Wanita tangguh itu yang bisa diberikan gelar pada Mei Seorang wanita yang punya tanggungan tiga orang anak. Dengan suami seorang buruh pabrik.
Dulu, ia bekerja di sebuah yayasan yang cukup bonafit di daerahnya. Dengan gaji yang cukup besar di masa itu.
Apapun yang di butuhkan, apapun yang diminta keluarganya, baik di pihak keluarganya sendiri ataupun mertuanya. Serta saudara suaminya. Ia akan bermurah hati. Dan tidak pernah menolaknya.
Namun setelah ia berhenti di pekerjaan pertamanya, Kehidupan Mei mulai berubah. Dan pekerjaan suaminya menurun. Sementara anak semakin besar. Dan kebutuhan sekolah semakin meningkat.
"Bang... Sebentar lagi Nabil akan kuliah. Sementara uangnya belum ada terkumpul." resah Mei pada suaminya.
"Nanti kita pikirkan lagi.. Mau gimana lagi.. Gaji Abang tidak seperti dulu lagi." Keluh Hendra sedih.
"Iya ya Bang... Moga saja ada jalan keluar ya Bang." Mei pun berdoa dalam hati.
Mei selalu menjadi terdepan pada anak yang sudah remaja. Nabil sudah kelas 12 SMA Negeri yang akan tamat.
Dan Tata anak laki-laki satu-satunya sudah kelas 7 di sebuah SMP negeri juga sedangkan Nia yang masuk PAUD yang pimpin oleh Mei sendiri.
Semenjak ia berhenti ia membuka PAUD sendiri yang bekerjasama dengan kakaknya sebagai yayasannya.
"Abang tidak bisa minta bantu sama adik Abang. Tapi cobalah Mei yang cerita mungkin ia akan bantu. Dulukan kamu sering bantu dia juga." Ucap Hendra yang tahu istrinya dulu suka membantu tanpa berpikir dulu.
"Akan Mei coba, atau Mei pinjam saja, jika tidak bisa bantu Nabil. Tapi kalau Nabil yang bilang pasti di kasih kayaknya. Dia kan sayang Dnegan Nabil." Curhat Mei pada suaminya.
Mei pun bercerita pada anaknya. Kalau coba minta bantu sama Tantenya, jika Uang kuliah tidak cukup. Walau merasa sungkan Nabil pun bercerita pada Tantenya. Alhamdulillah Tantenya mau bantu.
Satu hal sudah mulai teratasi. Semenjak pandemi. Kehidupannya benar-benar jungkir balik. Sementara kebutuhan makin banyak.
Mei sudah berusaha menambah kerja sampingan, Seperti menyediakan Les atau privat buat anak SD. Baik pelajaran sekolah maupun belajar Ngaji.
Karena dulunya Mei di masa kecil sampai remaja sering ikut lomba MTQ yang tempuh sampai Kabupaten sebayak tiga kali. Atau cerdas cermat. Lumayan banyak juga piagam dan piala yang di dapatkan. Semenjak Kuliah dia tidak lagi melakukan kegiatan tersebut. Walau demikian, dengan pekerjaannya sekarang sering juga di undang atau di minta ngaji di suatu acara resmi.
Suaranya yang merdu, bisa membuat orang cukup terkesima. Begitu juga jika ia nyanyi. Namun karena talenta yang ia miliki. Tidak ada dapat dukungan keluarga hingga ia pendam.
Namun ia bertekad. Ia akan mendukung selalu apa hobby dan cita-cita anaknya.Tidak seperti dia yang gagal selalu mencapai cita-cita.
****
Beberapa bulan kemudian. Nabil pun tamat SMA. Dan mencoba mendaftar di SNBP. SNBT Namun gagal. Hingga akhirnya Mei menyarankan untuk mendatar kuliah di mana tempat Mei kuliah dulu swasta yang cukup terkenal di daerahnya.
"Bund. Kakak nggak lulus di UN. Gimana lagi.?" Tanyanya putus asa.
"Dari awal bunda sudah bilang sama kakak. Jangan ambil psikologi kalau kuliah UN sana. Banyak saingan. Tapi kakak kan nggak mau di bilangin." Ujar Mei yang sedikit kesal.
"Tapi. Kakak sukanya Psikologi. Lihat kak Ana, dia asal pilih aja yang penting lulus kuliah UN. Sekarang nyesal. Susah.. semuanya di joker tugasnya." Adu Nabil.
"Kalau mau kuliah juga, tempat bunda kuliah dulu aja. dapat beasiswa. Karena bunda alumni di sana." Saran Mei pada anaknya.
"Tapi teman Bil. Dia ngulang mandiri Bund. Gimana Bund" Sedihnya.
Mei hanya diam. Dalam hati ia menangis. Jika dulu ia menabung dan tidak menghamburkan uang, tentu hidup anaknya tidak seperti ini.
Dia terus mendengar ocehan anak gadisnya. Setelah mendengar keluh kesah anaknya. Mei pun menasehati anaknya.
"Kak. Bunda hanya mampu di sana cuman nak. Atau ambil aja UT aja gimana nak." Usul Mei pada anaknya.
Nabil pun setuju dan mendaftar secara online. Setelah pendaftaran. Seminggu kemudian ada berita dari kampus UT. Kalau harus lakukan pembayaran.
"Bund. Nabil di minta untuk membayar UKT ini, bisa di angsur bund." Ucap anak gadisnya menyodorkan handphonenya.
Mei terdiam. Cukup besar UKT. 5 juta. " Untuk kakak sendiri aja bisa. gimana tahun depan Tata juga masuk SMA. Dan Nia juga masuk SD. tentu banyak biaya yang akan di keluarkan kak. Cobalah kakak lihat dulu sama Tante, biar jelas tempat dan biayanya." Usul Mei kada anaknya.
"Ok." sahut Nabil semangat.
Mei pun menarik nafas dalam. Penyesalan itu memang datang kemudian. Pelajaran berharga baginya. Karena telah menyiapkan kesempatan yang telah di beri Tuhan dulu.
*****
Di saat kita lagi di atas. Jangan lupa untuk masa depan anak, jangan terlalu royal. Ingat masa depan anak kita. sangat langka orang yang akan tulus dengan kita saat posisi kita lagi di bawah.
Komentar pembaca sangat di tunggu Athor
Setelah Nabil pergi dengan Tantenya melihat tempat UT tempat ia rencana kuliah. Namun ternyata kuliah daring saja. Nabil tidak ingin kuliah hanya daring saja tanpa adanya pertemuan sama sekali.
Sampai dirumah akhirnya Nabil mengeluh pada Bundanya, tidak ingin kuliah di sana.
"Terus kakak mau kuliah di mana? kalau mau Bunda hanya mampu di tempat Bunda kuliah dulu saja ya. Kebetulan ada beasiswa bagi anak alumni." usul Mei pada anak gadisnya.
Nabil pun setuju.."Kakak mau Bund. Tapi jurusannya Hukum ya Bund..." harap Nabil pada Bundanya.
Akhirnya Nabil pun mengambil kuliah di mana Bundanya kuliah dulu. Universitas swasta yang cukup terkenal di daerahnya.. Kebetulan di sana juga di beri keringanan pembayaran UKT secara angsuran. Mei sangat lega untuk sementara, ia tidak lagi pusing seperti kemarin.
Mei pun membantu anaknya untuk mendaftar secara online dan di bantu oleh seorang dosen. Sampai Nabil kuliah yang di awali dengan Masta atau Masa Orientasi Mahasiswa Baru.
"Bund. Kakak kuliah penuh, Senen sampai Jum'at. Teman kakak banyak orang daerah ada yang tinggal di asrama, ada yang juga kost an.." Cerita Nabil saat akhir masa Orientasi berakhir.
"Oh.. Hari ini kakak kuliahnya sampai jam berapa..?" Tanya Mei ingin tahu.
"Kakak sampai jam 6 sore Bund." Jawab Nabil memberitahukan.
"Nanti kakak pulang dengan siapa.?" Tanya Mei khawatir. Karena jika sudah pulang sore, Tentu anaknya sampai rumah udah malam.
"Nanti kakak telpon Adi untuk jemput ke simpang Bund." Ujarnya.
Mei pun sudah lega, karena ada anaknya yang akan jemputnya. Karena lumayan jauh juga dari rumahnya.
****
Mei setiap hari sibuk dengan aktivitasnya Ngajar di TK paginya, Sorenya mengajar ngaji dan malamnya buka Les yang juga di bantu Nabil saat pulang kuliah. Jadi sangat sibuk sekali kegiatannya.
Untung saja anak-anaknya mengerti dengan kondisi keuangan orangtuanya. Jadi terlalu banyak menuntut. Mei bersyukur mendapati anak yang pengertian.
Mei setiap selesai sholat sibuk. Langsung masak, karena anak dan suaminya Bawa bekal.
"Bun. Besok bisa nggak buat gulai. Kakak pengen makan gulai. Cuaca panas begini malas makan gorengan." Ujar Nabil pada Bundanya.
"Baiklah. Kelapanya biar Besok lagi saja bunda beli. Ada kedai yang buka paginya." Mei pun menuruti permintaan anaknya yang tidak terlalu sulit baginya.
Pagi, Mei pun ke kedai yang biasa buka pagi. "Wit.. Bisa pesan kelapa 5000 an saja.?" Tanya Mei tersenyum. Karena biasanya ia sering juga belanja disana.
"Maaf Kak.. Sepertinya lama.. Belum sholat ketiduran.." Ujarnya padahal Wiwit sudah pakai mukenah yang seakan ketiduran di atas sajadah.
"Oh lama ya." Mei pun akhirnya pulang. Saat Samali di rumah..a ingat ada kedai yang masih buka pagi satu lagi. Tapi tempatnya beda lagi. suasana yang pagi itu dingin. Namun demi anaknya ia terus melangkah pagi itu.
Akhirnya. Ia dapat juga membeli kelapa, untungnya orang kedai belum pergi ke pasar untuk beli memenuhi kebutuhan kedainya.
Tak butuh lama, masakannya selesai. Ia sibuk dengan membungkus bekal anak dan suaminya. setelah selesai ia termenung memikirkan Wiwit si tukang kedai tadi.
"Kenapa Bund.kok sedih.?" Tanah Nabil heran.
"Hm. hanya kecewa saja dikit." Jawabnya santai.
Nabil menatap Bundanya." Kenapa Bunda. ceritakan pada kakak." Lirih Nabil.
"Nggak apa kok. Bunda hanya kecewa saja. Kalau kita nggak beduit kayak gini orang anggap kita rendah aja ya kak.." Lirih Mei mencurahkan kecewanya pada anak gadisnya yang sudah mengerti dan bisa di ajak curhat. Begitu juga Nabil setiap hari selalu menceritakan kegiatannya. Bahakan jika ada temannya yang suka dengannya pun ia ceritakan.
"Doakan kakak berhasil ya Bund.." Nabil memeluk bundanya. Mei terharu sekali mendapat dukungan moril dari anaknya.
Ia bersyukur mendapatkan anak patuh dan selalu menghargai jerih payahnya sebagai orang tua. Walaupun ia tahu itu adalah kewajiban orang tuanya untuk memberikan pendidikan yang layak. untung saja rumahnya sudah siap. Walaupun sebagus orang lain. Tapi tidak ngontrak seperti orang-orang.
Karena dulu saat ia mempunyai ekonomi yang lumayan bagus. Dan anak yang masih kecil-kecil. I segera buat rumah yang di tempatnya sekarang. Kalau sekarang ia buat mungkin tidak akan jadi, karena kebutuhan anaknya sudah bertambah.
"
Besok adalah hari perpisahan pengawas sekolah karena akan pensiun. Mei masih ragu ikut atau tidak. Karena ragu meninggalkan anak-anaknya. Kalau diajak tentu nambah bangku untuk anaknya.
"Eh bund kenapa melamun.?" Tanya Nabil yang baru pulang kuliah.
"Bunda mikiran untuk acara besok. Tapi bunda masih ragu."
Mei masih sibuk dengan kegiatannya melipat pakaian yang selesai dicuci. Walaupun tangannya sibuk dengan pakaiannya, tapi pikirannya ke mana-mana.
"Boleh nggak bund. Bila ikut. Besok libur dia hari bund kuliahnya.?" Tanya Nabil hati-hati.
"Oh. Kamu ikut? bunda tanya dulu. Apakah masih ada kursinya yang kosong."
Mei pun menghubungi temannya yang mengelola keberangkatan mereka besok. "Alhamdulillah ada kak." Serunya bahagia begitu juga Nabil.
Tata keluar dari kamarnya." Besok Tata langsung ke rumah Ante saja pulang sekolah. Takutnya nanti kita kemalaman Abang nanti sendirian aja di rumah. Biar Bunda bilang ayah ya." Ujar Mei.
"Ya Bund." Jawabnya singkat. Tata langsung ke kamar kecil. Ternyata ia kebelet tapi karena Bundanya bicara terpaksa ia berhenti dulu mendengarkan.
****
Paginya, Mei dan Nabil beberes bekal untuk mereka bawa nanti pas pergi ke sana. Karena acaranya bawa bekal sendiri. Jadilah Mei sibuk bungkus makanannya untuk mereka bertiga Karena Nia pasti ikut juga.
Mereka akhirnya naik Bus langganan mereka kalau pergi jalan-jalan. Semuanya menunggu di titik yang di tentukan. Agar Bus tidak mutar-mutar untuk jemput.
Pak sopirnya yang ramah dan mobil yang bagus itu jadi poin bagi kami untuk sering memakai bus ini kalau pergi bersama.
Kami pun naik saat Bus datang. Nabil dan Nia sudah siapa di sampingku. Ada seorang pemuda yang tidak biasa di bawa oleh pak sopir.
"Eh. Tumben pak sopir bawa kenek." Tanya salah guru yang kepo.
"Ini kenek pribadi buk. Biasa kalau Beni libur begini sering ke sini. Ini dia buka sendiri yang dikelola saudaranya." Cerita Pak Andre sang sopir.
"Anak bapak.!" Tanya Mei mengerutkan kening.
"Iya buk.." Pak Andre tersenyum menatap Nia yang asyik makan donat yang baru di beli Mei saat turun dari mobil.
"Oh. Hebat ya Pak. masih muda sudah bisa berkarya. sangat jarang anak muda sekarang memikirkan seperti ini. Kebanyakan mereka sibuk dengan dunianya." Cerita Mei apa adanya.
"Iya ya buk. Saya beruntung dapat anak yang patuh dan selalu sayang keluarganya. Dulu saya tidak menyangka kalau ia bisa lulus jadi awak kapal. Kemudian lanjutkan kuliahnya akhirnya sekarang jadi kapten di sebuah kapal pesiar yang masih antar beberapa negara Asia saja baru." Mei antusias sekali mendengarkan cerita pak Andre.
Ia menceritakan kisah hidupnya. dan anaknya yang punya cita-cita menjadi kapten di sebuah kapal.
"Alhamdulillah terwujud ya Pak. Tentu sudah banyak cewek yang ingin dekat dengannya. Sekarang kan zamannya begitu. Saat susah tidak ada yang mau dekat. Jika sudah berhasil. Langsung antrian ingin mendekatinya." Mei menarik nafasnya . Teringat akan hidupnya dulu.
"Itulah. Makanya ia suka ikut saya kalau libur. Katanya pengen cari cewek yang terima dia apa adanya saat tidak berseragam. Samapi sekarang say jadi pusing.. Di rumah sering di datangi cewek. Heran ya buk, kan biasanya anak laki yang kejar. Eh Sekarang malah kebalik. Nah anak saya nggak mau di kejar tapi maunya ngejar ceweknya."
"Ha..ha.. Benar-benar tuh.." Tawa Mei seketika menjadi perhatian orang-orang sekitar. Mei merasa malu dan menutup mulutnya.
Pak Andre hanya tersenyum." Oh ya buk. Kalau boleh saya tahu. Gadis yang dekat ibuk tadi anak gadis ibuk kan..?" Tanya Pak Andre tiba-tiba.
Mei terkejut, baru ingat kalau dia bawa Nabil. Sebab ia biasanya bawa Nia ke mana-mana kalau acara seperti ini.
"Oh iya pak.sebentar saya saya sampai lupa Dnegan anak gadis saya. Tadi ia lagi tidak sholat makanya nggak mau turun. Nah sekarang saya malah lupa dengannya." Keluh Mei ingin menelpon anaknya.
Pak Andre yang sudah tahu di mana anak gadis yang di cari. Pak Andre melihatkan handphonenya pada Mei.
"Ini anak ibu kan. Kalau gitu aman buk. Dia bersama anak saya. Siapa namanya buk. Masih sekolah. Terlihat masih imut." Tanya Pak Andre melihat ke layar handphonenya. Ia tersenyum sendiri.
"Benar itu anak saya. Syukurlah.. Namanya Nabila Ramadhani. Suka di panggil Nabil atau Bila. Sekarang sih baru kuliah semester satu jurusan hukum di universitas swasta." Jawab Mei menjelaskan
Pak Andre kembali menatap handphonenya. " Apakah anak ibuk sudah punya pacar !" Mei kaget dengar pertanyaan lelaki yang lebih tua darinya.
"Kenapa Pak. apakah ada yang terjadi.?" Mei sangat khawatir sekali. Pak Andre tersenyum menandakan kalau anaknya tidak apa-apa.
"Bukan. Anak saya yang malah saya khawatirkan." Ujar Pak Andre yang ambigu.
Mei kembali menatap laki-laki tersebut. " Apakah anak saya buat ulah. Hingga anak bapak kenapa-napa. Udah di bilangin tapi masih saja begitu." Lirih Mei
"Bukan-bukan..maksud saya.. Anak saya orangnya sangat cuek dan tidak mudah jatuh cinta. Dan tidak pernah mengirimkan foto anak gadis orang. Nah.. ! Saya takut. Kalau anak saya menyukai anak ibuk." Lirih pak Andre menunduk menatap foto yang di kirim anaknya beberapa buah. Ada foto Nabil sendiri dan ada foto mereka bedua di ambil langsung.
"Oh.. Kirain. Nabil itu susah di dekatin, ia bahkan bisa saja memukul cowok yang bersikap tidak baik padanya. Atau teman ceweknya." Cerita Mei.
Mereka asyik menceritakan anak mereka masing-masing tanpa sadar. Telah membuka celah bagi anak mereka. Yang juga sibuk berkomentar. Dan lebih banyak aktif Beni.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!