"Sudah jelek. Miskin lagi! Saya mau kita bercerai sekarang juga! Kamu nggak bisa memuaskan Mas di ranjang. Satu lagi, Mas sudah bosan dengan wanita seperti kamu! Nggak ada menariknya sama sekali!"
Di ruang tengah, saat hari libur bekerja, tiba-tiba suami dari Zumairah meminta cerai dirinya tanpa alasan yang pasti. Padahal Zuma baru saja menikah beberapa bulan yang lalu dengan seorang Supervisior Perusahaan Pabrik Tekstil yaitu Perusahaan yang ia geluti untuk mengais rezeki sebagai penjahit di kota itu.
Zumairah awalnya mengontrak rumah yang tidak jauh dari pabrik tersebut. Karena ia sudah menikah, ia tinggal bersama suami yang sudah mempunyai rumah sendiri.
"Maksud Mas Zaki apa? Mas hanya bercanda 'kan? Bukankah dulu kau bilang sangat mencintai diriku? Kita ini menikah baru lima bulan lho Mas!"
Beberapa menit setelah Zuma terdiam, ia mulai berbicara. Ia masih belum percaya bahwa suaminya kini ingin menceraikannya.
Zuma masih tidak percaya karena pada saat akan nikah dulu akan setia sampai maut memisahkan. Namun, janji itu palsu. Padahal sebelum menikah, banyak pria yang meminang Zuma. Namun, ia terbuai dengan rayuan gombal seorang Zaki Firmansyah. Pria bertubuh jangkung, berparas manis yang berumur 27 tahun.
***
Zaki terdiam sambil menyulut puntung rokoknya. Lalu dia menghisapnya dan kemudian mengeluarkannya. Setelah pikiran tenang, ia berbicara kembali menjawab pertanyaan sang istri yang sedang menyiapkan makan siang. Karena waktu itu adalah hari Minggu di mana Zaki libur bekerja. Sementara Zumairah tidak bekerja karena Zaki melarangnya dengan alasan tugas istri di rumah dan hanya melayani suami.
"Dengarkan saya Zum! Yang lalu itu jangan diungkit. Nyatanya saya sudah nggak mencintaimu! Mulai sekarang juga, kamu saya talak tiga sekaligus. Jangan banyak tanya dan membantah. Mulai besok atau seminggu lagi, kamu harus pergi meninggalkan rumah ini."
Dengan tegas Zaki langsung mengucapkan talak tiga kepada Zumairah Alqonza. Seorang wanita yang tinggal di dekat Lereng Gunung yang jauh dari kota tersebut. Kedua orang tuanya hanya petani. Dan ia hanya lulusan SMA. Setelah lulus dari SMA, ia merantau ke kota ujung kulon untuk melamar di Pabrik Tekstil yang akhirnya diterima karena Zumairah adalah wanita cerdas dan cekatan.
Beberapa tahun kemudian, ia mahir menjahit dan disukai oleh beberapa teman pria termasuk Manajer dan Supervisior.
Supervisior itu adalah Zaki yang sekarang menjadi suaminya. Namun, tidak lama, ia juga menceraikannya dan langsung mengucapkan kata talak tiga sekaligus.
Sesudah menikah dengan Zumairah, Zaki langsung membeli rumah baru dan berukuran minimalis. Rumah tersebut terletak di pusat kota dan dekat dengan Pabrik tempat ia bekerja. Keahlian Zaki yang multitalenta, membuatnya selalu naik pangkat yang awalnya ia hanya menjadi seorang operator menjahit.
Semenjak ia diangkat menjadi Supervisior, banyak wanita cantik menyukainya karena Zaki adalah pria tampan dan nyaris sempurna.
***
Tok tok tok!
Saat Zaki serius berbicara dengan Zumairah, tetiba pintu depan terdengar suara orang mengetuk pintu. Tidak lama Zaki merapikan pakaiannya kemudian segera membuka pintu tersebut.
Setelah dibuka ternyata berdiri wanita manis, tinggi dan berambut ikal.
"Naura, kamu sudah datang. Ayo masuk dulu dan duduklah di sana!"
Wanita manis itu diperintah oleh Zaki untuk duduk di ruang tamu. Tidak lama, wanita itu duduk di ruang tersebut sambil melirik ke arah penjuru ruangan. Di balik daun pintu, Zumairah melihat siapa yang datang dan air matanya luruh seketika.
Bulir bening jatuh di pipinya yang berjerawat dan tak terawat karena Zaki pelit dan tidak membelikan 'skincare' untuknya. Padahal sebelumnya, Zumairah adalah gadis cantik dan tembem.
Zumairah kini sudah bukan istrinya Zaki. Talak tiga sudah terucap di mulut sang suami.
'Tuhan, itu 'kan Naura sahabatku sendiri? Apa jangan-jangan dia yang menyebabkan Mas Zaki menjatuhkan talak tiga untukku! Tega sekali kamu Naura!' batin Zumairah dalam hatinya. Ternyata tamunya Zaki adalah sahabat karir Zuma saat bekerja di pabrik dulu. Dan ia kadang bermain di rumahnya.
"Mas, kamu sudah cerai sama Zumairah belum? Saya ke sini ingin memastikan hubungan kita karena saya hamil anak kamu Mas! Saya tidak ingin, kedua orang tuaku murka karena saya hamil di luar nikah."
Naura langsung berkata pada intinya dan tidak basa-basi. Ia sedang hamil anak dari benihnya Zaki. Tidak sadar, percakapan mereka didengar oleh Zumairah.
"Tenang Naura. Bicaranya jangan keras-keras nanti terdengar oleh Zuma. Dia sudah saya talak tiga. Sebentar lagi kita akan menikah. Tapi kalau kita menikah, dana dari saya tidaklah besar. Hanya pas-pasan. Apakah Adek mempunyai tabungan agar pernikahan kita diadakan secara mewah?"
Agar tidak dipandang oleh sebelah mata, Zaki menginginkan pernikahan mewah dengan Si Naura. Naura adalah anak dari juragan jengkol dan jurakan sembako di kota itu sehingga Zaki setuju jika menikah dengan orang kaya dan meninggalkan Zuma yang hanya anak dari seorang petani di kampung.
Kebetulan Naura juga bekerja satu pabrik dengan Zaki. Namun, Naura masih saja menjadi operator karena ia wanita yang malas dan tidak mau maju karena sering dimanja oleh kedua orang tuanya.
"Tenang saja Mas Zaki, Sayang. Abah dan Mamak pasti punya uang. Saya tinggal bilang jika semuanya sudah jelas. Penting kita cepat nikah!"
Naura menghentakkan kakinya karena ia kebelet ingin nikah dan takut jika ia dicap wanita tidak benar.
"Oke! Secepatnya Mas akan mengurus surat cerai dan menikah denganmu!"
Jawaban tegas terucap dari mulut Zaki bahwa ia akan segera menikahi Naura. Semua pembicaraan mereka terdengar oleh Zumairah.
Mendengar baru saja apa yang dibicarakan, Jiwa dan raga Zumairah lunglai. Tidak hanya lunglai. Remuk redam menjadi satu. Mahligai Rumah Tangga yang mereka bina, kandas, pupus berantakan begitu saja. Hanya dalam hitungan bulan, pernikahan mereka hancur berkeping-keping.
Emosi Zumairah sudah tidak terkontrol lagi. Ia mulai memberanikan diri untuk mengucapkan ucapan terakhir pada Zaki dan Naura yang telah mengkhianatinya.
Dalam hitungan detik, Zumairah sudah berada di antara Naura dan Zaki.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku! Naura, kau sahabatku sendiri, tetapi kau menikungku dari belakang. Apakah kau pantas disebut sebagai sahabat?"
Dengan netra berkaca-kaca, Zumairah menuding Naura dan memberikan pertanyaan agar Naura mau berpikir.
"Zuma! Diam kamu! Kamu jangan salahkan dia. Saya yang memulai mendekatinya. Dan kamu, sudah miskin, belagu lagi. Apa kau itu cantik? Apa kau itu kaya? Nggak. Kau itu hanyalah sampah yang seharusnya dibuang! Seharusnya kau terima keputusan ini! Mulai besok, kau harus pergi dari rumah ini!"
Betapa hati Zuma saat itu sangat hancur di pagi itu. Hinaan keji terlontar dari mulut suaminya sendiri. Parahnya lagi, Zaki main usir kepada Zumairah tanpa memberikan toleransi.
Mendengar keputusan Zaki, Hati Naura berbunga-bunga hingga baunya semerbak mewangi menghinggapi seluruh jiwanya yang saat ini menari-nari. Naura berhasil merebut pria idamannya dari Zumairah, sang kembang kota.
"Oke! Saat ini juga saya akan pergi sekarang! Ingat Mas! Kau menyia-nyiakan diriku! Berarti kau menghina harga diriku! Ingat suatu saat nanti kalian akan menyesal. Hik hik!"
Zumairah menjawab hinaan dari sang suami sampai-sampai air matanya membasahi pipi. Karena ia tak tahan dan emosinya terkuras ia berbalik arah dan akan mengemasi barang-barangnya yang masih di lemari. Tidak perlu waktu lama untuk tinggal di rumah sang suami. Baginya, rumah suaminya adalah neraka. Toh, ia sudah bukan menjadi pasangan suami istri.
Cahaya Mentari di pagi itu menyengat sampai ke persendian tulang. Hawa kota yang panas dan penuh dengan polusi. Sepanas hati milik Zumairah Alqonza. Wanita berumur 20 tahun itu sedang dilanda nestapa. Dalam pernikahannya yang baru lima bulan, suaminya telah mengucapkan talak tiga dan mengusirnya.
Sambil memasukkan barang-barang berupa pakaian dan keperluan pribadi, air matanya tumpah ruah tak terbendung. Hati mana yang kuat, jika dihina, diusir dan tiba-tiba diceraikan dengan alasan miskin dan tak cantik lagi. Hati Zumairah bagai tersayat-sayat oleh sembilu. Sedih, kesal, dendam menjadi satu padu. Namun, ia berusaha tegar dan harus melawan ketidakadilan tersebut.
Setengah jam kemudian, Zumairah telah selesai mengemasi barang-barang dan ia hendak pergi dari rumah neraka tersebut.
'Saya nggak akan memakai cincin ini lagi. Dan saya akan meninggalkan perhiasan yang diberikan oleh Mas Zaki. Tak perlu membawa barang pemberian orang busuk seperti dia!' batin Zuma.
Pakaian dan beberapa dokumen penting telah dikemasi dan dimasukkan ke dalam koper usang miliknya. Kini hanya menyisakan perhiasan yang diberikan sebagai mahar saat ikrar janji suci dulu.
Setelah semua beres, dengan langkah gontai ia menuju keluar rumah milik Zaki. Saat sampai di ruang tamu, terlihat Naura sedang berciuman mesra dengan Zaki.
"Apa lihat-lihat! Kamu iri ya kita mesra seperti ini!"
Tanpa malu Zaki dan Naura berciuman mesra di depan mantan istrinya yang hatinya sedang tercabik-cabik tak karuan. Naura tersenyum menyeringai, mengira Zumairah iri jika Naura bisa merebut Zaki darinya.
"Kalian bej*t! Cuih, buat apa saya iri dengan barang bekas! Makan tuh sisa-sisa sampah busuk!"
Sambil membawa koper, Zumairah menjawab ejekan dari Naura yang sedang memanas-manasi hati Zumairah agar terluka.
"Dasar kamu Zuma! Sudah miskin, sombong lagi. Pantesan kamu dibuang sama Mas Zaki yang gantengnya selangit ini? Dalam hati kamu iri 'kan? Saya memang sahabat dekatmu, Zuma! Tetapi karena saya cinta sama mas Zaki, apapum akan saya perjuangkan! Cepat pergi dari sini, ganggu acara kita berdua saja. Iya 'kan Mas?"
Naura semakin memperlihatkan kemesraan di depan Zuma yang masih berdiri di situ. Ia bergelayut manja dipundak Zaki yang sedang duduk saling berhadapan. Wanita itu sangat puas membuat Zuma sakit hati.
"Sudahlah, Ra. Biarkan dia pergi. Kalau kamu ladenin terus, istri jelekku nggak akan pergi. Biarkan ia pergi dan terlunta-lunta dijalanan."
Zaki sudah muak melihat Zumairah yang tidak segera pergi karena Zaki sudah dibutakan oleh keburukan dan hawa nafsu.
Tanpa mendengar olokan dari Zaki dan Naura, Zumairah langsung melangkahkan menuju luar rumahnya sambil membawa koper usangnya.
'Tuhan, saya harus ke mana ini. Tak ada tempat untuk berlabuh. Apa saya harus mengontrak di dekat sini ya? Tetapi saya malas bertemu Mas Zaki lagi. Jika pulang kampung, enggaklah apa kata Nini dan Mamakku, pasti mereka kecewa. Apalagi nanti gosip dari tetangga. Ah, saya harus mencari tempat lain.'
Zumairah menyusuri jalanan komplek dusun perumahan kota tersebut dengan sejuta kata di hatinya. Ia menoleh ke arah rumah mantan suaminya untuk yang terakhir kalinya namun, sang suami hanya sekedar menengok pun tidak. Mungkin Zaki dan Naura sudah terlena dalam biduk asmara yang terlarang.
Beberapa menit kemudian, Zuma berpapasan dengan ibu-ibu berperawakan tinggi dan kurus . Ibu-ibu itu sedang membawa sekeranjang belanjaan pertanda ia baru saja berbelanja di warung.
"Kamu mau ke mana Zum, kok bawa koper segala? Apa kamu mau pergi! Mukanya kusut banget? Apa lagi berantem ya sama Zaki?"
Ibu-ibu tersebut menginterogasi Zuma dan terlihat sangat penasaran.
"Saya mau menengok orang tua di kampung, Bu Genjreng. Kebetulan saya kangen sama mereka," jawab Zuma yang berbohong kepada tetangganya yang bernama Bu Genjreng.
"Oh. Kok sendirian? Nggak diantar sama Zaki? Dia 'kan punya mobil baru. Gimana sih, jadi istri polos banget? Minta diantar dong? Suami kaya, kamu malah tambah kucel aja."
Bu Genjreng memang ceplas-ceplos dan tidak suka dengan wanita yang selalu mengalah. Padahal bukannya mengalah, Zumairah dicerai dan diusir namun, masalah itu ia sembunyikan rapat-rapat dalam hatinya. Ia tak mau membuka aib suaminya sendiri walau suaminya sangat dzolim kepadanya.
"Enggak Bu. Mas Zaki ada acara sendiri tempat kerjanya. Saya takut mengganggu acaranya. Maaf, Bu Genjreng, waktu mau siang, saya pamit dulu."
Karena Zumairah tidak mau diinterogasi lebih dalam kepada tetangganya, ia ingin segera pergi dari dusun tersebut. Dusun tersebut, rasanya bagai neraka untuknya. Janji-janji manis dari mantan suami hanyalah biakan belaka. Waktu pun juga sudah terik.
"Dasar wanita bodoh. Mau-maunya pulang sendiri. Ah, malas berbicara sama kamu Zum!"
Karena Zumairah tak mengindahkan ucapan dari Bu Genjreng, ibu-ibu tersebut pergi melanjutkan perjalanan pulang sambil dongkol. Zumairah sudah terbiasa dibilang kucel oleh tetangganya. Dia sudah sering dihina tetangganya yang tidak suka.
Sepuluh menit kemudian, Zumairah keluar dari Dusun tersebut. Ia berada di bahu jalan raya. Sang Mentari mulai menaik hingga keringat membasahi dahi Zumairah karena terasa cuaca di hari itu terasa panas.
'Haduh, perutku lapar sekali. Kerongkongan ini juga sangat kehausan. Saya harus ke Rumah makan itu, saya harus melamar pekerjaan agar bisa mendapat uang untuk biaya hidup diri ini. Uang saya pas banget jika untuk membayar kontrakan.'
Zumairah tidak menyerah walau keadaannya sangat lemas dan sebenarnya ia butuh makan dan minum. Ia berjalan mendekati restoran bergaya elit tersebut. Siapa tahu pemilik warung makan itu mau menerima Zumairah bekerja di situ.
Sepuluh menit kemudian, ia memasuki restoran mewah tersebut dan menemui wanita seumurannya yang sedang berjaga di 'Stand'.
"Mbak, maaf. Saya mau bertanya. Apakah di sini masih membutuhkan lowongan kerja?"
Zumairah memberanikan diri melamar pekerjaan di situ karena siapa tahu beruntung.
"Mana surat lamaran pekerjaan kamu? Jika nggak ada, restoran ini nggak menerima. Karena di sini tuh karyawan yang bisa masuk harus memenuhi persyaratan. Kamu lebih baik pergi dari sini deh."
Karyawan wanita itu sangat sadis dan tidak menyukai jika Zumairah bekerja di situ entah mengapa. Dengan lesu ia berbalik dan berjalan menuju keluar dari restoran.
'Ternyata dibuang itu sangat menyakitkan, Tuhan, tolonglah hamba dalam kesulitan ini.'
Sambil berjalan, wanita malang itu meneteskan air mata karena hatinya sangat terluka. Jiwanya sangat tergoncang. Di mana lagi kali ini harus berlabuh?
Dengan langkah gontai ia semakin cepat berjalan karena perutnya sangat keroncongangan. Ia berencana ingin membeli makanan di luar sana yang lebih murah karena kantongnya hanya tipis tidak setebal saat ia masih bekerja di Pabrik dulu.
Brugh!
Pyar!
Karena Zumairah buru-buru, ia menabrak pria rupawan yang memakai kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Sepertinya ia sedang memakai pakaian dinas.
"Kamu nggak bisa jalan ya? Lihat, kemeja saya kena tumpahan minuman ini?"
Wajah pria itu memerah dan sepertinya marah karena kemejanya kena tumpahan minuman berwarna merah.
"Ma—maaf saya nggak sengaja. Saya buru-buru soalnya," jawab Zumairah sambil tertunduk karena takut melihat wajah pria itu yang teramat dingin.
"Kamu harus ganti kemeja saya! Ini kemeja pemberian dari mendiang mama! Tetapi kamu malah mengotorinya dengan noda!"
Pria itu meminta ganti rugi atas apa yang dilakukan oleh Zumairah. Karena kecerobohannya, Zumairah menjatuhkan gelas mahal dan menodai kemeja pria galak tersebut.
"Memangnya harga kemejanya berapa? Saya hanya mempunyai ini."
Karena Zumairah sangat takut dengan pria tersebut, ia langsung mengeluarkan seluruh isi dompet yang hanya tinggal satu juta. Uang tersebut ia berikan semua kepada Pria rupawan yang masih mengamati Zumairah.
Pria itu menganga ketika melihat kepolosan Zumairah yang rela memberikan seluruh uangnya kepada pria itu.
"Kamu ingin tahu harga kemeja ini? Sepuluh juta!"
Pria itu menjelaskan harga kemeja mahal tersebut. Yang pastinya, Zumairah tidak punya uang sebanyak itu.
"Apa? Sepuluh juta? Uang itu bisa saya gunakan untuk mengontrak rumah selama lima bulan dan membeli beras lima puluh karung, Tuan! Maaf, saya nggak ada uang segitu!"
Ia bingung seribu keliling karena harga kemejanya sangat mahal. Orang kecil seperti Zumairah, apalah daya bisa mengganti dengan uang. Ia hanya mempunyai air mata, kemampuan dan hati yang lembut.
"Pokoknya kamu harus mengganti kemeja saya. Atau kalau tidak, kamu mencuci piring selama satu bulan di sini. Kamu hanya dapat makan dan minum sepuasnya tanpa saya gaji! Jika syarat itu tak bisa kamu penuhi maka, kamu harus mengganti kemeja saya!"
Pria bertubuh atletis berwajah rupawan itu meminta ganti rugi kepada Zumairah karena kemejanya yang sudah terkena noda. Jika ia tidak sanggup, ia harus bekerja selama sebulan. Dan ternyata pria tersebut adalah pemilik dari Restoran tersebut .
"Baik. Saya mau bekerja mencuci piring di sini. Yang penting saya bisa melunasi hutang Anda," jawab Zumairah dan mulai menatap pria yang kini meminta ganti rugi.
"Oke. Mari saya antar ke belakang!"
Kemudian Zumairah mengekor dan berhenti di sebuah tempat untuk mencuci piring. Di situ sudah banyak sekali tumpukan piring, gelas, nampan dan peralatan lainnya.
"Mbak Mira, dia pekerja baru di sini, tugasnya hanya mencuci peralatan makan di sini. Tolong diawasin agar bekerjanya benar! Ketika sudah jam 16.00 sore, ia boleh pulang."
Pemilik Restoran tersebut meminta salah satu karyawannya yang bernama 'Mira' untuk mengawasi Zumairah dalam bekerja karena pria itu super sibuk.
"Siap, Bos. Saya akan mengawasi dia. Tetapi, dia boleh melayani para tamu ya, Bos Arga? Soalnya tamu saat ini membludak karena ini hari Minggu."
Mira ingin Zumairah juga melayani para tamu karena sebenarnya di Restoran tersebut butuh karyawan banyak.
"Oke nggak papa, asalkan dia berani dan cekatan silakan saja, tetapi saya harap dia bekerja dengan baik. Oke, saya pergi dulu karena urusan saya masih banyak."
Bos yang bernama Arga tersebut pergi untuk sementara karena ia seorang pengusaha yang tidak hanya mengurusi Restoran. Usahanya juga bergerak di bidang properti yang pelanggannya sudah sampai ke Luar Negeri.
'Ya Tuhan. Karyawan yang di kasir sama yang di sini beda. Yang dikasir sadis banget padahal juga butuh karyawan. Semoga ini menjadi awal rezekiku. Saya harus bekerja secara profesional,' batin Zumairah yang segera mencuci peralatan makan yang sudah menggunung tinggi. Ia sangat bersyukur mendapat pekerjaan walau sementara tidak dibayar. Dengan hati-hati ia membersihkan piring dan peralatan lain hingga bersih dan mengkilap.
Krucuk! Krucuk! Krucuk!
Sesuatu di dalam perutnya berbunyi. Seluruh badannya penuh dengan keringat. Saat itu, ia merasa sangat lapar dan haus sekali, tetapi ia malu untuk meminta. Ia berusaha menyelesaikan pekerjaan. Akhirnya selama setengah jam, ia berhasil menyelesaikan tugasnya.
Setelah selesai ia mulai mendekati Mira dan tugas apa yang diberikannya lagi. Ia terpaksa menahan lapar dan haus demi cita-citanya.
"Mbak, cuciannya sudah selesai. Tugas apalagi yang harus saya kerjakan?" tanya Zumairah kepada karyawan yang bersama Mira sambil menahan lapar.
Mira sedang menggoreng daging ayam yang sudah diberi bumbu kuning di sebuah penggorengan berukuran jumbo.Ternyata Mira adalah salah satu koki di Restoran tersebut.
"Oh. Sudah ya. Kamu minum dulu di sana. Terserah kamu mau minum es atau yang lainnya. Atau kamu makan dulu. Sepertinya kamu pucat sekali. Saya nggak mau disalahkan jika kamu pingsan. Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Biar saya enak manggilnya."
Ternyata Mira adalah karyawan yang baik dan tidak sombong. Mira menunjuk sebuah ruangan khusus yang berisi masakan untuk dimakan para karyawan Restoran tersebut.
"Alhamdulillah, Mbaknya baik sama saya. Nama saya Zumairah. Kebetulan saya belum makan dan minum. Saya permisi untuk ke sana dulu."
Mira mengangguk dan tersenyum kala mendengar jawaban dari Zumairah. Mira merasa iba melihat wajah pucat milik Zumairah yang sepertinya mengalami beban hidup yang besar.
Dengan cepat Zumairah meneguk air mineral yang berada di Dispenser. Kemudian ia mengambil nasi putih dan mengguyurkan sayur bening beserta sambal dan tempe mendoan. Ia hanya mengambil makanan yang berada didekatnya karena ia harus bekerja kembali.
'Ya Tuhan. Alhamdulillah, dalam kesulitan ini, hamba masih diberi nikmat sehat dan masih bisa makan dan minum. Betapa tadi, perut ini sangat melilit. Jika Mas Zaki tidak sekejam ini sama saya, mungkin kelaparan ini tak akan terjadi,' batin Zumairah sambil memakan masakan yang telah ia ambil.
Tujuh menit kemudian. Ia telah selesai makan. Ia sangat bersyukur masih bisa makan dan minum. Di luaran sana masih banyak anggota kelaparan.
Setelah selesai makan, Zumairah mendekati Mira dan membantu Mira untuk memotong bumbu dan sayuran.
"Zumairah? Tolong bawa nampan berisi rendang daging ini menuju 'Pantry', tetapi kamu harus hati-hati dengan yang namanya Lina. Kamu harus siap jika dia galak ketika ada karyawan baru di sini."
Mira memerintahkan Zumairah untuk mengantar menu masakan di 'Pantry' karena Mira sanagt sibuk dan tidak bisa ditinggal begitu saja.
"Oke."
Dengan cepat Zumairah membawa nampan tersebut menuju 'Pantry'.
"Maaf, Mbak, ini nampannya ditaruh di mana ya?"
Saat sampai di 'PANTRY', Zumairah segera bertanya kepada para karyawan tersebut.
"Hah? Kamu bekerja di sini? Siapa yang nyuruh kamu bekerja di sini? Masakan ya ditaruh di sana dong? Masak di mata gue! Karyawan bodoh kok disuruh kerja di sini!"
Seorang wanita yang berpostur tubuh standar wanita Indonesia menjawab pertanyaan dari Zumairah dengan nada angkuh dan menghina. Ia terkejut kala Zumairah bisa bekerja di situ. Ia adalah Lina.
Tanpa menjawab cercaan dari wanita itu, Zumairah langsung meletakkan nampan yang ia bawa di dalam etalase yang berada tidak jauh darinya. Setelahnya itu ia hendak berbalik untuk menemui Mira kembali untuk melakukan tugas selanjutnya.
Namun, saat ia hendak berbalik, wanita sadis itu mencekal lengan Zumairah dengan kuat.
"Mau kemana lo! Kamu mau balik ke belakang? Tuh, ada karyawan yang ngantri, dilayanin tuh. Di sini saja kerepotan, kamu malah bantuin di belakang. Enakan Mira dong?"
Wanita berwajah tirus dan licik itu menyuruh Zumairah untuk membantu melayani pelanggan yang datang. Tidak lama, Zumairah menurut apa kata wanita itu. Ia kemudian membawa selembar menu untuk dibawa kepada salah satu pelanggan yang mengantri.
Sontak, Zumairah terkejut kala yang hadir di Restoran tersebut adalah Zaki dan Naura. Sungguh suasana yang sangat menyebalkan bagi Zumairah. Mau tak mau ia harus melayaninya.
"Mau pesan apa Mbak dan Mas ini!"
Zumairah berpura-pura tidak tahu kepada kedua pelanggan tersebut. Ia sudah menyiapkan kuping yang tebal jika sesuatu terjadi.
"Oh. Jadi si kucel sekarang ada di sini. Kasihan sekali. Hanya menjadi pelayan restoan. Ya iyalah. Muka kucel cocoknya jadi pelayan. Kalau gue ogah. Gue maunya jadi ratunya Mas Zaki saja. Iya 'kan Mas?"
Nauta seketika melihat Zumairah sedang melayani dirinya dan Zaki. Kesempatan Naura untuk menghina habis-habisan Zumairah yang masih berdiri di sampingnya.
"Huft. Kenapa dunia itu begitu sempit. Di mana-mana selalu ada kamu. Sungguh membosankan. Jadi nggak mood makan di sini. Tapi, ini kan Restoran paling rekomendasi kalau ditinggalin. Naura, cepat kamu mau pesan apa? Jangan ladenin dia terus!"
Dengan malas Zaki menyuruh Preti untuk memesan masakan yang sudah tertera di buku menu masakan.
"Ehm. Gue pesen steak sapi panggang sama jus avokado. Kamu mau pesan apa, Sayang?"
Sambil melirik ke arah Zumairah, menu masakan tersebut ia berikan kepada Zaki.
"Saya bakso dan es jeruk saja," jawab Zaki yang bermuka ketus dan sangat tidak enak melihat Zumairah yang melayani dirinya.
"Baik, saya akan segera pesankan," jawab Zumairah dengan nada profesional.
"Halah, jangan sok-sok.an profesional deh? Pelayan saja belagu!"
Naura masih tidak suka dengan gaya profesional seorang Zumairah. Yang pada aslinya Zumairah sangat geregetan dan panas hati saat Naura menghina dan menikung suaminya hingga ia harus bersusah payah mencari pekerjaan kembali.
Akhirnya, Zumairah pergi ke 'PANTRY' untuk memesan masakan yang telah dipesan oleh Zaki dan Naura.
***
Sepuluh menit kemudian, menu masakan sudah tersaji. Tidak lama, Zuma mulai memberikan menu masakan tersebut di tempat di mana Zaki dan Naura berada.
Saat akan sampai di tempat tersebut tiba-tiba terjadi sesuatu.
Pyar!
Pyar!
"Ya Tuhan. Kenapa bisa begini?"
Netra Zumairah mulai berkaca-kaca dan hatinya sangat gundah gulana saat itu. Makanan dan minuman yang telah dipesan oleh Zaki dan Naura terjatuh. Mangkuk, piring beserta gelas yang dibawa Zumairah jatuh dan pecah berkeping-keping.
Masakannya tumpah ruah menjadi satu dengan minuman tersebut. Kaki jahil milik Naura berusaha menghalangi Zumairah yang sedang melangkah.
"Apa? Masakan kami jatuh? Dasar karyawan nggak becus! Kalau nggak becus bekerja itu jangan bekerja di sini! Malu-maluin tahu!"
Tetiba, kebetulan pemilik Restoran tersebut datang. Ia adalah Arga Dinata. Seorang pengusaha kaya raya idaman para wanita.
"Maaf, ada apa ini? Kenapa makanan dan minuman ini jatuh berantakan?" tanya Arga dengan wajah yang mempesona.
"Itu Mas, karyawan kamu nggak becus. Bawa makanan segitu aja jatuh. Pokoknya kami minta ganti rugi!"
Naura berdiri dengan angkuhnya dan meminta ganti rugi atas makanan yang ia pesan kini malah jatuh, hancur berantakan dan hanya menjadi sampah yang berserakan.
"Benarkah kamu menumpahkan pesanan para pembeli kami! Cepat jawab!"
Dengan muka dingin Arga bertanya kepada Zumairah yang tegak berdiri dan terlihat tatapan tajam dan tak gentar sedikitpun.
Jawaban apa yang akan diucapkan oleh Zumairah? Apakah dia masih disalahkan?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!