Halo semuanya!
Sebelum memasuki cerita, ada sedikit pemberitahuan yang harus kalian perhatikan. Cerita ini merupakan spin off dari novel "The Emperor God Wife is Naughty" serta memiliki waktu yang berjalan bersamaan dengan novel "A Thousand Years of Love and Vengeance". Keduanya ada di universe yang sama. Jadi disarankan untuk membaca keduanya atau salah satunya untuk lebih mengenal karakter utama kita.
Tapi karena peran karakter utama kita di kedua novel itu sedikit, jadi tidak akan berpengaruh pada cerita ini. Setting tempatnya (dunia) juga berbeda. Jadi bagi kalian pembaca baru di lapak aku bisa tetap enjoy membaca tanpa bingung sama alur ceritanya.
Satu lagi, novel ini tidak akan memiliki bab yang panjang sampai ratusan. Jadi konflik dan romance-nya lebih ringan dari seri sebelumnya.
Itu saja yang ingin disampaikan.
Selamat membaca 💙
Seorang gadis kecil duduk di bawah pohon dengan seekor kelinci kecil di pelukannya. Wajahnya yang cantik seputih salju tampak pucat, namun matanya begitu jernih dengan kepolosan seorang anak 6 tahun.
Kelinci di tangannya terus bergerak, berusaha melepaskan diri menyebabkan gadis kecil polos itu kesusahan memegang kelinci kecil yang ingin lari. Bulu putih itu melompat dari pelukan gadis kecil, lari dengan keempat kaki sambil melompat menjauhi pohon besar yang dipenuhi es.
Anak itu merasa kecewa, mulutnya cemberut seraya berdiri hendak mengejar kelinci nakal itu. Kaki kecilnya berlari, memanggil kelinci dengan suara kekanakan khas anak kecil, berteriak-teriak di atas tumpukan salju. Meski udara dingin dipenuhi salju, langkahnya tidak berhenti seolah tidak merasakan dingin yang membekukan tulang, bahkan tidak repot mengenakan jubah.
Kelinci itu terus berlari dan sesekali menoleh ke belakang melihat gadis kecil yang mengejarnya. Tidak ada rasa takut atau gelisah di mata merah kelinci, hanya ada suasana bersenang-senang seolah mengejek anak kecil pecinta hewan itu untuk mengejarnya lebih jauh jika bisa. Jika itu manusia, mungkin akan menjulurkan lidah.
Tepat ketika bulu putih itu menggulung di atas salju melakukan pelarian lebih cepat, tubuhnya berhenti begitu menyentuh sesuatu. Kelinci itu sedikit terpental ke belakang dan jatuh di antara salju. Ia menggelengkan kepala mengusir salju-salju di kepala sebelum akhirnya mendongak melihat hal yang ia tubruk.
Itu adalah sebuah kain putih, ia yakin telah menabrak tulang keras dan sadar bahwa itu adalah kaki manusia. Ia mendongak lebih jauh ke atas, melihat manusia tinggi hingga membuatnya nyaris terjungkal. Pakaiannya serba putih, bahkan rambutnya perak terkibar angin bersalju membuat parasnya menjadi sangat terlihat anggun di bawah rintikan salju.
Kelinci itu terperangah, melihat wajah tampan tanpa cela. Ia merasa wajah itu tidak asing, mirip dengan iblis di luar sana yang sering menindasnya. Jika kelinci betina itu adalah manusia, ia pasti sudah mimisan sejak lama. Hanya saja, ia seekor binatang polos yang terpaku karena tatapan dingin pria misterius itu hingga membuat si kelinci kabur terbirit-birit.
Ketika kelinci berusaha kabur karena merasa terancam, tubuhnya melayang di udara saat sebuah tangan kecil menangkapnya dan membawanya ke pelukan. Kelinci kecil hanya bisa meringkuk menjadi bola bulu di dalam pelukan anak kecil itu dan menurunkan telinga panjang ke matanya berharap pria itu tidak melihatnya.
Gadis kecil menghela napas, seraya menyisir bulu kelinci dengan lembut. "Xiao Bai, aku tidak mengizinkanmu pergi lagi. Jadilah teman baik, kau akan mendapatkan wortel lebih banyak. Atau ... aku akan menyerahkanmu pada Xiao Xiu!"
Kelinci itu semakin menggulung tubuhnya dengan menyedihkan. Ia tidak mau diserahkan pada iblis yang menindasnya dengan mata dingin itu, ia juga tidak ingin melihat pria dengan tatapan yang sama lagi!
Gadis kecil itu terkekeh sambil mengusap bulu lembut kelincinya. Kemudian, ia merasakan kehadiran seseorang tidak jauh di depannya sehingga tanpa sadar ia mendongak. Pria tinggi dan tampan itu berdiri di depannya membuatnya terperangah. Sangat tampan ....
Rambut perak itu ... terasa familiar. Bukan hanya rambut perak, wajahnya juga familiar. Meski ia masih anak kecil, ingatannya melebihi orang dewasa dan cara berpikirnya jauh dari kebanyakan anak kecil. Ketika melihat pria itu, ia dapat merasakan ketertarikan yang tidak biasa, seolah mengenalnya sangat dekat.
Melihat kelinci kecil di tangannya bergetar ketika dekat dengan pria itu, gadis kecil itu langsung menyadari sesuatu. Pandangannya terarah kembali pada pria tampan itu dengan tatapan menuduh dan kesal. "Kamu menakuti Xiao Bai!"
Pria itu tidak memiliki banyak reaksi, hanya melihat gadis kecil yang menuduhnya dengan pandangan teliti seolah akan diapakan anak kecil itu. Tatapan itu membuat anak polos tidak bersalah sedikit kikuk dan mematung dengan bingung.
"Kamu mirip dengannya," kata pria itu, seolah lebih mengenal anak kecil itu daripada siapa pun. Tatapannya melembut, senyumnya terukir nyaris tidak terlihat dan aura berbahaya di sekitarnya menghilang digantikan kehangatan.
Gadis kecil itu mengerjap mata. Ia tidak takut pada pria itu, justru merasakan perasaan yang tidak pernah ia rasakan selama 6 tahun terakhir. Ia menjadi lebih tenang, namun bingung bersamaan hingga keningnya berkerut.
"Qu Fengxiao, 'kan?"
"Bagaimana kau tahu namaku?" Qu Fengxiao menatapnya horor.
"Apa perlu alasan?" Pria itu menolak menjawab pertanyaan, memilih memendamnya tanpa mengalihkan pandangan.
Qu Fengxiao pintar, lebih pintar dari anak-anak kebanyakan dan lebih peka. Bahkan kepekaannya melebihi kembarannya sendiri yang keterbelakang sosial. Melihat pria itu sulit diajak bicara, ia yakin pria itu tidak tahu cara bicara dengan anak-anak. Jika dia anak biasa, sudah pasti akan menangis dengan kaki yang menjadi mie.
Pria itu terlihat kuat, Qu Fengxiao tidak menyangkalnya. Bahkan di udara sedingin ini, pria itu tidak mengenakan jubah seolah sekarang tengah musim panas. Sedangkan Qu Fengxiao sendiri memiliki kualifikasi khusus untuk berdiri di musim dingin sehingga tidak pernah terpengaruh oleh cuaca apa pun. Ia tidak pernah melihat manusia yang bisa berdiri di atas salju dengan pakaian setipis itu sebelumnya.
"Paman, apa kamu tidak kedinginan? Bahkan Bibi Zhong yang memiliki konstitusi es tidak bisa berlama-lama di tempat dingin tanpa jubah hangat. Siapa kamu sebenarnya?"
Pria itu menunjukkan senyum tipis akan apa yang dikatakan anak kecil itu. "Kamu seharusnya tidak berada di luar ketika musim dingin."
"Aku kebal dingin." Qu Fengxiao membusungkan dadanya bangga dan bersikap angkuh.
Tapi tepat ketika membanggakan diri akan tubuhnya yang tidak terpengaruh cuaca dan suhu, wajahnya semakin pucat nyaris membiru. Kulit dinginnya menjadi sangat dingin seperti akan beku kapan saja hingga kelinci di tangannya spontan melompat dan meringkuk menatap temannya dengan sedih.
Tiba-tiba ia menggigil kedinginan dan berlutut di atas salju dengan wajah yang terlihat akan membeku kapan pun. Matanya menjadi biru, bibirnya mengkerut dan semakin pucat seperti mayat yang dibekukan. Rambutnya berubah warna menjadi perak seketika.
Pria itu agak terkejut, langsung menangkap gadis kecil yang akan jatuh itu. Tidak disangka penyakitnya kambuh, apalagi di saat yang dingin seperti ini hingga tubuhnya seperti akan membeku menjadi es.
Sinar emas muncul menyelimuti gadis kecil malang, terasa hangat dan lembut membuat si kecil tenang serta merasakan kehangatan yang lama tidak ia rasakan. Selama ini, ia selalu merasa tubuhnya dingin di segala cuaca sampai kebal. Ini kali pertamanya merasakan kehangatan setelah 6 tahun berlalu sejak hari itu. Hari terakhir ia melihat ibunya ....
Pria itu mengangkat si kecil ke gendongannya. Tempat dingin tidak cocok untuk si kecil, sehingga ia tidak boleh berlama-lama di tempat dingin karena tubuhnya yang masih lemah. Ia pun membawa si kecil ke tempat yang lebih teduh.
Tempat itu adalah sebuah ruangan, terlihat seperti kamar anak-anak feminim dengan dekorasi lucu. Kelinci kecil mengikuti, tapi tidak mendekat, hanya meringkuk sedih di pojokan dalam diam seperti boneka, melihat temannya menderita.
Pria itu baru saja akan meletakkan Qu Fengxiao yang setengah sadar ke atas ranjang kecil yang pas dengan tinggi badan si kecil, namun Qu Fengxiao tidak mau lepas, tetap pada pelukan hangat pria itu.
"Ayah, aku dingin." Qu Fengxiao menggerutu, tidak mau lepas dari kehangatan yang ia rindukan sejak lama.
Pria itu tertegun untuk sejenak, seolah semua itu asing untuknya dan ia nyaris tidak percaya. Tapi wajah dinginnya tidak banyak berubah, dan ia menuruti keinginan Qu Fengxiao yang malang.
"Kau tidak mengenalku, apa kau begitu sembarangan?" Meskipun ia tidak keberatan, pria itu tetap ingin tahu mengapa Qu Fengxiao tiba-tiba menganggapnya. Jika dia orang lain, apa si kecil juga tetap bertingkah sama?
"Apa tidak bagus? Aku hanya merasa suka. Aku selalu kedinginan setiap saat. Dulu ibu memelukku memberiku kehangatan, tapi dia pergi dan tidak kembali. Ayahku juga pergi. Jika aku memanggilmu Ayah, apa kau keberatan?" Qu Fengxiao dengan polosnya mengatakan hal yang ia rasakan. Ia tidak merasa pria itu jahat, dan ia merasa nyaman. Jadi tidak ada salahnya memberitahu.
Mendengar cerita Qu Feng Xiao, pandangan pria itu meredup dengan pikirannya sendiri. Kesepian dan kesedihan sangat jelas di matanya dan semua orang tahu itu. Tapi ia tidak bisa mengatakan apa pun, karena tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.
Melihat kesedihan yang terpapar jelas, Qu Fengxiao berpikir dirinya membuat pria itu tidak suka dan merasa bersalah. "Kau benar-benar tidak suka? Aku tidak memaksa, aku akan memanggilmu Paman saja."
"Tak apa ..." sergah pria itu, kemudian senyum tipis terukir di bibirnya. "Panggil aku sesukamu."
Qu Fengxiao tersenyum lebar, tidak lagi merasa bersalah. Memang pesona anak kecil yang mengalah luar biasa. Ia harus mendidik kembarannya trik satu ini untuk meluluhkan orang. "Kalau begitu, kamu adalah Ayah Xiao Xiao!"
Qu Fengxiao nyaris melompat ingin mengumumkan. Ia ingin memamerkannya pada kembarannya yang seperti iblis itu lalu mengejeknya. Sepanjang waktu, ia selalu iri pada anak lain yang memiliki orangtua lengkap, dan selalu berdiri di belakang pohon untuk melihat dari jauh.
"Ayah tinggal di mana?" tanya Qu Feng Xiao dengan pandangan polos tak bersalah. Ia berpikir pria itu terlihat kuat dan cukup kaya, harus memiliki latar belakang tidak biasa.
"Aku tinggal di mana saja." Pria itu menjawab asal.
"Bagaimana Xiao Xiao bisa bertemu?" Qu Feng Xiao agak bingung. Menurutnya, manusia harus memiliki rumah untuk bertahan hidup. Mana bisa seseorang tinggal di alam liar seperti manusia purba?
"Aku akan datang." Pria itu mengatakannya setelah mempertimbangkan.
Qu Fengxiao mengangguk mengerti. Tidak masalah untuk itu, yang penting bisa pamer. "Lalu, Ayah akan mengajariku? Melatihku?"
Itu tujuan Qu Fengxiao mencari orang tua. Ia gila berlatih, meski masih kecil. Paman dan bibinya sudah mengajarinya banyak hal, tapi masih membuatnya tidak puas karena tubuhnya yang berbeda dari manusia kebanyakan. Tubuhnya dipenuhi segel, jadi kultivasinya menjadi berbeda dari yang lain.
"Aku bisa meluangkan waktu." Pria itu tidak menolak.
Qu Fengxiao tersenyum puas. Ia keluar dari pelukan pria itu dan berlutut di depannya, lalu melengkungkan kedua tangannya di depan. "Qu Fengxiao memberi hormat pada Ayah sekaligus Guru Xiao Xiao. Guru sehari adalah ayah selamanya, Anda selamanya adalah Ayah Xiao Xiao."
Pria itu terkejut si kecil bersikap seperti itu begitu tiba-tiba. Tidak terlihat seperti anak kecil yang sembrono, ia justru telihat lebih pintar. Ia merasa agak berat hati memikirkan masalah di kepalanya. Ia berkata, "Bangunlah."
Qu Fengxiao berdiri dengan senyuman lebar. Ia telah mendapat apa yang ia inginkan, itu membuatnya bahagia dan tidak memiliki keinginan lain.
"Tapi kamu harus berjanji, tidak menyalahgunakan apa pun untuk menyakiti orang sendiri."
Qu Fengxiao mengangguk antusias dan menjawab dengan tegas. "Xiao Xiao berjanji!"
Hal-hal itu berlalu begitu cepat seolah mesin waktu berputar ke masa depan seperti lompatan waktu. Sepasang mata biru itu menatap awan gelap disertai sambaran petir yang menggelegar.
Dunia Atas telah menjadi kegelapan tak berujung yang membuat sepasang mata biru itu menjadi dingin seperti air yang membeku. Tidak ada ekspresi di wajahnya, melihat sosok pria tampan berambut perak disertai mata darah penuh niat membunuh berdiri beberapa meter darinya dengan pedang merah yang berkilau penuh pembantaian.
"Ayah, Xiao Xiao melanggar ... maaf ...."
Qu Fengxiao menutup mata, mengeratkan busur perak di tangannya sampai bergetar. Setetes air mata keluar dari mata indahnya, menyadari harus bertentangan dengan sosok terdekatnya. Ia merasa hatinya teriris. Mereka tumbuh bersama selama 20 tahun, berbagi bersama, dan satu-satunya yang memiliki garis darah sama. Satu-satunya keluarga ....
Mengingat ajaran gurunya yang kini harus ia gunakan untuk melawan saudara sedarahnya, ia jauh lebih baik tidak menjadi apa-apa dibandingkan harus berada di tempat ini.
Gadis itu membuka mata, iris birunya menatap saudaranya sendu. "Qu Fengxiu ... aku tidak berharap melawanmu. Jika kamu pergi, menghilang juga lebih baik, kita ... tidak perlu bertemu untuk saling membunuh."
Iris merah itu tetap menatapnya tanpa aura yang disurutkan. Itu tetap dingin tanpa ekspresi, seolah tidak mengenal gadis yang pernah paling ia pedulikan itu. Seolah yang dilihatnya adalah musuh terbesar, membuat hati gadis itu terkoyak.
Qu Fengxiu memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dari Qu Fengxiao, namun bukan berarti Qu Fengxiao tidak bisa mengalahkannya atau menahan serangannya. Hanya saja, dalam keadaan seperti ini, Qu Fengxiao sama sekali tidak ingin melawan kakaknya.
Bagaimana tidak? Mereka adalah saudara kembar, selalu bersama dan tidak pernah terpisah. Mereka menjalani hidup berdua saling melindungi, berkelana dan berlatih sampai menuju puncak kekuatan menjadi dewa. Hanya dalam 20 tahun, mereka bergandengan tangan ke puncak kejayaan, namun sekarang harus menjadi musuh hanya karena sebuah alasan.
Qu Fengxiao tidak percaya hari ini akan terjadi. Hatinya lemah, berbeda dari kakaknya. Qu Fengxiao tidak pernah mentolerir kesalahan apa pun, namun ia membuat pengecualian untuk Qu Fengxiu. Sayangnya, Qu Fengxiu saat ini bukanlah Qu Fengxiu yang pernah bersama dan melindunginya selama 20 tahun.
Qu Fengxiu tidak mau mendengarkan kalimat apa pun dari gadis itu dan langsung melancarkan serangan. Dua sinar merah dan biru saling berlawanan di udara dan melesat dalam kecepatan yang tidak terduga.
Tidak ada yang menonton pertarungan itu selain mayat yang tergeletak di tanah. Mereka semua telah menjadi korban haus darah Qu Fengxiu yang tak terkendali, yang membuat Qu Fengxiao terpaksa melawannya.
Kedua saudara itu memiliki energi bertolak belakang. Qu Fengxiao sedingin es dan menciptakan serangan penuh aura dingin yang menyebabkan percikan es berhamburan di mana-mana.
Qu Fengxiu memiliki energi kegelapan yang korosif akan darah iblisnya yang dominan. Kekuatan penghancurnya jauh dari semua yang diharapkan dan terlalu merusak. Pertempuran itu terjadi begitu lama di udara hingga kabut memenuhi area disertai awan hitam yang menggelegar.
Percikan-percikan pertarungan menyebabkan kehancuran yang mengerikan. Para dewa di bawah membuat perlindungan untuk melindungi Dunia Atas akan perang saudara yang menggemparkan Dunia Atas.
Qu Fengxiao tidak bisa menahan lagi. Ia mengerahkan seluruh tenaganya melawan Qu Fengxiu, namun siapa sangka, Qu Feng Xiu menjadi jauh lebih kuat. Pedangnya mengeluarkan jejak sayatan yang besar membuat Qu Fengxiao tidak memiliki kesempatan menahan dan jatuh dari ketinggian.
Qu Fengxiao memuntahkan darah, tubuhnya terasa sangat sakit sampai menembus organnya. Tiap serangan Qu Fengxiu adalah mimpi buruk bagi semua orang. Ini kali pertama Qu Fengxiao merasakannya, jauh lebih buruk dari yang dibayangkan.
Ia menarik busurnya dan melepaskan anak panah yang penuh aura dingin. Anak panah itu melesat ke arah Qu Fengxiu, ia langsung menggerakkan tubuh ke samping hingga anak panah itu menancap di reruntuhan. Pada saat yang sama, reruntuhan itu hancur berkeping-keping disertai ledakan besar dan badai salju yang melahap area.
Api menyelimuti area sedangkan Qu Fengxiao telah berpindah tempat lebih cepat, namun ia tidak dapat melihat Qu Fengxiu bahkan sampai api mengecil akan dinginnya udara. Qu Fengxiao semakin waspada.
Tepat setelah Qu Fengxiao berpikir Qu Fengxiu telah pergi entah ke mana, sebilah pedang muncul membuat Qu Fengxiao refleks melompat jauh menghindari kepalanya menghilang oleh pedang.
Qu Fengxiu masih belum menyerah. Ia menarget Qu Fengxiao, ekspresinya rumit tapi juga serius. Ia meluncurkan serangan begitu cepat ketika Qu Fengxiao hendak mendarat. Sinar merah eksplosif itu mendorong tubuh Qu Fengxiao begitu jauh seperti meteor yang melesat.
Tidak ada yang berani menerima serangan mengerikan tersebut, bahkan Qu Fengxiao nyaris tidak percaya bahwa Qu Fengxiu benar-benar ingin membunuhnya. Matanya menjadi sangat dingin, namun ia tidak memiliki kesempatan menyerang balik karena tubuhnya terhempas dan membentur dinding sampai runtuh. Sinar gelap muncul menebus tubuhnya seperti pisau, bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali hingga suara erangan menyedihkan menggema di wilayah timur.
Qu Fengxiao tidak berdarah, tapi kulitnya semakin pucat seperti mayat ketika tubuhnya ambruk lemah. Ia belum pernah dikalahkan sebelumnya, namun sekarang ia ingin dibunuh saudaranya sendiri. Itu pukulan besar baginya!
Pandangannya sayu, satu hal yang ia lihat hanyalah sosok Qu Fengxiu yang mendekat. Sosok tinggi dan ramping, rambutnya perak disertai wajah tampan yang penuh aura berbahaya.
Tubuhnya menjadi sangat dingin. Di masa lalu, tiap kali penyakitnya kambuh, pria itu selalu ada memberinya kehangatan. Tapi sekarang, ia diambang kematian ditambah rasa dingin yang menusuk tulangnya membuat tubuhnya sangat lemas tak berdaya. Pandangannya gelap. Hal pertama dapat ia lihat hanya wajah Qu Fengxiu yang tidak memiliki ekspresi seolah menunggu kematiannya.
“Kakak ... kenapa?”
Apa semuanya berakhir di sini?
To be continue
Suara bising yang aneh memenuhi telinga Qu Fengxiao. Itu bukan suara manusia atau hewan, melainkan benda bergerak dan melintas setiap saat dengan angin kencang. Qu Fengxiao perlahan membuka mata, melihat beberapa benda samar-samar, melintas dengan cepat sepanjang jalan lebar.
Mata Qu Fengxiao membulat sempurna, terbelalak. Ia bangun dan merangkak mundur dengan wajah shock seperti habis melihat hantu. Dia tergeletak di tanah beraspal entah berapa lama, dikelilingi oleh benda-benda kotak yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Apa itu?" Wajah cantik Qu Fengxiao terdistorsi. Ia melihat ke dirinya sendiri, tidak ada yang berubah. Ia tidak mengalami perpindahan tubuh yang pernah dikatakan neneknya.
Tapi ... apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apa yang terjadi padanya? Siapa dia? Di mana dia!
Sebuah benda kotak berwarna abu-abu berhenti di pinggir jalan, tepat di dekat Qu Fengxiao, bersama benda kotak lain berwarna putih dengan ukuran yang lebih besar. Beberapa orang keluar dari sana dengan terburu-buru menghampiri Qu Fengxiao yang kebingungan setengah mati.
"Kau baik-baik saja? Seseorang melaporkan pada kami bahwa ada wanita jatuh di pinggir Jalan Tol Huija."
"...."
Qu Fengxiao menatapnya dengan ngeri.
Hal itu membuat para pria berseragam biru itu segera memanggilkan orang-orang berseragam putih untuk memeriksa keadaannya.
"Bisa menjelaskan bagaimana kau bisa di sini? Belakangan ini ada banyak kasus penculikan di wilayah sekitar. Silahkan sebutkan siapa namamu dan di mana rumahmu."
"...." Qu Fengxiao membisu.
Wanita berpakaian putih yang tiba di sisi Qu Fengxiao berkata dengan lembut. "Kami dari Rumah Sakit Universitas Shanghai, jadi kamu tidak perlu takut karena kami akan membantumu. Apa kamu ingat namamu dan di mana kamu berasal?"
"Aku ...." Qu Fengxiao menenangkan diri dan menjawab, "Qu Fengxiao."
"Baik, apa kamu ingat di mana rumahmu?"
"Rumah ...." Qu Fengxiao bingung harus jawab apa. Tempat ini jauh berbeda dari Benua Zhongbu yang ia ingat.
Qu Fengxiao berasal dari Benua Zhongbu. Dia lahir di sana dan tumbuh di sana. Tapi dia tidak memiliki rumah di sana. Rumahnya ada di Dunia Atas, bersama kakaknya, sebagai seorang Dewi. Ayah dan ibunya adalah Dewa dan Dewi, tapi ibunya meninggal, sedangkan ayahnya tidak diketahui keberadaannya.
Dia hanya tinggal bersama kakaknya, kembarannya yang bernama Qu Fengxiu, saling melindungi dan bergantung dari kecil sampai dewasa. Meski saat kecil ia diasuh oleh Dewi Kehidupan yang ia panggil Nenek, tapi dia turun dari Dunia Atas dan tinggal di Dunia Manusia bersama para paman dan bibi untuk berlatih bersama kakaknya sampai dewasa dan kembali ke Dunia Atas.
Awalnya semua baik-baik saja. Tapi ....
"Aku tidak tahu." Qu Fengxiao berkata dengan kosong.
Dia sebatang kara. Kakaknya berubah dan dipengaruhi iblis. Dia terlempar di dunia asing ini entah bagaimana caranya dan tidak tahu harus melakukan apa. Kekuatannya juga ....
Wajah Qu Fengxiao menjadi semakin pucat. Ia menggigil kedinginan dan tidak lagi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Ia memeluk dirinya sendiri, kedinginan sampai keringatnya berubah menjadi butiran es.
Semua orang panik. Ketika petugas medis menyentuh tubuh Qu Fengxiao, mereka terkejut menyadari tubuhnya lebih dingin dari es. Tapi mereka tidak menyerah untuk membawa Qu Fengxiao ke dalam ambulans untuk ditangani segera.
***
'Rasanya sangat dingin ....'
Qu Fengxiao dalam situasi tidak menentu. Dia pingsan sejak dibius karena kondisinya yang menggigil akut seperti kejang. Dalam mimpinya, dia melihat Qu Fengxiu, satu-satu keluarganya, yang selalu menjaganya di saat penyakitnya kambuh.
'Kakak ....'
"Kakak ... dingin ...."
Ia terlarut dalam mimpi dan kasih sayang kakaknya, sehingga ia lupa bahwa ia sudah berada di dunia lain. Ketika ia terbangun dan melihat ruangan penuh gorden, air mata keluar dari iris birunya.
"Kakak ...." Qu Fengxiao memiringkan tubuhnya dan menangis. Ia memeluk tubuhnya sendiri, merasakan dinginnya tubuh yang hampir membuatnya beku.
Qu Fengxiao memiliki Tubuh Yin bawaan sejak lahir. Tubuh Yin membuatnya memiliki kekuatan spiritual yang sangat kuat dan mempercepat kultivasi, tapi tubuhnya sangat lemah dan rentan. Dalam waktu tak menentu, dia bisa kedinginan secara mendadak meski cuaca sedang panas. Tubuhnya selalu memiliki suhu dingin yang ekstrim dan wajahnya selalu tampak pucat. Itu membuatnya dijauhi oleh anak-anak sebayanya saat di sekolah, sehingga tidak memiliki teman.
Qu Fengxiao selalu kesepian. Hanya Qu Fengxiu yang ia punya yang selalu ada di sisinya. Meski sifat Qu Fengxiu sangat buruk, pria itu masih sangat peduli pada adiknya.
Tapi itu hanya terjadi di masa lalu.
Sekarang Qu Fengxiao hanya bisa berjuang sendiri menghadapi efek samping Tubuh Yin dan berjuang sendiri bertahan di dunia asing.
Qu Fengxiao mendengarkan percakapan para perawat yang membicarakan kasusnya. Mereka mengatakan bahwa Qu Fengxiao jatuh ke tengah jalan dan hampir tertabrak mobil. Itu sebabnya ada seseorang yang langsung menelpon polisi untuk ditangani segera setelah membawanya ke pinggir.
Kondisi Qu Fengxiao memang buruk. Ada banyak luka pertarungan, yang membuat situasinya menjadi kritis. Hebatnya, dia masih bisa bangun di tengah-tengah kondisi itu tepat saat polisi datang.
Kasus ini masuk ke dalam kasus penganiayaan karena luka yang didapati Qu Fengxiao. Polisi masih mencari pelakunya dan akan segera menanyakan detailnya.
Qu Fengxiao tidak tahu harus tertawa atau menangis.
Baiklah, dia tidak dianiaya. Ini adalah luka pertarungan! Meski sebagian kekuatannya hilang karena pertempuran itu, atau mungkin saja sebagian kekuatannya hilang karena melintasi dunia, dia masih sangat sehat—kecuali kenyataan bahwa efek samping Tubuh Yin bekerja.
Qu Fengxiao turun dari ranjang pasien, menyibak tirai pembatas dan melihat bagaimana ruangan pasien memiliki bentuk yang jauh berbeda dari dunianya.
Ada beberapa tempat tidur pasien berwarna putih yang dibatasi dengan tirai putih. Ketika perawat berseragam putih melihat salah satu pasien sudah bangun, salah satu dari mereka segera menghampiri.
"Nona Qu, apa ada keluhan lain yang sedang dialami?"
Qu Fengxiao melihatnya dengan ragu, lalu membuka mulutnya. Namun ... lehernya terasa sakit dan kering, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Jelas-jelas dia bisa bicara sebelum efek samping Tubuh Yin kambuh. Bagaimana ia tidak bisa bicara sekarang?
Melihat Qu Fengxiao kesulitan bicara, perawat itu segera peka dan mencarikan air mineral. Ia membiarkan Qu Fengxiao minum terlebih dahulu, berharap di bisa bicara. Tapi ...
Qu Fengxiao masih tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun dari mulutnya. Pita suaranya seolah membeku.
Yah, sebenarnya ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Ada kalanya jika efek Tubuh Yin kambuh secara berlebihan dan membekukan sebagian organnya, dia akan kehilangan suara untuk sementara. Tidak hanya kehilangan suara, dia juga tidak akan bisa bergerak untuk sementara. Kehilangan suara sudah termasuk yang paling ringan.
Tapi perawat itu sudah buru-buru memanggil dokter sebelum Qu Fengxiu sempat memberitahu. Setelah beberapa saat, dokter datang. Pria tinggi berjas putih dan tampak berusia 40an, menghampiri dan memeriksa menggunakan alat yang sama sekali tidak diketahui Qu Fengxiao.
Qu Fengxiao melihat alat yang ditempelkan ke dadanya dan terhubung dengan telinga dokter dengan teliti. Ada alat seperti itu? Untuk mendengar detak jantung?
Wah ... ia ketinggalan zaman.
Tidak hanya itu, ada juga alat yang diletakkan di mulut Qu Fengxiao seperti permen. Tapi rasanya tidak manis. Itu dikeluarkan lagi dan mendeteksi suhu tubuhnya. Qu Fengxiao terlihat seperti anak kecil polos dan bodoh yang tidak tahu tentang dunia.
Perawat yang membantu langsung mengerutkan kening ketika melihat termometer yang menjadi abnormal setelah berada di mulut Qu Fengxiao.
Error.
Dia mencoba lagi, sampai Qu Fengxiao hafal dengan rasa benda dingin itu. Ada rasa besi. Tanpa sadar ia menggigitnya, sampai mengeluarkan cairan yang tidak enak.
Perawat itu panik ketika melihat termometer yang patah digigit Qu Fengxiao. Itu mengandung zat berbahaya, dan telah masuk ke mulut Qu Fengxiao.
Tapi ... wajah pucat Qu Fengxiao masih sama, tampak seperti orang bodoh.
Terbuat dari apa manusia satu ini!
Rasanya tidak enak. Qu Fengxiao mengeluh dalam hati dan meminum kembali minumannya. Dia tidak tahu, cairan yang ia rasakan adalah merkuri yang berasal dari termometer, sangat beracun. Ada rasa besi dan pahit, membuatnya terus menerus minum untuk menghilangkan rasa buruk itu.
Wajah perawat terdistorsi. Bahkan dokter yang melihatnya buru-buru menangani hal ini, yang membuat Qu Fengxiao kebingungan ketika sedang meneguk air.
Qu Fengxiao tidak pernah takut pada racun. Tubuh Yin miliknya memberinya manfaat kebal racun. Racun lemah terhadap suhu dingin yang ekstrim, sedangkan tubuh Qu Fengxiao memiliki suhu ekstrim terutama di jantungnya. Jadi racun seperti merkuri tidak akan memengaruhinya.
Dokter memarahinya karena makan merkuri dan ia diberi obat untuk diminum secara langsung untuk mencegah penyebaran merkuri dalam tubuh. Qu Fengxiao hanya menurut.
Tapi ... melihat pil kecil berbentuk bulat dan pipih, lagi-lagi ia terpana ....
Ia telah melihat berbagai macam pil seumur hidupnya, dari kecil sampai besar. Tapi pil satu ini memiliki bau dan bentuk yang unik. Dari tanaman apa ini berasal? Apa bisa menawarkan segala racun?
Dia ingin bertanya, tapi tidak bisa bicara. Ia juga tidak bisa menulis karena tidak diberi kertas dan pena. Ia hanya bisa diam dan memakan pil tersebut sambil menikmati fasilitas gratis rumah sakit.
Gratis ....
Qu Fengxiao masih tidak tahu bagaimana dunia ini berputar.
Beberapa polisi datang menanyakannya untuk diinterogasi lebih lanjut perihal kasus yang sedang terjadi. Mereka menduga bahwa Qu Fengxiao diculik seseorang dan ia berhasil kabur saat sedang dibawa keluar kota.
Mereka ingin keterangan lebih lanjut meski Qu Fengxiao harus menulis semua yang ia alami di atas kertas.
"...." Qu Fengxiao melihat kertas di tangannya, lalu pena aneh di tangannya.
'Bagaimana cara menggunakannya? Tidak ada tinta di sini. Bagaimana aku bisa menulis?'
Polisi sedang menunggunya di samping, membuat Qu Fengxiao tidak tahan. Bagaimana ia bisa menulis di pena pendek dan tumpul ini, sedangkan tintanya tidak ada?
Qu Fengxiao menekan kertas dengan ujung pena, lalu mencoret-coretnya di depan pak polisi untuk menunjukkan bahwa ia butuh tinta.
Tapi ekspresi polisi itu menjadi lebih aneh dari Qu Fengxiao. Dengan sabar polisi itu mengambil pena di tangan Qu Fengxiao, lalu menarik ujung pena. Ujung pena menjadi runcing setelah penutupnya dibuka.
“....”
Qu Fengxiao merasa malu. Ia menyengir malu dan mengambil pena itu. Ketika ia mencoba mencoretnya ke kertas, ia terkejut karena dia tidak perlu menggerus tinta untuk menulis. Tintanya sudah ada sejak tadi.
'Hebat!'
Sekarang, ia sadar betapa konyolnya ia di depan pak polisi.
Lebih konyolnya, Qu Fengxiao hanya menulis kata 'tidak tahu" di kertas itu, yang membuat polisi itu menghela napas, berusaha untuk sabar. Qu Fengxiao hanya memasang senyuman tidak bersalah.
"Kamu benar tidak ingat apa yang terjadi sebelum terbangun di jalan?"
Qu Fengxiao menggeleng. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia bertengkar dengan kakak dan terlempar ke jalan raya di dunia lain.
"Coba ingat baik-baik agar kami dapat segera menangani kasus ini dan menemukan rumahmu."
Qu Fengxiao menggeleng lagi. Polisi ini agak menyebalkan, mendesaknya saat tidak tahu apa yang terjadi. Ia pun memegang kepalanya dan mengerutkan kening, berpura-pura sakit kepala sampai ingin menangis.
Perawat segera datang melihat betapa sakit Qu Fengxiao. Dia meminta polisi untuk memberi ‘korban’ waktu, kemudian merawat Qu Fengxiao dan membiarkannya tidur setelah diberi obat.
Nyaman sekali dirawat seperti ini.
Tapi ... Qu Fengxiao tidak bisa terus di sini. Dia pasti harus keluar dari rumah sakit. Tanpa pemandu, dia akan kebingungan melihat dunia aneh yang di luar pengetahuannya.
Ia masih belum tahu nama kendaraan kotak berbagai macam bentuk dan model itu. Ada terlalu banyak benda bergerak sendiri di sini, ia sangat bingung.
Polisi tidak lagi menaruh harapan pada Qu Fengxiao untuk mencari informasi. Qu Fengxiao keluar dari rumah sakit segera, lalu dibawa ke panti sosial selagi mencari keluarganya.
"Silahkan masuk."
Seorang polisi wanita yang membawa Qu Fengxiao membiarkannya masuk ke sebuah bangunan besar yang memiliki banyak jendela. Bangunan itu mirip dengan bangunan yang dilihat Qu Fengxiao saat di jalan, bedanya di sana sangat ramai dan hampir padat, sedangkan di sini sangat tenang meski ada beberapa orang yang berlalu-lalang.
Qu Fengxiao dianggap hilang ingatan oleh polisi dan dokter karena keabnormalannya. Dia tidak mengetahui apa pun selain namanya dan keterampilan berbahasa. Ditambah suaranya yang hilang, mereka pun membawanya untuk diterapi di panti sosial. Mereka akan bertemu terapis nanti.
Polisi wanita itu bernama Chen Jiu. Dia membawa Qu Fengxiao menemui seorang pria yang telah menunggu sambil melihat pemandangan di sekitar.
"Dokter Wu, senang bertemu dengan Anda." Chen Jiu menyapa pria itu seolah mengenalnya dengan baik.
Dokter Wu, Wu Xiahai, berdiri dan melihat ke arah Chen Jiu dan calon pasiennya dengan senyuman hangat. Penampilannya yang tinggi dan tegap terlihat berenergik, meski memiliki beberapa helai uban di rambutnya. Kira-kira, usianya sudah 50an.
"Senang bertemu denganmu," katanya.
Chen Jiu melihat ke arah Qu Fengxiao. "Dia adalah Qu Fengxiao, perempuan yang sudah kuceritakan sebelumnya. Qu Fengxiao, dia adalah Dokter Wu Xiahai, yang akan menjadi terapismu dan membantu mengembalikan ingatanmu agar dapat kembali ke keluargamu."
Qu Fengxiao melihat ke arah Wu Xiahai, lalu sedikit membungkuk sopan. Ia masih tidak bisa bicara.
"Santai saja, tidak perlu terlalu formal." Wu Xiahai terkekeh.
"Karena aku sudah menyelesaikan tugasku, maka aku harus kembali untuk tugas lain. Qu Fengxiao, kamu bisa meminta bantuan petugas di sini jika membutuhkan sesuatu. Setelah pembicaraanmu dengan Dokter Wu, petugas akan mengantar ke ruanganmu."
Qu Fengxiao mengangguk. Wu Xiahai mempersilahkannya duduk di kursi depannya. Qu Fengxiao menuruti.
Dia telah belajar beradaptasi dan mengenali beberapa hal di sini. Namun, keterbatasannya dalam bicara menghambatnya. Ia tidak bisa melontarkan argumen atau gagasan lain, hanya bisa menurut.
Wu Xiahai memberikan sebuah buku tulis dan pena pada Qu Fengxiao. Qu Fengxiao sudah terbiasa dengan pena sehingga tidak bertingkah aneh lagi dan siap melakukan terapi.
'Omong-omong ... memangnya apa yang harus diterapi?'
To be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!