Kulangkahkan kakiku menuju gerbang Universitas aku berhenti tepat di depan pos satpam. Kutatap gedung kampus dengan mata berkaca-kaca.
Aku bernafas lega akhirnya cita-citaku untuk melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi akhirnya tercapai. Setelah sebelumnya aku menganggur setahun karena kendala ekonomi. Aku bukan berasal dari keluarga mapan, hidupku sangat pas- pasan bahkan terdengar miris jika kuceritakan bagaimana sulitnya hidupku. Meski begitu aku tetap bersyukur memiliki Ibu Ayah kakak dan adik-adikku yang sangat mendukung perjuanganku untuk mendaftar di kampus ini. Bahkan aku mengambil jurusan non eksakta untuk menghindari biaya iuran semester, karena iuran Fakultas eksakta besar biayanya dua kali lipat dari iuran non eksakta, padahal aku adalah siswa lulusan SMA jurusan Ipa. Tapi aku tak perduli jurusan apapun yang penting aku bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang Perguruan Tinggi.
Hari ini adalah hari pertama ospek universitas, aku banyak berkenalan dengan teman-teman baru, karena teman-teman semasa SMA sudah tingkat lanjut. Cecil teman pertamaku, kami sama sama mengambil jurusan Hukum.
Dengan cecil aku akhirnya bisa punya kenalan banyak, termasuk kakak kakak senior. Hari ini penampilan kami sangat lucu rambut di kepang sebanyak tanggal lahir, aku yang kebetulan lahir ditanggal 31 dan cecil lahir tanggal 1, menjadi partner yang paling seru di barisan anak-anak Maba.
Menjelang sore kegiatan berakhir , aku di antar Cecil pulang ke rumah. Sebagai info Cecil anak orang berada dan aku adalah kebalikannya. Cecil berasal dari kota berbeda dengan kampus kami, jadi maminya membelikan rumah sederhana untuk Cecil di kota ini. Sepanjang hari aku bagai benalu di hidup Cecil makan minum transport ditanggung cecil. Aku merasa tidak enak, tetapi Cecil memaksa sampai merengek ke aku, Cecil sudah menganggap aku seperti kakanya, begitupun dengan orang tuanya. Mereka sangat baik dan menitipkan Cecil kepadaku, karena akan tinggal jauh dari mereka.
Tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir kegiatan ospek, hari dimana aku berkenalan dengan Eko, pria tampan pintar baik idaman banyak cewek-cewek kampus. Eko menjabat sebagai wakil presiden BEM Fakultas Ekonomi. Saat ini dia semester 3, kebetulan Eko temanya sekelasnya Roy sahabatku semasa SMA.
Aku berteman dengan Roy sejak kelas 1 SMA hingga lulus. Roy kucintai dalam diam , tapi aku tak ingin merusak persahabatan kami. Dan akupun tak ada waktu untuk pacaran ketika itu. Hidupku sangat sulit, tak perlu kutambah dengan rumitnya percintaan. Apalagi Roy pada saat itu pacaran dengan adik kelas tercantik.
Roy menghampiriku dan Cecil
" Dara " sambil memberi pelukan kecil ke bahuku
" Kangen banget aku sama kamu, kemana aja setahun belakangan?" lanjutnya
" Kerja " jawabku
" Hah ? " Eko menimpali
Roy berpaling menatap Eko, dan tersenyum
" Oh iya, kenalin teman aku Eko "
" Dara " sambil menjabat tangan
" trus, aku ga dikenalin nih sama cewe cantik disamping kamu? " Roy senyum-senyum menggoda ke arah Cecil
"oh iya, kenalin namanya Cecil, tapi ga usah pegang-pegang yah, Cecil udah ada yang punya, pacarnya posesif hahahaha "
"yee kamu ni " Cecil sambil menepuk bahuku
" hahha, aku cuma mau lindungin kamu dari buaya darat sayang hahhah " lanjutku sambil tertawa,
" enak aja aku dibilang buaya darat, sahabat ga ada akhlak kamu ya " ucap Roy sambil menyentil jidatku
"auu, ih Roy kamu ini "
Tanpa kami menyadari Eko memperhatikan interaksi aku dan Roy
" Oh ya Ra, kamu mau gabung ke organisasi ga?" Eko mengalihkan kami
" ga deh kayaknya, aku sibuk " jawabku
"kenapa? "
"Dia kerja part time" Roy menimpali
" hah? Beneran Dar? " kini Cecil yang penasaran
" iya benar nona Cecil yang imut, aku kerja. Lagian aku ga mau ikut organisasi, aku pengen cepat-cepat selesai kuliah " jawabku
" kata siapa kuliah sambil kerja ga boleh ikut organisasi? " imbuh Eko
"Boleh kok Dar, aku rekom deh organisasi apa yang cocok buat kamu " lanjut Eko sedikit memaksa
" aku aja kak " jawab Cecil
" iya kamu juga ikut, tapi berdua ya sama Dara " Jawab Eko
"ga bisa , Dara ikut apapun harus berdasarkan persetujuan gue " Roy melerai
"yeh, emang kenapa? " tanya Eko
" Dara kerja di cofeeshop milik kakakku, jadi dia ga punya waktu selain kuliah " jawab Roy
"Loh, katanya tadi kangen sama Dara setahun ga ketemu" cecil menimpali
" basa -basi kok Cil, orang gue tiap hari yang antar dia pulang kalo shif malam " jawab Roy
"malam doank ? Kalo pulang sore atau siang gimana? " tanya Eko
" Jalan kaki lah, cuma sekilo jaraknya, udah gue kasi payung juga "
"Heheh"
" gila, sekilo jalan kaki" Eko menimpali
" udah-udah ah, emang penting apa bahas hidup aku? Iya deh aku emang ga punya apa-apa, makanya aku ga mau ikut organisasi aku cuma pengen fokus kuliah aja ya" ungkapku
" jangan gitu donk sayang " Roy sambil memelukku
" Meski kamu ga punya apa-apa, tapi kamu pintar cantik baik rajin sholeha pokoknya komplit deh, ntar kalo udah selesai kuliah aku kawinin deh kamu " lanjutnya
" yee, maunya " aku sambil memukul bahu Roy
" oh ya, habis ini kita kemana? Nongki yuk ! " ajak Cecil
"Ga deh aku capek, mau bobok" jawabku
"aku antar ya " Eko menawarkan
" ga usah, dara pulang bareng gue, kita searah kok " jawab Roy
"Yuk Dar " lanjut Roy
" Sayanggg...... " terdengar suara cempreng dari arah belakang
Rina pacar Roy menghampiri
" mau kemana? Katanya mau nemenin aku nyalon hari ini " kata Rina sambil bergelayut manja di tangan Roy
" aduh, aku lupa sayang "
"iya iya, yuk kita jalan "
" Dar, sory ya ga bisa antar kamu pulang "
" iya gapapa Roy"
Mereka beranjak pergi, Rina tak menyapaku sama sekali padahal aku sebagai sahabatnya Roy yang dia kenal sejak kita sama-sama SMA.
" kalo gitu Dara aku antar pulang ya? " tanya Eko
" ga usah Ko, aku bareng Cecil aja, malam ini aku nginap di rumahnya Cecil" ucapku berbohong sambil memberi kode ke Cecil, padahal aku hanya menghindari pulang bareng Eko, mana mungkin aku baru kenal sehari sudah mau diantar pulang. Untungnya Cecil mengerti dan langsung mengiyakan.
" Kami duluan ya Eko " pamitku sambil menggandeng tangan Cecil meninggalkan Eko sendirian.
" Iya, nanti dipikir-pikir lagi tawaranku ya Dar " jawab Eko sambil mengiringi langkah kami ke parkiran.
" Liat nanti deh, " jawabku
" boleh kak, nanti aku bakal bujuk Dara " cecil menimpali
" nanti infokan kalo fix organisasi mana yang cocok ya kak " lanjutnya
" oke cil, oya mana nomor Hpnya cil "
Lalu Cecil memberikan no Hpnya , bertepatan kami sampai di parkiran.
" thx ya " ucap Eko
" sma-sama kak "
" bye"
Ketika sampai rumah aku langsung menuju kamar, kurebahkan tubuhku diatas dipan sederhana peninggalan nenekku.
Kutatap langit-langit kamar, pikiranku kembali ke pertemuanku dengan Roy tadi di kampus. Setelah menghindari beberapa kali dan aku menyibukkan diri dengan pekerjaan, kupikir aku sudah melupakan pria itu. Aku selalu baper dengan perhatian-perhatian kecilnya.
" Huuhhhh " kuhembuskan nafas panjangku.
Aku menutup mata, mungkin efek kelelahan aku tertidur.
Ibu membangunkanku saat Azan magrib berkumandang, segera aku bergegas membersihkan diri dan siap-siap menunaikan kewajibah sholat magrib.
Hari ini aku masih libur kerja, jadi aku bersantai di rumah sambil rebahan. Aku mengambil album foto semasa SMA,tampak foto-foto perpisahan sekolah disetiap lembaran. Tak banyak teman pergaulanku. Aku hanya memiliki dua sahabat dekat Roy Dan Ana. Ana memiliki kehidupan yang sama denganku, hidup pas pasan.
Bedanya Ana memilih untuk menerima pinangan pria yang dijodohkan dari kampung halaman ayahnya, dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena alasan yang sama denganku yaitu masalah ekonomi. Jadi Ana memilih menikah di usia muda, untuk mengurangi beban keluarganya.
Sejak menikah Ana ikut ke kampung halaman suaminya, sehingga komunikasi kami terputus. Hanya tinggal Roy satu-satunya temanku pada saat itu.
Alhamdulillah ketika aku memasuki masa kuliah, aku mulai membuka diri sejak berkenalan dengan Cecil yang kepribadiannya ceria gampang bergaul.
Tok tok
Pintu kamarku diketuk dari luar
" Dara, mari nak kita makan malam bersma " terdengar suara ayah memanggilku
Aku bergegas keluar, tak ingin ayah menunggu lama di depan pintu kamar
"iya ayah " sahutku
Aku menuju dapur, tampak ibu menggelar tikar di lantai. Kubantu ibu menata makanan dan piring di atas tikar.
Lalu kami berlima aku ayah ibu dan kedua adikku duduk melingkar di atas alas tikar. Kakak tertuaku setelah menikah ikut tinggal dengan suaminya ngontrak di kampung sebelah, tidak jauh dari rumah kami. Karena kamar di rumahku hanya ada 2, satu untuk ayah ibu dan satu untuk anak-anak. Beruntung kami bersaudara 4 perempuan semua, jadi bisa tidur sekamar.
Setelah makan, aku membantu ibu membereskan perlengkapan makan, adik-adikku lanjut belajar di ruang depan.
" bagaimana kualiahmu hari ini nduk " tanya ibu
" Alhamdulillah lancar bu " jawabku
" Terus, bagaimana kerjaanmu, apa mau dilanjutkan? " tanya ibu lagi
" Insya Allah bu aku lanjut kerja sambil kuliah, tadi sudah ada pembagiaan jadwal kuliah "
" Jadi aku tinggal mengatur jadwal piketku di tempat kerja menyesuaikan dengan jadwal yang kosong buk " tambahku lagi
" Semoga lancar ya nduk, kamu jangan terlalu memforsir tenagamu, jangan lupa tetap ibadah dan istrahat"
"Kesehatan juga penting ndu" nasehat ibu lagi
" baik bu , tapi maaf Dara akan jarang bantu-bantu ibu masak sama bersih-bersih rumah "
" ga papa nak, yang penting kamu harus pintar bagi waktu kerja dan kuliah, yang terpenting jangan lupa sholat ya nak "
"iya buk " jawabku
"gih sana, kamu cepat istrahat seharian kamu di kampus tadi "
" sebentar bu, habis nyuci piring ini"
" tidak usah dilanjutkan nak, adik-adikmu sudah berbagi tugas membantu ibu juga. Katanya mereka mau gantikan tugas kamu di rumah " kata ibu sambil tersenyum
"kasian mereka bu masih kecil" jawabku
" mereka ikhlas nak, sebagai latihan juga buat mereka jadi mandiri, sekaramg kamu istrahat gih ayok " ibu menyuruhku
"Iya bu"
Aku menuju kamar kurebahkan kembali tubuhku. Kembali bayangan Roy menari-nari dipikiranku. Aku semakin jengah tak bisa menghilangkan wajah pria itu di mataku.
Kualihlan perhatianku demgan membaca buku, masih tetap terbayang senyumnya .
"Arghhh, aku bisa apa Roy jika begini? Harus dengan cara apa aku lupain kamu?" batinku
Tanpa terasa malam kian larut. Adik-adikku sudah masuk kamar dan tidur bersamaku.
Piip
Pip
Pip
Suara klakson mobil Cecil di depan rumah ku
Aku beranjak keluar menghampiri setelah pamit dari ibu.
Hari-hari aku menjalani rutinitasku sepulang kuliah aku langsung menuju tempat kerjaku di cofeeshop milik kakaknya Roy.
Pertemuanku dengan Roy semakin berkurang, beruntung aku memilih jurusan berbeda dengannya, sehingga aku dengan mudah menghindarinya.
Sekali duakali kami berpapasan di parkiran, itupun hanya bertegus sapa, aku merasa Roy seakan menjauh dariku. Di satu sisi ini adalah hal yang baik untukku, dengan begini aku akan melupakan perasaanku. Namun disisi lain aku tetap rindu pada sahabatku itu. Beruntung ada Cecil yang setia menemaniku di kampus, meski Cecil sudah mulai populer, dia tetap masih jadi sahabatku.
Kadang saat aku off kerja, Aku menyempatkan diri jalan bareng Cecil.
Sedangkan Eko, aku tak pernah bertemu dia lagi sejak pertemuan pertama dengan Roy, yang kudengar dari Cecil dia aktif di hampir semua organisasi baik intra kampus maupun organisasi luar kampus.
Tapi aku tak mempedulikannya, bahkan aku sudah lupa bagaimana wajahnya, sehari-hariku hanya di Fakultas hukum kalau bukan di ruang kuliah pasti di perpus. Sisa ya aku ke tempat kerja.
Aku benar-benar menepati janjiku pada diriku sendiri, aku hanya ingin fokus kuliah dan kerja.
Tanpa terasa sudah memasuki semester 7, aku mulai intens ke kampus karena semakin banyak mata kuliah dan tugas kelompok.
Aku mulai magang di Bank bagian fidusia berbeda dengan Cecil yang mengambil konsentrasi pidana, dia magang di kantor pengacara. Untuk sekali ini aku berpisah dengan sahabat kecilku itu.
Tidak kusangka ditempat magang aku bertemu dengan Roy.
Entah kebetulan atau memang Roy sudah tau aku akan magang di kantornya, kami berpapasan di pintu masuk pagi ini
" hy Dara my lovely friend" sambut Roy padaku dengan heboh
"hey, apa kabar?" aku mengulurkan tangan menyalami
Namun tak kusangka Roy justru memelukku erat, di depan teman-teman magang lain. Aku berusaha melepaskan dari pelukan Roy, aku takut dia bisa merasakan detak jantungku ketika dipeluk olehnya.
" kenapa? Kamu ga kangen aku?"
"sombong ya udah punya teman selain aku?" Roy mencecarku tak terima aku ingin lepas dari dekapannya sambil masih tetap memegang erat kedua tanganku
" roy, apaan sih kamu "
"malu tauu"
" hellow, kemarin-kemarin ga gini, kamu biasa aja tuh aku peluk"
"kenapa? Ada hati yang dijaga?
"ada yang cemburu? " roy semakin menyudutkanku
" hey kalian semua anak2 magang, ada ga diantara kalian pacarnya Dara?" Roy semakin menggila teriak teriak di kantor gak tau malu
" ga ada pak" jawab mereka serempak
"ayok masuk," ajak Roy
Ke ruangan aku dulu ya, aku mau curhat nih
Jangan gila deh Roy, aku kesini mau kerja , mau cari nilai. Curhatnya nanti aja deh bye " aku pergi meninggalkan Roy menuju teman-temanku.
Kulihat dia cemberut, setelah itu memberi tanda jam tangan, pertanda dia akan menungguku jam istrahat.
Aku tak tau harus bagaimana, baru saja aku hidup tenang mulai melupakannya, tapi dia kembali hadir memporak loradanakan hatiku seperti ini.
Jam istrahat pun tiba Roy yang sudah berdiri di depan pintu ruangan melangkah menuju tempatku, sepertinya jam 12 teng dia sudah menungguku di depan.
" Dara ayok " ajaknya
Aku menoleh ke teman-teman magangku, mereka mengangguk pertanda setuju jika aku tak bisa bergabung bersama mereka untuk istrahat bersama.
Roy menggandeng tanganku, berjalan menuju luar gedung.
" hey, kita mau kemana? " tanyaku
" makan di depan " jawab Roy tampak cuek
" jangan lupa loh, aku istrahatnya cuma sejam ya, aku belum sholat zhuhur juga" protesku ke Roy karena dia dengan seenaknya mengajak aku keluar gedung perkantoran tanpa persetujuanku.
"iya, kita cuna makan doank, makan kesukaanmu Dar "
"Terus bekal aku yang di buat ibu? "
"disimpan dulu kita makan sore, nanti sore pulang bareng aku ya? Yah? "
Aku tak mampu menolak permintaan sahabatku ini
Mau bagaimana pun aku menghindar, dia tetap memaksa bersama.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, kulirik jam dinding pukul 17.05. Aku bergegas mengemas perlengkapan kerja bersiap-siap untuk pulang. Tanpa menunggu lama Roy juga keluar dari ruangannya berpapasan denganku.
"Dara, tunggu aku di lobby, aku masih ada keperluan sebentar "
"iya, jangan lama ya "
"oke"
Tidak sampai 10 menit aku menunggu, Roy sudah tiba di depanku. Muka sangat serius seperti baru saja marah. Tapi dia langsung tersenyum begitu menatapku, sangat teduh kurasa. Ya Tuhan aku sangat merindukan senyuman itu. Egois kah aku jika kunikmati pemandangan ini?
" ayo, kita langsung jalan ya "
"kemana?"
"rumah ku, mama sudah menunggumu"
"hah?" aku kaget bukan main, ini tidak masuk dalam prediksiku kemana dia mengajakku
"ga papa ya agak malam pulangnya, mama sudah lama menunggu kamu "
"tapi..."
"aku sudah mengabari ibu kamu kok"
"masa sih?" aku kurang yakin, bukan apa-apa tapi memang karena sudah cukup lama aku tak berkomunikasi dengan Roy apalagi ibu atau adik-adikku
"ga percaya? Nih ... Silahkan telpon sendiri " Roy meyakinkan aku dengan menyodorkan handponenya.
Aku terdiam cukup lama, mencerna apa sebenarnya dipikiran pria ini.
" ga usah ragu gitu dong Dar, kamu ga kangen aku ya? Ga kangen mama?"
" kangen sih, banget malah" aku tersenyum menyambut uluran tangan Roy
Akan kunikmati momen ini, ingin kujadikan kenangan indah, siapa tau Roy menjauh lagi.
" nah senyum gitu kan cantik, dari tadi cemberut mulu sih " Roy menggodaku
Akhirnya aku menyetujui ikut pulang ke rumah Roy, sudah sangat lama aku tak berkunjung ke rumah megah ini. Terakhir kali ketika kelulusan SMA. Saat itu setelah menerima amplop pengumuman kelulusan kami diundang mamanya ke rumah Roy makan-makan, acara yang sangat hangat karena termasuk acara perpisahan.
Lamunanku buyar ketika Roy memasuki gerbang rumahnya.
Tampilan rumah masih sama belum ada yang berubah, yang berbeda adalah pak satpamnya bukan yang dulu lagi.
" Roy, mang udin kemana? " tanyaku kala kulihat orang asing yang membukakan pintu gerbang
" pulang kampung Dar, katanya pengen menikmati masa tuanya di pedesaan" jawab Roy
" oh .....
"yuk masuk" ajak Roy
Aku melepas seatbelt ku, dan mengikuti langkah kaki Roy menuju rumah.
kami berjalan beriringan, tampak mamanya Roy telah menunggu di depan pintu
" sayang, mama rindu banget nih " mama Roy menyambutku dengan pelukan seolah aku anak kandungnya yang lama tak bertemu
" sama tante Dara juga rindu banget"
"Rindu suasana rumah ini, rindu pelukan tante juga " aku mendekap erat mamanya Roy
Terasa nyaman dalam pelukan wanita paruh baya itu. Aku semakin tidak enak hati diperlakukan seperti ini, orang yang selama ini kuhindari ternyata masih sangat menyayangiku seperti dulu
" kenapa ga pernah main lagi ke rumah nak? padahal jarak coffeshop Arini ke rumah dekat loh" protesnya lagi
"maklum tante, cofee shop ka Arini rame terus, setelah close malam Dara kecapean tante, jadi langsung pulang belum lagi Dara juga harus belajar, ngerjain tugas kuliah kadang-kadang juga bantu ibu jualan kalo hari libur. Maaf ya tante ?" aku ngomong panjang lebar
" ga papa nak, yang penting sekarang kamu udah bersedia diajak kemari jenguk mama"
Mama Roy sering menyebut dirinya mama kalo ngomong denganku, aku masih tidak enak aja tetap dengan sebutan tante.
Roy memandang keseruan kami ngobrol, ada saja yang kami obrolin dari resep masakan hingga tanaman bunga. Merasa diabaikan Roy beranjak ke atas lantai dua, mungkin ke kamarnya.
Aku hampir lupa waktu ngobrol bareng mamanya Roy, kalau bukan Roy datang nimbrung.
" mah, udah malam Dara kok ga diajak makan malah diajak curhat sih " ucap Roy sambil duduk di sampingku.
" aduuh, maaf maaf sampe lupa padahal mama masak banyak . Mama tadi mencoba resep masakan baru nanti kamu cicipi ya "
" ayo " lanjut mamanya Roy lagi
Aku mengukuti langkahnya dari belakang beriringan dengan Roy
" jangan mepet-mepet dong Roy aku gerah nih belum mandi, kamu tuh udah seger banget " kataku kala Roy mau menggandeng tanganku.
"ga kok, masih harum gini cantik lagi, ya kan mah?"
" hhe kamu ini selalu menggoda Dara seperti itu, nanti setelah makan ajak Dara ke kamar tamu mama udah siapkan pakaian untuk Dara.
"hah? " aku kaget mendengar penjelasan mamanya Roy
" bukan apa-apa kok Dar, kebetulan banyak bajunya Arini tertinggal di sini, nah mama pinjam satu buat kamu. Malah kata Arini buat kamu aja semua baju bajunya di lemari " ungkap mamanya Roy lagi.
" tante Dara jadi ga enak ni... "
" santai aja kalee..." jawab Roy
Aku semakin tidak enak hati dengan keluarga ini, ada apa sebenarnya? perasaanku semakin gelisah.
Sehabis makan malam, mamanya Roy pamit masuk kamar, aku diantar Roy ke kamar tamu untuk membersihkan diriku. Kulihat Roy ikut masuk ke kamar sambil mengernyitkan kening aku bertanya apa maksudnya.
" ngapain kamu ikut masuk? "
" ye gapapa lah Dar ntar juga kamu terbiasa kita hidup bersama"
"ga, keluar kamu" sambil aku mendorong Roy keluar kamar
Kamar tamu di rumah Roy lumayan luas ga ada lemari tapi ada meja hias, tampak sepasang baju terletak di atas kasur. Aku tersenyum , itu adalah baju bagus dan mahal, aku mana mampu beli baju begitu. Kali ini aku ingin menikmati kebaikan keluarga Roy, semua fasilitas yang mamanya sediakan aku gunakan termasuk skincare yang di meja rias.
Roy mengetuk pintu kamar ketika aku selesai.
" Dar, buka dong aku mau ngomong serius nih "
" kenapa? Ucapku setelah membuka pintu kamar
Roy masuk dan menarik tanganku duduk di atas kasur , wajahnya sangat serius . Tiba-tiba dia memelukku erat sambil terisak.
" hey, kamu kenapa? " ucapku heran
Roy makin menundukkan kepalanya dalam bahuku
"Kenapa?" tanyaku dengan lembut
"Ada masalah? hmmm? " ku usap pelan bahunya
" kamu ga malu nangis begini depan aku? Hmm?" aku menggoda Roy lagi.
Roy mendongak menatapku tampak matanya memerah, kutatap dalam dalam wajahnya tampak tirus berbeda dengan pertemuan terakhir kala masih di kampus dulu. Aku tak sadar ternyata Roy agak kurusan, apakah yang terjadi ?
" sengaja aku masuk kamar, aku mau nangis sepuasnya di bahumu. Begitu lama aku memendamnya sendiri Dar kamu menjauh sehingga aku tak ada tempat berbagi susah senang. "
" hey, aneh banget kamu? Emang aku doank teman kamu? "
" kamu itu cowok populer Roy, kamu baik, pintar ganteng, banyak teman. Kamu punya segalanya dibanding aku. Ngapain kamu sedih begini? Heh? Putus cinta? Gampang cari aja lagi. Banyak kok yang mau sama kamu." panjang lebar candaku untuk menghibur Roy.
Roy menatapku. Intens.
"Termasuk kamu?"
" hah?" aku tergagap.
"iyakan Dar? Termasuk kamu? Kamu juga mau kan sama cowok seperti aku? Ayo kita pacaran kalo perlu kita menikah. Aku sudah putus Dara" Roy semakin mencecarku membuatku salah tingkah. Aku menghindari pandangan matanya.
" tuh kan, berarti benar kata mama. Maafin aku Dar, aku benar- benar ga sadar kalo kamu juga ada rasa sama aku."
Aku melepaskan tanganku dari genggaman Roy dan berdiri
" ga, aku ga suka sama kamu Roy, kamu bukan tipeku" aku berkilah
" jangan bohong Dara, aku sudah tau semuanya aku menemukan buku diary kamu. Disitu tertuang semua tentang perasaan kamu yang sebenarnya. Kenapa menghindar? Kenapa menjauh? Padahal kamu suka sama aku sejak lama?" Roy semakin mencecarku
" kamu dapat dari mana buku itu?" aku sudah tidak bisa menyangkalnya lagi
" ga penting aku nemu dimana, yang jelas aku menemukan buku itu tepat sehari sebelum pengumuman magang kamu. Makanya aku langsung minta om Reza dekan fakultas Hukum untuk merekrut kamu ke kantor tempat aku kerja."
Aku ternganga mendengar penjelasan Roy, jadi ini alasannya kenapa aku sangat dipermudah beberapa hari ini?
" Roy , maaf aku , aku ga bisa mengendalikan perasaan aku. Siapa sih yang ga akan jatuh cinta sama kamu? Semua pasti. Tapi percayalah aku ga berniat merusak pertemanan kita. Aku cukup tau diri, aku ga pantas untuk kamu sehingga aku memendam sendiri rasaku. Aku menjauh selama ini karena aku ingin move on. Dan nyatanya, aku hampir berhasil kan? "
" bulshit , Dara
"Bohong kamu
"Kamu masih cinta kan sama aku? Hah iya kan?"
Roy mencengkram bahuku sambul berteriak
Aku panik takut kedengaran mamanya, beruntung penghuni rumah ini hanya Roy dan mamanya. Satpam dan pembantu tinggal di paviliun bagian belakang.
" Dara, please bantu aku
" berikan kembali cintamu, ajari aku untuk membalas cintamu
"yah? Hmmm? Aku mohon Dara. Kita bisa memulai hubungan ini
Aku terdiam antara bahagia dan sedih. Bahagia karena Roy memohon kepadaku untuk memulai hubungan tapi juga sedih ketika Roy berucap untuk belajar membalas cintaku. Apa artinya semua ini?
Aku tertunduk mencerna segala hal, jantungku berdenyut merasakan sakit. Apakah aku pelarianmu? Seputus asa itukah kamu?
Aku memang masih mencintaimu Roy, tapi aku tak ingin memilikimu dengan cara seperti ini. Tak taukah kamu sesakit apa hatiku dulu ketika melawan rasa ini? batinku menangis. Kulepas pelukan Roy, aku melangkah pergi berlari keluar rumah. Sayangnya Roy dengan cepat menghadangku dan memaksa aku masuk mobilnya.
" mari aku antar kamu pulang"
" maaf, sudah bikin kamu galau tapi percayalah aku serius
"tolong pikirkan tawaranku, kita mulai hubungan ini dengan baik.
satu tangan Roy memegang kemudi dan satunya lagi sambil menggenggam erat tangaku.
Aku menoleh ke samping. Ya Tuhan momen inilah yang selama ini kuimpikan.
Apakah aku boleh berangan jauh ? Bolehkah aku menerimanya. Aku menunduk kubiarkan tanganku dipegang olehnya. Kunikmati setiap detik perjalanan kami.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!