dan Dhani begitu senang setiap pulang kerumah neneknya. Disana merka bisa bebas main kesana kesini dengan para anak tetangga yang seangkatan dengan mereka.
"Hore kita keruamh nenek." teriak Dhani girang.
"Tapi jangan Kasih kabar nenek atau tante mercy kalau kita pulang. Biar mereka pada kaget saat kita tau - tau sudah disana." uajr Sinta mengajak kedua putranya untuk kerja sama.
Selepas sholat isya mereka berempat jadi pulang kerumah nenek. Jika berangkat malam jalanan lumayan sepi dan adem sehingga lebih cepat sampai. Kalau siang hari pasti mereka akan menemukan kemacetan setiap melewati pasar - pasar yang ada disepanjang jalanan dan hawanya juga panas.
Tiga jam jarak yang meski mereka tempuh untuk sampai di sukabumi, rumah nenek. Jika dulu butuh enam jam karna belum ada tol. Bersyukur pemerintah menyediakan tol sehingga perjalan jadi lebih cepat.
"Assalamualaikum. " teriak Dafa dan Dhani sambil mengetuk pintu rumah nenek. Hari sudah menunjukan pukul dua belas lewat empat puluh lima menit.Mungkin penghuni rumah sudah pada pulas sehingga mereka agak lama menunggu baru di bukakan pintu.
"Nenek. " ternyata mertua yang membukakan pintu sementara ipar yang ada di kamar paling depan sebelah pintu masuk sama sekali tidak keluar dan itu sudah biasa terjadi.
Dafa dan Dhani bergantian mencium punggung tangan ibu begitu juga dengan Sinta dan Derel.
"Kok pulang ga ngabarin?" tanya ibu pada Sinta.
"Dadakan, bu." kekeh Sinta.
"Tapi di rumah ga ada makana apa - apa." Ibu mertua terlihat gusar karan tidak bisa menyuguhkan makanan untuk anak, mantu dan cucunya.
"Ibu tengah aja,tadi kami mampir beli ini. Kita makan sama - sama ya." Sinta mengeluarkan seember ayam kentucky beserta nasi dan minumannya.
Entah karan aroma ayam yang sampai kekamar ipar ,tiba - tiba pintu kamar terbuka dan muncul mercy bersama putranya.
"Eh ada teteh,sudah lama? " Mercy salim kepada ipar dan kakaknya begitu juga dengan putranya sementara Dafa dan Dhani asik makan ayam berdua di belakang.
"Kayanya enak deh." Tanpa permisi mercy mengambil ayam dua potong beserta nasinya dua juga . Sinta hanya melihat saja tanpa berani mencegah. Mertua merasa tidak enak hati melihat kelakuan anak perempuannya yang kurang sopan. Mengambil tanpa ada kata meminta ijin dahulu.
Sinta sudah hapal dengan tabiat ipar - iparnya. Mereka akan baik bila ia suka memberi mereka tapi mereka akan menjauh saat kita berada dibawah dan membutuhkan pertolongan.
Saat punya uang Sinta dan Derel begitu di hormati oleh adik dan keluarga lainnya,tapi itu dulu. Saat usaha Derel mengalami kemunduran tak ada saudara satupun yang ikut membantu. Jangankan membantu bertanya pun mereka enggan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Up lagi ya kk,jangan bosan - bosan memberi masukan untuk thor agar bisa lebih baik lagi kk berupa like dan komennya yang banyak😊😘😘🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!