“Kau adalah putri dan aku hanyalah rakyat jelata!”
“Tuan Vingarden tolong jangan berbicara seperti itu ok? Cinta itu buta, tidak peduli siapa kau aku akan tetap bersamamu.” Seorang wanita berdiri, menyentuh sebuah pipi seorang remaja dengan rambut putih bak salju dengan iris mata berwarna biru. Sungguh tampan, wanita tersebut seperti merasa tergila-gila dengan jantung yang berdebar.
“Jika memang begitu, aku akan menjadi seorang kaisar. Yang kemudian meratukanmu nona putri. Aku juga mencintaimu. Meski tak ada yang tahu akan hal ini.”
“Tak apa, jangan bermimpi terlalu tinggi. Kita akan bersama oke?”
Kata-kata satu tahun lalu, tampak begitu manis. Kazuto Vingarden terbangun dalam bayang-bayangnya. Memperhatikan seorang wanita yang dicintainya sedang berciuman dengan laki-laki lain dan membelakanginya. Sungguh, siapa yang tak sakit hati akan hal itu?
“Lyra?” Bak disambar petir dengan rasa tak percaya yang begitu tinggi. Tangannya gemetar tak karuan karena hatinya remuk seketika. “Siapa pria itu?” pikirnya.
Lyra pun terkejut, dan dia menoleh ke belakang. Memperhatikan Kazuto seperti orang bodoh yang linglung dan gila. Namun Lyra hanya tersenyum dan mengangkat pundaknya untuk merespon apa yang Kazuto lihat.
“Oh ah Kazuto. Ada apa?”
Pria yang ada di dekat Lyra itu juga menoleh ke belakang. Sekarang adalah malam yang sepi ketika mereka duduk di pinggir sungai dengan cahaya yang redup. Namun siapa yang berpikir bahwa putri kekaisaran itu berani melakukan hal yang tak terpuji.
Pria itu menunjukkan wajahnya di depan Kazuto.
“Tuan muda Arta?” Kazuto tak percaya jika yang bersama dengan Lyra barusaja adalah putra Duke William yang menguasai empat wilayah di selatan kekaisaran Sunflower. Itu membuat Kazuto merasa bahwa jantungnya berdegup sekali lagi dan mundur perlahan-lahan.
“Siapa dia?” Tuan muda Arta berbicara.
“Dia adalah pembantuku. Ah mungkin saja aku harus pulang karena kaisar mungkin mencariku.” Lyra berkata dan mencoba untuk tetap tenang di depan tuan muda Arta.
“Pem-pembantu?” Kazuto terkejut mendengarnya. Bak disambar petir dan hangus terbakar, tapi sebenarnya lebih dari itu.
“Lyra!!” Kazuto berteriak dengan penuh amarah. Sekarang dia merasa dikhianati. Dia merasa terpukul. Dia merasa ....., intinya hatinya merasa rasa sakit sekarang.
Teriakan yang lancang itu membuat Arta mengerutkan dahinya.
“Apa maksudmu? Kau tidak sopan memanggil putri Lyra!”
“Sialan!”
Kazuto yang marah pun mengelaplkan tangan dan melayangkannya ke arah Arta. Lyra hanya mengerutkan dahinya dan sama sekali tidak paham, bahkan dia hanya tersenyum karena Kazuto barusaja mengeluarkn teknk rendahan.
“Thunder Bolt.”
Sementara itu Arta mengeluarkan ledakan petir yang menggelegar dari tangannya. Berwarna merah dan tampak dahsyat hingga membuat Kazuto yang tidak ahli sihir apa-apa terpental ke belakang. Dia merasa lemah dan tubuhnya seperti remuk dalam.
“Orang gila!” Arta berteriak. Kemudian dia bergerak ke arah Kazuto dan menendangnya dengan cukup keras hingga Kazuto terlempar ke belakang.
Namun tak menyerah, Kazuto berdiri dan mengeluarkan pukulan untuk menyerang Arta. Sayangnya Arta bukanlah tandingan Kazuto hingga Kazuto terbaring di atas tanah, lagi.
Kazuto tak paham kenapa dia dikhianati? Mungkin awalnya dia berpikir bahwa Lyra adalah seorang wanita yang mungkin menerima apa adanya. Namun dia salah, dan pada akhirnya Lyra memilih menjadi milik putra Duke itu hingga dia harus menerima sebuah kenyataan bahwa dia bukanlah apa-apa.
Padahal Kazuto sendiri pernah berjanji untuk menjadi seorang kaisar dengan usahanya sendiri dan akan meratukan Lyra. Walaupun mungkin itu akan menjadi impian yang tak masuk akal karena sistem kaisar menggunakan sistem monarki.
“Kau gila ya? Apa yang kau lakukan hingga menyerang putri Lyra dan aku? Bukankah kau hanya pembantu biasa!” Arta mengunjak-injak tubuh Kazuto berulang kali.
Kazuto yang terkapar mengambil sebuah tanah dan melemparkan ke arah mata Arta. Itu membuat Arta langsung merintih karena matanya terkena halangan debu. Sementara Kazuto langsung lari dari tempat dan tidak ingin memiliki urusan apa-apa dengan Arta lagi daripada dia harus terkena sebuah masalah.
...............
Sekarang Kazuto berada di sebuah tempat dengan luka berdarah di mulutnya. Dia sanggup berlari setelah mungkin berhadapan dengan Arta baru saja. Walaupun Kazuto sendiri hampir tidak percaya dengan apa yang dia lihat bahwa ini adalah sebuah kenyataan yang memang harus dia terima secara lapang.
“Lyra bajingan!”
Kazuto mengeluarkan air matanya. Ini sungguh sakit! Namun Kazuto mencoba untuk menahan agar air matanya tak tumpah.
“Berhenti!”
Kazuto melirik ke belakang. Dia terkejut bahwa ada banyak prajurit yang menatap ke arahnya. Dia berpikir, mungkinkah mereka adalah utusan dari Arta karena barusaja menyerang Arta? Itu membuat Kazuto menggertakkan giginya dan memilih untuk berlari.
Lagipula dia tidak memiliki kemampuan yang bagus setidaknya menghadapi satu prajurit. Dia sadar diri bahwa dia adalah orang yang lemah. Walaupun begitu, sebagai seorang laki-laki mungkin dia tidak menyesal karena barusaja menentang Arta Wilson, putra Duke William Wilson itu.
Dia hanya menyesal mengapa memilih Lyra Aldersun sebagai pasangan hidupnya? Kesalahan terbesarnya adalah dia sama sekali tidak sadar diri.
Kazuto berlari ke arah hutan yang semakin dalam. Tampak di belakangnya ada orang-orang dari prajurit yang mengejarnya. Jelas ini menjadi masalah, tetapi Kazuto tahu bahwa dia sebenarnya dikelabuhi oleh seorang wanita yang selama ini dia cintai. Tentu, siapa yang tidak jengkel akan hal itu?
Beberapa tahun yang lalu, dia memiliki sebuah hubungan dengan seorang putri kaisar. Katakanah, kekaisaran Sunflower yang menjadi salah satu kekaisaran adidaya di benua cahaya. Dengan putri kekaisaran yang dimaksud adalah Lyra Aldersun. Memang, tidak bohong apabila dia memiliki hubungan dengan putri bangsawan itu.
Namun cukup aneh apabila seorang rakyat jelata sepertinya memiliki hubungan dengan seorang putri kekaisaran? Bahkan Lyra Aldersun dianggap sebagai seorag yang berbakat dalam menggunakan sihir semenjak dia berusia 10 tahun. Sedangkan Kazuto? Kazuto Vingarden hanyalah seorang warga biasa yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir dasar. Teknik pukulan yang dia bangga-banggakan mungkin hanya sebatas teknik redah dan siapapun bisa. Itu hanya sederhana!
Tapi bagaimana bisa dia memiliki hubungan dengan putri kaisar? ini sedikit rumit. Tak heran, beberapa tahun yang lalu di usianya yang berumur enam belas tahun putri Lyra memiliki pikiran yang labil-labilnya. Dia menyukai seorang hanya karena dia tampan saja? dan di sisi Kazuto, siapa yang tidak ingin memiliki seorang kekasih seperti putri Lyra tanpa sadar diri?
“Berhenti!”
“Persetan!” Kata Kazuto terus lari, menghindari pepohonan dan semak belukar bukanlah sebuah masalah. Yang paling penting, prajurit itu adalah masalahnya.
“Buuumm!” sebuah tembakan api hampir mengenai Kazuto. Untungnya Kazuto sanggup untuk menghindar. Tetapi tampaknya itu tidak hanya satu atau dua sihir yang dilancarkan. Tetapi berkali-kali!
Pada akhirnya Kazuto terguling jatuh ke lembah setelah dia berlari. Tubuhnya berbenturan dengan batu sambil prajurit itu menatapnya. Namun, saat dia di lembah, arus sungai yang kuat entah membawa dia kemana.
“Dia pasti mati!”
“Laporkan hal ini kepada tuan muda Arta bahwa sampah ini mungkin akan mati.” Ucap prajurit lainnya.
Ya, lagipula siapa yang tidak mati ketika seorang berlari dan berguling-guling di lembah? Menabrak bebatuan yang tajam dan pepohonan yang runcing jelas akan menjadi momok yang menakutkan bagi siapa saja yang berjalan sendirian di tengah-tengah hutan.
Kazuto pun bangun dalam keadaan bingung. Dia merasakan tubuhnya benar-benar sangat sakit setelah dia seperti membentur benda-benda yang cukup keras. Kebingungannya juga terjadi saat dia menyadari bahwa dia berada di tengah-tengah hutan yang gelap dan tidak ada pencahayaan sama sekali.
Tubuhnya basah, dan dirinya sedang berada di pingiran sungai. Namun beberapa bagian dari tubuhnya juga lecet hingga membuat dia harus sedikit merasakan rasa sakit. Dalam pikirannya, tidak, Kazuto sepertinya sudah menjadi orang yang berbeda.
“Parah banget, ledakan di laboratorium ini kayanya ngebuat diriku tidak sadar dan bermimpi di tempat yang aneh.”
Kazuto, dia tidak mengerti mengapa dia berada tempat lain begitu saja? di tempat hutan yang gelap dan bukan sebuah ruang tempatnya experimen. Dia berpikir, apakah ini adalah alam baka? Atau alam mimpi?
“Kazuto Vingarden? Tunggu, siapa ini? kok tiba-tiba aku punya ingatan orang lain? tunggu, kenapa aku sadar bahwa aku bermimpi? Tidak mungkin! Ini bukan mimpi, aku, aku bertransmigrasi ke dunia lain!”
Kazuto tiba-tiba mendapatkan sebuah ingatan yang cukup random di dalam kepalanya. Dia sedikit linglung ketika baru saja menyentuh kepala. Pikiran seseorang dari dia kecil, sampai berada dalam ranah dewasa tiba-tiba berada di pikiran Kazuto yang membuat Kazuto sama sekali tidak mengerti.
Dia duduk sejenak, mengambil napas yang segar untuk mencoba tetap tenang. Melupakan rasa sakit yang ada pada fisiknya.
Tapi .... meski dia sudah berusaha melupakan rasa sakit pada fisiknya, dalam hitungan setik dia merasakan rasa sakit dalam hatinya. Dia tersentak dan menyentuh dadanya, rasanya cukup sesak. Air matanya juga mulai meleleh saat dia tampaknya bisa mencerna bahwa dia berada di tubuh orang lain yang beranama Kazuto Vingarden.
“Orang gila mana yang mencintai seorang putri kekaisaran sementara kau adalah rakyat jelata.” Batinnya ingin menertawakan dirinya sendiri. sekarang dirinya bisa menerima bahwa dirinya telah bertransmigrasi “Ah sepertinya aku harus memperbaiki tata bahsaku. Ini bukan lagi Bumi Yang berisi bahasa gaul tidak baku, Kazuto.”
Dia sedikit tak senang ada yang membawanya dengan sengaja ke alam semesta lain. Masalahnya, dia masih memiliki keluarga di sana! Kecelakaan besar itu, ah sialan, Kazuto sedikit menyesal karena dia terlalu ceroboh dalam melakukan eksperiman diluar nalarnya. Namun bagaimana lagi, tidak ada waktunya untuk menyesal. Bertransmigrasi di dunia lain, sepertinya itu menjadi sebuah tantangan yang luar biasa bagi Kazuto. Apalagi dia tidak memiliki sihir, hanya mengandalkan kecerdasan modernnya sekarang.
“Beristirahatlah dengan tenang. Untuk sementara waktu sambil mencari kebenarannya, aku tidak akan membuatmu berada di titik paling rendah lagi. Aku akan membuktikan bahwa kau bukanlah orang sederhana yang tak perlu lagi dikhianati. Kazuto. Mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan yang luar biasa.” Kazuto tersenyum sambil berdiri. Tubuhnya mungkin sedikit mengalami rasa sakit yang membuat dia tak mampu untuk berjalan.
Lagipula dia merasa seperti jatuh dari dua tempat, yaitu jatuh dari langit dan juga jatuh karena dikejar oleh prajurit.
“Lagipula kenapa kau mencintai seorang putri kekaisaran? orang bodoh mana yang melakukan hal hina seperti itu?” Kazuto hampir menertawakan dirinya sendiri.
Dia mengakuinya. Jika dia menjadi Kazuto yang ini, dia tidak akan bodoh seperti menyakiti diri sendiri dengan mencintai seorang putri kekaisaran. Itu adalah seni menyakiti diri sendiri terburuk yang dia ketahui.
Tempat tersebut gelap, dirinya bahkan tidak tahu ada dimana. Hal yang dia perlu lakukan adalah menyalakan api. Ini mudah, penemuan pertama yang ditemukan oleh sepanjang peradaban manusia, adalah api.
Pada akhirnya, dengan mengandalkan cahaya rembulan, dia mencari ranting-ranting pohon, daun-daun kering untuk dijadikan bahan bkar api. Masalah yang paling utama adalah, Kazuto tidak pernah menyalakannya secara manual. Ini adalah hal yang merepotkan.
Dia tidak pernah sejengkel ini saat menggesekkan sebuah kayu untuk menghasilkan energi panas untuk menyalakan sebuah api.
“Sialan, argghhh!”
Kesabarannya mulai habis saat dia lelah sendiri, namun tidak ada sebuah percikan api yang menyala yang membuat dia naik pitam. Emosi? Dia melompat-lompat emosi, kehilangan kesabarannya. Tapi saat itu juga, dia mulai mencoba untuk tenang.
Dia membuat beberapa serpihan kayu yang dia taruh di dalam lubang kayu. Kemudian, dia menggosokkannya dengan penuh kesabaran. Walaupun agaknya ada emosi sedikit yang membuat dia merasa tidak nyaman. Ini tidak berhasil.
Sialan, dia berpikir sejenak. Bagaimana mungkin dia bisa membangun sebuah peradaban dengan konsep modern jika dirinya menyalakan api saja tidak bisa? Hidup di perkotaan tentu saja membuat Kazuto tidak pernah melakukan hal demikian. Hidupnya hanya belajar mengenai teori dan juga teori menenai apapun itu, sehingga dalam praktiknya, Kazuto jarang sekali untuk melakukannya,
Kazuto adalah seorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa di Universitasnya, Universitas dengan almameter yang salah satunya ada di Jepang dan menjadi terkenal di seluruh dunia. Namun, sepertinya kecelakaan itu cukup membuat universitas tersebut kehilangan Hidden Gem. Tapi, siapa yang peduli sebenarnya jika universitas tersebut kehilangan orang yang tidak bisa menyalakan api sederhana yang menjadi temuan tertua peradaban manusia?
“Ini hanya api! Aku menyerah.” Ungkap Kazuto merasa sangat cemberut.
“Ini hanya api!” Ungkapnya sekali lagi, tapi kali ini dia penuh dengan semangat. Dia mengambil batang kayu lagi, kemudian dengan penuh tenaga, dia memutarnya dengan cara menggesekkanna ke telapan tangan. Sementara ujung kayu bergesekan dengan kayu lain yang telah dia lubangi sedikit ditambah ada serbuk kayu di dalamnya.
Setitip bara api pun terceipta dari gesekan panas itu. Kazuto merasa senang kegirangan ketika temuan pertamanya berhasil diciptakan. Bara api itu dia tiup dengan perlahan-lahan, kemudian membesar dan semakin membesar ketika dia beri dedaunan kering. Hingga pada akhirnya, api pun menyala.
Tampak jelas, dari balik cahaya api, Kazuto mengeluarkan banyak sekali keringat. Api unggun yang seharusnya menghilangan dari udara dingin sepertinya percuma karena Kazuto sendiri sudah bergerak terlalu berlebihan sehingga udara dingin pun dia lawan. Paling tidak api ini bisa bertahan lama hingga esok ketika dia membubuhi daun dan ranting kering, sehingga udara dingin tidak menggersunya.
Kazuto berjalan menyisiri hutan selama masih dijangkau cahaya api. Dia cukup lapar sehingga dia berusaha mencari apapun yang bisa dia makan, bahkan serangga sekalipun tidaklah masalah.
Sorot matanya tertuju pada sebuah jamur yang tumbuh di atas batang kayu yang kala itu masih tersoroti cahaya api. Dia tidak senang terlebih dahulu karena harus mengidentifikasi apakah jamur ini beracun atau tidak?
Jamur beracun terkadang memiliki warna yang sangat mencolok dan juga kontras. Kadang ada juga yang memiliki bau yang tidak sedap dan juga berlendir. Spora yang aneh dan tidak sesuai dengan warna jamurnya, bisa saja itu adalah ciri jamur beracun pula. Namun saat ini, Kazuto harus tersenyum saat seekor semut berjalan di atas jamur berwarna putih itu sehingga dapat diidentifikasi bahwa jamur ini aman dikonsumsi karena terdapat hewan yang menyentuhnya.
Jadi Kazuto mengambil semua jamur di situ dan dia berniat untuk membakar dan memakannya. Walaupun dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Jamur bakar pun dia hanya menonton dari kartun masa kecilnya dan itu tampak menggiurkan sehingga dia ingin memakannya.
“Arghh ternyata hambar!”
Cahaya matahari tiba-tiba merambat, menyinari katup mata Kazuto yang tertutup sehingga membuat dia semakin memejamkan matanya sebentar. Tapi saat itu, kesadarannya sudah kembali dan harus membuka matanya karena instingnya tahu bahwa hari ini sudah pagi hari.
Dia bisa melihat disekelilingnya hutan rimbun yang dirinya seperti berda di antara dua lereng yang memiliki jarak yang tak sempit. Paling tidak, syukur apabila cahaya matahari bisa menembus tempat ini walaupun keadaannya seperti hutan belantara. Di sekelilingnya, bekas api unggun dan sisa makanan menunjukkan bahwa dia baru saja berpesta tadi malam.
“Sekarang aku tidak tahu berada di mana, aliran sungai ini yang membawaku. Kazuto yang lama pasti sudah meninggal karena tenggelam, jasadnya terombang-ambing entah kemana sungai ini membawa. Aku juga pasti sudah jauh dari kekaisaran.” Ucapnya pada diri sendiri, “Tapi siapa yang peduli, jikapun aku tidak memiliki sihir, aku bisa hidup dengan sebuah kecerdasan modern.”
Bayangan Albert Einstein, Nicola Tesla dan juga Newton terlintas di pikirannya. Sekarang tidak peduli lagi memikirkan laboratorium yang terbakar, atau mungkin penkhianatan seorang kekasih. Namun ini adalah perjalanan kehidupan yang baru yang memang entitas tertentu seperti seorang dewa sedang membuat sebuah takdir pada orang yang bernama Kazuto ini.
Akan tetapi, apa yang harus dia lakukan pertama kali?
Dia ingin keluar dari hutan ini untuk mencari sebuah desa atau apa saja dengan cara menyisiri sungai yang ada di sampingnya.
Hingga beberapa lama, dia menemukan puluhan bangunan yang sebagian rusak. Tampaknya seperti sebuah pemukiman, hanya saja sungai di dekatnya tercemar, bau kotoran menyengat hidung, airnya saja terlihat sangat keruh dan juga kumuh sehingga Kazuto sendiri terlihat ingin muntah.
Ini menarik, sedikit. Mungkin saja dia bisa membuat sebuah peradaban dunia modern di sini. Walau dia tidak tahu kenapa mereka benar-benar sangat jorok. Juga kenapa beberapa bangunan ada sebagian yang hancur termakan oleh alam, dan sebagian masih tersusun rapi.
Kazuto pun datang untuk melihat-lihatnya. Sayangnya kondisi pemukiman ini sangat hancur, bukan hancur dari segi fisik, tapi dari segi apapun yang menunjang hidup mereka. Sawah tak terurus, ada beberapa ternak yang mati. Juga, dirinya menyium bau bangkai yang membuat dia muntah.
“Ada apa dengan pemukiman ini?” ucapnya sambil menutup hidung.
Ketika dia berjalan, salah seorang wanita yang mungkin bisa dibilang remaja keluar dari rumah gubuk. Kazuto berhenti sejenak. Wanita kurus itu menggunakan penutup hidung dan hendak ingin melakukan sesuatu. Akan tetapi, ketika wanita itu melihat Kazuto, dia agak terkejut dan langsung menuju ke arah Kazuto.
“Tuan, maafkan aku. Sebaiknya anda pergi. Ini bukan tempat yang bagus bagi tuan karena sihir buruk telah menimpa desa ini.” Ucapnya dengan nada yang begitu lembut.
“Apa yang terjadi pada desa ini?” Ujar Kazuto sambil mengerutkan dahinya.
“Separuh dari populasi penduduk meninggal karena sihir buruk. Mereka muntah, kotoran mereka encer. Hanya ada sekitar 30 penduduk yang hidup, di antaranya 5 yang sehat sehingga kami harus mengurus mereka. Setiap minggu akan ada yang meninggal, dan persediaan makanan kami juga menipis.”
“Itu rumahmu?”
“Ya, itu rumahku. Dan kedua orang tuaku terbaring di sana. Aku juga harus memberi makan penduduk yang lainnya.” Jawabnya dengan tatapan yang sedih.
“Bawa aku kesana.”
“Tapi tuan.”
“Tidak ada tapi-tapian!”
Wanita itu terpaksa mengangguk dan membawa Kazuto ke rumahnya. Dan Kazuto harus membuka matanya lebar-lebar dan menutup hidungnya dengan rapat-rapat saat tahu kondisi orang tua wanita itu buruk. Keduanya terbaring di atas ranjang dalam kondisi lemas dan juga kurus. Kotoran mereka berceceran kemana-mana yang tampak jauh lebih buruk. Tatapan mereka juga kosong seolah hendak menunggu kematian.
“Sungai yang kotor, diare, muntah. Desa ini bukan terkena sihir! Ini wabah kolera!”
“Wabah kolera?”
“Cepat, panggil semua rekanmu! Buat api sekarang juga!. Carikan wadah untuk merebus, carikan juga gula dan juga garam. Aku akan mencari air bersih.”
Ini bukan masalah sepele. Kazuto tanpa menjelaskan lebih lanjut dia memerintahkan wanita ini untuk segera mencari apa yang dia butuhkan. Lagipula ini bukan sihir buruk! Ini adalah wabah yang menimpa mereka. Wabah kolera yang pernah menimpa Afrika pada abad ke 19 yang mana penyebabnya adalah air yang terkontaminasi.
“A-aku adalah penyihir api. Tapi untuk apa?” Tanya wanita itu dengan penuh pertanyaan. Dia juga melihat Kazuto mengambil sebuah wadah berukuran besar sambil keluar dengan tergesa-gesa.
“Itu bagus, tapi jangan banyak tanya.” Jawabnya secara singkat.
Kazuto segera menuju sungai yang airnya belum tercemar, lebih teptnya dia bergerak ke hulu dan segera menimba air. Walaupun agak sedikit jauh, tapi ini bukanlah sebuah masalah. Baru, dia segera kembali dengan seember air.
Kemudian, ketika dia kembali, ada sekitar 5 orang. 2 laki-laki yang sudah dewasa, 1 wanita dewasa, dan 2 perempuan yang salah satunya adalah wanita tadi. Mereka semua segera dikumpulkan oleh wanita tersebut secara cepat untuk membentuk api di tungku. Dan dia juga berhasil mendapatkan gula serta garam walaupun hanya sedikit.
“Apa yang harus kita lakukan tuan?” Tanya wanita dewasa, yang berambut pirang dengan dada besar yang menonjol ke depan. Walaupun sebenarnya, dia sangatlah kurus.
Api yang dibuat oleh wanita itu besar, dengan bahan dari kayu kering. Kemudian ada kendi besar yang ada di sampingnya.
“Letakkan segera kendi itu!” Ucap Kazuto secara tergesa-gesa.
Dua pria meletakkan kendi di atas tungku. Kemudian Kazuto menruh air yang dia ambil ke dalam tungku untuk merebusnya. Ini adalah salah satu cara untuk membunuh bakteri yang tengah mengkontaminasi air.
“30 orang yang terkena wabah. Kita kekurangan gula. Apakah hanya ada gula ini saja?” Tanya Kazuto ketika dia melihat hanya ada 10 gula batu di wadah. “Cari ke seluruh rumah jika ada. Dan kalian para pria, carikan dua air lagi.”
“Baik tuan.” Satu wanita dewasa, dan dua pria itu langsung mengangguk tanpa banyak pertanyaan. Bahkan mereka tanpa curiga langsung melakukan perintah dari orang asing itu tanpa berpikir panjang.
Padahal, jika mereka curiga, banyak celah agar mereka curiga kepada Kazuto. Sayangnya mereka benar-benar polos. Tidak, Zuto tidak memiliki niat jahat. Mereka tidak curiga juga karena mereka dalam kondisi terdesak dan terpuruk. Jadi ketika ada secercah harapan, mereka harus memperjuangkan harapan tersebut.
“Tuan, apa yang anda buat, dan, siapa sebenarnya anda?” Tanya wanita yang pertama kali bertemu dengan Kazuto tadi dengan rasa penasaran.
“Aku sedang membuat oralit. Sebenarnya ini bukan penawar. Kasus kematian dari korela bukan disebabkan oleh muntah dan diare mereka secara langsung. Secara umum, itu karena mereka kekurangan cairan karena cairan tersebut dikeluarkan lewat muntah dan juga feses. Sehingga fungsi oralit adalah menjaga cairan tubuh mereka tetap terjaga.” Ujar Kazuto sambil menghela napas sebelum dia melanjutkan ucapannya, “Namaku adalah Kazuto. Kebetulan aku tengah tersesat dan bertemu dengan pemukiman ini.”
“Me-mereka bisa sembuh?” Tanya wanita yang satunya. Wanita dengan usia yang jauh lebih muda dengan wanita yang Kazuto temui pertama. Wajahnya memiliki tanda lahir tepat di bibirnya.
“Bisa, 90% aku menjamin mereka selamat. Tapi kalian harus membantuku.”
Mereka berdua saling memandang dan tersenyum bahagia. Bahkan hampir menangis. Harapan muncul di depan mereka. Mereka tidak akan lagi terkena sebuah nasib buruk sehingga membuat mereka tidak lagi mengeluh dan putus asa. Penduduk di desa ini juga akan selamat dan tidak akan terbaring di atas tempat tidur mereka dengan penuh kotoran.
“Terimakasih tuan, mohon bantuannya.” Ucap mereka secara serentak semua membungkukkan badan dengan senang. Menganggap bahwa Kzuto adalah seorang utusan dewa sekarang.
“Sebelumnya, perkenalkan namaku adalah Helen tuan.” Wanita yang pertama kali bertemu dengan Kazuto memperkenalkan diri. Kemudian di susul dengan wanita yang lebih muda.
“Namaku adalah Selena, Tuan.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!