Berdiri di tengah jalanan lengang nan sunyi, Reyna akhirnya melambaikan tangan pada seorang gadis yang berjalan terburu demi bisa segera menghampiri nya,
"Kau benar-benar menungguku disini?"
"Tentu saja! mana mungkin aku meninggalkan gadis penakut seperti mu, Ve?" Reyna terkekeh, ia akhirnya melanjutkan langkah sembari melompat-lompat kecil untuk menghibur diri.
"Apa kau yakin bisa bertahan?"
"Entahlah! tapi hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa ku lakukan sekarang, Ve! kau tahu kan aku tak memiliki titel sarjana! mana mungkin aku bisa bekerja di perkantoran seperti mu juga wanita lainnya!"
Vema tampak hening, ia memperhatikan raut wajah sang sahabat yang memang selalu mampu memanipulasi semua orang dengan senyum juga sikap tenangnya.
"Reyna, bukankah dirimu berhasil lolos dari ujian universitas GUD, meski secara online! tapi surat kelulusan serta sertifikat dari universitas harusnya mampu membantu mu dalam melamar pekerjaan bukan?"
"Aku memang berhasil lulus Ve, tapi untuk menebus sertifikat kelulusan dari universitas GUD juga tidak gratis! aku harus kembali mengeluarkan uang untuk bisa menebus sertifikat yang kau sebutkan! sementara gajiku dari swalayan-, kau tahu sendiri bukan?"
Reyna, bagaimana caraku membantu mu? kau pasti akan menolak uang pemberian dariku! dan aku juga tak ingin menjatuhkan harga dirimu, Rey! tapi sungguh, aku ingin membantu mu!
Vema akhirnya bungkam, rasa sayangnya terhadap sang sahabat membuat Vema turut menampilkan wajah sendu.
"Apa kau belum berhasil menemukan tempat tinggal baru dari paman Lupin?"
Reyna menggeleng dengan wajah datar sebelum akhirnya membenahi sling bag pada bahu kirinya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di Burkina Fasto saat ini hanyalah sang paman, namun pria itu menghilang semenjak kedua orangtuanya meninggal.
"Rey-, tinggal lah bersamaku jika memang kau tak lagi mampu membayar sewa apartemen!"
"Terima kasih atas tawarannya Vema! tapi-, aku tak ingin membuat keluarga mu tak nyaman hanya karena kehadiran ku!"
"Apa yang kau katakan?? aku bahkan hanya tinggal berdua dengan kakak ku sekarang! lagipula -, dirimu bukanlah orang asing bagiku Rey!"
"Tunggu-, tinggal berdua?" netra indah berwarna coklat itu seketika terbelalak atas pernyataan sang sahabat.
"Ayah dan ibu-, mereka telah memilih untuk meninggalkan rumah beberapa Minggu lalu! dan ku dengar -, surat perceraian mereka sedang dalam proses! aku-, aku akan menjadi seorang anak broken home, Rey!"
Vema yang menundukkan kepala dengan netra berkaca-kaca seketika membuat Reyna meraih pergelangan tangan sang sahabat untuk duduk di salah satu kursi taman tepi jalanan.
"Hey-, aku disini! kehidupan mu akan tetap berjalan meski tak akan lagi sama, Vema! lagipula kita ini sudah dewasa bukan?? cepat atau lambat -, kita harus hidup tanpa campur tangan orang tua!" Reyna berucap lirih dengan tatapan lembut hingga membuat Vema menubruk tubuhnya dengan isak tangis.
Rey! aku beruntung karena memiliki mu!
Gadis berambut lurus dengan postur yang lebih tinggi dari Reyna itu kembali menorehkan senyum saat sang sahabat melerai dekapan serta mengusap cairan bening yang membasahi pipinya.
"Tersenyum lah!! jangan sampai kita tumbang dalam permainan dunia yang keras ini, Ve!"
"Eeheeemmm!! maaf, aku seharusnya tidak cengeng seperti ini!"
"Lebih baik kita segera pulang! akan semakin tidak menyenangkan jika kita kehujanan bukan?" Reyna kembali beranjak dan memperhatikan sekeliling yang kian sunyi,
"Bagaimana pekerjaan mu hari ini Rey? apa ada sesuatu yang menyenangkan?"
"Aaaaaghh!!! sungguh menyebalkan sekali pimpinan kepala toko yang baru, selain mesum! dia juga memiliki bau badan yang cukup menyengat!! aku sungguh tak menyukainya!!! tak bisakah dia menggunakan deodorant atau semacamnya?"
"Benarkah? tapi apa dia tampan??"
"Setampan apapun aku tak akan menyukai pria pemilik bau badan sepertinya!" Reyna berucap ketus dengan langkah yang kian lebar.
"Reyna, tunggu!!"
"Aku lelah Ve!!! ayolah!!"
"Kenapa kau sama sekali tak menanggapi beberapa pria tampan yang mencoba untuk mendekati mu, Rey?? bukankah kau bisa memanfaatkan kecantikan mu untuk memikat uang dari mereka?" Vema kembali meraih lengan sang sahabat yang perlahan menoleh ke arahnya.
"Apa kau pikir aku ini seorang jalang?"
"Please -, iam just telling rubbish!! tapi beberapa pria yang bekerja di-,"
"Jangan membahasnya lagi, Ve! aku sungguh tak tertarik untuk berkencan sekarang! aku ingin menggenggam banyak uang karena hasil jerih payahku sendiri! baru setelah itu-,"
Vema justru nampak tak fokus, tatapan nya yang tertuju tepat ke seberang jalan seketika membuat gadis itu berbicara dengan tubuh gemetar.
"Pelan kan suaramu Rey!"
"Apa-, astaga!!!" jari telunjuk Vema yang mengarah pada tindakan brutal seseorang seketika membuat Reyna membekap mulutnya sendiri.
Jika diriku memutuskan untuk berlari bersama Vema, besar kemungkinan Vema akan terluka! bagaimana ini? aku yakin Vema tak akan mampu untuk menghadapi ketakutan nya terhadap orang asing! terlebih -, pembunuh sepertinya!
Pemandangan yang cukup mengerikan di seberang jalan yang kini mampu ditangkap oleh pandangan mata Reyna akhirnya membuat gadis itu mendorong sang sahabat untuk segera meninggalkan dirinya.
"Vema!! pergilah!!! lari secepatnya!!!"
"Tapi Rey!!!"
"Cepatlah lari Vema!!! aku akan baik-baik saja!!" teriakan dari lisan Reyna yang cukup melengking seketika mengalihkan perhatian dari seseorang.
Aku-, aku harus berbicara padanya! aku harus membuat orang ini tetap berada disini sampai Vema bisa benar-benar melangkah menjauh! ya ..., aku yakin Tuhan bersama ku!!
Tubuh Reyna semakin gemetar, namun ia berkali-kali menelan ludah dan mencoba untuk mengatur nafasnya di tengah rasa panik.
Suara langkah pria dengan hoodie hitam yang kini semakin mendekat kini tampak terdengar kian jelas ditelinga Reyna,
Pisau dengan lumuran darah itu?? dia benar-benar seorang pembunuh? Astaga Reyna!!! tak bisakah kau turut berlari sekarang??
Tubuh Reyna kian gemetar, namun kakinya terasa lunglai hingga ia tak mampu bergerak sedikitpun.
Tuhan!!! tolong diriku!
"Siapa namamu??"
"A-apa??"
"What's your name? isn't clear??"
"Rey-,na! aku-, namaku-, Reyna!"
"Woow!! sungguh gadis pemberani! apa kau benar-benar melihat ku menikam orang yang tergeletak disana?"
Reyna menggeleng perlahan, dagunya yang kian terangkat karena ulah sang pria asing seketika membuat gadis itu memejamkan mata.
Cantik!!! mungkin aku bisa menikmati tubuhnya malam ini,
Sudut bibir Oswald nampak tertarik ke atas, ia juga memainkan pisau pada paras Reyna yang kini membeku dalam dekapan lengan kekarnya.
"Kenapa diam saja?!"
Kalimat ketus diiringi belaian dari benda tajam yang masih setia bermain pada hidung mancung Reyna perlahan membuat gadis itu membuka mata, ia bahkan mendesis saat kulit putihnya terasa perih karena tergores.
"A-apa??"
"Apa kau tak ingin kabur dariku?"
"B-bisa kah??"
Oswald tersenyum lebar, ia perlahan mengendorkan belenggu lengan kekarnya pada tubuh Reyna dan melangkah mundur hingga terdapat jeda antara dirinya dengan sang gadis.
"Pergilah!!!"
Apa-apaan ini? apa dia sungguh melepaskan diriku? atau-, dia ingin menikam ku dari belakang?? astaga Tuhan!!! apa yang harus kulakukan??
Reyna menundukkan kepala, ia membuang nafas kasar dan kembali menyembunyikan netra coklatnya yang menawan.
"Jadi kau tak ingin pergi??" Oswald kembali menampilkan seringai senyum di bibir dengan tatapan liar pada seluruh tubuh Reyna.
"Apa Tuan yakin saat mengatakan hal tersebut??"
"Yakin?? apa maksudmu manis??"
"Anda hanya ingin mempermainkan saya bukan?"
"Mempermainkan???" salah satu alis tebal Oswald nampak terangkat saat mendengar pernyataan dari bibir mungil Reyna.
"Jika saya benar-benar berlari menjauhi Anda! apa Anda yakin akan melepaskan saya begitu saja? tentu tidak bukan?"
"Ooowhh!!! ternyata dirimu mampu membaca pikiranku, sweetie! sungguh gadis pintar!! baiklah! kita akan bermain!"
"A-apa??"
"Kau harus ikut bersamaku! bagaimana??"
Tatapan tajam dengan ekspresi datar dari wajah Oswald kembali membuat Reyna bergidik ketakutan.
"Lihatlah bibir tipis ini! rasanya sungguh menggoda sekali bagiku! terlebih lagi-, sudah hampir satu Minggu lebih diriku tak memiliki asupan yang menggairahkan dari seorang wanita, jadi-, kau harus melayani ku, sweetie!!" Oswald seketika meraih tubuh Reyna, membawa gadis itu dengan paksa pada pundaknya sebelum akhirnya ia menurunkan Reyna di sebuah gang pada samping gedung bangunan tua yang terbengkalai.
"A-apa yang kau inginkan Tuan??"
"Mencicipi tubuh mu! apalagi??"
Plaaaaaaakkk,
Telapak tangan Reyna yang tiba-tiba mendarat kasar di pipi seketika membuat senyum di bibir Oswald memudar.
"Hyaaaakkk!!! kau!! berani-beraninya kau menyentuh wajah tampan ini tanpa seizin ku!!!"
"Kenapa tidak?? seorang manusia sampah seperti mu! tidak seharusnya saya takut padamu, Tuan!!!"
Gadis ini!!! kenapa dia sama sekali tak menunjukkan reaksi yang sama dengan para wanita yang kutemui sebelumnya?
Oswald meninggikan dagu, ia kembali mendorong serta mengungkung tubuh Reyna hingga gadis itu terdiam pasrah saat harus terbentur antara dinding bangunan dengan tubuh tinggi Oswald.
"Apa kau yakin tak ingin mendapat kenikmatan dari pria seperti ku, sweetie??" telunjuk Oswald yang kembali meraih dagu Reyna seketika membuat gadis itu meludah tanpa ragu.
"Gadis sialan!!!"
"Lebih baik saya mati! daripada harus melayani nafsu bejad mu, Tuan!!" Reyna berucap ketus tatapan nya kian tajam menantang saat pandangan Oswald tertuju fokus ke arahnya.
"Berbicaralah sesuka hatimu! tapi-, tak mungkin ada orang yang bisa melihat kita di tempat ini! jadi akan lebih baik jika kau juga bersedia untuk melayani ku, Reyna!"
Oh Tuhan!!! ampunilah diriku!
"Mmmmmpphhh!!!" bibir Reyna seketika mendesis saat Oswald melumat rakus dan terus mencoba memancing lidah supaya Reyna bersedia menerima deep kiss dari bibirnya.
"Kau akan menikmatinya, sweetie!!! percayalah!!!" Oswald berucap lembut, ditengah pergulatan lidah yang kini berjalan dan semakin memanas.
"Mmmmmpphhh -, tolong lepas!!!"
Reyna seketika berupaya mendorong tubuh Oswald dengan sekuat tenaga, batang kemaluan Oswald yang terasa mengganjal dengan cukup tegang pada paha mulus nya akhirnya membuat Reyna meraih kesadaran, ia bahkan berhasil kabur dari kungkungan Oswald setelah menendang area Mr. D dari sang pria asing.
"Sialan kau Reyna!!! lihat saja nanti!!! aku pasti akan memberikan perhitungan yang lebih daripada ini!!" Oswald memekik sembari memegangi area vital yang terletak diantara kedua paha.
Tak berselang lama,
Suara dentuman peluru yang beruntun kembali terdengar memekakkan telinga,
Astaga!!!! apa yang terjadi?? gadis itu-, apa dia baik-baik saja???
Oswald seketika menampakkan diri demi bisa memperhatikan sekeliling,
"Dimana gadis itu??" Oswald mengacak rambut, netra tajamnya mencoba untuk menelisik jalanan yang kini mulai ramai dengan kedatangan beberapa kendaraan milik polisi.
****
"What the fuck?!!!! Aaaaaghh!!!" Oswald berjalan sembari meraung kesakitan, telapak tangannya terus mencoba untuk menghentikan darah yang kini mengalir dari lengan kirinya.
Polisi ingusan satu itu! kenapa dia selalu saja hadir dan menggagalkan semua rencana kesenangan ku!!! lihat saja!!! aku pasti akan membuat perhitungan dengan mu, Frederic!!!
Oswald menggeram, ia kembali melayangkan pukulan pada benda apapun yang berada di hadapannya,
Praaaang,
"Sialan!!! semua orang-orang disekitar ku hanya lah sampah!!"
Meja kaca berbentuk bundar di dalam ruangan yang minim cahaya itu seketika berubah menjadi kepingan-kepingan tajam yang berceceran di atas lantai, meski terluka! kekuatan dari tangan Oswald tetap saja tak berkurang saat ia dikuasai oleh amarah.
"Apa kau yakin dirimu baik-baik saja??"
"Mmmm-, begitulah! hanya sedikit luka gores!" Reyna meletakkan sling bag sebelum akhirnya melangkah menuju lemari pendingin pada sudut apartemen sempit yang ia tinggali.
"Minum lah terlebih dahulu!" sekaleng soda tampak diletakkan Reyna dihadapan Frederick yang terduduk sembari memperhatikan gerak-gerik nya.
"Tunggu-, apa orang asing itu menodongkan senjata tajam padamu?"
Reyna mengangguk, telapak tangannya kini sibuk meraba area pipi juga hidung, gadis itu kembali terburu-buru membuka laci demi menemukan cairan antiseptik dan juga bandage.
"Apa disini?" Reyna bergumam sembari meraba-raba luka yang ia dapatkan atas tragedi saat ia berada di gang gedung bangunan terbengkalai.
"Biar ku bantu!!"
"Aaaaw-wwh!!!" bibir Reyna seketika mendesis saat cairan antiseptik menyapu bagian luka pada kulit nya yang tergores senjata tajam.
"Pasti rasanya cukup perih! tolong tahan sebentar!"
Frederick yang tiba-tiba menyambar plester dari genggaman telapak tangannya seketika membuat Reyna salah tingkah, wajah gadis itu bahkan memerah tatkala Frederick membungkuk dan menatap fokus pada area hidung juga pipinya yang terluka.
"Sepertinya jauh lebih baik! apa sudah cukup nyaman sekarang?"
"Mmmm-, terima kasih!"
Frederick mengangguk dengan senyum simpul yang tertampil di bibir.
Dia-, kenapa harus Frederick? pria ini bahkan sudah memiliki tunangan, pria tampan yang memukau di lapangan basket saat itu! aku tak mungkin bisa memiliki nya sekarang,
"Kenapa kau pulang larut malam?" Frederick yang kembali bersuara dengan cukup lembut akhirnya membuat lamunan Reyna membuyar.
"A-aku-, harus menyelesaikan beberapa pekerjaan terlebih dahulu di swalayan! staff karyawan bagian pemeriksaan produk mengalami kecelakaan beberapa hari lalu, jadi-, diriku di tugaskan untuk merangkap pekerjaan untuk menggantikan nya!"
"Lain kali jangan pulang seorang diri! setidaknya hubungi diriku jika-,"
"Aku tidak pulang seorang diri!"
"A-apa?? benarkah demikian?? jadi ada orang lain yang bersama mu saat kau melewati area tindak kriminal??"
"I-itu??"
Bagaimana ini? Frederick pasti akan menginterogasi Vema jika ia tahu bahwa Vema bersamaku tadi ....,
"Hey!!! do you hear me??"
"Frederick! aku-, sepertinya aku mengetahui sedikit perihal ciri pria asing yang melakukan tindak kriminal yang sempat terjadi,"
Alis Frederick seketika terangkat, pria itu nampak hening untuk sesaat sebelum akhirnya kembali bersuara,
"Katakan!"
"Aku melihat ada tatto symbol bulan sabit di atas pergelangan telapak tangan kanan dari pria itu, Frederick!"
"Apa kau yakin??"
"Aku tak mungkin salah! meski aku tak mampu melihat wajahnya dengan jelas, tapi-, saat ia mencengkeram dagu ku-,"
"A-apa?? dia menyentuh mu??" Frederick menampilkan wajah serius, matanya bahkan melotot dan menelisik setiap inci dari wajah Reyna.
"Begitulah! untung saja dia tak mencekik leher ku!"
"Apa maksudmu, Rey??"
"Aku sempat meludahi wajahnya!" Reyna terkekeh dengan senyum mengembang di bibir.
Astaga!! jangan sampai pembunuh berdarah dingin itu tertarik pada gadis ini! nyali mu terlalu besar Reyna! tapi kenapa sekarang justru diriku yang merasakan kekhawatiran yang cukup besar?
"Reyna!!!"
"Apa??"
"Tolong jangan lagi pulang malam! berjanjilah padaku!!"
"Apa maksud hatimu sebenarnya Frederick?? apa kau mencemaskan diriku?" Reyna mendekatkan wajah, ia justru bertingkah usil dengan mengedipkan satu mata.
"A-apa?? tentu-, tentu saja aku mencemaskan dirimu wahai gadis nakal!!! bagaimana bisa aku mengabaikan sahabat ku sendiri? terlebih lagi-, yang sempat kau ludahi itu -, dia bukanlah pria sembarangan Rey!!"
Sahabat??? dia selalu menganggap ku sebagai sahabat yang lebih muda ...,
"Tapi aku harus bekerja!! aku ingin kembali merebut rumah milik kedua orang tuaku yang telah dijual oleh paman Lupin!"
Reyna yang kembali tertunduk sendu, membuat telapak tangan Frederick tergerak serta mendarat pada surai rambut sang gadis.
"Aku bisa membantu mu-, mungkin!"
"Jangan mengasihani ku!! atau aku akan meminta lebih!!??" Reyna terkekeh sembari mengalihkan pandangan.
"Rey-,"
"Hmmmm??"
Telapak tangan Frederick yang kini terasa pada surai rambutnya perlahan membuat Reyna memberanikan diri untuk kembali menatap pria yang ia kagumi semenjak ia duduk di secondary school.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau ungkapkan padaku?"
"Sesuatu???" Reyna menjeda kalimat, ia memperhatikan paras Frederick yang lagi-lagi membuat degup jantungnya berdebar dengan tak beraturan.
"Perihal masa lalu atau mungkin masa depan!"
"Satu-satunya yang ingin ku ungkapkan padamu adalah -, jangan selalu memandang ku sebagai anak kecil! aku sudah dewasa sekarang!!"
"Waaah ..., benarkah seperti itu? apa kau yakin??" Frederick seketika menampilkan gelak tawa sembari mengacak-acak surai rambut gadis yang kini mencoba untuk menghindar dari dekapannya.
"Hentikan Frederick!!!"
"Kau ini sungguh manis sekali Rey!!"
"Aku bukan anak kecil!! berhentilah mencubit pipi ku! apa kau lupa aku sedang terluka?"
"Aaaaaghh!! maaf-, tapi bagaimana bisa aku melepaskan gadis cantik nan menggemaskan seperti dirimu Reyna?!"
"Kau harus melepaskan ku," suara lirih yang terlontar dari bibir Reyna seketika membuat Frederick menghentikan pergerakan, raut wajahnya pun berubah tatkala mendapati ekspresi dingin dari Reyna.
"Why??"
"Karena aku sungguh sudah dewasa, kakak!!" senyum indah yang kembali tertampil di bibir Reyna justru membuat Frederick kebingungan dalam diam.
Reyna -, dirimu sungguh gadis yang sulit untuk ditebak! aku bahkan tak mampu memahami sedikit pun tentang semua pernyataan yang kau ucapkan, kepribadian mu yang ceria namun tertutup! hal itu sungguh membuatku bingung Rey-,
"Mmmm-, apa kau tak akan segera kembali ke kantor polisi? maksud-, ku! ini sudah malam!"
"Waaaah!!! kau berusaha mengusirku secara halus rupanya??"
"Begitulah!! kau tak mungkin menginap di apartemen ku yang sempit ini bukan? hal itu akan sangat menyebalkan!"
"Baiklah! baiklah!! aku pergi sekarang!!"
Frederick beranjak ia menyambar kaleng soda sebelum akhirnya melangkah pergi tanpa ingin menoleh pada gadis yang kini membeku atas kepergian nya.
Setidaknya dia masih menunjukkan kepeduliannya terhadap diriku! rasanya itu sudah cukup! aku bahagia untukmu, Frederick!
****
'Hai sweetie!!! kita bertemu lagi??
"Astaga!!!"
Alarm pada jam weker yang terdengar cukup nyaring nan berisik akhirnya membuat Reyna tersentak, gadis itu terengah! dadanya naik turun karena nafas yang tak beraturan.
"Apa yang terjadi? kenapa diriku jadi ketakutan seperti ini?? pria yang ku temui-, bagaimana jika dia benar-benar mengincar ku karena rasa kesal?" Reyna bergumam sembari mencoba mendudukkan diri, jemarinya kini sibuk meredakan benda berbentuk bulat dengan kedua telinga kelinci pada sudut atas yang setia membangun dirinya di pagi hari.
Frederick melarang ku untuk pulang larut malam! aaaaaghh!! tapi apa Vema bisa pulang tepat waktu?? aku tak mungkin meninggalkan gadis itu, Tuhan!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!