NovelToon NovelToon

SUAMI NARSIS

PROLOG

Hai guys!! ini merupakan karya pertama author, mohon kritik dan saran yang mendukung author untuk bisa membuat karya yang lebih baik kedepannya.

happy reading!! 😘

________

Sarah Atmaja, anak dari pasangan Rehan Atmaja dan Sabrina Manaf yang berasak dari keluarga berkecukupan. Cantik, berkulit putih, berperawakan kurus dengan tinggi 165cm, seorang karyawan pada perushaan swasta cukup besar dikotanya, sedikit manja, namun berjiwa besar.

.

.

Hari minggu setiap awal bulan setelah menerima gaji Sarah selalu menyempatkan waktunya untuk memanjakan tubuhnya dengan SPA disalon langganannya yang tepat berada di salah satu Mall di Ibu Kota.

Ia selalu datang sendiri tanpa seorang sahabat ataupun kekasih, itu karena ia memang tidak memiliki keduanya. Baginya menikmati kegiatan sendiri itu sangat menyenangkan, karena tidak harus merepotkan orang lain untuk menemaninya.

Setelah selesai dengan rutinitas SPA, ia juga tak lupa menyempatkan diri untuk menonton film di bioskop yang berada di mall tersebut, kali ini ia akan menonton film bergenre horror karena film tersebut sedang ramai jadi perbincangan. Sebenarnya, ia sedikit takut, namun rasa penasarannya begitu tinggi, hingga ia memutuskan untuk menontonnya sendiri.

Sesaat setelah membeli tiket, ia pun beralih untuk membeli snack dan minuman agar dapat mengurangi ketegangannya nanti pada saat menonton. Sesaat setelah membeli, ia pun berjalan dengan mengenggam minuman dan menenteng snack menuju studio. Nahas, saat pandangannya sedikit teralihkan pada gambar sepanjang lorong, secara tak sengaja menyenggol laki-laki yang tengah berjalan didepannya dan. . .

“Cruuusssshhhh...”

Berhamburanlah minuman dilantai. Laki-laki itu langsung memberikan tatapan yang sangat tajam, seolah-olah mengartikan bahwa saat ini ia begitu kesal. Bagaimana tidak, baju kaos oblong berwarna putih hampir separuhnya terkena noda oleh minuman berwarna merah muda itu.

Sarah membelalakkan kedua bola matanya sembari memutup mulutnya yang menganga menggunakan tangannya "Astagaa! Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak sengaja" sesalnya. Ia pun mengambil tissue dari dalam tasnya dan segera membersihkan sisa-sisa tumpahan minuman pada baju laki-laki tersebut.

Sedangkan laki-laki itu semakin mempertajam tatapannya saat melihat Sarah menyentuh baju yang ia kenakan. Ia segera menepis tangan Sarah yang sudah beberapa kali menyentuh bajunya. Tanpa menjawab, ia menjauh, dan melangkahkan kakinya menuju toilet.

Sarah sedikit terkejut, namun ia memaklumi karena ini adalah murni kesalahan darinya. "Oh, Sarahhh! Kau sungguh memalukan!!" batinnya. Ia tak henti mengutuki dirinya sendiri

.

Sementara didalam toilet. . .

“Aaarrghh.. hilang sudah kesempurnaan penampilanku karena wanita itu! Ini sungguh memalukan!! Baju ku kotor dengan tumpahan minum berwarna merah muda" Gerutu laki-laki tersebut

"Dia bilang tidak sengaja?" Ucapnya lalu menyunggingkan senyumnya "Heh! Bilang saja mau berkenalan denganku. Untung saja aku cepat sadar, jadi aku secepatnya menghindar" ucapnya lagi, sembari membersihkan bajunya menggunakan tissue yang sedikit diberi air.

Setelah selesai membersihkan bajunya yang sama saja hasilnya tidak mengurangi bekas noda minuman tadi, ia pun memperhatikan wajahnya pada kaca westafel

"Hampir saja wajahku berkeriput, beruntung aku tidak meladeninya. Jika tidak, aku bisa saja marah-marah, karena ia sudah merusak kesempurnaanku”

Setiap inchi ia perhatikan kulit wajahnya, dan pandangannya terhenti pada area dagu. Ia melihat sedikit noda kecil berwarna merah muda, nampaknya tumpahan minuman itu juga sedikit terciprat mengenai wajah bagian bawahnya. Kedua bola matanya terbelalak hampir tak percaya dengan apa yang ia lihat, dengan segera menghapusnya

"Astgaa! Hampir saja ketampananku berkurang satu angka gara-gara noda kecil itu. Hah!" Sembari menghela nafas leganya.

Lai-laki itu tak hentinya memuja dirinya sendiri didepan kaca, hingga tak sadar dua orang laki-laki yang berada disebelahnya menggelengkan kepala karena tidak percaya jika bertemu dengan pria dewasa namun begitu narsis.

Tampan, berperawakan atletis, dan berawajah datar. Sebut saja Zayyan Raditya, seorang pengusaha muda yang dikenal dengan ketegasannya. Merupakan anak pertama dari pasangan Wildan Raditya dan Dessylia, kalangan keluarga kelas atas yang cukup berpengaruh dikotanya. Dibalik dirinya yang terbilang sangat nyaman dengan kehidupan, membuatnya menjadi salah satu makhluk Tuhan yang lumayan Narsis

***

Sarah baru saja memasuki studio saat film sudah dimulai dari beberapa menit yang lalu. Ia pun segera melangkah menuju seatnya yang berada dipojokan atas, sengaja ia memilih tempat itu karena tidak punya pasangan dan takut terlalu dekat saat menonton filmya, karena ia khawatir jika setannya keluar seperti yang ada difilm-film.

Saat ia melewati orang-orang yang tengah duduk didepannya, ada sepasang bola mata yang telah melihatnya dengan tatapan yang begitu tajam dan menusuk, dialah Zayyan

“Ini kan wanita yang hampir menghilangkan kesempurnaanku?"

"Kemana saja dia, kenapa baru muncul?"

"Ck. . Kasihan sekali! Ke biskop sendirian, duduknya pun paling pojok. Apa tidak takut dihantui dengan pasangan muda mudi disini?" Batinnya dengan banyak pertanyaan.

Namun tiba-tiba mood-nya mulai buruk saat melihat wanita yang ia kasihani ternyata duduk tepat disebelahnya.

"Astgaa! Kenapa harus duduk disebelah ku? Bagaimana jika aku kena sial lagi!?” Batin Zayyan sembari mengembuskan nafasnya secara kasar

Tiba-tiba seorang wanita terlihat sudah paru baya menggenggam tangan Zayyan “Sayang kau kenapa?”

Zayyan tak menjawab pertanyaan wanita paru baya itu, melainkan kembali menghembuskan nafasnya secara kasar

Sedangkan Sarah yang baru saja mendudukan tubuhnya diatas kursi, tak sengaja mendengar ucapan wanita tersebut, seketika ia langsung membulatkan kedua bola matanya dan mulut yang terbuka sedikit lebar membentuk huruf O

"Apa katanya? Sayang!? Wah. . . Sepertinya laki-laki disampingku ini penyuka wanita dewasa. Tampan, namun seleranya. Hm. . . Astgaa! Lupakan!!” Batinnya sembari terkekeh pelan. Tanpa ia sadari, jika laki-laki yang duduk tepat disebelahnya adalah orang yang tak sengaja ia tumpahkan minuman tadi.

Beberapa puluh menit kemudian. . .

Film sudah berlangsung cukup lama, alur yang ditonton pun semakin tegang. Wajah Sarah mulai pucat pasi saat iringan latar musiknya semakin mencekam dan tiba-tiba sosok penampakan terlihat “Arrrrghhhhhhhhhhhh!” Pekiknya. Tanpa sadar ia bergelayut di lengan Zayyan

Zayyan pun langsung menoleh kebawah, ia terkejut saat merasa lengannya dipeluk oleh seseorang. Seketika, moodnya kembali jelek dan memberikan tatapan yang sangat tajam seolah-olah ingin menerkam mangsanya.

etc. . . .

______________________________

Hai guys kita kenalan visual cast dulu ya 😉

Tokoh utama:

- Sarah Atmaja

- Zayyan Raditya

- Aprillia Mahveen

- Reza Muammar

Tokoh Lainnya:

- Wildan Raditya (Papa Zayyan)

- Dessylia (Mama Zayyan)

- Rehan Atmaja (Daddy Sarah)

- Sabrina Manaf (Momi Sarah)

TAK SENGAJA

"Arrrrghhhhhhhhhhhh” teriak Sarah yang tanpa sadar bergelayut di lengan Zayyan.

Zayyan pun langsung menoleh kebawah, ia sedikit terkejut saat merasa lengannya dipeluk oleh seseorang. Ia menautkan kedua alisnya dan memberikan tatapan yang sangat tajam seolah-olah ingin menerkam mangsanya.

"What the hell!? Aku pikir wanita ini pemberani, karena nonton film horor sendirian. Huh. . . Ini sungguh merepotkan, aku benar-benar tidak suka disentuh!" Batin Zayyan sembari menghela nafas beratnya

“Eheem. . ” Suara deheman yang keluar dari mulut Zayyan seketika menyadarkan Sarah akan kelakuannya. Ia pun mendongakkan kepalanya yang masih menempel di lengan Zayyan dan tersenyum malu

"Ma-maafkan aku Tuan, ini murni reflek, aku takut melihat hantu yang mengerikan itu" Ucap Sarah terbata-bata sambil memperlihatkan senyum manisnya agar sang pemilik lengan tidak marah

Namun lagi-lagi Zayyan tidak memberikan responnya, melainkan sebuah tatapan yang tajam, kemudian melepas dengan sedikit kasar cengkraman Sarah dari lengannya dan kembali melanjutkan nontonnya.

"Dasar wanita ini! Aku yakin, dia pasti sengaja melakukannya" Batin Zayyan sembari menghela nafas berarnya "Baiklah. . . Tak apa, kali ini ku maafkan karena aku juga sedikit terkejut saat melihat hantu jelek itu menampakkan dirinya" batinnya kembali sembari menyunggingkan senyumnya

Sementara itu, Sarah tak henti mengutuki dirinya sendiri, ia tak lagi fokus menonton film yang telah membuatnya tak sengaja memeluk lengan seorang pria "Asatagaa! Ini sungguh memalukan!!" batinnya sembari menepuk halus jidatnya

"Huh..! Beruntung kekasihnya tak melihat. Aku tidak bisa membayangkan jika sampai ia memergokiku memeluk lengan kekasihnya, bisa-bisa dijambak rambutku" Sarah bergidik ngeri membayangkannya.

Ia pun kembali memperbaiki posisi duduknya dan mencoba mengatur nafasnya agar lebih tenang, sembari menunggu berakhirnya film tersebut.

***

Setelah Sarah keluar dari bioskop, ia melanjutkan ritualnya untuk berbelanja barang-barang keluaran terbaru. Sarah merupakan wanita yang begitu mememntingkan style, pola hidup sehat, dan juga kecantikan.

Baginya inilah cara mencintai dirinya agar tidak terlalu stress dalam menghadapi dunia pekerjaan yang dilakukannya setiap hari.

Saat itu Sarah tengah terburu-buru melangkahkan kakinya hendak menuju keparkiran sambil menenteng beberapa papper bag-nya, sesaat setelah menerima telepon dari Mominya jika Daddy akan datang hari ini.

Ditengah terburu-burunya ia berjalan, matanya masih saja sempat melirik liontin cantik yang dipajang oleh salah satu toko pershiasan yang ada didalam mall tersebut, sehingga membuatnya kembali bersenggolan dengan seorang, namun kali ini dengan wanita yang terlihat paruh baya namun masih sangat cantik.

“Brakkkk” terjatuhlah tas-tas belanjaan mereka berdua.

“Astaga! Bibi maafkan aku” ujar Sarah begitu panik, sembari mengatupkan kedua tangannya.

Ia pun berjongkok dan segera memunguti barang belanjaan lalu memasukkannya kedalam papper bag. Saking terburu-buru dan paniknya, tanpa Sarah sadari telah memasukkan beberapa barang belanjaannya ke papper bag wanita teesebut.

Sarah berdiri dan menyerahkan tas belanjaan tersebut "Bibi, ini tas belanjaanmu. Maafkan aku yang tak hati-hati ini"

"Tidak apa-apa sayang. Bibi juga sedang terburu-buru, namun liontin itu memberi daya tarik tersendiri hingga membuat bibi tak melihat kau ada didepan" ujar wanita itu dengan lembut, kemudian mengambil tas belanjaanya dan tersenyum.

"Oh. . Astaga! Sepertinya dunia kita benar-benar teralihkan oleh keindahan liontin tersebut. Karena aku juga terpesona dengan keindahannya sampai-sampai tidak fokus untuk melihat kedepan"

"Selera wanita memang tak jauh berbeda, semua suka kemewahan"

Mereka berdua pun tertawa. . .

"Oh ya, Bibi benar tidak kenapa-napa kan? Aku khawatir jika tubuh bibi ada yang lecet, mungkin aku tidak sanggup untuk membayar biaya asuransinya" tanya Sarah, bagaimana pun ia tahu jelas wanita yang ada dihadapannya ini bukan wanita kelas menengah, terlihat dari fesyennya dan juga beberapa beelanjaanya yang sempat ia pungut saat terjatuh tadi terlihat berkelas, membuatnya tambah yakin.

"Kau ini. Tenanglah! Bibi baik-baik saja"

Sarah menghela nafas lega "Syukurlah! Oh ya, Bibi mau kemana, biar aku bantu"

"Tidak apa sayang, bibi masih bisa membawa ini"

"Tidak bibi! Biarkan aku membantumu untuk menebus rasa bersalahku"

Wanita itu tersenyum "Baiklah! Ayo kita keparkiran, putra Bibi sudah menunggu cukup lama disana"

"Baiklah" Sarah pun segera mengambil barang belanjaan wanita itu, dan mengikutinya menuju parkiran.

.

.

Disepanjang perjalanan mereka tak henti-hentinya tertawa. Layaknya seperti dua orang yang sudah saling mengenal sudah sangat lama, tanpa mereka sadari ada sepasang bola mata yang sudah memperhatikannya dari dalam mobil.

"Tunggu! Itu bukannya Wanita yang menumpahkan minumnya kebajuku tadi?" Alis Zayyan berkerut tatkala wajah wanita itu semakin jelas terlihat

"Ck. . . Tidak salah lagi. Tapi kenapa dia bisa bersama Mama?" decihnya sedikit kesal

"Oh. . . Apa jangan-jangan pertemuan yang 2x aku anggap tidak sengaja itu memang disengajakan untuk menarik simpatiku? Mama dan Wanita itu pasti bekerja sama. Ck. . . Licik sekali!" gerutunya

Zayyan pun segera keluar dari mobil, kemudian menyandarkan tubuhnya pada sisi mobil sembari mensedekapkan kedua tangannya didada. Ia mulai memasang wajah dingin berserta tatapan tajamnya saat Mama Dessy dan Sarah semakin mendekat.

Sementara itu, Sarah langsung menghentikan langkahnya saat melihat laki-laki yang sedang bersandar pada sisi mobil. Ia mulai mengingat-ingat wajah tersebut "Rasaya aku pernah melihat orang ini tapi dimana ya?" dan betapa terkejutnya saat melihat bekas noda pada baju laki-laki itu "Oh. . ya ampun ini kan —"

“Maaf Tuan, kalau tidak salah kau orang yang tak sengaja aku tumpahkan minuman tadi kan?" tanya Sarah

“Hmmmmm. . ” Zayyan dengan nada malasnya menjawab sambil menatapnya dengan tatapan dingin "Apa ini akting lagi?" batinya

"Tunggu sebentar! Oh iya. . Kalau tidak salah, Tuan juga orang yang duduk disampingku saat didalam biskop tadi kan?"

“Hmmmm. . .” lagi-lagi dibalas dengan malasnya

Sarah langsung mebelalakkan kedua bola matanya, ia benar-benar tak mempercayai ini, dalam sehari 3x tak sengaja bertemu dengan orang yang sama "Ya Tuhan! Apa dia jodohku?" batinnya, kemudian terseyum kikuk

“Kalau begitu Bibi ini . .?”

“Kenapa Sayang?” Tanya wanita itu cepat dengan penuh penasaran

“Bibi kekasih Tuan ini?” ujar Sarah, sambil menggerakan bola matanya kearah Zayyan

Mama Dessy mengerutkan kedua alisnha "Jelaskan! Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

"Maafkan aku Bibi. Beberapa jam lalu saat didalam bioskop, aku duduk disamping Tuan ini, dan aku tak sengaja mendengar Bibi memanggil Tuan ini dengan sebutan sayang" ujar Sarah sedikit sungkan

"Mati aku! Ini sungguh memalukan!! Jatuh sudah predikat ku sebagai pria sempurna. Arghh. . . ini semua gara-gara Mama yang memaksa untuk ditemani pergi kemall" Batin Zayyan menggerutu, namun dari luar wajah dinginnya mendominasi sehingga tak terbaca kekhawatiran pada raut wajahnya.

Mama Dessy pun tertawa lepas, karena tak habis pikir dengan anggapan wanita muda yang baru ia kenal beberapa menit lalu itu "Dia ini putra Bibi, Sarah"

"Astaga! Sekali lagi maafkan aku Bibi” Sarah terkejut, lalu mengatupkan kedua tangannya.

"Tidak apa-apa Sarah. Orang lain pun pasti akan beranggapan seperti itu. Oh ya, kenalakan, ini Putra Bibi yang paling tampan namanya Zayyan Raditya"

Tanpa ragu-ragu Sarah segera mengulurkan tangannya "Hallo Tuan Zayyan, perkenalkan nama ku Sarah"

Lagi-lagi Zayyan tak memberikan respon, tangannya masih saja bersedekap seolah-seolah tertempel oleh korea. Tatapan dinginnya sudah menjadi jawaban jika ia sangat malas. Akhirnya Sarah menurunkan kembali tangannya “Mungkin masih marah” Batinnya

Sedangkan Mama Dessy yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya "Sampai kapan Zayyan terus bersikap dingin seperti itu dengan wanita" batinnya

"Mmm. . . Tuan, sekali lagi aku meminta maaf karena telah mengotori baju mu dan juga tak sengaja memeluk lengan mu"

“Hmmm...” ujar Zayyan malas

Mama Dessy seketika heboh saat mendengar pengakuan Sarabmh "Oh astga. . ! Jadi, Sarah yang sudah menyenggol mu dan membuat baju mu kotor seperti itu Zay?"

"Hm. . ."

"Mama juga tak sengaja bersenggolan dengannya, dan sebagai memebus perasaan bersalahnya dia membawakan tas belanjaan Mama kesini. Wah. . . Kebetulan sekali ya, Mama harap ada kebetulan selanjutnya lagi"

"Ck.. Wanita ini! Nampaknya memang tidak pernah bisa hati-hati, menyusahkan sekali. Semoga aku tidak bertemu dengannya lagi" batin Zayyan

Sementara Sarah, ia sedikit bingung dengan sikap Zayyan "Apa dia ini bisu? Sedari tadi aku bersua dia hanya menjawab dengan Hem. . . bahkan dengan Mamanya pun begitu. Aku yakin dia pasti tidak bisa berbicara. Ck. . ck. . Kasihan sekali, padahal dia tampan" batinya

Kemudian Sarah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "He. . he. . . Maafkan aku Bibi untuk segalanya. Oh ya, aku permisi dulu ya, soalnya Momi sudah menungguku dari tadi"

Mama Dessy pun mengangguk sebegai pertanda jika ia menyetujui "Berhati-hatilah sayang, semoga kita bisa bertemu lagi"

"Terimakasih Bibi" Akhirnya obrolan singkat mereka pun berakhir.

BERTEMU KEMBALI

Sarah telah tiba dikediaman orang tuanya. Ia segera masuk dan berlari-lari kecil sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang teramat ia rindukan dalam beberapa bulan ini

“Daddyyy....!!” ucap Sarah dengan suara manjanya saat melihat orang yang ia cari tengah duduk bersantai diatas sofa sembari meminkan gadgetnya.

Rehan Atmaja, yang tak lain adalah Papa Sarah, biasa dipanggil Dady. Ia selalu pulang setiap 3 bulan sekali, karena dipindah tugaskan keluar daerah dan dipercayakan untuk mengelola perushaan tambang batubara tepatnya berada didaerah Kalimantan.

Sudah hampir 5 tahun lamanya mereka terpisah jarak seperti ini. Semua karena Momi Sabrina (Mama Sarah) yang tidak ingin meninggalkan kota tenpat ia dibesarkan. Akhirnya Daddy Rehan mengalah untuk pulang setiap 3 bulan sekali, namun sudah hampir 2 tahun terakhir Daddy Rehan terkadang pulang 6 bulan sekali dengan alasan pekerjaan.

“Daddy disini sayang” jawab Rehan dengan senyuman, sambil mengulurkan kedua tangannya. Sarah pun berlari dan segera menghambur ke pelukan daddynya

“Daddy, aku sangat merindukanmu!! Kapan Daddy akan kembali lagi bekerja dikota ini? Daddy terkadang pulang 3 atau 6 bulan sekali dan hanya menghabiskan waktu 2 minggu saja disini, setelah itu kembali lagi. Ah aku sungguh tidak suka" ujar Sarah sembari begelayut manja di lengan Rehan

Rehan mengembuskan nafasnya secara kasar, ada kesedihan tersendiri diraut wajahnya kemudian menlmbelai lembut rambut putri tunggalnya “Maafkan Daddy sayang. Sampai saat ini Daddy belum dapat izin untuk pindah kembali ke kantor pusat, dengan alasan jika tenaga Daddy masih sangat dibutuhkan disana”

"Tidak apa-apa Dad, aku hanya mengkhawatirkan kondisi makan dan kesehatan Daddy disana"

Daddy Rehan tersenyum kemudian mencium pucuk kepala putrinya "Terimakasih sayang sudah mengkhawatirkan Daddy"

Dari kejauhan terlihat Momi Sabrina. Ia tengah memperhatikan seorang anak dan ayah yang saling melepas rasa rindu. Sebuah senyum terukir dari wajahnya, ada perasaan hangat dan juga rindu melihat itu, lalu terbesit sebuah penyesalan dalam dirinya "Sendainya saja dahulu aku mengikutimu, pasti putri kita tidak akan serindu itu. Yah. . . harus bagaimana lagi, Sarah juga sudah bekerja disini, kasihan kalau kutinggalkan" gumamnya.

Ia pun berjalan mendekat dan menghampiri Ayah dan Anak tersebut untuk ikut bergabung, akan tetapi kehadiran Momi Sabrina tidak disadari oleh mereka berdua sehingga membuatnya sedikit kesal, apalagi saat melihat putrinya begitu manja pada suaminya. Momi Sabrina pun berkacak pinggang dan memberikan tatapan tajam kepada dua orang tersebut "Sarah! Kau mau membuat Momi marah!?"

Sarah menengok pada sumber suara yabg tidak asing baginya, kemudian tersenyum, ia tahu jika saat ini Mominya sedang kesal "Sejak kapan Momi berdiri disitu?"

"Sejak tadi! Jaga jarak dengan Daddy mu!"

"Oh my. . . Jangan katakan jika Momi sedang cemburu?"

"Kau benar?"

"Pelit sekali! Padahal kita sama-sama memilki hak"

"No! Daddy kamu milik Momi"

"Kalau begitu, aku milik siapa?"

"Kau milik calon suamimu yang masih belum dikethui dari belahan bumi mana berasal"

Sarah mendengus, ia benar-benar tidak mau meladeni Mominya jika sudah membawa-bawa pasangan karena ujung-ujungnya akan disuruh menikah dengan laki-laki pilihan Mominya.

Rehan yang melihat hanya menggelengkan kepalanya "Sudah-sudah, sini sayang duduk di samping ku"

Momi Sabrina pun menurut, lalu mendudukan tubuhnya disamping suaminya. Bahkan ia pun tak mau kalah manja dengan putrinya.

Begitulah kehangatan keluarga Sarah jika sudah berkumpul. Lalu mereka pun melanjutkan obrolan-obrolan ringan yang diiringi canda tawa, hingga tak terasa sudah satu jam berlalu. Sarah yang mulai merasa lelah lebih dulu menutuskan mengakhiri obrolannya, dan memilih masuk kekamarnya untuk beristirahat

***

Sarah langsung menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Kali ini ia benar-benar merasa kelelahan sampai-sampai sepatu yang ia kenakan pun ikut naik diatas kasurnya. Baru saja saja memejamkan matanya, ia dikejutkan dengan nada dering ponselnya, dengan malas Sarah bangun dan mengambil ponsel yang ia letakkan diatas meja riasnya.

"Hm. . . Ini siapa? Perasaan nomorku ini sangat jarang ada yang tahu. Aku terima saja ini pasti penting" Gumam Sarah. Ia pun segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan menerima panggilan tersebut

📞

“Halo?” Ujar Sarah

“Sarah! Ini kamu sayang?”

“Benar, dengan siapa?”

“Ini Bibi Dessy sayang, yang tadi Ketemu di mall”

“Ohhhh.. Bibi! Maafkan aku, apa ada hal yang penting? ”

"Penting sekali! Apa kau sudah mengcek belajaan mu tadi?"

"Belum bi, barang belanjaanku masih ada didalam mobil"

"Sepertinya ada dua barang belanjaanmu yang masuk kedalam tas belanjaan Bibi"

"Astaga! Maafkan aku bi, saking panik dan terburu-burunya aku sampai tidak sadar lagi"

"Tidak apa-apa sayang, kirimkan alamat rumahmu?"

"Tidak usah Bi, biar aku yang kesana mengambilnya"

"Tidak sayang! Kau kirim alamat rumahmu segera!"

"Tapi Bi—"

Tut. . .tut. . .tut. . . Panggilann terputus

“Huuhh. . ." sarah menghela nafas beratnya. Tidak ada pilihan lain, ia pun segera mengirimkan alamatnya kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya yang tadi sempat tertunda.

***

“Minta tolong sama Paman Alfi saja. Aku tidak ingin mengantarakannya, aku sungguh malas melihat wanita itu lagi” pinta Zayyan.

Dari beberapa menit lalu berdebat dengan Mamanya, karena disuruh mengantarakan belanjaan Sarah yang masuk kedalam papper bag milik Mamanya.

“Sttttt... Tidak ada penolakan! Sekarang kau antarkan barangini kepemiliknya!!” Pinta Mama Dessy dengan santainya, sembari mengulurkan papper bag tersebut kepada putranya

Zayyan menghembuskan nafasnya secara kasar "Selalu saja memaksa!" Batinnya, bagaimana pun ia menolak jika Mamanya sudah meminta ia tidak akan bisa berbuat banyak, walau dengan alasan apa pun. Kemudian Zayyan mengambil papper bag tersebut "Ya sudah, kirimkan aku alamatnya"

Dessy langsung tersenyum penuh arti saat putranya bersedia mengantarkan, walaupun terlihat tidak begitu ikhlas “Jangan galak-galak menghadapi wanita"

Zayyan pun segera berlalu tanpa menggubris perkataan yang dilontarkan Mamanya.

.

.

Selang 20 menit berlalu semenjak perdebatan kecil Zayyan dengan mamahnya, kini ia telah berada tepat dihalaman rumah Sarah

Beberapa kali Zayyan mendengus kesal "Huh. . . Merepotkan sekali! Kenapa tidak wanita itu saja yang datang kerumah? Aku tahu ini pasti akal-akalan Mama dan Sarah berdua agar aku bisa dekat denganya"

Zayyan pun menarik handel mobil, namun niatnya terurungkan tatkala ia melupakan satu hal. Ia mengarahkan kaca spion mobil bagian tengah kewajahnya dan memperhatikan sisi wajahnya "Sempurna!" kemudian tersenyum. Ia pun segera keluar dari mobil, berjalan menuju pintu utama rumah Sarah dan menekan bel.

Sudah 5 menit berlalu, namun belum ada tanda-tanda akan adanya orang untuk membuka, membuat Zayyan bersorak didalam hati "Sepertinya tidak orang. Syukurlah! Aku tidak perlu melihat wajah wanita itu lagi, biar barang ini titip ke security komplek saja" . Baru saja ia hendak melangkah pergi, tiba-tiba pintu terbuka, tampaklah sosok wanita dengan muka bantalnya dan rambut aut-autan

Zayyan pun berbalik, dan betapa terkejutnya dengan pemandangan apa yang sekarang ia lihat "Oh My. . Bukankah dia Sarah? Kenapa dia masih terlihat sangat cantik walau penampilannya sudah seperti tarzan"

Sedangkan Sarah, ia tidak memperhatikan jelas dengan siapa ia berhadapan saat ini karena matanya masih terasa dangat berat dan sesekali menguap "Selamat sore Tuan, anda mencari siapa?"

"Ini, barang belanjaanmu, yang ikut masuk kedalam tas belanjaan Mamaku" ujar Zayyan dengan ketusnya, sembari menyerahkan paper bagnya

Seketika Sarah tersadar, ia beberapa kali mengerejap-rejapkan matanya khawatir salah orang. Sarah pun langsung berbalik membelakangi Zayyan sembari merapikan rambutnya yang acak-acakan "Astaga! Pria itu kan anaknya Bibi Dessy. Oh ya Tuhan! Kenapa harus bertemu dengan keadaan seperti ini, semoga saja eyelinear ku tidak luntur"

Zayyan yang masih dapat mendengar gumaman kecil dari mulut Sarah membuatnya menarik sedikit sudut bibirnya, namun senyuman itu langsung hilang ketika Sarah kembali menghadapkan wajahnya pada Zayyan. "Ambil!! Atau aku buang!" pintanya dengan nada yang begitu dingin dan kembali menyerahkan papper bag kepada Sarah

"Eh.. I-iyyaaaa terimakasih banyak Tuan!! Maaf saya merepotkan anda kembali hari ini" ujar Sarah sambil terkekeh pelan lalu mengambil tas tersebut.

Tidak ada jawaban dari Zayyan, melainkan raut wajah yang semakin dingin. Ia pun segera berlalu pergi meninggalkan Sarah yang masih tersenyum.

"Dasar pria aneh! Aku kasih senyuman manis malah pergi, beruntung kau tampan, aku jadi tak kuasa untuk marah haha. . ." Sarah terkekeh, sembari memperhatikan mobil Zayyan yang perlahan menghilang dari pandangannya, ia pun menutup pintu rumah kembali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!