NovelToon NovelToon

Bloodlines Of Fate

Aroma Darah yang Membara

Sinopsis

Di dunia yang modern penuh teknologi, Aiden Valen, seorang CEO tampan dan karismatik, menyimpan rahasia yang begitu gelap. Dia adalah vampir yang telah hidup berabad-abad, selalu mencari satu hal yang dapat menjadikannya abadi dan tak terkalahkan yaitu darah suci. Namun, darah suci sangat langka, dan selama bertahun-tahun pencariannya selalu berakhir dengan kegagalan.

Di Suatu hari, ketika terjebak dalam kemacetan, Aiden mencium aroma yang sudah lama ia kenali yaitu darah suci. Bau itu mengalir dari seorang gadis muda yang sedang tertidur di dalam bus, dari lututnya yang terluka yang memancarkan aroma darah yang telah ia cari selama berabad-abad. Aiden, tanpa ragu, meninggalkan mobilnya dan masuk ke dalam bus, duduk di samping gadis itu sambil berpura-pura tidur. Gadis itu, bernama Elara Grey, adalah seorang wanita muda yang tak sadar dirinya membawa takdir besar dalam darahnya.

Elara kemudian terbangun dan terkejut melihat ada pria di sampingnya, namun dengan cepat melupakan hal itu saat ia harus turun dari bus untuk melanjutkan harinya. Aiden, yang kini tidak dapat melepaskan pikirannya dari Elara, mengikutinya dari jauh, mengetahui bahwa gadis itu memegang kunci dari kehidupan abadinya. Namun, saat ia menyaksikan Elara meninggalkan gedung perkantoran dengan wajah kecewa setelah gagal melamar pekerjaan, Aiden mendekatinya dengan tawaran tak terduga 'sebuah kesempatan kerja di perusahaannya.'

Elara Grey, yang tidak tahu bahwa Aiden adalah vampir yang mengincar darah sucinya, datang melamar pekerjaan beberapa hari kemudian. Tapi, pertemuan mereka di kantor Aiden bukan hanya tentang pekerjaan. Itu adalah awal dari kisah cinta yang berbahaya, di mana Aiden harus memutuskan apakah dia ingin menggunakan Elara untuk ambisi abadi atau melindunginya dari dunia gelap yang akan memburu darahnya.

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

"Aroma Darah yang Membara"

Langit sore yang tampak gelap meski matahari belum benar-benar tenggelam. Di dalam sebuah mobil hitam mewah, Aiden Valen duduk dengan tenang, matanya mengamati dunia di luar dengan kekosongan yang dingin. Bagi manusia, dia hanya seorang CEO sukses pria yang tak bisa disentuh dan tak pernah terlihat lelah. Tetapi bagi mereka yang tahu kebenaran, Aiden adalah sesuatu yang jauh lebih mengerikan. Ia adalah vampir, mahluk yang telah berjalan di bumi selama berabad-abad, bersembunyi di balik kehidupan modern dan hiruk pikuk kota.

Selama bertahun-tahun, Aiden mencari satu hal yang dapat memperkuat kekuasaannya darah suci. Darah yang hanya dimiliki oleh manusia-manusia terpilih. Mereka langka, hampir punah. Darah suci memiliki kekuatan untuk menjadikannya abadi tanpa kelemahan. Namun, selama ratusan tahun pencariannya, setiap jejak selalu menguap. Setiap harapan selalu pupus. Hingga hari ini.

Tengah terjebak dalam kemacetan jalan raya yang membuat siapa pun frustrasi, tiba-tiba aroma yang begitu tajam menyentuh hidungnya. Itu bukan sekadar bau biasa, bukan bau manusia. Ini adalah darah suci aroma yang sangat halus namun memabukkan. Setiap sel dalam tubuh vampirnya berdenyut, mata gelapnya menyipit, mencari asal dari aroma itu.

"Apa yang terjadi?" tanyanya dingin kepada sopirnya, meski pandangannya tak teralihkan dari jalanan di depan.

“Kemacetan, Tuan. Mungkin akan memakan waktu lama.”

Namun Aiden tidak mendengar penjelasan itu. Seluruh perhatian vampir itu terfokus pada sumber darah suci yang sangat dekat, mungkin hanya beberapa meter jauhnya. Matanya bergerak dengan intens, mendapati sebuah bus tua yang berhenti di samping mobilnya.

Di sanalah dia melihatnya di dalam bus, duduk di baris tengah. Seorang gadis muda, tampak tertidur, lututnya yang sedikit tergores memancarkan aroma darah yang telah ia cari selama berabad-abad. Darah suci. Tubuh Aiden bergerak sebelum pikirannya sempat merasionalisasikan tindakannya.

"Saya akan turun di sini," katanya tegas kepada sopirnya, membuat pria itu terkejut.

“Tuan, kita masih...”

Aiden tak memberi ruang untuk pertanyaan. Ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar tanpa satu kata pun. Ia berjalan dengan langkah cepat, masuk ke dalam bus, mengabaikan tatapan heran dari penumpang lainnya. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal gadis itu. Darahnya. Takdirnya.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Dia duduk di kursi yang kosong di samping gadis itu, dan untuk sesaat, dia memejamkan matanya, membiarkan aroma itu membanjiri indra vampirnya. Luka kecil di lutut gadis itu masih mengeluarkan darah yang mengirimkan desiran hangat ke tubuhnya.

Betapa indahnya bau itu. Aiden jarang merasakan dorongan sekuat ini dorongan untuk menghisap darah, namun kali ini ada hal lain. Ada sesuatu yang berbeda tentang gadis ini. Bukan hanya darahnya yang suci, tetapi juga... kehadirannya. Gadis ini, meskipun tertidur, memancarkan kedamaian yang tak biasa.

Sebelum Aiden sempat bereaksi lebih jauh, gadis itu terbangun. Matanya yang besar dan jernih melihat ke arah Aiden, sesaat bingung. Ada ketegangan di antara mereka yang tak bisa dijelaskan, seolah-olah dalam momen singkat itu, waktu berhenti. Tapi gadis itu tak memberi respons berlebihan. Mungkin karena kelelahan, mungkin karena dia tidak peduli. Dia hanya menarik nafas dalam dan melihat ke luar jendela, sebelum memutuskan untuk turun di pemberhentiannya.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Aiden melihatnya turun dari bus, tetapi dia tak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Dia tak mungkin menyerah setelah berabad-abad mencari. Vampir itu bangkit, mengikuti gadis itu dari kejauhan. Langkahnya tak terdengar, gerakannya seperti bayangan yang melintas di antara keramaian kota. Gadis itu berjalan cepat menuju sebuah gedung perkantoran, tetapi tidak ada kebahagiaan di wajahnya. Ketika dia keluar satu jam kemudian, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.

Aiden tahu apa yang terjadi. Dia telah gagal dalam wawancara kerja. Mata gadis itu, penuh dengan kesedihan yang ia coba sembunyikan, tapi tubuhnya tak bisa menyembunyikan kepedihan itu dari Aiden, yang telah hidup selama ribuan tahun dan mengenali setiap isyarat manusia.

Gadis itu berhenti di bawah lampu jalan, menunduk lelah. Saat itulah Aiden memutuskan untuk mendekatinya. Dengan tenang, dia berdiri di hadapan gadis itu, yang terkejut melihat pria tampan dari bus tadi berdiri di hadapannya lagi.

“Kamu baik-baik saja?” Suaranya tenang, hampir penuh perhatian, meskipun di dalam pikirannya, dia tahu apa yang harus dia lakukan.

Gadis itu menatapnya dengan bingung, seolah bertanya-tanya mengapa orang asing ini tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Dia menundukkan pandangannya, menarik napas dalam-dalam, sebelum berkata dengan suara pelan, “Aku baik-baik saja. Hanya... hari ini tidak berjalan sesuai rencana.”

Aiden tersenyum tipis, hampir tanpa emosi, tetapi ada sesuatu yang hangat dalam tatapannya, sesuatu yang jarang ia perlihatkan kepada siapa pun. Dia mengeluarkan kartu nama dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada gadis itu. "Kalau kamu butuh pekerjaan, datanglah ke kantor saya. Saya punya beberapa posisi yang mungkin cocok."

Gadis itu menatap kartu nama itu dengan ragu, tidak yakin harus berkata apa. Tetapi saat dia melihat mata Aiden yang dalam dan tenang, sesuatu dalam dirinya merasa bahwa ini bukanlah kebetulan. Ini adalah takdir.

“Terima kasih…” dia berkata pelan, suaranya hampir pecah, sebelum akhirnya Aiden mengangguk dan berbalik pergi, meninggalkan gadis itu yang masih memegang kartu namanya dengan tangan gemetar.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Setelah beberapa hari, Aiden tidak bisa menghapus gadis itu dari pikirannya. Ada sesuatu tentang Elara Grey bukan hanya darah sucinya, tetapi juga sesuatu yang lebih mendalam, yang menariknya lebih dari sekadar naluri vampir. Dan ketika Elara akhirnya datang ke kantornya untuk melamar pekerjaan, Aiden menyadari bahwa pertemuan mereka baru saja dimulai. Sebuah pertemuan yang penuh dengan bahaya, misteri, dan cinta yang tak bisa ia hindari.

Namun, Aiden tahu satu hal pasti bahwa takdir Elara telah terikat dengan hidupnya, dan darah sucinya bisa menjadi kunci kehidupan abadi yang selama ini ia cari. Tetapi untuk pertama kalinya dalam hidup panjangnya, Aiden mulai meragukan apakah dia rela mengorbankan Elara demi ambisinya sendiri?

Bayangan Masa Lalu dan Penantian

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Aiden duduk di kursi megahnya, menghadap jendela besar yang memperlihatkan gedung pencakar langit di seberang sana. Ruangannya luas, penuh dengan kesan modern dan kekayaan, mencerminkan sosoknya sebagai CEO perusahaan besar. Namun, pikirannya kini tak lagi berada di sini di dunia modern yang gemerlap ini. Jauh di dalam pikirannya, ia kembali ke masa lampau, ke zaman ketika dunia masih muda dan ia hanyalah seorang vampir muda yang terjebak dalam pertarungan kekuasaan.

Zaman Kerajaan dan Awal Keabadian

Dahulu kala, Aiden bukanlah siapa-siapa. Seorang manusia biasa di kerajaan yang penuh dengan mitologi dan mistik, ia hanyalah putra seorang prajurit. Tapi hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan makhluk kegelapan vampir tua bernama Lucius, penguasa bayang-bayang. Lucius menawarkan Aiden kekuatan abadi sebagai gantinya untuk kesetiaan. Aiden, muda dan penuh ambisi, menerima tanpa keraguan. Dan sejak itu, dunia berubah baginya.

Selama berabad-abad, Aiden hidup di antara para vampir, mengukir namanya dalam sejarah gelap dunia. Dia memimpin kerajaan bayangan kerajaan yang tak terlihat oleh mata manusia, tapi penuh dengan pengaruh di dunia nyata. Dia mendominasi para vampir lainnya, mengalahkan musuh-musuhnya, bahkan harus menghabisi mantan mentornya, Lucius, dalam pertempuran besar yang mengguncang kerajaan vampir.

Masa-masa itu adalah masa kekerasan, intrik, dan kekuasaan. Vampir seperti Aiden hidup di atas dunia, memanipulasi manusia dari balik tirai kegelapan. Mereka tak hanya haus darah, tapi juga haus kekuasaan, menciptakan dinasti yang tersembunyi dari pandangan manusia biasa.

Namun, seiring berjalannya waktu, peradaban berubah. Dunia modern muncul, dan kerajaan-kerajaan besar vampir mulai memudar di tengah kemajuan teknologi manusia. Aiden beradaptasi. Dia meninggalkan takhta yang pernah dia duduki di balik bayangan, memilih untuk menjadi bagian dari dunia manusia memimpin sebuah perusahaan besar, terus memperluas pengaruhnya, sementara identitas aslinya tetap tersembunyi.

Tapi meski dia telah bertahan selama berabad-abad, satu hal tetap tak berubah adalah pencariannya akan darah suci.

Pencarian yang Berabad-Abad

Aiden tahu bahwa darah suci adalah kunci keabadian yang sesungguhnya keabadian tanpa kelemahan, tanpa ketakutan akan matahari atau perak. Tapi darah suci begitu langka. Dalam seribu tahun, ia hanya mendengar bisikan dan legenda. Namun, baru beberapa hari lalu, di tengah kemacetan jalan yang biasa, ia menemukan harapannya. Elara Grey seorang gadis biasa yang tidak tahu bahwa darahnya adalah kunci yang ia cari selama berabad-abad.

Aiden menahan napas saat ia mengingat pertemuan pertama mereka di bus. Aroma darah Elara telah menariknya, tetapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang membuatnya ingin mengenal gadis itu lebih dari sekadar mangsa.

Lamunannya buyar oleh suara langkah kaki yang mendekat. Aiden tak perlu melihat siapa yang datang. Aroma darah itu sudah memberitahunya lebih dulu.

Elara Grey akhirnya datang ke kantornya.

Pertemuan yang Dinanti

Pintu ruangannya terbuka, dan Elara berdiri di ambang pintu, terkejut dan terpesona melihat betapa megahnya ruangan itu. Aiden tetap tenang, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Elara tampak gugup, mungkin karena dia baru pertama kali berhadapan langsung dengan CEO perusahaan besar seperti Aiden. Gadis itu menunduk sedikit, canggung dengan posisi barunya.

"Selamat datang, Nona Grey," sapa Aiden dengan suara tenang, tetapi suaranya membawa kekuatan yang membuat Elara merinding.

“Terima kasih, Tuan Valen,” jawab Elara dengan suara pelan, suaranya penuh kekaguman dan rasa syukur.

HRD perusahaan telah memperkenalkan Elara kepada Aiden, dan setelah pertemuan singkat itu, tanpa sepengetahuan gadis itu, Aiden memutuskan sesuatu yang lebih mendalam. Elara tidak hanya akan bekerja di perusahaan ini. Ia akan menjadi sekretaris pribadinya. Ini bukan karena kinerja atau kemampuan Elara tetapi karena Aiden ingin tahu lebih banyak tentang gadis ini sebelum akhirnya ia memutuskan langkah terakhirnya yaitu meminum darah suci yang telah ia cari selama berabad-abad.

Hari-hari pertama Elara di perusahaan itu terasa membingungkan. Dia sangat terkejut saat diterima sebagai sekretaris Aiden Valen. Bagi Elara, ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. Dia telah gagal dalam begitu banyak wawancara sebelumnya, dan tiba-tiba, kesempatan besar ini datang begitu saja. Ketika HRD mengantarnya ke ruang kerja Aiden, hati Elara berdebar-debar. Namun, dia tidak menyadari apa yang tersembunyi di balik tatapan dingin pria itu.

Keraguan dan Kekecewaan

Aiden, di sisi lain, mulai meragukan keputusannya. Dari hari pertama, Elara menunjukkan bahwa meskipun ia memiliki niat baik, dia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi sekretaris yang baik. Segala hal tampak salah. Dokumen terlambat dikirim, rapat terlupa, dan pengaturan jadwal kacau. Kevin, sekretaris lama Aiden yang telah bersamanya selama bertahun-tahun, harus terus-menerus memperbaiki kekacauan yang dibuat Elara.

Namun, meskipun kinerjanya buruk, ada sisi lain dari Elara yang menarik perhatian Aiden. Dia memperhatikan bagaimana gadis itu dengan cekatan membantu rekan-rekannya yang kesulitan. Elara tanpa ragu membantu OB membawa makanan yang banyak, serta membantu karyawan lain yang menjatuhkan dokumen-dokumennya. Ketulusan dan sikap baiknya membuatnya disukai oleh banyak orang di kantor, meskipun secara profesional, dia tidak mampu.

Aiden mulai terjebak dalam dilema. Hatinya memerintahkan dia untuk segera meminum darah suci Elara, apalagi setelah melihat bahwa gadis itu tampak tidak berguna di tempat ini. Tapi setiap kali dia berencana untuk bertindak, dia melihat sesuatu yang membuatnya ragu.

Undangan ke Rumah

Setelah dua hari penuh kegagalan, Aiden tidak lagi tahu harus berbuat apa. Malam ini, ia akan mengakhiri semuanya. Rencana besar yang telah disusunnya selama berabad-abad akan segera terwujud. Elara akan datang ke rumahnya, dan di sana, Aiden akan menyelesaikan misinya untuk menghisap darah suci itu.

Malam itu, Aiden mengundang Elara untuk berbicara empat mata di rumahnya. Tanpa kecurigaan sedikit pun, Elara menerima undangan itu. Baginya, kesempatan untuk berbicara langsung dengan Aiden di luar kantor adalah sesuatu yang berharga.

Tapi bagi Aiden, ini adalah malam yang berbeda. Ini adalah malam di mana ia akan memutuskan takdir gadis itu dan juga takdirnya sendiri.

Sambil menunggu kedatangan Elara malam itu, pikiran Aiden kembali pada musuh lamanya, Morvok, vampir purba yang haus kekuasaan. Dulu mereka berjuang bersama, tetapi ambisi Morvok untuk melenyapkan umat manusia dan membangun dunia vampir membuatnya berbalik melawan Aiden.

Kini, Morvok tetap hidup, semakin kuat, dan masih mengincar darah suci bukan untuk melindungi dunia seperti Aiden, tetapi untuk menguasainya. Pertarungan mereka adalah perang abadi, dan Aiden tahu waktu semakin menipis sebelum pertempuran terakhir mereka terjadi.

Dilema Vampir

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

"Dilema Vampir"

Elara Grey merasa gugup dan penasaran saat melangkah masuk ke dalam rumah besar itu, diantar oleh Kevin, sekretaris setia Aiden. Ketika mereka berjalan melalui lorong panjang dengan dinding-dinding yang dihiasi karya seni klasik dan lampu-lampu kristal yang berkilauan, Elara tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Kevin, kamu pernah diundang makan malam seperti ini sebelumnya?" tanyanya, sambil melirik Kevin yang tetap tenang di sampingnya. Kevin hanya tersenyum tipis, tapi tidak memberikan jawaban yang jelas.

Elara, dengan rasa penasaran yang semakin menggelitik, mencoba bertanya lebih jauh, "Aiden itu bos yang baik, kan? Maksudku, dia bukan semacam penjahat kelamin atau semacamnya, kan?"

Kevin menggeleng, tertawa kecil sambil melihat ke depan. "Kamu benar-benar memiliki imajinasi yang liar," jawabnya singkat, namun tak menghentikan Elara untuk terus berbicara.

"Ah bukan maksud ku begitu.... " jawab Elara, kemudian dia kembali bertanya.

"Sudah berapa lama kamu jadi sekretarisnya? Pasti seru bekerja dengan dia, kan? Apa dia suka marah? Atau lebih suka diam-diam menegur orang?"

Elara terus bertanya, namun Kevin tetap membisu, lebih banyak mendengarkan daripada menjawab. Dia sudah terbiasa dengan sikap ceria dan banyak bicara Elara selama dua hari di kantor. Meski kadang lelah dengan pertanyaannya yang tak ada habisnya, Kevin menganggapnya sebagai hiburan di tengah kesibukan hari-hari mereka.

Ketika mereka akhirnya tiba di ruang makan, Elara terdiam. Ruangan itu luar biasa megah, dengan meja kayu panjang yang dikelilingi oleh kursi-kursi berlapis emas. Dindingnya dihiasi dengan cermin besar dan lampu gantung yang terbuat dari kristal. Elara terpana melihat keindahan dan kemegahan ruangan itu, seperti sedang melangkah ke zaman kuno dengan barang-barang antik yang sangat terawat.

"Wow," Elara berbisik kagum, matanya menyapu setiap sudut ruangan. "Apakah aku sedang berada di museum atau di rumah seseorang?"

Kevin, yang mengerti rasa heran Elara, hanya tersenyum kecil dan menunjuk ke kursi di mana dia seharusnya duduk. "Silakan duduk. Tuan Aiden akan segera datang."

Elara duduk di kursinya dengan perasaan campur aduk antara kagum, canggung, dan sedikit takut. Dia menyesap napas dalam-dalam, merasa seperti telah melangkah ke dunia lain yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Aiden melangkah perlahan menuruni tangga, tubuhnya tegap dan setiap gerakannya penuh dengan kewibawaan. Malam ini, energi yang dipancarkannya jauh lebih intens daripada yang biasa Elara lihat di kantor. Aiden terlihat berbeda, karismatik dengan aura misterius yang kuat. Saat dia mendekat ke meja makan, Elara hampir tidak bisa berkedip, terpukau oleh pesona pria itu. Aiden tersenyum tipis, menyapanya dengan suara lembut yang menggetarkan.

"Selamat malam, Elara. Senang kau bisa datang," katanya, dengan nada suara yang begitu halus namun tegas.

Elara balas tersenyum, meski hatinya berdebar. Tidak hanya karena berada di rumah yang begitu megah, tapi juga karena kehadiran Aiden yang begitu dominan malam ini. Makan malam ini bukanlah sekadar undangan biasa, Elara merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar percakapan bisnis, meski dia tidak bisa sepenuhnya mengerti apa.

Di dalam benak Aiden, perasaan yang bertentangan terus menghantuinya. Di satu sisi, Elara adalah kunci dari segalanya. Darahnya, yang langka dan suci, bisa menjadi harapan terakhir untuk menyelamatkan dunia ini dari kehancuran yang dibawa Morvok. Musuh lamanya itu tidak akan berhenti sampai ia menguasai darah suci dan menghancurkan umat manusia. Tapi apakah Aiden benar-benar bisa melakukan ini? Apakah dia mampu menggigit Elara dan mengambil darah yang begitu berharga itu?

Selama berabad-abad, Aiden telah berusaha menjauhkan dirinya dari sisi gelap vampirnya. Dia tidak lagi meminum darah manusia, bahkan sejak beberapa dekade terakhir, dia hanya meminum darah sapi. Namun, kini dia dihadapkan pada dilema besar menyelamatkan dunia dengan kembali menjadi monster, atau tetap memegang prinsipnya dan membiarkan dunia jatuh ke tangan Morvok.

Aiden menepis keraguan itu. Lebih baik dia bertindak cepat sebelum Morvok menemukan Elara. Jika darah suci itu harus diambil, lebih baik dia yang melakukannya daripada membiarkan Morvok menguasai semuanya. Tapi hati kecilnya berbisik, apakah ini benar-benar jalan yang harus diambil?

Sementara itu, Elara duduk di seberang Aiden, senyum cerah menghiasi wajahnya. Tatapannya beralih ke meja yang penuh dengan makanan yang terlihat lezat. Hidangan-hidangan itu ditata dengan begitu indah, mengingatkannya pada pesta besar di film-film klasik. Perutnya sudah mulai keroncongan, dan dia berharap Aiden segera mempersilakannya untuk makan.

Namun, Aiden hanya diam, duduk dengan wajah yang sulit dibaca, seperti patung. Ketidaknyamanan mulai merayapi diri Elara. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus memulai percakapan? Tapi apa yang bisa dia katakan di hadapan pria seperti Aiden yang auranya begitu mendominasi?

Merasa semakin canggung, Elara akhirnya berpura-pura batuk pelan, berharap itu akan memecah keheningan. Dan untungnya, batuknya berhasil.

Aiden tersadar dari lamunannya. "Oh, maafkan aku," katanya, dengan senyum tipis. "Silakan makan, Elara. Jangan ragu. Semua ini untukmu."

Elara tersenyum lebar dan tanpa ragu mulai menyantap hidangan di depannya. Setiap gigitan terasa lezat, mengingatkannya pada saat-saat spesial ketika ia bisa makan makanan mewah seperti ini. Dia tidak pernah menyangka akan diundang ke rumah mewah seorang CEO dan disuguhi makanan yang begitu mewah.

Aiden memperhatikannya dengan tenang, tapi dalam pikirannya, ingatan masa lalunya menyeruak. Dulu, sebelum dia memutuskan untuk berhenti meminum darah manusia, Aiden pernah diundang ke pesta kerajaan vampir. Makanan manusia yang disajikan di sana adalah hal yang paling dia nikmati, meski itu adalah saat terakhir dia benar-benar bisa menikmati makanan seperti manusia biasa. Setelah itu, dia hanya hidup dari darah.

Pemandangan Elara yang makan dengan lahap, begitu bersemangat menikmati setiap hidangan, mengingatkannya pada hari-hari itu, hari-hari sebelum keabadiannya menjadi beban, sebelum rasa lapar akan darah menguasai hidupnya. Dia ingat bagaimana dia, saat masih menjadi vampir muda, duduk di meja kerajaan vampir dengan hidangan manusia di hadapannya. Satu gigitan terasa seperti kenikmatan dunia yang tak terlukiskan, tetapi sekarang, kenangan itu terasa begitu jauh dan suram.

Di hadapan Aiden, Elara terlihat polos dan tak menyadari situasi berbahaya di mana dia berada. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal ini padanya? Meski Elara tampak ceroboh dan tidak berguna sebagai sekretaris di perusahaannya, dia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu memiliki hati yang tulus. Aiden juga mendengar dari para karyawan lain, meskipun Elara sering membuat kesalahan, semua orang di kantor senang berada di dekatnya karena keceriaan nya yang alami.

Sambil melihat Elara menikmati makanannya, Aiden kembali terjebak dalam keraguan. Apakah benar dia harus mengambil darahnya? Elara tidak tahu bahwa nyawanya terancam oleh keputusan besar yang harus diambil Aiden. Hanya dengan satu gigitan, dia bisa menyelamatkan dunia dari kehancuran, tapi apa harga yang harus dibayar untuk itu?

Elara tidak menyadari pergulatan batin yang sedang dialami Aiden. Baginya, ini hanyalah makan malam dengan seorang bos yang mungkin bisa memberikan kesempatan baru di tengah hidupnya yang penuh kegagalan. Namun bagi Aiden, malam ini adalah malam penentuan, malam yang bisa mengubah takdir mereka berdua, dan mungkin juga nasib dunia ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!