🎶Seneng-seneng bareng, susah-susah bareng
Nyanding sliramu, sayang sliramu
Wis tak angan-angan, kowe bakal dadi jodohku
Wis tak angan-angan, kowe dadi pilihanku
Tenang, ra sah sepaneng, tenang, aku wis seneng
Rene, rangkulen aku, tak nggo sangu turuku
Mbesok miliho dino kowe tak lamar
Ra sah nduwe roso aku ninggalno awak e dewe wis dadi siji
Sampek tuwek we ra bakal tak culno
Masio wis ra wancine, sayang-sayangan ning kene
Siji-sijine wong sing gawe ayeme ati
Gawe uripku seneng, mesem saben bengi..🎶
Sayup-sayup terdengar suara alunan lagu yang diputar oleh Gilang didepan Pondok Pesantren.
"Galau mulu lo Lang!" seru Ustadz Yahya
"Gue inget pacar gue yang di Malang, sekarang di udah nikah belum ya?" jawab Gilang
"Lo telpon dong, bila perlu vc biar lo bisa kangen-kangenan sama dia,"
"Gak bisa Mas, terakhir dia mau dijodohkan sama orang tuanya dengan pengusaha, makanya gue patah hati dan banting stir jadi rampok," sahut Gilang
"Yaudah, move on dong masa lo kaya si Barra si sudah stuck sama satu hati saja!" cibir Yahya
"Kayaknya gue bakal kembali lagi ke Malang Mas, aku mau meneruskan kuliahku yang sempat mandeg," ucap Gilang
"Tapi kamu jangan jadi rampok lagi loh, insyaf!, atau jangan coba-coba godain mantan lo yang udah jadi bini orang!" seru Yahya
"Iya Mas, nanti aku mau buka praktek dukun aja disana, lumayan kan buat bayar kuliah, hehehehe!" jawab Gilang sambil terkekeh
"Jangan gitu juga dek, cari kerjaan yang benerlah biar berkah dan kuliahnya lancar," sela Fitri
"Iya mbak, sekaligus gue juga mau cari bini, doain gue ya, biar bisa dapat jodoh cewek yang cantik dan seksi!" seru Gilang
"Cari istri itu tidak perlu wanita yang cantik dan seksi tapi carilah istri yang soleha, karena cantik dan seksi saja tidak akan menjamin rumah tangga kamu akan langgeng, tapi wanita soleha akan setia menemani kamu dalan suka dan duka," jawab Yahya
"Tapi kalau soleha gak cantik ya percuma dong Mas, ujung-ujungnya gue cari yang bening lagi nanti!" sahut Gilang
"Kalau mau cantik mah gampang Lang, kasih aja duit buat bini lo perawatan, dijamin langsung kinclong gak bulukan lagi, kalau lo gak ada modal download aja aplikasi face up, pasti dijamin cantik bini lo," jawab Yahya sambil terkekeh
"Diih najong, cantik sih cantik tapi fake!" cibir Gilang yang langsung disambut gelak rawa Yahya dan Fitri.
"Yaudah gue mau packing dulu," jawab Gilang
**Dreet...dreet...dreet!
"Halo Rangga, WhatsApp bro!" sapa Gilang
"Lo dimana Lang, udah beberapa hari lo ngilang," ujar Rangga
"Gue mau balik ke Malang Ngga, mau merantau disana sekalian cari jodoh disana, li mau ikut ga?" tanya Gilang
"Gaklah, gue juga mau balik ke Jakarta, tapi btw gue kangen Barra, bagaimana kalau kita reunian sama Bar-bar sebelum kita hengkang dari kota ini," ajak Rangga
"Ok, tapi lo yang siapin sesajinya ya, gue lagi bokek nih," jawab Gilang
"Ok Bro!, gue tunggu malam ini di kosan gue," ucap Rangga
"Ok, gue packing dulu ya, bye!"
"Bye!"
Gilang segera mempercepat packingnya, selesai packing ia segera menuju ke rumah Rangga.
"Assalamualaikum ya ahli kubur!" ucap Gilang sambil terkekeh
"Waalaikum salam, sue lo gue dibilang ahli kubur!" jawab Rangga
"Lah emang semuanya bakal mati Rangga, gue juga sama kali ahli kubur juga, jadi jangan baper lo!" seru Gilang
"Iyeh, udah ayo kita mulai ritualnya," ajak Rangga
Keduanya kemudian menuju ke kamar khusus Rangga dan langsung duduk bersemedi disana.
Setelah keduanya bersemedi sambil merapalkan mantera tiba-tiba asap putih mengepul dan berubah menjadi sesosok lelaki tampan nan macho berdiri didepan keduanya.
"Kenapa kalian manggil gue, kangen ya?" tany Barra yang langsung duduk dan menyeruput kopi hitam didepannya
"Iyeh Bar kita kangen sama lo, makannya kita panggil lo," sahut Rangga
"Hadeeh, kenapa gue harus dikangenin sama kalian sih duo dukun alay, padahal aku kan maunya dikengenin sama Ros, bukannya kalian," keluh Barra
"Yaelah udah sebulan pasca berpisah dengan Ros kirain sudah move on malah masih bucin, yaudah sono temuin Ros, mumpung Sunny lagi keluar kota," jawab Gilang
"Lo kok nyuruh gue buat nemuin Ros sih Lang, nanti yang ada gue gak bisa move on dari Ros," keluh Barra
"Yaudah daripa lo disini jadi Wowo ucin mending ikut gue ke Malang, kali aja lo dapat gantinya Ros disana," ucap Gilang
"Iya, bener juga Lang, lagian gue juga udah cerai tuh sama Sukma, gue gak mau menyakiti hatinya terus menerus. Karena walaupun aku sudah berusaha mencintai dia tapi gue gak bisa, dihati gue cuma ada Ros seorang," sahut Barra
"Cie, yang gak bisa move on," ledek Gilang
"Yaudah mending ikut aku ke Jakarta aja Bar, dijakarta cewek-ceweknya lebih ok daripada di Malang," sela Rangga
"Jangan mau Bar, jangan mudah terpengaruh dengan dengan bujukan dukun laknat itu Barra," cegah Gilang
"Sue, gue dibilang dukun laknat!" cibir Rangga
"Canda aja Rangga jangan baper, udah sekarang lo pilih Bar Gue atau Rangga?" tanya Gilang
"Gak mau pilih kalian berdua, emangnya gue cowyol apaan, suruh milih cowok, gue masih normal keles," gerutu Barra
" Pilih Gilang pasti gak nyesel karena gue lelaki dengan masa depan gemilang," sahut Gilang
"Terserah lo Bar pilih siapa, gue mah pasti terima dengan ikhlas apa yang lo pilih, asalkan lo bahagia itu sudah membuatku bahagia," sahut Rangga
"Yaudah biar adil, gue gak ikut dua-duanya, tapi kalau kalian kangen gue panggil aja, gie pasti datang," jawab Barra
"Ok Bro, bye!" sahut keduanya
**********
Pagi harinya Gilang sudah bersiap menuju ke Malang menggunakan kereta Api. Selama perjalanan menuju ke kota Apel itu Gilang teringat kisah kelamnya di kota itu.
Dimana dia adalah anak dari seorang janda terpidana mati kasus pembunuhan berencana. Ibu Gilang adalah seorang buruh cuci gosok untuk menghidupi putra semata wayangnya.
Karena bekerja terlalu keras membuat Lasmini ibunda Gilang harus meninggal di usia muda, hingga Gilang balita di adopsi oleh keluarga majikan Lasmini yang akhirnya mengurus Gilang hingga dewasa.
Keluarga itu adalah keluarga Joko Ontoseno orang terpandang di daerah S kota Malang.
Kebetulan keluarga itu hanya memiliki satu anak perempuan bernama Fitri (istri Ustadz Yahya di Pernikahan Gaib).
Sehingga Gilang sangat dimanja oleh Joko yang memang sangat merindukan anak lelaki dari dulu. Karena terlalu dimanja oleh orang tua angkatnya membuat Gilang menjadi anak yang tinggi hati dan nakal di usia remaja hingga membuat keluarga Joko harus menghadapi berbagai masalah dengan pihak kepolisian karena kenalan Gilang Remaja. Hingga suatu ketika saat Joko terpaksa harus meregang nyawa karena serangan jantung, sebab Gilang yang dikeluarkan dari sekolahnya karena terlibat sindikat pengedar narkoba.
Gilang akhirnya diusir oleh Kinasih ibu angkatnya yang sudah tidak sanggup mengurusi Gilang, bahkan Kinasih akhirnya pindah ke kota T di Jawa Tengah agar tidak bertemu Gilang lagi dan bisa hidup tenang disana.
Setelah keluar dari penjara Gilang remaja terpaksa bekerja serabutan agar bisa menghidupi dirinya yang hidup sebatang kara, bahkan ia terpaksa menjadi maling atau rampok untuk mendapatkan uang untuk makan sehari-hari.
Dalam petualangannya menjadi seorang rampok Gilang bertemu dengan Dhanu seorang garong yang sangat terkenal di kota Malang dan merupakan incaran Polisi. Dari Dhanulah Gilang belajar banyak ilmu hitam, mistis dan berbagai ajian atau sirep yang dipakai untuk merampok agar tidak terciduk polisi.
Januari 2012 aku keluar dari penjara, tidak ada penyambutan dari keluarga ataupun kerabat dekat membuatku sedih karena kini aku hidup sebatang kara.
Disaat keluarga angkat ku meningalkan aku, teman-temanku juga menjauhiku. Teman-teman yang dulu selalu ku bangga-banggakan di depan keluargaku malah meninggalkan diriku disaat susah.
Aku menyesal kenapa dulu aku menyia-nyiakan keluarga angkat ku yang begitu menyayangi aku. Bahkan aku ingat Papah begitu menyayangi aku daripada ka Fitri anak kandungnya, tapi aku malah mengecewakan mereka.
Maafkan aku Pah, Mah, karena sudah mengecewakan kalian, Gilang menyesal karena tidak mendengarkan nasihat kalian.
Bahkan disaat aku cuma meminta menginap dirumahnya untuk semalam saja tidak satupun yang bersedia menampungku walau cuma satu malam saja. Benar-benar tidak tahu balas budi, padahal aku dulu sangat royal pada mereka, jangankan tempat tinggal, makan setiap hari mereka aku yang tanggung, bahkan untuk uang jajan mereka aku juga selalu memberikannya secara cuma-cuma, tapi giliran aku minta tolong tidak ada satupun yang mau membantuku dan semuanya menjauh seperti tidak mengenalku.
Rasanya sesal sudah tidak berguna lagi, karena Mamah dan Kak Fitri sudah pindah dari kota ini hanya untuk menghindari aku, mereka takut denganku karena sering mengamuk di rumah jika keinginanku tidak terpenuhi.
Maafkan Gilang Mah, aku tahu mamah pasti sangat membenci gue karena Papah meninggal karena aku.
Roda berputar begitu cepat, dulu aku yang hidup bergelimang harta kini harus berubah menjadi gelandangan yang tak punya tempat tinggal.
Dulu aku yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya dengan teman-teman, kini seperak pun duit aku tidak punya, bahkan untuk makan aja tidak ada.
Sudah dua hari aku tidak makan karena tidak ada yang dimakan, bahkan aku terpaksa harus tidur di emperan toko bersama gelandang dan para tunawisma lainnya.
Sedih memang kalau dikenang semua kenangan hidupku bersama keluarga angkat ku. Saira kekasihku juga tiba-tiba langsung memutuskan hubungan kami membuat aku benar-benar separti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Satu-satunya orang yang aku sayang yang harusnya ada didekat ku untuk menyemangati aku dan setidaknya menjadi penghibur ku disaat gundah malah berpaling dengan Lelaki lain yang lebih kaya .
Hidup harus tetap berjalan walaupun aku sedang tertimpa banyak masalah, laku harus tetap survive, life must go on. Hari ini aku bersiap-siap untuk mencari pekerjaan agar aku bisa hidup normal lagi seperti yang lainnya.
Sudah berbagai tempat usaha, dari toko, bengkel, dan tempat usaha lainnya ku datangi namun tidak satupun yang mau menerima ku bekerja di tempatnya.
Mungkin ini karma atau apa aku tidak tahu yang jelas aku butuh uang sekarang, dan itu yang membuatku berpikir untuk menjadi seorang rampok.
Sasaran pertama rumah yang akan ku rampok adalah rumah Saira, iya aku akan merampok rumah mantan kekasihku itu. Karena aku tahu ayahnya adalah orang terpandang di kota ini. Namun mereka adalah orang kaya yang pelit dan itulah yang membuat aku ingin mengambil sebagian hak kaum duafa yang ada di keluarga itu.
Malam hari pukul satu dini hari disaat orang sedang terlelap dengan mimpi indahnya, aku bersiap-siap untuk menjalankan misi ku.
Aku bisa masuk kerumah Saira dengan mudah karena aku sudah hafal semua dengan kondisi keluarga ini. Bagaimana tidak, aku sudah mengenal keluarga ini dengan baik selama tiga tahun ketika aku berpacaran dengan Saira. Setelah berhasil menggasak sebagian harta keluarga Saira, aku langsung bergegas meninggalkan rumah itu. Sayangnya aku lupa mematikan kamera CCTV dirumah itu hingga membuat rekam kejahatanku terendus pihak berwajib.
Maklum saja, hal itu karena aku masih amatiran. Aku membagikan sebagian hasil rampokan ku kepada para gelandangan, tunawisma, dan kaum duafa lainnya.
Aku tidak mau menikmati uang itu sendirian, karena aku tahu ada hak mereka disana.
Hari-hariku kini menjadi rampok dan menjadi buronan polisi. Makanya aku tidak berani keluar siang hari, aku biasanya menyuruh seorang anak gelandangan untuk membelikan makanan untukku.
Mungkin ini adalah hari sialku, ketika rasa lapar menyerangku tidak ada satupun bocah gelandang atau pengemis yang berlalu lalang didepan kosanku. Terpaksa aku harus keluar dari kosanku menuju ke rumah makan.
Ketika aku selesai membeli makanan tiba-tiba seorang polisi berlari kearahku untuk menangkapku.
Aku berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari kejaran polisi hingga mereka melesatkan timah panasnya kearahku dan mengenai kakiku.
*Aaarghhh!!
Aku mengerang menahan sakit karena timah panas yang membuat kakiku terasa perih, panas hingga ke otakku. Kurasakan pandanganku mulai berkunang-kunang ketika sebuah timah panas kembali menembus kakiku lagi, dan dalam keadaan setengah sadar seseorang lelaki paruh baya datang menyelamatkan aku dan membawaku pergi hingga tidak tertangkap polisi.
"Papah!!" Aku selalu menyebut nama itu berharap ayahku akan datang menolongku.
"Dia sudah sadar Ayah," samar-samar kudengar suara seorang perempuan disamping ku.
Aku berusaha membuka mataku untuk memastikan bahwa aku masih hidup.
"Bangun!!, jangan cengeng!" seru seorang lelaki di depanku, membuat aku terbangun dan langsung duduk diatas ranjang kayu yang sudah usang
"Siapa namamu cah bagus?" tanya lelaki itu
"Gilang," jawabku lirih
"Hmmm, kalau aku lihat dari auramu kau akan menjadi seorang rampok yang tersohor dan kau bisa menjadi penggantiku, mulai sekarang kau Gilang resmi aku angkat sebagai muridku sekaligus penerus dari Dhanu si Raja rampok di Malang ini," ucap lelaki itu sembari memukul pundakku
Aku hanya terdiam mendengar ucapan lelaki itu. Antara bahagia atau sedih aku tidak tahu apa yang kurasakan saat ini tapi setidaknya aku sekarang aman disini karena ada yang menganggap ku sebagai keluarganya.
Om Dhanu begitu baik dan perhatian padaku, selama aku sakit aku dirawat oleh Uma anak perempuannya. Setelah kakiku sembuh Dhanu mengajakku kesebuah hutan lali jiwo yang terletak di gunung Arjuno di daerah Singosari Malang.
"Sekarang kau akan ku latih untuk menjadi rampok yang sakti mandraguna dan tidak dapat terciduk polisi," ucap Om Dhanu
Dia memberikan sebuah kalung dari taring harimau kepadaku.
"Kalung ini akan membuatmu tidak terlihat oleh makhluk gaib yang akan berbuat jahat padamu, dan untuk menjadi seorang rampok yang sakti dan disegani kamu harus memiliki ilmu Kanuragan yang akan membutmu disegani lawan dan kawan-kawanmu!"
Aku hanya mengangguk setuju dengan semua ucapan Om Dhanu.
"Kau harus melakukan harus berpuasa mutih selama 21 hari atau 40 hari, ditambah patigeni selama 3 atau 7 hari untuk mendapatkan ajian sirep megananda
Yang mana penguasa aji sirep tingkat tinggi ini dengan sempurna kau akan bisa menghilang atau tidak terlihat," ucap Om Dhanu membuatku merinding
"Baik Om," jawabku singkat
"Sekarang panggil aku Ayah, jangan panggil Om, kau akan ku tinggal disini, aku akan kembali setelah tapamu selesai, jangan tergoda oleh apapun yang akan menganggu puasamu, kalau kau tidak ingin gagal!" seru Om Dhanu yang kemudian meninggalkan aku di sana
Malam mulai menampakkan wajahnya, membuat suasana hutan yang gelap semakin pekat, beruntung rembulan bersinar terang hingga mengurangi sedikit rasa takutku saat berada di hutan yang sering membuat para pendaki gunung tidak bisa pulang dan tersesat di hutan angker ini.
Aku mulai mencari tempat berlindung agar terhindar dari serangan binatang buas dan juga hujan yang sewaktu-waktu turun. Aku berjalan menerobos gelapnya malam hingga menemukan sebuah gua dan masuk kedalamnya untuk bersemedi dimalam hari.
Selama dua puluh satu hari aku hidup di hutan sambil melakukan puasa mutih tidak ada gangguan yang berarti, namun gangguan mulai datang ketika aku melakukan puasa pati geni atau bersemedi selama tiga hari berturut-turut.
Malam ini selasa pahing adalah hari wetonku dan aku mulai bersemedi untuk melakukan puasa pati geni. Yaitu Selama prosesi puasa, pelaku tirakat dilarang tidur, makan, minum atau pun berbicara dengan siapa pun. Ia diharuskan berdoa, bermeditasi atau semadi sambil merapalkan mantra yoga tertentu.
"Niat ingsun patigeni, Asirep rapet maring geni lan sinar, Aku bali maring pepeteng, Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung, Sajroning guwo garbaning sang ibu, Sedulur papat limo pancer, Tumekaning sang jabang bayine, kakang kawah adi ari-ari,kiblat papat limo pancer, Nyawiji mring ngarsane Gusti, Niatku patigeni." setelah membaca niat tirakat pati geni aku langsung memejamkan mataku, duduk bersila untuk mendapatkan ajian sirep megananda.
Godaan mulai datang dari berbagai penjuru yang sengaja ingin mengagalkan semediku. Diawali munculnya suara suara keluargaku yang memanggil-manggil namaku agar pulang kerumah. Dan juga kemunculan sosok wanita-wanita cantik yang menggoda imanku.
Beruntungnya Om Dhanu memberikan aku kalung sakti sehingga mengusir makhluk tak kasat mata yang ingin berbuat jahat padaku.
Dihari kedua rasa panas di seluruh badan seperti terbakar membuatku ingin segera mengakhiri tirakat ini.
Rasa panas yang membuatku seakan sedang menghadapi sakaratul maut hampir saja membuat aku gagal menjalani puasa pati geni ini kalau saja suara Om Dhanu yang datang untuk memperingatkan aku agar tidak cengeng dalam menghadapi ujian itu.
"Jangan cengeng Gilang, jadilah lelaki yang kuat agar kau bisa menguasai dunia!" suaranya terus berdengung di telingaku, sementara bayangan mamah dan kak Fitri membuatku bersemangat untuk melanjutkan tirakat ku agar aku bisa menemui mereka dan membahagiakan keduanya setelah aku sukses nanti.
Rasa panas kini berangsur-angsur hilang berganti rasa kantuk yang sangat dahsyat, ditambah hembusan angin semilir seakan menina bobokan aku agar segera tidur.
Aku berusaha terjaga dengan mengingat kenangan terindah aku bersama almarhum Papah dan masa kecilku yang sangat dimanja olehnya.
Bisikan-bisikan gaib, bermunculan seakan menghipnotis aku agar segera mengakhiri tapa geni ku, mulai dari suara kuntilanak, suara Gondoruwo sampai suara roh-roh para pendaki yang mati saat mendaki gunung Arjuno sengaja membisikkan sesuatu agar aku gagal melaksanakan misi ku.
Di hari terakhir aku dikejutkan dengan kedatangan binatang aneh dan aku tahu itu bukan binatang biasa tapi jelmaan dari Jin dan para demit yang menguasai gunung Arjuno.
Binatang itu bewujud ular besar dengan kepala wanita cantik datang menemuiku, dia berusaha menggodaku agar masuk dalam jeratnya, hampir saja aku tergoda olehnya namun ketika makhluk itu akan membawaku pergi dari tempat persendian ku tiba-tiba ia terpental saat akan meraih tanganku.
Lagi-lagi kalung sakti ini menyelamatkan aku, dan juga penampakan almarhum kakek yang belum pernah aku lihat sebelumnya mendatangiku dihari ketiga puasa pati geni ku. Walaupun seumur hidup aku baru pertama kalu bertemu dengannya, tapi hatiku yakin kalau dia adalah kakek leluhurku yang sengaja datang menemuiku karena terpanggil oleh aura gaibku yang terpancar membuat roh-roh para leluhurku mendatangiku. Mereka datang untuk menanyakan padaku apa maksud aku melakukan tirakat itu dan membantu mendapatkan apa yang aku inginkan hingga melakukan tapa patu geni ini.
"Yo opo karepmu ngelakokne tirakat koyo ngene le?(apa maksudmu melakukan puasa seperti ini nak)" tanya leluhurku
Akan tetapi karena aku harus menjalani pantangan berbicara dengan siapapun selama melakukan ritual ini tentu saja aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan leluhurku.
Semakin aku diam semakin banyak leluhurku yang datang dan menanyakan hal serupa dengan kakekku. Dan anehnya mereka semua tahu niatku hanya dengan melihat aura wajahku. Kini mereka menjagaku dari godaan mahkluk halus binatang-binatang asing yang ingin memangsaku.
Saat matahari mulai terbenam dan puasa pati geniku selesai aku merasakan sesak nafas, yang sangat hebat bahkan kurasakan sukmaku seperti akan terpisah dengan ragaku. Disaat inilah aku melihat kakekku memberikan sepiring makanan dan menyuruhku untuk segera memakannya.
Aku berusaha menolaknya karena takut ritual yang aku jalani gagal.
"Makan saja kamu sudah berhasil mendapatkan apa yang kamu inginkan le!" seru si Kakek memberikan sebuah batu mustika padaku.
Karena kelaparan sudah tiga hari aku tidak makan dan minum aku langsung melahap habis semua makanan yang ada didalam piring dalam sekejap.
"Sekarang pulanglah, kamu harus kembali ke duniamu," ucap kakek yang kemudian menghilang dari pandanganku
Aku tersenyum bahagia menatap batu mustika yang berhasil aku dapatkan dari tirakat yang kulakukan selama 24 hari di dalam alas lali jiwo ini.
Malam itu juga aku bergegas meninggalkan hutan itu untuk pulang ke rumah Om Dhanu.
Malam semakin larut membuatku merasakan kantuk yang begitu berat, apalagi setelah tiga hari lamanya aku tidak tidur rasa kantuk ini membuatku berhenti disebuah candi kuno yang sudah tidak terawat yang berada tidak jauh dari hutan itu. Namanya candi Telih konon candi ini adalah tempat bertemunya Ken Arok dan Ken Umang untuk melepaskan kerinduan mereka. Ada yang bilang di candi ini pula tempat Ken Arok dan Ken Umang berselingkuh.
Ken Umang adalah kekasih Ken Arok sebelum bertemu dengan Ken Dedes, Ken Arok dan Umang telah menjalin asmara sejak mereka masih muda bahkan Arok muda sudah berjanji untuk menjadikan Umang sebagai istrinya. Namun apalah daya Ken Arok yang berambisi merebut singgasana Tunggul Ametung mulai jatuh hati pada kecantikan Ken Dedes dan ia harus menikahinya agar mendapatkan keturunan yang unggul yang akan menjadi Raja dan Petinggi di Kerajaan Singosari.
Malam semakin larut, aku merebahkan tubuhku didalam candi agar terhindar dari serangan binatang buas, tidak lupa aku membuat api unggun untuk menghangatkan tubuhku karena cuaca sangat dingin disini.
Ketika aku mulai memejamkan mataku, sayup-sayup kudengar suara seseorang berkidung sedih, suaranya sangat menyayat hati membuatku ikut merasakan kesedihannya. Aku terbangun dan mulai mencari siapa yang sedang berkidung dimalam-malam seperti ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!