NovelToon NovelToon

Story Of A Certain Couple

Chapter 1

“Oi Dean, kamu di pecat,” ujar seorang direktur sebuah perusahaan software.

Seorang pemuda tampan di depannya langsung melongo karena kaget, berkas dan smartphone yang di pegangnya langsung jatuh ke lantai. Terlihat otak Dean terkena sengatan arus pendek sehingga langsung shut down namun langsung ter reboot kembali. Dia langsung sadar dan bertanya,

“Lah kenapa pak ? memang salah saya apa ?” tanya pemuda yang di panggil Dean.

“Tenang saja, kamu tidak ada salah kok. Tapi keputusan dewan direksi sudah bulat, jadi mohon maaf. Silahkan ambil amplop ini dan besok kamu sudah tidak perlu masuk lagi,” Jawab direktur.

“Tunggu dulu pak, tidak bisa sepihak gini dong, saya butuh penjelasan,” ujar Dean ngotot.

“Begini, kamu kan tahu perusahaan kita baru bangkit lagi setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi, tentunya kita butuh restrukturisasi perusahaan supaya bisa bertahan setelah masa vakum itu, kamu tentunya mengerti kan, mohon maaf kamu yang terpilih masuk program restrukturisasi itu,” ujar direktur.

“Sebentar pak, kok ga masuk akal ya, mau juga pas vakum di lakukan restrukturisasi supaya bisa bertahan, ini pandemi sudah lewat malah saya di restrukturisasi, kok aneh sih pak,” balas Dean.

“Sudahlah, saya tidak mau berdebat, keputusan dewan direksi tidak bisa di ubah, sekali lagi saya mewakili perusahaan minta maaf dan tolong ambil amplopnya kemudian pergi dari sini, saya berikan pesangon tiga bulan gaji,” ujar direktur.

“Ini tidak adil pak, saya bisa menuntut lewat jalur hukum nih kalau di perlakukan seperti ini,” ujar Dean.

“Silahkan saja, kami siap melayani. Mohon silahkan pergi,” ujar direktur.

Direktur berbalik dan mengambil amplop di meja, kemudian dia mengambil tangan Dean dan memberikan paksa amplop berisi cek itu. Karena tidak ada pilihan lain dan merasa percuma kalau dia berargumentasi, akhirnya Dean keluar dan angkat kaki dari perusahaannya,

“Kebangetan banget sih, gue udah sering lembur juga, lagi ngaso di kos kosan aja di panggil dateng, parah banget,” gerutu Dean di dalam hatinya.

Kepalanya langsung pening, dia melangkah gontai masuk ke dalam lift, lantai demi lantai dia lewati dengan perasaan yang campur aduk. “Ting,” Lift akhirnya sampai lantai dasar dan terbuka, Dean melangkah keluar, dia berjalan kepintu keluar dan langsung berjalan bersama pejalan kaki lain keluar dari areal gedung. Dean berjalan gontai menelusuri trotoar di bawah teriknya matahari. Tiba tiba, “Drrrt...drrrt...drrrt,” smartphone di kantung celananya bergetar, dia langsung merogoh kantungnya dan mengambil smartphonenya. Dia melihat layarnya,

“Alah...bokap...ngapain lagi sih, udah ah, males ngomong ama bokap,” ujar Dean yang langsung memasukkan lagi smartphone ke dalam kantung.

Tapi dering smartphonenya tidak berhenti, akhirnya Dean menghentikan langkahnya kemudian mengangkat teleponnya,

“Apa sih pah,” ujar Dean.

“Eh...kamu tuh ya, di telpon lama banget angkatnya, malam ini jadi ketemuan, siap siap, sejam lagi di jemput,” balas ayahnya.

“Hah...aku kan udah bilang aku ga mau di jodohin pah, kenapa maksa sih ?” tanya Dean.

“Ga usah banyak ngomong, kamu anak pertama, umur udah 28 tahun, udah ampir kepala tiga, kalau kamu ga nurut papa coret kamu dari daftar waris, mau ? perjodohan kali ini demi masa depan kota ini, paham ga kamu ?” teriak ayahnya di telpon.

“Uuuh...iya udah, iya udah...sejam lagi kan, jemput aku di kos aja,” jawab Dean pasrah.

“Ok, pakai baju yang rapi, jangan malu maluin, walau kita sudah berkerja sama dan sudah berteman lagi, tapi jangan sampai kita kalah dengan keluarga sana, mengerti tidak, ini penting,” teriak papanya.

“Iya iya papa bawel,” balas Dean.

Dean menutup teleponnya dan memasukkan kembali smartphonenya ke dalam saku, dia langsung mengusap rambutnya yang cepak,

“Ampun deh, kenapa gue ga bisa lepas dari keluarga gue sih, sekarang mau di jodohin lagi, kacau banget,” gumam Dean dalam hati sambil meneruskan berjalannya.

******

Malam harinya, di sebuah hotel mewah yang sudah di booking untuk sebuah grup tertentu, sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di depan lobby, seorang petugas membukakan pintunya. Dean turun dari dalam mengenakan setelah jas yang nampak mahal di ikuti oleh seorang gadis di belakangnya,

“Ayo kak, kenapa bengong ?” tanya sang gadis.

“Duh sebenernya aku malas nih, Rena,” jawab Dean.

“Yee mana boleh gitu kak, papa ama mama nanti marah loh, lagian kalau kakak ga mau di jodohin, nanti malah aku yang di jodohin, aku ga mau,” balas Rena

“Ih kamu tuh ya, memanfaatkan penderitaan ku buat kebahagian kamu sendiri, curang,” balas Dean.

“Enak aja, grup papa kan ga ada anak cowo, kebanyakan anak cewe, gimana sih kak, mana mau aku di jodohin ama cewe juga, aku kan juga cewe,” balas Rena.

“Aaaah ya udahlah, ayo dah masuk, ntar papa ngamuk lagi,” balas Dean.

“Hehe ayo, makanya dandan jangan lama lama,” ledek Rena sambil menggandeng lengan kakak nya.

Keduanya masuk ke dalam, “selamat datang tuan muda, tuan putri,” terlihat barisan pria berwajah seram dan mengenakan jas menunduk menyambut mereka. Seorang pelayan wanita mengantar keduanya masuk ke dalam sebuah ruangan vip khusus privasi yang terlihat mewah. Di dalam sudah berkumpul dua keluarga yang memutari sebuah meja berbentuk kotak. Dean dan Rena duduk bersebelahan di sebelah papa dan mamanya. Di depan mereka ada seorang pria paruh baya dan istrinya, di sebelah mereka duduk seorang gadis cantik berambut hitam dan mengenakan gaun hitam sehingga tubuh jenjang nya nampak sangat seksi.

“Loh....sama keluarga besar lawan rupanya, mampus dong gue, nolak bisa ancur kota,” gumam Dean.

Kemudian Dean duduk, dia menoleh melihat gadis di depannya yang akan di jodohkan kepada dirinya dan kebetulan juga sang gadis mengangkat kepalanya melihat dirinya, “gedubrak,” Dean dan sang gadis yang bertukar pandangan langsung berdiri lagi dan saling menunjuk dengan mulut menganga karena kaget,

“Kamu....Tyrel Ruruda (sang gadis) Helga Carrera (Dean),”

“Hah ?” teriak ayah ibu Dean, Rena, ayah ibu sang gadis bersamaan.

Yap begitulah pertemuan pertama ku dengan wanita yang akan di jodohkan padaku, Tyrel Ruruda dan Helga Carrera adalah dua nama besar di industri film dewasa atau film porno yang masih di kenal sampai sekarang walau sudah pensiun. Benar, waktu usiaku masih 19 tahun dan dia masih 18 tahun, kita pernah berbuat kesalahan yang sangat fatal karena bergabung di sebuah production house, awalnya kita berdua berperan sebagai figuran di dalam sebuah film garapan mereka dengan menjadi siluet yang melakukan hubungan suami istri, namun akhirnya kita berdua memiliki film sendiri dan sudah berkali kali kita melakukan syuting walau di sensor haha.

Masalahnya di sini, hubungan ku dan dia hanya sebatas hubungan profesional. Kita tidak mencampuri kehidupan pribadi masing masing bahkan berteman saja tidak, setiap habis syuting pasti langsung pulang, tapi kebetulan kita berdua bekerja di sana kira kira selama dua tahun dan pensiun dengan alasan tidak mau melakukan syuting dengan lawan main yang berbeda, dia pensiun lebih dulu dan aku menyusul. Saat ini, aku benar benar kaget karena aku baru tahu dia anak dari keluarga teman papa ku yang keluarganya memiliki kekuatan sama dengan keluarga ku, benar, kita berdua adalah anak dari keluarga mafia terkuat di kota ini dan sepertinya, aku tidak mungkin bisa lari lagi dari masalah ini karena keluarga ku dan keluarga dia biasanya bersaing dan tumben tumbenan sekarang akur. Nah sekarang kembali ke masa kini,

******

“Kalian sudah saling kenal ?” tanya ayah Dean.

“Um...belum,” balas Dean.

“Bohong, tadi kalian berdua bereaksi, kalau begitu sekarang jadi mudah, benar tidak Franky ?” tanya ayah Dean kepada ayah sang gadis.

“Hahaha benar, Layla kamu berarti mau kan di jodohkan dengan Dean anak sahabat papa, Mario ?” tanya Franky.

“Uh...tapi...aku tidak kenal dia pa,” balas Layla sang gadis.

“Kan bisa kenalan dulu, temenan dulu, lagian kamu tadi maksudnya apa sih ? papa ga ngerti,” balas Franky.

Layla langsung melirik Dean yang juga meliriknya\, di saat itu tanpa mereka sadari\, mendadak otak keduanya singkron berpikir hal yang sama\, isi pikiran mereka : jika menceritakan yang sebenarnya ketahuan anak mafia dan penerus keluarga main film bokep = kedua papa marah = persahabatan kedua keluarga berakhir = *bum* perang di tengah kota = masa depan suram = selesai. Wajah keduanya berubah menjadi pucat\, kemudian Dean berdiri\,

“Maaf om, dia mirip kenalan ku, ku pikir orang yang sama hahaha,” ujar Dean.

“I..iya bener pa, om, aku juga pikir dia kenalan ku, mukanya mirip haha,” balas Layla yang juga berdiri.

“Jadi kalian mau kan mengikat pertunangan hari ini ?” tanya Mario ayah Dean.

Dean melirik Layla yang juga melirik dirinya, karena tidak ada pilihan lain dan demi mengubur masa lalu mereka, keduanya menjawab “iya,” dengan kompak tanpa ragu.

Chapter 2

Setelah makan malam yang canggung dan menyesakkan bagi Dean, di saat mau keluar bersama sama dari ruangan, ketika di lobby tiba tiba Mario dan Franky langsung berdiri di depan Dean dan Layla,

“Kalian berdua langsung naik aja ke hotel di atas, kita sudah pesan kamar untuk kalian selama seminggu, lalu setelah itu kalian akan di tempat kan di rumah baru,” ujar Mario.

“Benar, kita berdua sudah merencanakan semuanya,” tambah Franky.

“I..iya pa,” balas Dean dan Layla bersamaan.

Setelah berpamitan dan saling berpelukan, keluarga Dean dan Layla pergi meninggalkan Dean dan Layla yang melambai terpaksa di dalam lobby hotel. Keduanya berbalik dan berjalan bagai robot ke arah lift, setelah di dalam lift,

“Haaaaah,” keduanya melepas penat mereka.

“Selesai juga,” ujar Dean.

“Iya, tapi kok kamu sih, aku ga nyangka sama sekali,” balas Layla.

“Sama, aku juga ga nyangka,” balas Dean.

Keduanya langsung diam, mereka mengingat film film yang sudah mereka perankan bersama sama dengan berbagai gaya dan posisi dengan cosplay, wajah keduanya memerah dan keduanya menoleh ke arah lain.

“Arrrgh...sekarang gimana nih, gue baru di pecat trus yang di jodohin ama gue dia lagi, trus pacar gue Yessi gimana ya, gue musti bilang apa ama dia (berpikir) emang sih sama dia enak banget waktu itu soalnya bodi nya bagus, beda jauh di banding ama Yessi pacar gue (mikir lagi) arrrgh, otak gue rusak, gue ga cinta dia, gue milih Yessi, tapi gue nafsu ama dia, kacau,” ujar Dean dalam hati dengan panik.

“Aduh kalau gini caranya gue ga bisa lari nih, gue baru aja berenti kerja, trus gue punya Anton, pacar gue (berpikir) tapi yang nyentuh gue ampe ke dalem dalem baru dia sih, lagian barangnya Anton kalah gede ama dia (mikir lagi) aduh gue mikir apa sih, gue tetep lebih mencintai Anton...tapi gue pengen juga begitu ama dia...aduuuuh,” ujar Layla dalam hati dengan panik.

“Pokoknya gue harus bersikap normal, paling ga temenan dulu,” ujar keduanya singkron di dalam hati.

“Ting,” lift terbuka, seorang petugas hotel tertegun melihat dua orang yang menghadap dinding dan tidak turun ketika lift terbuka,

“Um...tuan, nyonya, apa anda mau turun ?” tanya sang petugas.

“Oh iya,” “aduh,” Dean dan Layla yang berbalik bersama sama saling membenturkan kepalanya, kemudian mereka keluar sambil memegang kening mereka yang terbentur. Keduanya berjalan di koridor secara berjauhan, Dean merapat di sebelah kanan dan Layla di sebelah kiri dengan wajah menghadap dinding. Setelah sampai kamar, Dean membuka pintunya dan masuk ke dalam di ikuti Layla di belakangnya. Keduanya duduk di sisi ranjang saling memunggungi,

“Trus sekarang musti ngapain ?” tanya keduanya singkron dalam hati mereka masing masing.

Dean menggosok kedua tangannya, sedangkan Layla mengipasi lehernya walau di dalam ruangan ber ac. Keduanya terlihat grogi dan kegerahan,

“Aduh gerah, pokoknya sekarang ganti baju dulu,” ujar keduanya singkron lagi di pikiran mereka.

Keduanya berdiri dan langsung melepaskan pakaian mereka sampai hanya mengenakan pakaian dalam, tiba tiba tanpa sadar keduanya berbalik dengan tujuan mengambil pakaian mereka, kedua mata mereka saling bertatapan.

“Waduh bodinya kenapa makin bagus,” ujar Dean dalam hati.

“Aduh kok dia nambah kotak kotak sih,” ujar Layla dalam hati.

“Waaaaaaa,” ketika sadar saling menatap, keduanya langsung berteriak dan memeluk diri mereka masing masing, Dean langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi sementara Layla berbaring di ranjang dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Dean merosot di balik pintu dan jongkok sambil memegang kepala dengan kedua tangannya,

“Kenapa jadi begini sih, mimpi apa gue semalem, di jodohin ama lawan main gue pas gue bikin kesalahan fatal di masa muda gue, gue punya pacar woiii....ini hukuman yang kejam banget ga sih,” ujar Dean dalam hati.

Sementara itu, Layla menutupi wajahnya dengan bantal dan mendekap bantalnya dengan kedua tangannya yang naik ke atas.

“Aaah...kenapa begini....pikiran gue kemana mana, aduh ini bener bener mimpi buruk, kenapa juga dulu gue kerja kayak gitu aaaaah, gue nyesel banget, gue sayang pacar gue,” ujar Layla dalam hati.

Keduanya termenung di dalam tempat mereka masing masing, sampai mereka sudah tenang kembali 30 menit kemudian, Dean yang sudah mandi keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk, sedangkan Layla sudah mengganti pakaiannya dengan jubah mandi milik hotel dan masuk ke dalam kamar mandi setelah Dean keluar. Selesai mandi, Layla keluar sambil mengeringkan rambutnya dan melihat Dean yang sudah mengenakan jubah mandi milik hotel sedang berbaring di ranjang sambil menatap smartphone nya.

“Hei, lapar lagi ga ?” tanya Layla yang mengeringkan rambutnya.

“Enggak, kalau lapar lagi pesan aja,” jawab Dean.

“Nama kamu Dean ya tadi ? sorry aku tahunya nama kamu Tyrel Ruruda,” tanya Layla.

“Iya bener, nama kamu Layla kan, sorry aku juga tahunya nama kamu Helga Carrera,” jawab Dean.

Dean berdiri dan duduk di atas ranjang, dia menaruh smartphonenya dan menoleh melihat Layla yang berdiri di sisi ranjang, dia menjulurkan tangannya kepada Layla,

“Kita kenalan lagi, namaku Dean, mulai sekarang mohon bantuannya ya,” ujar Dean tersenyum.

“Iya, namaku Layla, mohon bantuannya,” balas Layla tersenyum.

“Kita mulai dari teman dulu,” balas Dean.

“Setuju,” balas Layla.

“Walau sebenarnya kita sudah lebih jauh dari hanya sekedar teman,” gumam keduanya dalam hati sambil tersenyum.

Setelah itu keduanya sibuk melihat smartphone masing masing tanpa berbicara sambil berbaring di ranjang. Keduanya berbalik saling memunggungi dan memegang smartphone di tangan mereka. Tiba tiba “tok..tok,” pintu kamar mereka di ketuk, Dean turun dari ranjang dan berjalan ke pintu, dia mengintip dari lubang dan ternyata yang datang adalah petugas hotel, Dean membukakan pintu namun dia langsung kaget karena di sisi kanan dan kiri pintu ada dua orang pria bertubuh tegap, berwajah garang dan memakai jas,

“Loh, Hans, kamu ngapain disini ?” tanya Dean kepada pria di kiri.

“Maaf tuan muda, aku di perintah bos besar untuk berjaga di sini supaya tuan muda tidak kabur,” jawab Hans.

“Ampun deh papa, dia ga percaya ama gue apa ya,” ujar Dean.

“Tidak, bos besar sama sekali tidak percaya anda tuan muda,” balas Hans.

“Rese lo Hans,” balas Dean.

“Maaf ini ada titipan dari seseorang di bawah,” ujar seorang petugas hotel memberikan sebuah amplop kepada Dean.

Dean mengambil nya dan membukanya, isinya ternyata se renceng bungkusan karet kontrasepsi merek terkenal yang bisa di beli di mini market. Dean langsung membanting amplopnya dan “brak,” dia masuk membanting pintunya,

“Brengsek, baru aja gue berhasil ngilangin piktor gue, paraaaah,” ujar Dean memunggungi pintu.

Dean berjalan masuk ke dalam, kemudian dia melihat Layla yang sedang tidur menghadap ke arahnya dan melihat sedikit bagian dalam tubuh Layla akibat pakaian mandinya terbuka sedikit,

“Aaaaargh, ok gue pergi,” ujar Dean.

Dia langsung mengganti pakaiannya dan langsung keluar dari kamar, begitu di depan dia langsung mengajak Hans turun ke bawah. Dia heran karena melihat masih ada seorang pria lagi yang berdiri di depan pintu,

“Loh dia siapa ? bukan anak buah lo ?” tanya Dean.

“Dia dari keluarga bos Franky, namanya Al, dia bilang dia di tugasi menjaga tuan putri,” jawab Hans.

“Alah sama aja, ayo turun, temenin gue minum, gue stress,” balas Dean.

“Baik tuan muda, tapi tolong jangan meninggalkan hotel ini,” balas Hans.

“Iya enggak,” balas Dean.

“Beneran loh tuan muda, saya nanti di hukum ama bos besar nih,” ujar Hans sedikit ketakutan.

“Iya bener, udah sih, ga usah khawatir,” balas Dean sambil menarik Hans ke arah lift.

Sementara itu, di malam yang sama, di sebuah rumah mewah, Rena yang baru pulang masuk ke dalam kamarnya, dia melemparkan tasnya dan langsung melompat merebahkan dirinya di ranjang.

“Dia toh yang di jodohkan sama kakak....tapi kok aneh ya, mereka udah saling kenal ? tadi mereka bilang Tyrel Ruruda ama Helga Carrerra ya ?” tanya Rena.

Langsung saja Rena berbalik dan mengambil smartphonenya, dia mencari kedua nama itu di mesin pencari dan menemukan sebuah video yang berdurasi 30 menit, dia langsung menekan film,

“Uh....ah....Tyrel,” ujar Helga.

“Aaaah...Helga,” balas Tyrel.

Mata Rena langsung membulat, walau mengenakan topeng layaknya pesta topeng namun keduanya tampil polos di video itu dan melakukan hubungan intim, tentu saja Rena mengenali keduanya walau Dean dan Layla memakai topeng, wajah Rena langsung berubah menjadi merah dan dia menutup wajahnya menggunakan sebelah tangannya walau masih mengintip, tapi anehnya dia tersenyum lebar,

“Hehe jadi begitu ya, berarti ini yang mereka rahasiakan dan kelemahan mereka, pantes dua duanya panik...bagus nih, download ah, pasti kepake nanti, tinggal kontak pacar ku hehe,” ujarnya dalam hati sambil terus menonton.

Chapter 3

Keesokan paginya, Dean terbangun di ranjangnya, dia langsung turun dari ranjang nya dan langsung menoleh mengambil smartphonenya di meja dan melihat jam di layarnya,

“Aduh udah jam segini, gue telat...oh (kembali duduk di ranjangnya) bener juga ya, gue udah di pecat,” ujar Dean dalam hati

Dia menoleh ke belakang, terlihat Layla masih tertidur memunggungi dirinya, Dean menarik selimutnya dan menyelimuti tubuh Layla,

“Dia bisa tidur pules gitu ya ? tapi gue juga pules sih....au ah, sekarang gue harus cari kerja lagi,” ujar Dean.

Dia langsung melihat smartphonenya dan memeriksa semua lamaran yang dia kirim semalam, kemudian dia membuka situs situs bursa kerja yang penuh dengan lowongan lowongan dari banyak perusahaan. Tiba tiba, “driiing....driiiing,” smartphone nya berbunyi, Dean melihat siapa yang menelponnya, dia langsung berdiri dan berdiri di balik tirai jendela,

“Halo Yessi ?” tanya Dean.

“Halo sayang, kamu lagi di mana ? aku udah denger dari Meri, katanya kamu di pecat ya kemarin ?” tanya Yessi.

“Kamu udah denger ya dari Meri, cepet juga, iya baru kemarin aku di pecat,” jawab Dean.

“Trus kamu sekarang dimana ? aku lagi mau ke kosan kamu nih,” balas Yessi.

“Eh...aku lagi ga di kosan, aku lagi di rumah...um...rumah papa,” balas Dean.

“Oh gitu, kalau gitu kita ketemuan di mall aja gimana ?” tanya Yessi.

“Iya, aku berangkat sekarang,” jawab Dean.

“Ya udah, sampai nanti sayang,” balas Yessi.

“Sampai nanti,” balas Dean.

Dean menutup teleponnya, dia langsung keluar dari balik tirai, Dean langsung kaget karena melihat Layla sudah duduk di atas ranjang sambil mengucek matanya, pakaiannya sedikit turun dan memperlihatkan sedikit tubuhnya. Layla menoleh melihat Dean,

“Pagi, sori ya aku telat bangun,” ujar Layla.

“Pagi juga...aku juga baru bangun,” balas Dean.

Keduanya kembali terdiam dan terlihat canggung satu sama lain, kemudian Dean duduk di sisi ranjang dan mengambil buku menu di atas meja tepat di sebelah ranjang,

“Mau sarapan apa ?” tanya Dean kepada Layla.

“Apa aja, aku mau pergi juga,” jawab Layla.

“Oh ok, aku juga mau pergi,” balas Dean.

“Kemana ?” tanya Layla.

“Ada janji aja, kalo kamu ?” tanya Dean.

“Sama ada janji,” jawab Layla.

Keduanya kembali diam, Dean menatap buku menunya dan Layla mengusap rambutnya yang masih berantakan untuk merapikannya tanpa saling melihat satu sama lain. Dean bergerak ke samping untuk meraih telepon di meja yang berada di sisi ranjang tempat Layla berada, tiba tiba “tap,” tangan keduanya bersentuhan karena Layla juga bergerak untuk mengambil pengikat rambutnya yang dia taruh di meja. Dean dan Layla langsung sama sama menarik tangan mereka,

“So..sori,” ujar Dean.

“I..iya, so..sori juga,” balas Layla.

Keduanya perlahan saling menoleh dan melirik, tatapan mata mereka bertemu, kemudian keduanya menatap ke bawah mengamati diri pasangannya masing masing. Pandangan mata mereka bertemu lagi ketika naik dan tiba tiba “snap,” sesuatu putus di kepala mereka, akal sehat mereka mendadak hilang yang ada di pikiran mereka hanyalah pelampiasan akibat menahan semalaman. Dengan kecepatan tinggi dan tanpa berpikir lagi, keduanya bergerak di atas ranjang dan langsung berpelukan dengan sangat erat, mereka langsung berciuman dengan heboh sambil saling melucuti pakaian mandi satu sama lain. 30 menit setelah pertempuran panas menggairahkan yang hampir menghancurkan ranjang hotel, keduanya berbaring terlentang tanpa busana di balik selimut dengan wajah merah dan kedua tangan menutupi wajah mereka masing masing.

“Aaaaaaah apa yang gue lakukan, aduh bablas,” ujar keduanya dalam hati setelah rasionalitas mereka kembali.

“Dling,” sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Dean dan Layla secara bersamaan, mereka langsung berbalik dan mengambil smartphone di meja masing masing, tangan kedua nya langsung gemetar ketika membaca pesan di dalamnya,

“Sudah di mana sayang, aku sudah di mall nih,”

Yessi memberitahu Dean kalau dia sudah sampai di mall, Dean langsung menoleh dan melihat Layla berwajah pucat karena membaca pesannya,

“Aduh...Anton sudah sampai ke mall, aku belum ngapa ngapain,” gumam Layla tanpa sadar.

“Tunggu, kamu bilang mall ?” tanya Dean.

“Iya, aku janjian ama pacar ku di mall, kenapa ?” tanya Layla.

“Um...aku juga janjian ama pacar ku di mall,” jawab Dean.

“Hah...nah lo, gimana dong ? kita pergi sama sama ke mall ?” tanya Layla.

“Mana bisa, kalau ketahuan pacar ku gimana nanti,” jawab Dean.

“Iya juga, jadi gimana ?” tanya Layla.

“Keluar masing masing aja gimana ?” tanya Dean.

“Tapi di depan kan ada yang jagain kita, nanti Al lapor ke papa repot,” jawab Layla.

“Loh kamu tahu kamu di jagain ?” tanya Dean.

“Waktu kamu keluar semalem, aku sempet keluar juga bentar dan di cegah ama Al, makanya aku minta dia bawain aku minuman,” jawab Layla.

Dean menoleh melihat ada beberapa kaleng bir di meja yang berada di sisi Layla, berarti Layla mengatakan yang sebenarnya. Otak Dean langsung berputar keras bagaimana cara mereka mengakali kedua ajudan dari dua keluarga yang berada di depan. Layla membalas pesan dari Anton pacar nya untuk menunggu di mall, kemudian Dean menoleh melihat Layla,

“Dah gini aja, kita berdua pura pura ke mall, begitu sampai mall, kita minta mereka ga usah ikut di dalam lalu kita berpencar, gimana ?” tanya Dean.

“Ya udah gitu aja, aku mandi duluan ya,” jawab Layla.

“Iya, duluan aja,” balas Dean.

Layla langsung keluar dari selimut dan berlari menuju kamar mandi tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, Dean berdiri dan memakai kembali baju mandinya, kemudian dia mengirim pesan kepada Yessi kalau dia ada urusan sebentar dan sekarang sedang menuju ke mall. Setelah keduanya siap, mereka keluar kamar hotel dan mengatakan kepada Hans juga Al kalau merkea berdua ingin jalan jalan ke mall.

Kedua ajudan langsung mengikuti mereka dari belakang dan mengawal mereka ke mall yang berada tidak jauh dari hotel menggunakan mobil sedan mewah. Begitu sampai di lobby dan sebelum turun dari mobil,

“Hans, lo tunggu sini ya,” ujar Dean.

“Lo juga ya Al,” tambah Layla kepada Al yang duduk di kursi penumpang depan.

“Maaf tapi perintah bos,”

“Diem lah, sekarang emang enak pacaran di liatin lo orang trus lo ikutin lagi, lagian lo berdua mencolok banget sih, menarik perhatian tau ga, udah bilang aja ama papa, gue ama Layla ke mall pusing amat sih,” ujar Dean membentak dan memotong ucapan Hans.

Terlihat Hans dan Al saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian Al mengambil smartphonenya dan menelpon, begitu juga Hans yang menelpon. Setelah telepon di tutup,

“Kata bos ok,” ujar Hans.

“Iyalah, kalau ga ok, gue yang ngomong,” balas Dean.

“Sama, kata bos juga ok, tuan putri,” tambah Al.

“Ok makasih Al,” balas Layla.

Kemudian keduanya turun dari mobil, Layla menggandeng lengan Dean yang menyediakan lengannya untuk di gandeng, Hans dan Al mengawasi mereka sampai masuk ke dalam lobby mall. Begitu di dalam, keduanya menoleh ke belakang, mereka melihat mobil sudah jalan dan keduanya langsung melepaskan gandengan mereka,

“Ok Sar, sampai nanti ya,” ujar Dean.

“Iya, sampai nanti ya, Dean,” balas Layla.

Keduanya langsung berjalan ke arah berlawanan sambil mengangkat smartphone mereka dan menelpon pacar mereka masing masing untuk menentukan tempat bertemu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!